KELOMPOK 7-Pengertian Dan Ruang Lingkup Geografi Permukiman
KELOMPOK 7-Pengertian Dan Ruang Lingkup Geografi Permukiman
KELOMPOK 7-Pengertian Dan Ruang Lingkup Geografi Permukiman
PERMUKIMAN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen serta teman-teman yang telah membimbing kami
dalam menyusun makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Pengertian dan Ruang
Lingkup Geografi Permukiman” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
Kelompok 7
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................................2
Bab II Pembahasan.........................................................................................................3
2.1 Pengertian Geografi Permukiman...............................................................................3
2.2 Ruang Lingkup Geografi Permukiman .......................................................................3
2.3 Fungsi Permukiman.....................................................................................................8
Daftar Pustaka...............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Makalah ini disusun untuk menginformasikan kepada pembaca baik mahasiswa,
pelajar, ataupun masyarakat mengenai kajian geografi permukiman.
BAB II
PEMBAHASAN
B. Permukiman Miskin
Konteks kemiskinan tidak hanya diukur dari penghasilan (income poverty),
tetapi juga kondisi rumah yang buruk dan kumuh, serta kekurangan bahan
kebutuhan pokok, sehingga terkadang kemiskinan ‘memiliki banyak dimensi’.
Pemukiman miskin adalah pemukiman padat dengan karakteristik penduduk
mengalami kekurangan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan rumah. Motivasi
munculnya pemukiman miskin adalah ketersediaan lapangan pekerjaan,
kemudahan lokasi pasar dan pusat perbelanjaan untuk pemenuhan kebutuhan
hidup, kedekatan dengan wilayah industri dan komersial, akses layanan publik,
akses jaringan transportasi umum dan ketersediaan air.
Karakteristik lokasi-lokasi berkembangnya pemukiman miskin pada data
spasial adalah sebagai berikut:
a. Pola tata ruang. Rencana pola tata ruang wilayah pembangunan lahan dan
alokasi pemukiman yang kurang baik, tidak ada ruang terbuka dan jalan yang
menimbulkan kecenderungan bentuk dan ukuran yang tidak teratur. Sebaliknya
alokasi perumahan yang teratur memiliki ruang terbuka yang lebih menonjol.
b. Struktur rumah. Perumahan padat cenderung memiliki struktur ukuran yang
lebih kecil dan bersebelahan/berhimpitan.
c. Batas rumah. Pemukiman rumah yang spontan tanpa perencanaan memiliki
bentuk batasan poligon yang tidak teratur.
d. Cluster dan penyebaran pemukiman. Tanpa perencanaan yang jelas
menyebabkan ketidakseimbangan, tidak meratanya cluster populasi padat di
satu sisi dan populasi yang jarang di sisi lainnya, tidak ada wilayah vegetasi
dan ruang wilayah publik yang cukup.
e. Bentuk reflektance atau radiasi. Umumnya wilayah pemukiman informal
memiliki bentuk radiasi yang berbeda karena degradasi alam, ukuran bangunan
dan sifat material bangunan yang mudah rusak sehingga terlihat lebih gelap.
f. Atribut lokasi. Biasanya pemukiman padat terletak di perkotaan, dekat wilayah
komersial dan industri sebagai daya tarik utama urbanisasi serta mencari
tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja. Selain itu, pemukiman ini
sering ditemukan pada zona berbahaya seperti sekitar aliran sungai, sepanjang
rel kereta api, di bawah jembatan layang, dan dekat tempat pembuangan
sampah.
1. Pola Permukiman
Pola permukiman menurut Widyatsomo (dalam Yoduhusodo, 1991) terdapat 3
pola permukiman yaitu:
- Perumahan yang direncanakan dengan baik dan dibangun dengan baik dan teratur
rapi serta memiliki prasarana, utilitas dan fasilitas yang cukup baik
- Perumahan yang berkembang tanpa direncanakan terlebih dahulu. Polanya tidak
teratur, prasarana, utilitas dan fasilitasnya tidak memenuhi syarat kuantitas
maupun kualitas. Dibedakan antar dua tipe utama, yaitu tipe kampung dan tipe
perumahan liar
- Perumahan yang tidak sepenuhnya direncanakan dengan baik. Jalan utama dan di
kiri kanan jalandibangun rumah yang baik dan teratur. Namun, ditengah dan
belakang tumbuh rumah-rumah tipe kedua yaitu rumah-rumah yang tidak teratur.
2. Perubahan Permukiman
Perubahan pada permukiman menurut Widyatsomo (dalam Rapoport, 1969)
perubahan bentuk rumah bukan merupakan hasil kekuatan faktor fisik atau faktor
tunggal lainnya, tetapi merupakan konsekuensi dari cakupan faktor-faktor budaya
yang terlihat dalam pengertian yang luas. Pembentukan lingkungan permukiman,
Rapoport dibagi menjadi dua kelompok elemen dasar, yakni elemen fisik, seperti,
kondisi iklim, metode konstruksi, material yang tersedia dan teknologi, dan
elemen socio-cultural. selalu berubah sehingga makna bangunan maupun
permukiman juga dapat berubah. Hanya saja perubahan tersebut tidaklah selalu
terjadi secara serentak dan pada seluruh elemen ataupun tatanannya, akan tetapi
selalu dijumpai adanya unsur yang berubah dan yang tetap atau constancy and
change.
Hal ini dipertegas oleh Silas (1999) mengatakan bahwa rumah adalah bagian
utuh dari suatu permukiman dan bukan semata-mata hasil fisik yang sekali jadi, tapi
merupakan proses yang berkembang berlanjut dan terkait dengan mobilitas sosial
ekonomi penghuninya, dengan tujuan untuk merangsang kesejahteraan individu dan
masyarakat sekitarnya. Kekhasan fisik permukiman merupakan salah satu bagian
dari potensi yang perlu ditemukan dan dikembangkan kembali agar kawasan
memiliki identitas atau ciri khas yang menjadi daya tarik. kekhasan fisik kawasan
dapat dilihat dari pola dan tatanan bangunan serta bentuk rumah masih asli (rumah
adat).
3. Klasifikasi Permukiman
Wesnawa (2015: 33) mengklasifikasikan permukiman berdasarkan:
- Scope bahasan (skala), dibedakan menjadi permukiman skala mikro, meso dan
makro. Skala mikro dalam wujud rumah secara individu yang ada dalam suatu
lingkungan rumah meliputi bangunan rumah, fasilitas, kesehatan, lingkungan, dan
keindahan arsitektural. Skala meso berada dalam kelompok yang berbeda dalam
lingkungan perumahan, perbedaan karakteristiknya disebabkan oleh struktur mata
pencarian pemukimnya. Skala makro, wilayah elemennya meliputi fisik, sosial
budaya, ekonomi, politik dan teknologi.
- Tapak, meliputi: a) permukiman pantai, berlokasi di pesisir dengan karakteristik
pemukim adalah nelayan, b) permukiman dataran rendah, ditempati oleh mereka
yang bekerja sebagai petani, mereka yang bekerja disektor jasa/pelayanan,
pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pariwisata dan sektor perekonomian
lainnya. dan c) permukiman dataran tinggi, karakteristiknya hampir mirip dengan
permukiman pesisir, umumnya aktivitas disektor agraris atau pertanian lahan
kering.
- Kualitas yakni, a) Kualitas permukiman tinggi berada pada kawasan permukiman
elit dengan penghuni masyarakat berpenghasilan tinggi; b) Kualitas permukiman
rendah umumnya dimiliki oleh mereka yang berpenghasilan rendah.
4. Tipe Permukiman
Wesnawa (2015: 32) membagi tipe permukiman berdasarkan waktu hunian,
yaitu adanya permukiman sementara yang dihuni beberapa hari hingga beberapa
tahun dan tipe permukiman berdasarkan karateristik fisik dan nonfisik, yaitu
perubahan suatu permukiman yang berarti adanya pertumbuhan diwilayah tersebut,
perubahan tersebut dapat dilihat dari sifat, ukuran, gaya bangunan dan fungsi
wilayah.
3.1 Kesimpulan
Geografi permukiman merupakan salah satu cabang geografi yang mempelajari
tentang permukiman beserta dengan segala aspek – aspek yang berkaitan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Permukiman didefinisikan sebagai tempat (ruang)
untuk hidup dan berkehidupan bagi kelompok manusia. (Doxiadis, 1971).
Ruang lingkup kajian permukiman meliputi lingkup mikro, meso dan makro.
Skala ruang lingkup pembahasan makro adalah meliputi sistem kota-kota maupun desa-
desa dalam wilayah yang sangat luas, dimana eksistensi permukiman dianggap sebagai
titik-titik yang tersebar.
3.2 Saran
Makalah ini sangat bermanfaat untuk mengetahui mengenai permukiman. Ketika
kita telah mengetahui kajian permukiman maka kita dapat menganalisis perkembangan
suatu negara.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-1-2011-perumahan-kawasan-permukiman
(Diakses Pada Selasa, 10 November 2020)
http://geografimun4.blogspot.com/2017/02/geografi-permukiman-analisis-
permukiman.html (Diakses Pada Selasa, 10 November 2020)