KELOMPOK 7-Pengertian Dan Ruang Lingkup Geografi Permukiman

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP GEOGRAFI

PERMUKIMAN

Makalah Ini Disusun Oleh :


Kelompok 7

Dewi Permata Sari (3183131036)


Florentina Theresia Syahwenty Gultom (3183131029)
Natasya Rahmi (3182131021)
Muhammad Rais (3183331005)
Dosen Pengampu : Drs. Mbina Pinem, M.Si.
Mata Kuliah : Geografi Transport dan Permukiman

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen serta teman-teman yang telah membimbing kami
dalam menyusun makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Pengertian dan Ruang
Lingkup Geografi Permukiman” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Penyusun

Kelompok 7
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................................2

Bab II Pembahasan.........................................................................................................3
2.1 Pengertian Geografi Permukiman...............................................................................3
2.2 Ruang Lingkup Geografi Permukiman .......................................................................3
2.3 Fungsi Permukiman.....................................................................................................8

Bab III Penutup...............................................................................................................9


3.1 Kesimpulan..................................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................................9

Daftar Pustaka...............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geografi permukiman merupakan salah satu cabang geografi yang mempelajari
tentang permukiman beserta dengan segala aspek – aspek yang berkaitan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Permukiman didefinisikan sebagai tempat (ruang)
untuk hidup dan berkehidupan bagi kelompok manusia. (Doxiadis, 1971). Obyek studi
dari permukiman sendiri dibagi menjadi dua yaitu permukiman artificial dan
permukiman alami. Permukiman artificial yaitu permukiman yang berkaitan erat dengan
campur tangan manusia dalam pembentukannya, sedangkan permukiman alami
merupakan permukiman merupakan human oriented sehingga sesuai dengan geografi
khususnya geografi manusia.
Kebutuhan akan tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia,
semakin bertambahnya penduduk juga berperan besar terhadap peningkatan kebutuhan
akan tempat tinggal. Laju pertumbuhan penduduk disebabkan oleh dua faktor yaitu
adanya pertambahan penduduk secara alami dan migrasi dari desa ke kota berlebih
(over urbanization). Adanya kecenderungan manusia untuk tinggal di kota
menyebabkan tumbuhnya kota secara cepat, pertumbuhan penduduk yang berkembang
dengan cepat berimplikasi pada makin besarnya kebutuhan ruang untuk tempat tinggal
dan fasilitas lainnya (Sutanto, 1995). Permasalahan di lingkungan permukiman
perkotaan yang sering timbul adalah lingkungan permukiman yang jelek dan sempitnya
lahan sehingga banyak bermunculan permukiman kumuh yang tidak tertata dengan
baik. Permukiman yang belum tertata rapi, sarana prasarana permukiman yang sangat
minim.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang di ambil penulis adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan geografi permukiman
2. Bagaimana ruang lingkup geografi permukiman?
3. Apa fungsi permukiman?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1. Agar para pembaca dapat mengetahui yang dimaksud dengan geografi
permukiman
2. Agar para pembaca dapat mengetahui ruang lingkup geografi permukiman
3. Agar para pembaca dapat mengetahui fungsi permukiman

1.4 Manfaat
Makalah ini disusun untuk menginformasikan kepada pembaca baik mahasiswa,
pelajar, ataupun masyarakat mengenai kajian geografi permukiman.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Geografi Permukiman


Geografi permukiman merupakan salah satu cabang geografi yang mempelajari
tentang permukiman beserta dengan segala aspek–aspek yang berkaitan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Permukiman didefinisikan sebagai tempat (ruang)
untuk hidup dan berkehidupan bagi kelompok manusia (Doxiadis, 1971). Obyek studi
dari permukiman sendiri dibagi menjadi dua yaitu permukiman artificial dan
permukiman alami. Permukiman artificial yaitu permukiman yang berkaitan erat dengan
campur tangan manusia dalam pembentukannya, sedangkan permukiman alami
merupakan permukiman merupakan human oriented sehingga sesuai dengan geografi
khususnya geografi manusia.

Permukiman : digunakan dalam konteks “tempat bermukim” atau “daerah perumahan”


Pemukiman : digunakan dalam kontek “proses memukimkan”
Pemukim : orang yang menetap di suatu tempat; orang yang bermukim
Bermukim : bertempat tinggal

2.2 Ruang Lingkup Geografi Permukiman


Ruang lingkup kajian permukiman meliputi lingkup mikro, meso dan makro.
Skala ruang lingkup pembahasan makro adalah meliputi sistem kota-kota maupun desa-
desa dalam wilayah yang sangat luas, dimana eksistensi permukiman dianggap sebagai
titik-titik yang tersebar. Skala wilayah penelitian tingkat meso analisisnya ditujukan
pada masing-masing titik secara individual. Pembahasan skala mikro lebih menekankan
pada komponen housing per rumah tangga (Yunus dalam Prawitasari, 1997:3).
Permukiman merupakan objek material geografi dan dapat pula dipandang
sebagai objek formal geografi. Objek material geografi meliputi gejala-gejala yang
terdapat dan terjadi di permukaan bumi, sedangkan objek formal geografi adalah cara
memandang dan cara berfikir mengenai permukiman melalui pendekatan keruangan.
Studi mengenai permukiman merupakan bagian dari ilmu studi geografi karena
permukiman merupakan bagian geosfer yang dalam lingkup keruangan. Permukiman
menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman
adalah, bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik dalam lingkup
perkotaan maupun pedesaan, dan juga memiliki fungsi sebagai lingkungan tempat
hunian serta tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Menurut Johan Silas (1985) suatu permukiman hendaknya mengikuti kriteria
bagi permukiman yang baik, dengan memenuhi aspek fisik dan aspek nonfisik. Proses
bermukim menjadi factor pengikat antara masa dulu, kini dan masa akan datang dengan
tujuan peningkatan kualitas hidup. Aspek fisik dan nonfisik saling mempengaruhi satu
dengan yang lain sebagai wujud dari aspek-aspek yang tidak saling terpisahkan antara
satu dengan lainnya (Widyatsomo, 2011).
A. Permukiman Kumuh
Permukiman kumuh menjadi salah satu cara mayarakat miskin mengatasi
persoalan perumahan yang terjangkau (Maharani dan Umilia, 2013). Permukiman
kumuh menurut UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan  permukiman, adalah
permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat
bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak
memenuhi syarat(Advianty dan Hendayeni, 2013). Untuk permukiman dengan
tingkat kekumuhan tinggi dibutuhkan adanya optimalisasi partisipasi masyarakat
pada tangga ketiga dan permukiman dengan tingkat kekumuhan sedang, optimalisasi
partisipasi yang dapat dilakukan dengan memberikan forum penjaringan aspirasi
masyarakat yang komunikatif dan merekrut fasilitator yang kompeten dan lebih peka
dengan kondisi masyarakat.
Penyebab kawasan kumuh menurut Maharani dan Umilia (dalam RP4D, 2008)
yaitu dipicu oleh tingginya angka urbanisasi yang masuk. Banyak warga dari luar
kota berbondong-bondong datang dengan tujuan untuk bekerja atau keperluan lain.
Peningkatan jumlah penduduk, pembangunan dan penambahan pusat-pusat aktivitas
baru pemacu pertumbuhan wilayah secara langsung meningkatkan kebutuhan
perumahan dan lahan dengan keterbatasan ketersediaan lahan di suatu wilayah. Hal
itu mengakibatkan pemanfaatan lahan secara intensif dengan kepadatan bangunan
dan penduduk yang tinggi. Implikasinya penyediaan lahan semakin menipis sehingga
harga lahan menjadi mahal.
Pertumbuhan permukiman kumuh ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Menurut Clinard Marshall B. (1966), disebutkan bahwa pertumbuhan
permukiman kumuh dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
- Growth of density (pertambahan penduduk)
Adanya pertambahan jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan
adanya pertambahan jumlah keluarga, maka akan membawa masalah baru,
secara manusiawi mereka ingin menempati rumah milik mereka sendiri. Semakin
bertambahlah jumlah hunian yang ada di kawasan permukiman tersebut yang
menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman.
- Urbanization (Urbanisasi)
Adanya daya tarik pusat kota maka akan menyebabkan arus migrasi desa ke
kota maupun dari luar kota ke pusat kota. Kaum urbanisasi yang bekerja di pusat
kota ataupun masyarakat yang membuka usaha di pusat kota, tentu saja memiliki
untuk tinggal di permukiman di sekitar pusat kota. Hal ini juga akan
menyebabkan pertumbuhan perumahan permukiman di kawasan pusat kota.

B. Permukiman Miskin
Konteks kemiskinan tidak hanya diukur dari penghasilan (income poverty),
tetapi juga kondisi rumah yang buruk dan kumuh, serta kekurangan bahan
kebutuhan pokok, sehingga terkadang kemiskinan ‘memiliki banyak dimensi’.
Pemukiman miskin adalah pemukiman padat dengan karakteristik penduduk
mengalami kekurangan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan rumah. Motivasi
munculnya pemukiman miskin adalah ketersediaan lapangan pekerjaan,
kemudahan lokasi pasar dan pusat perbelanjaan untuk pemenuhan kebutuhan
hidup, kedekatan dengan wilayah industri dan komersial, akses layanan publik,
akses jaringan transportasi umum dan ketersediaan air.
Karakteristik lokasi-lokasi berkembangnya pemukiman miskin pada data
spasial adalah sebagai berikut:
a. Pola tata ruang. Rencana pola tata ruang wilayah pembangunan lahan dan
alokasi pemukiman yang kurang baik, tidak ada ruang terbuka dan jalan yang
menimbulkan kecenderungan bentuk dan ukuran yang tidak teratur. Sebaliknya
alokasi perumahan yang teratur memiliki ruang terbuka yang lebih menonjol.
b. Struktur rumah. Perumahan padat cenderung memiliki struktur ukuran yang
lebih kecil dan bersebelahan/berhimpitan.
c. Batas rumah. Pemukiman rumah yang spontan tanpa perencanaan memiliki
bentuk batasan poligon yang tidak teratur.
d. Cluster dan penyebaran pemukiman. Tanpa perencanaan yang jelas
menyebabkan ketidakseimbangan, tidak meratanya cluster populasi padat di
satu sisi dan populasi yang jarang di sisi lainnya, tidak ada wilayah vegetasi
dan ruang wilayah publik yang cukup.
e. Bentuk reflektance atau radiasi. Umumnya wilayah pemukiman informal
memiliki bentuk radiasi yang berbeda karena degradasi alam, ukuran bangunan
dan sifat material bangunan yang mudah rusak sehingga terlihat lebih gelap.
f. Atribut lokasi. Biasanya pemukiman padat terletak di perkotaan, dekat wilayah
komersial dan industri sebagai daya tarik utama urbanisasi serta mencari
tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerja. Selain itu, pemukiman ini
sering ditemukan pada zona berbahaya seperti sekitar aliran sungai, sepanjang
rel kereta api, di bawah jembatan layang, dan dekat tempat pembuangan
sampah.

1. Pola Permukiman
Pola permukiman menurut Widyatsomo (dalam Yoduhusodo, 1991) terdapat 3
pola permukiman yaitu:
- Perumahan yang direncanakan dengan baik dan dibangun dengan baik dan teratur
rapi serta memiliki prasarana, utilitas dan fasilitas yang cukup baik
- Perumahan yang berkembang tanpa direncanakan terlebih dahulu. Polanya tidak
teratur, prasarana, utilitas dan fasilitasnya tidak memenuhi syarat kuantitas
maupun kualitas. Dibedakan antar dua tipe utama, yaitu tipe kampung dan tipe
perumahan liar
- Perumahan yang tidak sepenuhnya direncanakan dengan baik. Jalan utama dan di
kiri kanan jalandibangun rumah yang baik dan teratur. Namun, ditengah dan
belakang tumbuh rumah-rumah tipe kedua yaitu rumah-rumah yang tidak teratur.
2. Perubahan Permukiman
Perubahan pada permukiman menurut Widyatsomo (dalam Rapoport, 1969)
perubahan bentuk rumah bukan merupakan hasil kekuatan faktor fisik atau faktor
tunggal lainnya, tetapi merupakan konsekuensi dari cakupan faktor-faktor budaya
yang terlihat dalam pengertian yang luas. Pembentukan lingkungan permukiman,
Rapoport dibagi menjadi dua kelompok elemen dasar, yakni elemen fisik, seperti,
kondisi iklim, metode konstruksi, material yang tersedia dan teknologi, dan
elemen socio-cultural. selalu berubah sehingga makna bangunan maupun
permukiman juga dapat berubah. Hanya saja perubahan tersebut tidaklah selalu
terjadi secara serentak dan pada seluruh elemen ataupun tatanannya, akan tetapi
selalu dijumpai adanya unsur yang berubah dan yang tetap atau constancy and
change.
Hal ini dipertegas oleh Silas (1999) mengatakan bahwa rumah adalah bagian
utuh dari suatu permukiman dan bukan semata-mata hasil fisik yang sekali jadi, tapi
merupakan proses yang berkembang berlanjut dan terkait dengan mobilitas sosial
ekonomi penghuninya, dengan tujuan untuk merangsang kesejahteraan individu dan
masyarakat sekitarnya. Kekhasan fisik permukiman merupakan salah satu bagian
dari potensi yang perlu ditemukan dan dikembangkan kembali agar kawasan
memiliki identitas atau ciri khas yang menjadi daya tarik.  kekhasan fisik kawasan
dapat dilihat dari pola dan tatanan bangunan serta bentuk rumah masih asli (rumah
adat).

3. Klasifikasi Permukiman
Wesnawa (2015: 33) mengklasifikasikan permukiman berdasarkan:
- Scope bahasan (skala), dibedakan menjadi permukiman skala mikro, meso dan
makro. Skala mikro dalam wujud rumah secara individu yang ada dalam suatu
lingkungan rumah meliputi bangunan rumah, fasilitas, kesehatan, lingkungan, dan
keindahan arsitektural. Skala meso berada dalam kelompok yang berbeda dalam
lingkungan perumahan, perbedaan karakteristiknya disebabkan oleh struktur mata
pencarian pemukimnya. Skala makro, wilayah elemennya meliputi fisik, sosial
budaya, ekonomi, politik dan teknologi.
- Tapak, meliputi: a) permukiman pantai, berlokasi di pesisir dengan karakteristik
pemukim adalah nelayan, b) permukiman dataran rendah, ditempati oleh mereka
yang bekerja sebagai petani, mereka yang bekerja disektor jasa/pelayanan,
pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pariwisata dan sektor perekonomian
lainnya. dan c) permukiman dataran tinggi, karakteristiknya hampir mirip dengan
permukiman pesisir, umumnya aktivitas disektor agraris atau pertanian lahan
kering.
- Kualitas yakni, a) Kualitas permukiman tinggi berada pada kawasan permukiman
elit dengan penghuni masyarakat berpenghasilan tinggi; b) Kualitas permukiman
rendah umumnya dimiliki oleh mereka yang berpenghasilan rendah.

4. Tipe Permukiman
Wesnawa (2015: 32) membagi tipe permukiman berdasarkan waktu hunian,
yaitu adanya permukiman sementara yang dihuni beberapa hari hingga beberapa
tahun dan tipe permukiman berdasarkan karateristik fisik dan nonfisik, yaitu
perubahan suatu permukiman yang berarti adanya pertumbuhan diwilayah tersebut,
perubahan tersebut dapat dilihat dari sifat, ukuran, gaya bangunan dan fungsi
wilayah.

2.3 Fungsi Permukiman


UU 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menyebutkan
bahwa Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan dan pengendalian, termasuk di dalamnya
pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran
masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Penyelenggaraan kawasan permukiman
dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana,
menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang.
Penyelenggaraan kawasan permukiman tersebut bertujuan untuk memenuhi hak warga
negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan
teratur serta menjamin kepastian bermukim, yang wajib dilaksanakan sesuai dengan
arahan pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan berkelanjutan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Geografi permukiman merupakan salah satu cabang geografi yang mempelajari
tentang permukiman beserta dengan segala aspek – aspek yang berkaitan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Permukiman didefinisikan sebagai tempat (ruang)
untuk hidup dan berkehidupan bagi kelompok manusia. (Doxiadis, 1971).
Ruang lingkup kajian permukiman meliputi lingkup mikro, meso dan makro.
Skala ruang lingkup pembahasan makro adalah meliputi sistem kota-kota maupun desa-
desa dalam wilayah yang sangat luas, dimana eksistensi permukiman dianggap sebagai
titik-titik yang tersebar.

3.2 Saran
Makalah ini sangat bermanfaat untuk mengetahui mengenai permukiman. Ketika
kita telah mengetahui kajian permukiman maka kita dapat menganalisis perkembangan
suatu negara.
DAFTAR PUSTAKA

http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/download/427/402 (Diakses Pada


Selasa, 10 Noember 2020)

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-1-2011-perumahan-kawasan-permukiman
(Diakses Pada Selasa, 10 November 2020)

http://salamahsiti384.blogspot.com/2013/08/geografi-permukiman.html (Diakses Pada


Selasa, 10 November 2020)

http://geografimun4.blogspot.com/2017/02/geografi-permukiman-analisis-
permukiman.html (Diakses Pada Selasa, 10 November 2020)

file:///C:/Users/user/Downloads/427-817-1-SM.pdf (Diakses Pada Selasa, 10


November 2020)

https://eprints.uny.ac.id/67753/3/Bab%20II.pdf (Diakses Pada Selasa, 10 November


2020)

Anda mungkin juga menyukai