9876 27036 1 PB PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

1

PENGARUH STATUS PENDIDIKAN, EKONOMI, DAN POLA ASUH ORANG TUA


TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA DI KECAMATAN PUJON KABUPATEN
MALANG
Zaza Saskia Ayu Wandani, Erna Sulistyowati, Dewi Martha Indria*
*Program Studi Sarjana Kedokteran Universitas Islam Malang

ABSTRAK
Pendahuluan: Prevalensi balita dengan malnutrisi di Indonesia masih cukup tinggi, dan salah satu wilayah dengan
prevalensi stunting yang tinggi adalah Kecamatan Pujon Kabupaten Malang Jawa Timur. Banyak faktor yang
mempengaruhi malnutrisi, antara lain asupan gizi, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan pola pengasuhan.
Belum ada data tentang bagaimana hubungan antara status pendidikan, ekonomi, dan pola asuh orang tua terhadap status
gizi anak balita di Kecamatan Pujon. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal tersebut.
Metode: Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan metode cross-sectional. Pengambilan sampel melalui
metode purposive sampling melalui kriteria inklusi yang sudah ditetapkan. Terdapat 144 responden yang memenuhi
kriteria yang domisilinya di Desa Pandesari, Madiredo, dan Tawangsari Kecamatan Pujon. Instrumen penelitian adalah
kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas dengan hasil valid dan reliabel (r hitung>r tabel). Analisa data
penelitian menggunakan uji Kruskal Wallis dan Somers’ D, hasilnya signifikan apabila nilai p lebih dari 0,05.
Hasil: Terdapat hasil signifikan pada hubungan antara status ekonomi orang tua dengan status gizi anak balita dengan
nilai p 0,037. Sedangkan tidak terdapat hubungan antara status pendidikan dan pola asuh orang tua dengan status gizi
anak balita dengan nilai p masing-masing 0,722 dan 0,077.
Kesimpulan: Status gizi anak balita lebih dipengaruhi oleh status ekonomi orang tua dan tidak dipengaruh oleh status
pendidikan maupun pola asuh orang tua.

Kata Kunci: Status Gizi, Tingkat Pendidikan, Status ekonomi, Pola Asuh Orang Tua.

*Korespondensi:
Dewi Martha Indria, dr., M. Kes., IBCLC
Jl. MT. Haryono 193 Telp. (0341) 578920, Fax. (0341) 558958, Malang, Jawa Timur, Indonesia, 65144
e-mail: [email protected]

THE EFFECT OF EDUCATION, ECONOMIC STATUS, AND PARENTING PATTERNS


ON NUTRITIONAL STATUS OF TODDLERS IN PUJON SUB DISTRICT MALANG
DISTRICT
Zaza Saskia Ayu Wandani, Erna Sulistyowati, Dewi Martha Indria*
*Undergraduate Medical Study Program Malang Islamic University

ABSTRACT
Background: The prevalence of malnourished toddlers in Indonesia is still relatively high, and one of the areas with a
high prevalence of stunting is Pujon District, Malang Regency, East Java. There are many factors that affect malnutrition,
including nutritional intake, education level, occupation, knowledge, and parenting patterns. There is no data on the
relationship between educational, economic status , and parenting pattern on the nutritional status of toddlers in Pujon
District. Thus this study aims to investigate this.
Methods: The design of this study is an observational analytic with a cross-sectional method. Sampling was taken through
purposive sampling method with predetermined inclusion criteria. There are 144 respondents who met the criteria whose
domicile is in the villages of Pandesari, Madiredo, and Tawangsari, Pujon District. The research instrument was a
questionnaire that had been tested for it's validity and reliability with valid and reliable results (r count> r table). Analysis
of research data using the Kruskal Wallis and Somers' D test, the results are significant with a p value of more than 0.05.
Results: There was a significant result on the relationship between the economic status of parents and the nutritional
status of toddlers with a p value of 0.037. Meanwhile, there is no relationship between educational status and parenting
style with the nutritional status of toddlers with a value of 0.722 and 0.077, respectively.
Conclusion: The nutritional status of toddlers is more influenced by the economic status of their parents and is not
influenced by the educational status or parenting style of their parents.

Keyword: Nutritional Status, Level of Education, Economic Status, Parenting Patterns

*Correspondence
dr. Dewi Martha Indria, dr., M. Kes., IBCLC
Jl. MT. Haryono 193 Telp. (0341) 578920, Fax. (0341) 558958, Malang, Jawa Timur, Indonesia, 65144
e-mail: [email protected]
2

PENDAHULUAN METODE
Status gizi merupakan gambaran individu yang Desain Penelitian
dihasilkan dari asupan gizi sehari-harinya. Adanya Penelitian ini adalah penelitian observasional
keseimbangan antara asupan dengan kebutuhan gizi analitik dengan pendekatan cross-sectionaI untuk
anak akan menghasilkan status gizi yang baik. 1 melihat hubungan antara status Pendidikan, ekonomi,
Sebaliknya, ketidakseimbangan asupan dengan dan pola asuh orangtua terhadap status gizi balita.
kebutuhan gizi anak dapat berdampak malnutrisi pada Populasi penelitan ini adalah orang yang memiliki
anak yang dapat dilihat dalam bentuk stunting, anak balita, usia 1-5 tahun, di kecamatan Pujon,
wasting, dan overweight.2 Berdasarkan data UNICEF Kabupaten Malang, Jawa Timur pada tahun 2020.
(The United Nations Children's Fund), prevalensi Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner
balita dengan gangguan status gizi di Indonesia masih dan data hasil Posyandu dari Puskesmas Pujon.
cukup tinggi.3 Pada tahun 2012 diperkirakan 162 juta Penelitian ini mendapatkan persetujuan etik dari
anak-anak di seluruh dunia mengalami malnutrisi, Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Islam
sedangkan di Indonesia terdapat 36% balita yang Malang dengan No. 010/LE.003/IX/01/2020.
mengalami malnutrisi.4 Salah satu wilayah dengan
prevalensi stunting tertinggi di Provinsi Jawa Timur Pengambilan Sampel
adalah Pujon dengan 1.216 anak (32,7%) termasuk Pengambilan sampel menggunakan teknik non
dalam kategori sangat pendek dan pendek. Prevalensi probability sampling dengan metode purposive
anak dengan gizi kurang di salah satu desa di sampling. Hasil besar sampel minimal penelitian
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang yaitu desa berdasarkan rumus Lemeshow yaitu sebesar
Tawangsari mencapai nilai 16%.5 92,8627785 dengan pembulatan ke atas. Sehingga
Malnutrisi dapat disebabkan oleh multifaktor, diperlukan minimal 95 responden/orang tua yang
seperti status ekonomi, asupan gizi, 2 tingkat memenuhi kriteria inklusi penelitian agar tercapai
pendidikan orang tua, pekerjaan, jumlah anak, tingkat kepercayaan sebesar 95%.
pengetahuan dan pola asuh terhadap anak.6 Orang tua
dengan tingkat pendidikan formal yang tinggi Alur Penelitian
cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang lebih Alur dari pelaksanaan penelitian, sebagai berikut:
baik dan memperoleh keterampilan dalam mengasuh
anak7 serta pengetahuan umum yang nantinya saat
dewasa dapat digunakan dalam hal pengasuhan asupan
makan dan perawatan kesehatan anak8 seperti
imunisasi anak, pemberian kapsul vitamin A,
konsumsi garam beryodium, dan pemanfaatan
pelayanan kesehatan setempat, yang akhirnya dapat
menuntun menuju peningkatan kesehatan dan status
gizi pada anak.6
Kesempatan lapangan kerja orang tua dengan
tingkat pendidikan tinggi akan lebih luas sehingga
menghasilkan sumber daya ekonomi yang lebih tinggi9
untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan
anak, meningkatkan kesempatan untuk memperoleh
akses pelayanan kesehatan, dan peluang memperoleh
gizi berkualitas.10 Ibu yang tidak berkerja dengan
balita yang stunting di Kecamatan Pujon mencapai 34
orang (76%), dan ibu sebagai pegawai negeri terdapat
2 orang (4%). Hal ini diketahui karena walau banyak
ibu tidak memiliki pekerjaan yang memungkinkan
untuk memiliki waktu lebih banyak dalam pengasuhan
anak namun ketika pola asuh ibu tidak sesuai sehingga
hal ini yang menjadi salah satu faktor balita mengalami
stunting.11
Berdasarkan uraian di atas, diketahui masih
banyak anak yang mengalami gangguan status gizi di
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Oleh sebab itu,
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat
hubungan status pendidikan, ekonomi, dan pola asuh
orang tua terhadap status gizi anak balita 1-5 tahun di
Kecamatan Pujon.
Gambar 1. Diagram Alur Penelitian
3

Teknik Pengambilan Data Analisa Data Statistik


Pengambilan data primer pada saat pelaksanaan Penelitian ini menggunakan uji Kruskal Wallis
Posyandu di desa Madiredo, Tawangsari, dan yang bertujuan untuk menganalisa perbedaan dari
Pandesari di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, kelompok variabel yaitu status pendidikan, ekonomi,
Jawa Timur. Setelah dilakukan pengukuran berat dan pola asuh orang tua terhadap variabel status gizi
badan dan tinggi badan pada saat kegiatan posyandu, anak balita dan uji Somers’D untuk menganalisis
peneliti kemudian memberikan penjelasan kepada hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap
calon responden mengenai latar belakang dan tujuan variabel terikta, dikatakan signifikan dengan nilai p
dari penelitian, serta meminta kesediaan responden kurang dari 0,05.
untuk mengisi kuesioner.
Pada halaman awal kuesioner peneliti
menjelaskan bahwa responden akan diambil datanya HASIL PENELITIAN
untuk penelitian, serta informasi pribadi dari Karakteristik Responden
responden akan dirahasiakan. Sehingga responden Penelitian dilaksanakan di kecamatan Pujon
yang berkenan mengisi kuesioner dan merasa dirinya Kabupaten Malang pada beberapa desa diantaranya
memenuhi kriteria inklusi yang telah disebutkan oleh desa Tawangsari, Madiredo, dan Pandesari.
peneliti pada bagian awal kuesioner dapat melanjutkan Responden pada penelitian ini didapatkan dengan cara
pengisian kuesioner. Peneliti mengawasi proses dari mengisi kuesioner. Total jumlah responden yang
pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden. didapatkan yaitu 144 responden yang dianalisa pada
Kriteria inklusi penelitian ini yaitu orang tua yang penelitian ini.
memiliki anak balita, usia 1-5 tahun, yang diasuh Pada penelitian ini penyebaran kuesioner pada
langsung. bertempat tinggal dan menetap di Desa responden dilakukan pada pelaksanaan Posyandu serta
Pandesari, Madiredo, dan Tawangsari di Kecamatan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur, bersedia mengetahui status gizi balita. Kuesioner penelitian ini
menjadi responden penelitian. Kriteria eksklusinya terdiri dari 15 butir pertanyaan mengenai pola asuh
adalah orang tua yang memiliki anak dengan kelainan orang tua dan identitas orang tua (ibu) serta anak untuk
bawaan sejak lahir dan anak dengan penyakit kronis. mengetahui karakteristik responden yang diantara lain
Jumlah responden yang mengisi kuesione dan usia orang tua, tingkat pendidikan orang tua,
memenuhi kriteria penelitian yang telah ditetapkan pendapatan per bulan, pekerjaan orang tua, jenis
peneliti adalah sebesar 144 responden. kelamin anak, usia anak, berat badan dan tinggi anak.
Instrumen pada penelitian ini menggunakan Pada penelitian ini didapatkan 144 responden
kuesioner terdiri dari beberapa bagian antara lain, yang telah mengisi kuesioner dengan lengkap dan
identitas orang tua dan anak balita, status pendidikan, memenuhi kriteria inklusi peneliti, setelah itu
ekonomi, dan pola asuh orang tua terhadap anak. dilakukan pengkategorian status pendidikan, ekonomi,
Status pendidikan dalam kuesioner diklasifikasikan pola asuh orang tua, dan status gizi anak.
menjadi tiga kategori yaitu rendah untuk yang tidak Menurut Kristiyanasari (2010) bayi yang lahir
sekolah dan tamat pendidikan sekolah dasar, kategori dari ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih
sedang untuk tamat pendidikan sekolah menengah, dari 35 tahun kemungkinan lahir belum cukup bulan
tinggi untuk tamat pendidikan tinggi. dan berpotensi berat badan lahir rendah. Anak yang
Kuesioner status ekonomi memiliki empat jenis dilahirkan dengan berat badan rendah berpotensi
klasifikasi yaitu status ekonomi rendah untuk menjadi anak dengan gizi kurang.12
pendapatan kurang dari sama dengan Rp 1.500.000 per Pada Tabel 1 penelitian ini didapatkan kategori
bulan, status ekonomi sedang apabila pendapatan per ibu dewasa muda dengan usia antara 26-35 tahun
bulan Rp1.500.000-Rp2.500.000, status ekonomi mencapai 50% dari seluruh responden sehingga berada
tinggi untuk Rp2.500.000-Rp3.500.000 per bulan, dan di rentang usia yang seharusnya berpotensi lebih besar
status ekonomi sangat tinggi apabila pendapatan per anak untuk memiliki gizi yang baik.
bulan lebih dari Rp3.500.000. Sebagian besar tingkat pendidikan responden
Kuesioner pola asuh orang tua terdiri dari 15 soal berada pada pendidikan sekolah menengah, namun
dengan skala likert yang terdiri dari selalu, sering, jumlah responden yang tidak menempuh pendidikan
kadang, hampir tidak pernah, tidak pernah. Skor dari dasar 9 tahun mencapai 31,25% yaitu berjumlah total
kuesioner pola pengasuhan kemudian dijumlahkan dan 45 responden.
dikategorikan menjadi pola asuh orang tua yang buruk, Anak balita dari orang tua yang mempunyai latar
(1,00-1,80), kurang baik (1,81-2,60), cukup (2,61- belakang berpendidikan tinggi akan mendapatkan
3,40), baik (3,41-4,20), dan sangat baik (4,21-5,00). kesempatan hidup serta tumbuh dan mudah menerima
Kuesioner telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas wawasan yang lebih luas mengenai gizi.11 Pendidikan
dengan hasil valid dan reliabel (r hitung>r tabel). dapat mempengaruhi perilaku dan motivasi seseorang
terutama dalam pembangunan kesehatan.13
4

Tabel 1. Karakteristik Responden Orang Tua (ibu) Pola asuh yang seharusnya diterapkan oleh
Karakteristik Responden Frekuensi (n=144) orangtua yaitu termasuk pemberian asupan gizi sesuai
Orang Tua (Ibu) Persentase (%) angka kecukupan gizi dan upaya menjaga kesehatan
Usia anak seperti halnya yaitu orangtua membawa anak ke
17-25 tahun 57(39,58) pelayanan kesehatan saat anak dalam keadaan tidak
26-35 tahun 72(50) sehat, anak mendapatkan imunisasi, anak mendapat
36-45 tahun 13(9,03) asupan makan 3 kali sehari dengan kualitas yang baik.
46-55 tahun 2(1,39) Responden pada penelitian ini memiliki pola asuh
Pekerjaan terhadap anak yang cukup, baik, hingga sangat baik,
Pegawai Swasta 5(3,47)
serta tidak terdapat distribusi pola asuh yang kurang
Wiraswasta 6(4,17)
atau buruk. Pada penelitian ini, instrumen kuesioner
Petani/Nelayan 9(6,25) pola asuh orang tua terdapat 15 item pernyataan dalam
Buruh 5(3,47)
skala likert 1 sampai 5. Skor dari hasil jawaban
IRT 119(82,64) responden dijumlahkan lalu dikategorikan menjadi 5,
Pendidikan antara lain pola asuh orang tua yang buruk, (1,00-
Rendah 1,80), kurang baik (1,81-2,60), cukup (2,61-3,40), baik
Tidak Sekolah 14(9,72)
(3,41-4,20), dan sangat baik (4,21-5,00). Peneliti telah
SD 31(21,53)
Sedang
menguji tiap item kuesioner dengan uji validitas dan
SMP 51(35,42) reliabilitas dan didapatkan hasil yang valid dan reliabel
SMA 33(22,92) (r hitung>r tabel).
Tinggi Dengan perhatian dan pengetahuan orang tua yang
Perguruan Tinggi 15(10,41) tinggi terhadap perawatan anak maka akan memahami
Status Ekonomi pentingnya memenuhi kebutuhan anak, dicerminkan
(pendapatan per bulan) dalam pola pengasuhan terhadap gizi maupun
Sangat Tinggi kesehatan anak, sehingga dengan pola asuh yang baik
>Rp3.500.000 8(5,55) maka nutrisi anak akan tercukupi, proses pertumbuhan
Tinggi akan berjalan baik dan status gizi anak baik. 7
Rp2.500.000-Rp3.500.000 6(4,17)
Sedang Tabel 2. Karakteristik Balita
Rp1.500.000-Rp2.500.000 45(31,25) Frekuensi (n=144)
Rendah Karakteristik Balita
< Rp.1.500.000 85(59,03) Persentase (%)
Pola Asuh terhadap Balita Jenis Kelamin Balita
Sangat Baik 67(46,53) Laki-laki 78(54,17)
Baik 71(49,30) Perempuan 66(45,83)
Cukup 6(4,17) Usia Balita
Jumlah responden yang bekerja sebagai ibu rumah 1-3 tahun 113(78,47)
tangga mendominasi pada penelitian ini. Pekerjaan 3-5 tahun 31(21,53)
orang tua berkaitan dengan pendapatan keluarga Status Gizi Balita
sehingga bisa dikatakan bahwa jenis pekerjaan juga Buruk 5(3,47)
bisa menentukan seseorang untuk memenuhi Kurang 5(3,47)
Baik 128(88,89)
kebutuhan gizi keluarga.
Lebih 6(4,17)
Ibu yang bekerja memiliki waktu yang lebih
Hasil penghitungan Z-Score status gizi balita
sedikit untuk mengasuh anaknya dibandingkan ibu
menurut berat badan terhadap tinggi badan
yang tidak bekerja. Hal ini mempengaruhi kualitas
dikategorikan menjadi status gizi buruk (kurang dari -
perawatan anak. Ibu yang bekerja dengan jam kerja
3SD), kurang (-3SD sampai <-2SD), baik (-2SD
dari pagi sampai sore tidak akan mempunyai banyak
sampai +2SD), dan lebih (+2SD). Responden pada
waktu untuk memperhatikan makanan dan kebutuhan
penelitian ini sebagian besar memiliki status gizi
nutrisi anaknya.14
dalam kategori baik (88,89%) yaitu berada dalam
Orang tua dengan status ekonomi tinggi akan
rentang Z-Score -2SD sampai +2SD. Namun masih
memiliki daya beli yang tinggi sehingga mudah
terdapat anak balita dengan kategori gizi buruk,
melengkapi fasilitas, keperluan kebersihan lingkungan
kurang, dan lebih.
rumah serta mampu mendapatkan sumber air minum
yang baik. Kondisi ini mencerminkan kondisi
Uji Analisa Statistik Status Pendidikan, Ekonomi,
lingkungan yang dapat memengaruhi penyakit dan
dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Status Gizi
kekurangan gizi pada anak. Namun pada penelitian ini
Balita
jumlah responden yang memiliki status ekonomi
Berdasarkan hasil data pada Tabel 3, responden
rendah mencapai 59,03%, lebih dari setengah jumlah
yang berpendidikan rendah memiliki anak balita
total responden.
5

dengan status gizi baik, mencapai sebanyak 42


responden (29,17%). Responden berpendidikan
6

sedang dengan anak balita yang status gizinya baik ada tua terhadap status gizi balita mendapat nilai p kurang
72 responden (50%) dan responden berpendidikan dari 0,05 yaitu 0,037 maka dari itu status ekonomi
tinggi yang memiliki anak balita berstatus gizi baik orang tua mempengaruhi status gizi balita. Nilai p
sebanyak 14 orang (9,72%). positif sehingga arah korelasi positif yang artinya
Hasil uji Somers’D dan Kruskal Wallis antara semakin baik status ekonomi orang tua, maka semakin
variabel status pendidikan orang tua dengan status gizi baik pula status gizi anak.
balita didapatkan nilai p lebih dari 0,05 yaitu masing- Responden penelitian dengan pola asuh baik
masing 0,807 dan 0,722 sehingga dapat disimpulkan terhadap anak balita yang memiliki anak dengan status
bahwa status Pendidikan orang tua tidak gizi baik terdapat sebanyak 62 responden (43,06%).
mempengaruhi status gizi anak balita. Nilai p positif Uji Kruskal Wallis pada variabel pola asuh orang
berarti arah korelasi adalah positif yaitu semakin baik tua terhadap status gizi balita didapatkan nilai p
tingkat Pendidikan orang tua, maka semakin baik pula sebesar 0,043 sehingga dapat disimpulkan adanya
status gizi anak. perbedaan antara kelompok pola asuh orang tua dan
Pada penelitian ini peneliti mendapatkan status gizi balita. Sedangkan hasil uji Somers’D
keseluruhan responden berstatus ekonomi rendah yang didapatkan nilai p 0,077 yang artinya pola asuh orang
memiliki anak dengan status gizi baik sebanyak 72 tua tidak mempengaruhi status gizi anak balita. Arah
responden (50%). korelasinya positif yaitu semakin baik pola asuh yang
Hasil uji Kruskal Wallis didapatkan nilai p 0,064 dipraktikkan orang tua terhadap anak balita maka
yang artinya tidak ada perbedaan antara kelompok semakin baik kontrbusinya terhadap status gizi anak
status ekonomi orang tua dan status gizi anak balita. balita.
Hasil uji Somers’D pada variabel status ekonomi orang

Tabel 3. Analisa Hubungan Status Pendidikan, Ekonomi, dan Pola Asuh Orang Tua terhadap Status Gizi Balita

Status Gizi Anak Uji


Uji
Kruskal
Gizi Gizi Gizi Gizi Somers’ D
Wallis
Buruk Kurang Baik Lebih Total (nilai p)
(nilai p)
Rendah 2 0 42 1 45
(1,39%) (0%) (29,17%) (0,69%) (31,25%)
Status
Sedang 2 5 72 5 84 0,807
Pendidikan 0,722
(1,39%) (3,47%) (50%) (3,47%) (58,33%)
Orang Tua
Tinggi 1 0 14 0 15
(0,69%) (0%) (9,72%) (0%) (10,42%)
5 5 72 4 86
Rendah
(3,47%) (3,47%) (50%) (2,78%) (59,72%)
0 0 42 2 44
Status Sedang
(0%) (0%) (29,17%) (1,39%) (30,56%)
Ekonomi 0,064 0,037*
0 0 6 0 6
Orang Tua Tinggi
(0%) (0%) (4,17%) (0%) (4,17%)
Sangat 0 0 8 0 8
Tinggi (0%) (0%) (5,56%) (0%) (5,56%)
Cukup 2 0 4 0 6
(1,39%) (0%) (2,78%) (0%) (4,17%)
Pola Asuh
3 3 62 3 71
Orang Baik 0,043* 0,077
(2,08%) (2,08%) (43,06%) (2,08%) (49,30%)
Tua
Sangat 0 2 62 3 67
Baik (0%) (1,39%) (43,06%) (2,08%) (46,53%)
Keterangan: *Signifikan, nilai p < 0,05.
7

PEMBAHASAN gizi. Seorang ayah dengan pekerjaan yang baik


mempengaruhi tingginya pendapatan yang diterima,
Pengaruh Status Pendidikan Orang Tua terhadap semakin tinggi pendapatan yang dimiliki maka akan
Status Gizi Balita lebih mudah mewujudkan pola konsumsi makanan
Hasil dari analisis hubungan antara status yang beragam, bergizi seimbang dan aman. Selain itu,
pendidikan orang tua (ibu) dengan status gizi balita hasil penelitian yang serupa dilakukan oleh Putri, dkk
yaitu tidak adanya pengaruh dari status Pendidikan (2014), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
orang tua terhadap status gizi anak. Semakin tinggi antara pendapatan orang tua dengan status gizi balita
status pendidikan seseorang maka akan semakin diwilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang.
mudah menerima informasi sehingga makin banyak Jenis pekerjaan orang tua juga mempengaruhi
pula pengetahuan yang dimiliki. Orang tua dapat status gizi anak misalnya pada ibu yang tidak bekerja
menerima segala informasi dari luar tentang cara atau ibu rumah tangga yang lebih banyak meluangkan
pengasuhan anak yang baik, terutama bagaimana ibu waktunya dirumah dan dapat memberikan pengasuhan
memberikan makanan dan menjaga kesehatan anak. yang maksimal terhadap anaknya. Sedangkan orang
Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki ibu maka tua yang bekerja memiliki waktu yang relatif banyak
semakin baik perilaku pola asuh yang terwujud.15 diluar rumah tidak dapat memberikan pengasuhan
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang maksimal terhadap anaknya. Oleh sebab itu,
Ni’mah (2015) yang menyatakan bahwa tidak ada orang tua yang bekerja status gizi pada balita
hubungan antara status pendidikan ibu dengan status cenderung kurang terpenuhi.20 Selain itu pengetahuan
gizi pada balita keluarga miskin di Kecamatan Balen ibu tentang gizi berpengaruh terhadap pola makan
Kabupaten Bojonegoro. Hal tersebut dikarenakan keluarga karena ibu yang mempersiapkan makanan
tingkat pendidikan ibu yang tinggi tidak menjamin mulai dari mengatur menu, berbelanja, memasak, serta
memiliki balita dengan status gizi yang normal. Ibu mengajarkan tata cara makan terhadap anakanya.
yang memiliki pengetahuan yang baik diharapkan Dengan meningkatnya pengetahuan gizi yang dimiliki
mampu mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki ibu diharapkan semakin tinggi pula kemampuan ibu
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan dalam memilih dan merencanakan makanan dengan
karena status gizi selain dipengaruhi oleh pengetahuan ragam dan kombinasi yang sesuai dengan syarat-syarat
juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti sosio- gizi.21
ekonomi, sosio-budaya, dan lingkungan.16
Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Status
penelitian Nurmaliza (2018) yang menunjukkan Gizi Balita
adanya hubungan antara pengetahuan dan pendidikan Pola asuh orang tua merupakan perilaku yang
terhadap status gizi balita di Kecamatan Rumbai dipraktikan oleh orang tua dalam pemberian makanan,
Pesisir Kota Pekanbaru.17 Penelitian lain yang stimulasi, dan pemeliharaan kesehatan, serta dukungan
dilakukan Ranityas., dkk (2016) menyatakan bahwa emosional untuk tumbuh kembang anak. 22 Hasil dari
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu analisis hubungan antara pola asuh orang tua dengan
dengan status gizi balita di Puskesmas Pleret.18 status gizi balita yaitu keduanya tidak terdapat
hubungan. Pada penelitian ini pola asuh orang tua tidak
Pengaruh Status Ekonomi Orang Tua terhadap mempengaruhi status gizi anak. Pola pengasuhan ibu
Status Gizi Balita dalam pemberian makan yang mencukupi kebutuhan
Hasil dari analisis hubungan antara status gizi anak akan berkontribusi terhadap kebaikan status
ekonomi orang tua dengan status gizi balita yaitu status gizi anak dan begitu pula sebaliknya apabila pola
ekonomi orang tua mempengaruhi status gizi anak pengasuhan orang tua dalam memberikan makanan
balita usia 1-5 tahun di Kecamatan Pujon, Kabupaten dan menjaga kesehatan anak kurang maka
Malang. Pendapatan merupakan faktor yang paling berkontribusi pada buruknya status gizi anak. Selain
menentukan kualitas dan kuantitas makanan. itu pola pengasuhan dapat berkontribusi terhadap
Kemampuan orang tua untuk membeli bahan makanan perkembangan fisik dan kesehatan mental anak. 23
bergantung terhadap besar kecilnya pendapatan orang Namun dalam penelitian ini ibu dengan pola asuh
tua. Selain itu tingkat pendapatan dapat menentukan yang baik belum tentu memiliki balita dengan masalah
pola makan. Orang tua dengan pendapatan terbatas gizi yang lebih kecil daripada ibu dengan pola asuh
menyebabkan daya beli makanannya rendah sehingga yang kurang. Sehingga hasil penelitian ini sejalan
tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang dengan penelitian Asrar (2009) yang melaporkan
diperlukan dan pada akhirnya berakibat buruk bahwa tidak ada hubungan bermakna antara pola asuh
terhadap status gizi anak balitanya. Sebaliknya dengan status gizi balita masyarakat suku Nuaulu di
semakin tinggi pendapatan orang tua maka kebutuhan Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku. Begitu pula
gizi anggota keluarga dapat terjamin.19 hasil penelitian Ni'mah (2015) yang menyatakan
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian bahwa pola asuh ibu tidak berkontribusi terhadap
yang dilakukan Herwanti (2016) yaitu ada hubungan terjadinya wasting dan stunting pada balita keluarga
yang bermakna antara pekerjaan ayah dengan status
8

miskin di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro.24 Kota Malang. Malang: Dinas Kesehatan Kota
Penelitian lain oleh Apriyanto (2016) menunjukkan Malang
bahwa terdapat hubungan antara pola asuh dengan 6. Semba RD, de Pee S, Sun K, Sari M, Akhter N,
status gizi anak balita pola asuh dan status gizi balita Bloem MW. Effect of parental formal education
di Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa, Nusa on risk of child stunting in Indonesia and
Tenggara Barat. Selain itu penelitian Aramico (2013) Bangladesh: a cross-sectional study. Lancet.
juga menunjukkan hasil yang sama bahwa terdapat 2008;371(9609):322–8.
hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan 7. El Taguri A, Betilmal I, Mahmud SM, Monem
status gizi di Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Ahmed A, Goulet O, Galan P, et al. Risk factors
Tengah.25 for stunting among under-fives in Libya. Public
Health Nutr. 2009;12(8):1141–9.
KESIMPULAN 8. Moestue H, Huttly S. Adult education and child
Berdasarkan analisa data dan pembahasan bahwa, nutrition: The role of family and community. J
status gizi anak balita usia 1-5 tahun lebih dipengaruhi Epidemiol Community Health.
oleh status ekonomi orang tua dan tidak dipengaruhi 2008;62(2):153–9.
oleh status pendidikan dan pola asuh orang tua 9. Schaller J, Zerpa M. Short-run effects of parental
terhadap anak balita. job loss on child health. Am J Heal Econ.
2019;5(1):8–41.
SARAN 10. Pieters J, Rawlings S. Parental unemployment and
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan, child health in China. Rev Econ Househ.
peneliti menyarankan untuk: 2020;18(1):207–37.
1. Melakukan penelitian lanjutan dengan meneliti 11. Supariasa., Bakrie, B., Fajar, I. Penilaian Status
faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi status Gizi.Jakarta: EGC. 2012.
gizi anak balita usia 1-5 tahun seperti kebiasaan 12. Kristiyanasari, W. Asuhan Keperawatan
makan anak, higienitas lingkungan, dan konsumsi Neonatus Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
air bersih. 2010.
2. Meningkatkan derajat ekonomi dan kesehatan 13. Tarmuji, T. Hubungan Pola Asuh Orang tua
masyarakat di Kecamatan Pujon dengan terhadap Agresifitas. Liberty, Jakarta. 2001.
melaksanakan program-program pemberdayaan 14. Departemen Kesehatan RI. Pengelolaan Program
masyarakat seperti penyuluhan tentang Perilaku Perbaikan Gizi Kabupaten/Kota. Jakarta; Depkes
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan promosi RI. 2000.
maupun pelatihan berbagai upaya kesehatan. 15. Nafi’ah, S. Gambaran Karakteristik Ibu Balita
yang Memiliki Gizi Kurang Di Desa
UCAPAN TERIMAKASIH Sambungwangan Kecamatan Randublatung
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada ikatan Kabupaten Blora. Stikes Ngudi Waluyo. 2015.
orangtua mahasiswa (IOM) yang telah mendanai 16. Soetjiningsih. ‘Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:
penelitian ini. EGC. 2014.
17. Nurmaliza, N. and Herlina, S. Hubungan
DAFTAR PUSTAKA Pengetahuan dan Pendidikan Ibu terhadap Status
1. FAO, IFAD and WFP. The State of Food Gizi Balita. KESMARS: Jurnal Kesehatan
Insecurity in the World 2013. The multiple Masyarakat, Manajemen dan Administrasi
dimensions of food security. Rome, FAO. 2013 Rumah Sakit. 2018.1(1), pp.44-48.
2. United Nations Children’s Fund (UNICEF). The 18. Ranityas, K., Era, R. and Diyah, Y. Tingkat
State of the World’s Children. Children, Food, and Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi Balita Di
Nutrition: Growing well in a changing world. Puskesmas Pleret. Jurnal Kesehatan
UNICEF, New York. 2019 SAMODRA ILMU. 2016.
3. UNICEF. Global Nutrition Report reveals 19. Notoatmodjo, S. ‘Promosi Kesehatan Teori dan
malnutrition is unacceptably high and affects Aplikasi’. Jakarta: Rineka Cipta. 2005.
every country in the world, but there is also an 20. Alqustar, A. and Listiowati, E. Hubungan Tingkat
unprecedented opportunity to end it. UNICEF. Pendidikan dan Ekonomi Orang Tua dengan
2018 Status Gizi Balita di Puskesmas Kraton,
4. United Nations Children’s Fund (UNICEF). Yogyakarta. Syifa’ MEDIKA, 2014.
‘Infant and Young Child Feeding: Programming 21. Putri, R., Sulastri, D. and Lestari, Y. Faktor-
Guide’, Nutrition Section, UNICEF. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
https://www.unicef.org/nutrition/files/Final_IYC Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
F_programming_guide_June_2012.pdf – Di akses Nanggalo Padang. Jurnal Kesehatan Andalas,
April 2020. 2015.
5. Dinkes Malang. 2014. Prevelensi Penyakit Di
9

22. Suhardjo. Perencanaan pangan dan gizi. Edisi ke- Ibu Dengan Wasting Dan Stunting Pada Balita
1. Jakarta: Bumi Aksara; 2005. Keluarga Miskin. Media Gizi Indonesia.
23. Asrar, M., Hadi, H. and Boediman, D. Pola Asuh, 2015;10(1):1-5
Pola Makan, Asupan Zat Gizi dan Hubungannya 25. Aramico, B., Sudargo, T. and Susilo, J. Hubungan
dengan Status Gizi Anak Balita Masyarakat Suku sosial ekonomi, pola asuh, pola makan dengan
Nuaulu di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku stunting pada siswa sekolah dasar di Kecamatan
Tengah Provinsi Maluku. Jurnal Gizi Klinik Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Gizi
Insonesia. 2009; 6(2), pp.84-89. dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of
24. Ni’mah, C., Muniroh, L. 2015. Hubungan Tingkat Nutrition and Dietetics). 2016. 1(3), p.121.
Pendidikan, Tingkat Pengetahuan Dan Pola Asuh

Anda mungkin juga menyukai