Juknis Vaksinasi Covid-19 111220 F1
Juknis Vaksinasi Covid-19 111220 F1
Juknis Vaksinasi Covid-19 111220 F1
JUKNIS PELAYANAN
VAKSINASI
COVID-19
1
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19
JUKNIS PELAYANAN
VAKSINASI
COVID-19
2
SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Segala puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karuniaNya, Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 telah disusun.
Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi dunia termasuk bangsa Indonesia, COVID-19
yang tidak pernah diprediksi sebelumnya tiba-tiba muncul secara lokal di Wuhan China, dan
dalam waktu yang relatif singkat telah berkembang menjadi Pandemi.
Pemerintah telah menetapkan Pandemi COVID-19 sebagai bencana non alam di
Indonesia pada pertengahan Maret 2020. Kondisi ini telah banyak berpengaruh tidak hanya
terhadap sektor kesehatan namun juga terhadap sektor-sektor penting lainnya yaitu ekonomi,
pariwisata, dan pendidikan. Dampak yang paling terasa adalah pada sektor ekonomi dimana
memasuki triwulan ke tiga tahun 2020 akhirnya Indonesia dihadapkan pada resesi ekonomi.
Kita berharap, Bangsa Indonesia akan segera bangkit dari situasi ini, sehingga segala
upaya untuk memutus mata rantai penularan COVID-19 terus diakselerasi, termasuk
pengembangan vaksin COVID-19.
Masyarakat dunia saat ini seakan menaruh harapan besar terhadap penemuan vaksin
COVID-19. Indonesia menjadikan vaksinasi sebagai bagian dari strategi penanggulangan
Pandemi COVID-19. Meski demikian, masyarakat harus tetap di berikan edukasi bahwa
meskipun vaksinasi COVID-19 penting, namun penerapan protokol kesehatan, yaitu
menggunakan masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta menjaga jarak
aman (3M), juga harus tetap dilaksanakan dengan ketat.
Semoga dengan adanya buku petunjuk teknis ini dapat memberikan panduan yang jelas
terhadap pelaksanaan vaksinasi COVID-19 bagi seluruh pengelola program dan tenaga
kesehatan di Indonesia. Buku ini bersifat dinamis dan akan senantiasa dilakukan
penyempurnaan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan-perkembangan terbaru.
Kepada semua pihak yang telah berkonstribusi dalam penyusunan petunjuk teknis ini,
saya sampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya. Semoga buku ini dapat
bermanfaat bagi kita semua selama penyelenggaraan vaksinasi COVID-19 di Indonesia.
Salam Sehat, Sehat Indonesia
Jakarta, November 2020
Menteri Kesehatan,
Letjen TNI (Purn) Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp. Rad. (K)
-1-
KATA PENGANTAR
Plt. DIREKTUR JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Puji syukur dan karunia-Nya, Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19
dapat disusun. Sebagaimana kita ketahui bahwa vaksinasi merupakan upaya yang paling efektif
untuk memberikan kekebalan/imunitas spesifik terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I), sejarah telah mencatat bahwa semenjak ditemukannya vaksin, jutaan anak di
seluruh dunia dapat diselamatkan dari kesakitan, kecacatan dan kematian akibat PD3I. Dalam
rangka penanggulangan Pandemi COVID-19, juga diperlukan upaya akselerasi melalui
intervensi pemberian vaksinasi dengan tetap terus menerapkan protokol kesehatan.
Pengembangan vaksin yang aman dan berkualitas juga telah dilakukan.
Pelaksanaan pemberian pelayanan vaksinasi COVID-19 diharapkan dapat menjangkau
seluruh target sasaran melalui kerja sama yang baik antara sektor kesehatan, lintas sektor
terkait lainnya dan seluruh komponen masyarakat sebagai bukti komitmen bersama dalam
rangka menanggulangi pandemi COVID-19.
Buku Petunjuk Teknis ini hendaknya dibaca, dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik
mungkin, sehingga kegiatan pelayanan vaksinasi COVID-19 ini dapat berjalan sebaik-baiknya
sesuai dengan harapan. Kami akan senantiasa melakukan penyempurnaan terhadap buku ini
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan-perkembangan terbaru.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak atas
semua dedikasi dan pengabdiannya. Semoga Allah SWT senantiasa menaungi langkah kita
semua untuk dapat bersama-sama berkontribusi optimal dalam menyehatkan masyarakat
Indonesia.
-2-
DAFTAR ISI
SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ...................................... - 1 -
KATA PENGANTAR Plt. DIREKTUR JENDERAL ............................................................ - 2 -
DAFTAR ISI...................................................................................................................... - 3 -
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... - 5 -
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................... - 6 -
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ - 7 -
DAFTAR ISTILAH............................................................................................................. - 8 -
BAB I .............................................................................................................................. - 11 -
PENDAHULUAN ............................................................................................................ - 11 -
A. LATAR BELAKANG............................................................................................... - 11 -
B. TUJUAN ................................................................................................................ - 12 -
C. SASARAN ............................................................................................................. - 12 -
D. RUANG LINGKUP ................................................................................................. - 12 -
BAB II ............................................................................................................................. - 14 -
EPIDEMIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) ..................................... - 14 -
A. EPIDEMIOLOGI .................................................................................................... - 14 -
B. ETIOLOGI ............................................................................................................. - 15 -
C. PENULARAN ........................................................................................................ - 15 -
D. MANIFESTASI KLINIS .......................................................................................... - 16 -
E. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA........................................................................ - 16 -
F. UPAYA PENCEGAHAN ........................................................................................ - 16 -
BAB III ............................................................................................................................ - 20 -
PERENCANAAN VAKSINASI COVID-19 ....................................................................... - 20 -
A. PENTAHAPAN KELOMPOK PENERIMA VAKSIN ................................................ - 20 -
B. PENDATAAN FASYANKES .................................................................................. - 21 -
C. REGISTRASI DAN VERIFIKASI SASARAN ......................................................... - 24 -
D. PERHITUNGAN KEBUTUHAN SERTA RENCANA DISTRIBUSI VAKSIN DAN LOGISTIK
LAINNYA ............................................................................................................... - 25 -
E. ADVOKASI, SOSIALISASI DAN PELATIHAN ....................................................... - 25 -
F. PERENCANAAN KEGIATAN MONITORING DAN EVALUASI .............................. - 25 -
G. PEMBIAYAAN ....................................................................................................... - 26 -
H. PENYUSUNAN RENCANA OPERASIONAL UNTUK DAERAH SULIT ................. - 26 -
BAB IV............................................................................................................................ - 33 -
PELAKSANAAN PELAYANAN VAKSINASI COVID-19 .................................................. - 33 -
A. DISTRIBUSI VAKSIN DAN LOGISTIK LAINNYA .................................................. - 33 -
B. MANAJEMEN VAKSIN DAN LOGISTIK ................................................................ - 34 -
C. PRINSIP PELAKSANAAN VAKSINASI COVID-19 ................................................ - 37 -
D. STANDAR PELAYANAN VAKSINASI COVID-19 .................................................. - 37 -
E. PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA VAKSINASI COVID-19 ................................. - 45 -
F. MANAJEMEN LIMBAH.......................................................................................... - 46 -
BAB V............................................................................................................................. - 49 -
-3-
PENCATATAN DAN PELAPORAN VAKSINASI COVID-19 ........................................... - 49 -
A. PENCATATAN DAN PELAPORAN HASIL PELAYANAN VAKSINASI .................. - 49 -
B. PENCATATAN DAN PELAPORAN VAKSIN DAN LOGISTIK LAINNYA................ - 52 -
BAB VI............................................................................................................................ - 56 -
STRATEGI KOMUNIKASI ............................................................................................. - 56 -
A. TUJUAN STRATEGI KOMUNIKASI ...............................................................................
B. PESAN KUNCI VAKSINASI COVID-19 .........................Error! Bookmark not defined.
C. SASARAN ATAU KELOMPOK KUNCI ..........................Error! Bookmark not defined.
D. STRATEGI SALURAN/MEDIA KEGIATAN....................Error! Bookmark not defined.
E. KOMUNIKASI RISIKO ...................................................Error! Bookmark not defined.
BAB VII........................................................................................................................... - 71 -
PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI ........................................................... - 71 -
A. PENGERTIAN ....................................................................................................... - 71 -
B. KIPI VAKSIN COVID-19 YANG MUNGKIN TERJADI DAN ANTISIPASINYA ........ - 71 -
C. MEKANISME PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI............................ - 71 -
D. KURUN WAKTU PELAPORAN KIPI ..................................................................... - 73 -
E. PELACAKAN KIPI ................................................................................................. - 73 -
F. PENGENALAN DAN PENANGANAN ANAFILAKTIK ............................................ - 74 -
BAB VIII............................................................................................................................... 80
MONITORING DAN EVALUASI ..........................................................................................80
A. SEBELUM PELAKSANAAN .......................................................................................80
B. SAAT PELAKSANAAN ............................................................................................... 81
1) Monitoring Pencapaian Cakupan .........................................................................81
2) Monitoring Kualitas Pelayanan .............................................................................81
C. SESUDAH PELAKSANAAN .......................................................................................82
1) Penilaian Cepat Cakupan Vaksinasi Melalui Survei Daring ..................................82
2) Monitoring Vaksin dan Logistik Lainnya ............................................................... 82
3) Evaluasi Dampak Melalui Surveilans COVID-19 ..................................................82
4) Post Marketing Vaccine Surveillance ...................................................................82
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................85
DAFTAR PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR .....................................................................87
-4-
DAFTAR TABEL
-5-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Persebaran kasus konfirmasi global berdasarkan region WHO per 26 September
2020, sumber: WHO. ..............................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. Peningkatan jumlah kasus konfirmasi harian dan kumulatif Indonesia, 26 September
2020 ........................................................................................................................................
Gambar 3. Skenario efek vaksinasi ................................................................................ - 17 -
Gambar 4. Mekanisme aksi kandidat vaksin COVID-19 (Pandey SC, et.al. 2020) ........ Error!
Bookmark not defined.
Gambar 5. Jejaring Layanan Imunisasi...................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 6. Alur Pelayanan Pemberian Imunisasi COVID-19 di Fasilitas pelayanan kesehatan
....................................................................................................................................... - 38 -
Gambar 7. Contoh Pengaturan Ruang/Tempat Pelayanan Imunisasi ............................. - 40 -
Gambar 8. Alur Jejaring Eksternal Layanan Imunisasi ............Error! Bookmark not defined.
Gambar 9.Contoh Penyimpanan Vaksin COVID-19 di Lemari Es Buka Atas dan Buka Depan- 35
-
Gambar 10. Penyimpanan Vaksin di Dalam Vaccine Carrier .......................................... - 36 -
Gambar 11. Status VVM Vaksin .............................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 12. Penyuntikan Secara Intramuskular ............................................................ - 43 -
Gambar 13 . Cara Penyuntikan Vaksin ........................................................................... - 44 -
Gambar 14 . Cara Membuang Alat Suntik Habis Pakai ke Dalam Safety Box................. - 44 -
Gambar 15 Skema Alur Pelaporan Hasil Cakupan Imunisasi dan Pemakaian Vaksin dan Logistik
Secara Manual .......................................................................Error! Bookmark not defined.
Gambar 16. Penggunaan RapidPro, Pelaporan Data dan Umpan Balik Secara Real-time Error!
Bookmark not defined.
Gambar 17. Alur Pelaporan dan Pelacakan KIPI Serius ................................................ - 72 -
Gambar 18. Tanda dan Gejala Anafilaktik……………………………………………………. 50
Gambar 19. Algoritme Penanganan Syok Anafilaktik Paska Imunisasi .......................... - 77 -
-6-
DAFTAR LAMPIRAN
-7-
DAFTAR ISTILAH
Auto Disable Syringe : Alat suntik sekali pakai untuk pelayanan vaksinasi
Cold box : Alat untuk menyimpan sementara dan membawa vaksin dalam
proses distribusi
Cool pack : Wadah plastik berbentuk segiempat yang diisi dengan air
kemudian didinginkan dalam vaccine refrigerator dengan suhu -
3ºC s/d +2ºC selama minimal 12 jam (dekat evaporator)
COVID-19 : Corona Virus Disease 2019 yang selanjutnya disebut COVID-19
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute
Respiratory Syndrom Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
Disinfektan : Bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau pencemaran jasad renik atau obat untuk membasmi kuman
penyakit
Face shield : Alat pelindung wajah
Fasilitas Pelayanan : Suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
Kesehatan menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Hand sanitizer : Pembersih tangan yang memiliki kemampuan antibakteri atau
antivirus dalam menghambat hingga membunuh bakteri/virus
yang mengandung alkohol minimal 70%
KIPI : Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi yang selanjutnya disingkat KIPI
adalah kejadian medik yang diduga berhubungan dengan
imunisasi.
Pandemi : Wabah yang berjangkit serempak dimana – mana meliputi
daerah geografis yang luas atau ketika sebuah epidemi
menyebar ke beberapa negara atau wilayah dunia
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya di
wilayah kerjanya
Safety Box : Kotak Pengaman yang tahan air dan tusukan jarum untuk
tempat membuang semua alat suntik bekas.
Safety injection : Praktik penyuntikan yang aman bagi pemberi dan penerima
suntikan
Sarung tangan : Sarung tangan yang biasa dipakai oleh tenaga medis agar
terhindar dari droplet pasien untuk mencegah terjadinya
penularan kuman
Sistem Informasi (SI) : Kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas orang yang
menggunakan teknologi informasi tersebut untuk mendukung
operasional dan pengambilan keputusan oleh manajemen.
Dalam arti yang sangat luas, istilah sistem informasi yang sering
digunakan merujuk kepada interaksi antara orang, proses
algoritmik, data, dan teknologi.
Sistem Informasi Satu : Sistem informasi yang disiapkan untuk mendukung proses
Data Vaksinasi COVID-19 vaksinasi, mulai dari proses persiapan, pelaksanaan, proses
pelaporan & evaluasi, dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan data yang terintegrasi & terpadu.
-8-
Vaksin : Produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang
sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau
bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah
menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan
dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu.
Vaccine carrier : Alat untuk membawa vaksin dari tempat penyimpanan ke
tempat pelayanan dan menyimpan vaksin saat pelayanan
Vaccine refrigerator : Tempat yang digunakan untuk menyimpan vaksin dengan suhu
20C s/d 80C.
Vaccine vial monitor : Alat pemantau paparan suhu panas yang terdapat pada label
botol vaksin.
Vaksinasi : Upaya memasukkan vaksin ke tubuh seseorang dalam rangka
menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan dan tidak menjadi sumber penularan.
Vaksinasi Program : pelaksanaan vaksinasi kepada masyarakat yang pendanaannya
ditanggung oleh pemerintah
Vaksinasi Mandiri : pelaksanaan vaksinasi kepada masyarakat yang pendanaannya
ditanggung oleh penerima vaksin atau swasta
-9-
BAB I
PENDAHULUAN
- 10 -
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
- 11 -
Dalam vaksinasi terdapat konsep Herd Immunity atau Kekebalan Kelompok. Kekebalan
Kelompok ini hanya dapat terbentuk apabila cakupan vaksinasi pada sasaran tinggi dan merata
di seluruh wilayah. Sebagian besar sasaran yang telah kebal tersebut secara tidak langsung
akan turut memberikan perlindungan bagi kelompok usia lainnya, sehingga bila ada satu atau
sejumlah kasus PD3I di masyarakat maka penyakit tersebut tidak akan menyebar dengan cepat
dan Kejadian Luar Biasa (KLB) dapat dicegah. Konsep ini merupakan bukti bahwa program
vaksinasi sangat efektif juga efisien karena hanya dengan menyasar kelompok rentan maka
seluruh masyarakat akan dapat terlindungi. Upaya pencegahan melalui pemberian program
vaksinasi jika dinilai dari sisi ekonomi, akan jauh lebih hemat biaya, apabila dibandingkan
dengan upaya pengobatan.
Pelayanan vaksinasi COVID-19 dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol
kesehatan yaitu dengan menerapkan upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan
menjaga jarak aman 1 – 2 meter, sesuai dengan Petunjuk Teknis Pelayanan Vaksinasi Pada
Masa Pandemi COVID-19. Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
puskesmas harus melakukan advokasi kepada pemangku kebijakan setempat, serta
berkoordinasi dengan lintas program, dan lintas sektor terkait, termasuk organisasi profesi,
organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, tokoh masyarakat dan seluruh komponen
masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan vaksinasi COVID-19.
Petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan upaya komunikasi, informasi dan
edukasi (KIE) kepada masyarakat serta memantau status vaksinasi setiap sasaran yang ada di
wilayah kerjanya untuk memastikan setiap sasaran mendapatkan vaksinasi COVID-19 lengkap
sesuai dengan yang dianjurkan.
Dengan upaya-upaya tersebut di atas, diharapkan pengambil kebijakan, pengelola
program dan logistik vaksinasi serta tenaga kesehatan dapat melaksanakan kegiatan pelayanan
vaksinasi COVID-19 dengan sebaik-baiknya.
B. TUJUAN
Petunjuk Teknis ini disusun sebagai acuan dalam melaksanakan seluruh tahapan
kegiatan vaksinasi COVID-19, baik vaksinasi program maupun vaksinasi mandiri, yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi sehingga kegiatan vaksinasi COVID-
19 dapat dilaksanakan sesuai standar, tepat waktu, dan tepat sasaran.
C. SASARAN
Sasaran pengguna Petunjuk Teknis ini adalah para pengambil kebijakan, pengelola
program dan logistik vaksinasi serta tenaga kesehatan lainnya di Dinas Kesehatan Provinsi,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas, serta tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya yang memberikan layanan vaksinasi COVID-19.
D. RUANG LINGKUP
Petunjuk teknis ini memberikan acuan bagi pelaksanaan vaksinasi COVID-19, baik
vaksinasi program maupun vaksinasi mandiri, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pencatatan dan pelaporan, strategi komunikasi, pemantauan dan penanggulangan KIPI serta
monitoring dan evaluasi.
- 12 -
BAB II
EPIDEMIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE
2019 (COVID-19)
- 13 -
BAB II
EPIDEMIOLOGI CORONAVIRUS DISEASE 2019
(COVID-19)
Kluster kasus infeksi saluran pernapasan bawah yang tidak dapat dijelaskan (pneumonia
of unknown etiology) sejumlah 29 kasus pertama kali dilaporkan oleh pemerintah China kepada
WHO Country Office China pada tanggal 31 Desember 2019. Seiring dengan perkembangan
transmisi dan jumlah kasus yang terus meningkat, maka pada tanggal 30 Januari 2020, WHO
menetapkan COVID-19 sebagai Public Health Emergency of International Concern
(PHEIC)/Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Istilah COVID-
19 ini sendiri merupakan akronim dari Coronavirus Disease 2019 yang diresmikan
penyebutannya oleh WHO pada tanggal 11 Februari 2020. Kemudian, dengan semakin luasnya
penyebaran COVID-19 ini ke negara-negara lainnya, maka pada tanggal 11 Maret 2020, WHO
mendeklarasikan COVID-19 ini sebagai pandemi global.
A. EPIDEMIOLOGI
Per tanggal 7 Desember 2020, WHO telah melaporkan sebanyak 66.243.918 kasus
konfirmasi dengan 1.528.984 kematian (Case Fatality Rate/CFR 2,3%).
Adapun, negara dengan penyumbang jumlah kasus terbanyak di seluruh dunia yaitu
Amerika Serikat (14.397.135 kasus konfirmasi), India (9.677.203 kasus konfirmasi) dan Brasil
(6.577.177 kasus konfirmasi).
Indonesia melaporkan 2 kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Sampai dengan
tanggal 7 Desember 2020, Kementerian Kesehatan melaporkan 581.550 kasus konfirmasi
COVID-19 dengan 17.867 kematian (CFR 3,1%) dan persentase kesembuhan sebesar 82,4%.
- 14 -
Gambar 2. Jumlah kasus konfirmasi dan kematian COVID-19 di Indonesia
Berdasarkan data yang dilaporkan, jumlah kematian tertinggi pada kelompok usia 55-64
tahun dan ≥65 tahun.
Saat ini, sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 Revisi ke-
5, pemeriksaan laboratorium untuk penemuan kasus terutama dilakukan pada kasus-kasus yang
memenuhi kriteria suspek, kontak erat yang menunjukkan gejala pada saat pemantauan harian,
petugas kesehatan dan populasi yang tinggal di fasilias tertutup termasuk populasi rentan.
B. ETIOLOGI
Coronavirus merupakan single-stranded RNA virus dengan memiliki struktur yang mirip
dengan mahkota (crown-like appearance) jika dilihat dengan mikroskop elektron merupakan
bagian dari genus betacoronavirus. International Committee on Taxonomy of Viruses (ICTV)
menetapkan nama SARS-CoV-2 karena kemiripannya dengan SARS-CoVs yang menyebabkan
epidemi SARS pada tahun 2002-2003.
Virus ini seperti memiliki kesamaan dengan coronavirus lain yang sangat sensitif
terhadap sinar ultraviolet (UV) dan suhu tinggi (heat). Virus ini kemungkinan dapat diinaktivasi
pada suhu ≥270C dan mampu bertahan pada suhu dibawah 0 0C. Selain itu, untuk inaktivasi,
lapisan lemak pada virus ini dapat larut oleh cairan seperti ether, ethanol dan chlorin yang biasa
terkandung pada cairan disinfektan (Cascella, et.al, 2020).
C. PENULARAN
Penularan virus ini dapat terjadi dari manusia ke manusia. WHO menyatakan bahwa
penularan utama virus ini adalah melalui droplet baik melalui kontak langsung maupun tidak
langsung dengan individu yang terinfeksi yang mengeluarkan ludah atau cairan
pernafasan/dropletnya yang keluar ketika batuk, bersin, bicara atau saat menyanyi (WHOa,
2020). Droplet ini memiliki ukuran diameter 5-10um sedangkan droplet yang ≤5 um maka
disebut sebagai droplet nuclei atau aerosol (WHOb, 2014).
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun
dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di hari-hari pertama penyakit
disebabkan oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat
langsung dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan
sampai dengan 14 hari setelah onset gejala.
Transmisi airborne melalui droplet nuclei (aerosol) dapat dimungkinkan terjadi pada saat
dilakukan prosedur medis yang menghasilkan aerosol (aerosol generating procedure) seperti
intubasi. Saat ini masih dipelajari tentang potensi penularan melalui airborne ini pada setting
publik, terutama pada kondisi padat, tertutup, dan berventilasi buruk.
- 15 -
RNA SARS-CoV02 juga ditemukan pada sampel biologis lain seperti air seni dan feses.
Namun sampai saat ini belum ada publikasi yang melaporkan penularan melalui feses maupun
air seni (WHOa, 2020).
D. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan studi yang dilakukan di China terhadap 72.314 kasus, manifestasi klinis
COVID-19 dapat dibagi menjadi 3 yaitu gejala ringan sampai sedang (80%) baik pneumonia
dan/atau non-pneumonia, gejala berat (14%) dan kritis (6,1%) seperti gagal nafas, septic shock,
gangguan (atau kegagalan) multi organ (Wu, et.al 2020).
CDC melaporkan berdasarkan data dari 370.000 kasus konfirmasi di Amerika Serikat
terkait manifestasi klinis sebagai berikut, batuk (50%), demam (43%), myalgia (36%), sakit
kepala (34%), sesak nafas (29%), nyeri tenggorokan (20%), diare (19%), dan mual/muntah
(12%). Ageusia dan anosmia oleh WHO telah dimasukkan sebagai definisi kasus probabel
COVID-19 sejak 7 Agustus 2020 (WHOd, 2020).
F. UPAYA PENCEGAHAN
Upaya pencegahan didasarkan pada mode penularan dari COVID-19. WHO
merekomendasikan untuk sering mencuci tangan, menghindari kerumunan, menjaga jarak,
penggunaan masker, etika batuk dan bersin, serta isolasi bagi yang sakit dan karantina untuk
kontak erat. Upaya-upaya tersebut dapat dengan efektif menurunkan angka penularan penyakit
COVID-19 (Kucharski, et.al 2020). Saat ini, Indonesia menekankan upaya pencegahan melalui 3
pesan kunci (3M), yaitu menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer, serta penerapan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat.
Vaksinasi COVID-19 dilaksanakan untuk melengkapi upaya pencegahan melalui
penerapan protokol kesehatan, sehingga meskipun vaksin telah tersedia, protokol kesehatan
melalui strategi 3M yaitu memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan serta
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, tetap harus dilakukan dengan optimal.
Pemberian vaksin ini diharapkan mampu memberikan kekebalan komunitas dan mampu
mengendalikan pandemi. Pengendalian pandemi dengan intervensi vaksin (intervensi
farmakologis) sangat bergantung pada kapan vaksin ini diberikan. Terdapat 2 skenario
pemberian vaksin dalam kaitannya dengan pengendalian pandemi. Gambar 3 dibawah ini
merupakan 2 skenario pemberian vaksin. A. Menggambarkan situasi untuk COVID-19 dimana
- 16 -
vaksin baru tersedia pada masa pandemi. B. Situasi jika vaksin sudah ada sejak awal pandemi
(tidak sesuai untuk kondisi pandemi COVID-19 saat ini. (Speiser, Bachmann, 2020)
Upaya telah dilakukan untuk mengeksplorasi vaksin yang ideal untuk SARS-CoV-2 yaitu
berupa vaksin inaktivasi /inactivated virus vaccines, vaksin yang dilemahkan, vaksin vektor virus,
vaksin asam nukleat, vaksin sepeti virus (virus-like vaccine), dan vaksin subunit protein (See R,
et.al. 2020). Tabel dibawah ini tentang jenis, kelebihan dan kekurangan masing-masing vaksin.
- 17 -
target pathogen. Ketika Biological
asam nukleat dimasukkan Inc./Beijing
ke dalam sel manusia, Institute of
mereka menghasilkan Biotechnology,
salinan protein virus, yang Gamaleya
merangsang respon Research
perlindungan dari sistem Institute,Janss
kekebalan tubuh. en
Pharmaceutial
Companies
Vaksin asam Vaksin RNA atau DNA Imunitas selular Moderna/
nukleat (nucleic- mencakup protein patogen yang kuat, Respon antibodi NIAID,
acid vaccine) target yang memicu pengembangan yang relatif rendah BioNTech/
respons imun. Ketika asam cepat Fosun
nukleat dimasukkan ke Pharma/Pfizer
dalam sel manusia, RNA
atau DNA kemudian diubah
menjadi antigen.
Vaksin seperti virus Cangkang virus kosong Cepat dan relatif Mungkin kurang sampai saat
(Virus-like vaccine) yang mirip dengan patogen murah imunogenik petunjuk ini
target, tanpa materi disusun,
genetik. Cangkang virus seluruh vaksin
merangsang respons yang
perlindungan dari sistem dikembangkan
kekebalan tubuh. masih dalam
tahap pre-
klinik
Vaksin sub-unit Vaksin ini menggunakan Novavax
protein (Protein fragmen patogen target Mungkin memiliki Mungkin akan
sub-unit vaccines) yang penting untuk lebih sedikit efek memiliki imunogenik
kekebalan. samping daripada yang buruk, proses
virus utuh yang kompleks
Sumber: WHO Guidance on Developing A National Deployment And Vaccination Plan For Covid-19 Vaccines – draft
version of 10 November 2020
- 18 -
BAB III
PERENCANAAN VAKSINASI
COVID-19
- 19 -
BAB III
PERENCANAAN VAKSINASI COVID-19
Dalam upaya peningkatan cakupan imunisasi yang tinggi dan merata melalui
peningkatan akses terhadap layanan imunisasi yang berkualitas dan sesuai standar, termasuk
dalam rangka pelaksanaan pelayanan vaksinasi COVID-19 dibutuhkan proses perencanaan
yang komprehensif. Mikroplaning adalah proses penyusunan perencanaan pelaksanaan
vaksinasi di masing-masing jenjang administrasi. Dengan perencanaan yang baik, kegiatan
pelayanan vaksinasi diharapkan dapat berjalan dengan baik pula.
Dalam melaksanakan kegiatan pemberian vaksinasi COVID-19, mikroplaning disusun
dengan memperhitungkan data dasar (jumlah fasilitas pelayanan kesehatan/pos vaksinasi,
tenaga pelaksana, daerah sulit, dll).
Prioritas yang akan diimunisasi menurut Roadmap WHO Strategic Advisory Group of
Experts on Immunization (SAGE) adalah;
a. Petugas kesehatan yang berisiko tinggi hingga sangat tinggi untuk terinfeksi dan
menularkan SARS-CoV-2 dalam Komunitas.
b. Kelompok dengan risiko kematian atau penyakit yang berat (komorbid).
c. Kelompok sosial / pekerjaan yang berisiko tinggi tertular dan menularkan infeksi karena
mereka tidak dapat melakukan jaga jarak secara efektif (petugas publik).
- 20 -
1. tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang yang bekerja pada
Fasilitas pelayanan kesehatan, TNI/Polri, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik
lainnya.
2. tokoh masyarakat/agama, pelaku perekonomian strategis, perangkat daerah kecamatan,
desa, RT/RW;
3. guru/tenaga pendidik dari PAUD/TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi;
4. aparatur pemerintah pusat, daerah, dan legislatif;
5. peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan; dan
6. masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya.
Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dilakukan secara bertahap yaitu tahap pertama pada
tahun 2020 dan tahap selanjutnya pada tahun 2021.
Pendataan dan verifikasi kelompok sasaran dilakukan melalui Sistem Informasi Satu
Data Vaksinasi COVID-19. Penentuan jumlah sasaran per kelompok penduduk dilakukan
melalui rekomendasi KPC-PEN. Hasil pendataan sasaran kemudian akan menjadi dasar
perencanaan kebutuhan vaksin dan logistik vaksinasi.
- 21 -
c. Petugas pemberi vaksinasi COVID-19 dibantu oleh petugas yang menyiapkan
vaksin
d. Petugas untuk mengatur alur kelancaran pelayanan
e. Petugas untuk melakukan pencatatan hasil vaksinasi
Pemetaan ketersediaan tenaga pelaksana dilakukan sebagai pertimbangan dalam
menyusun jadwal layanan.
Rangkaian pemeriksaan dan pelayanan Vaksinasi COVID-19 untuk satu orang
diperkirakan sekitar 15 menit. Satu vaksinator (perawat, bidan, dan dokter) diperkirakan mampu
memberikan pelayanan maksimal 40 - 70 sasaran per hari. Dalam satu hari dapat dilaksanakan
beberapa sesi pelayanan dengan jumlah sasaran per sesi pelayanan adalah sekitar 10-15
orang.
- 22 -
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap sebelum dan sesudah
imunisasi kepada sasaran
c) Alat pelindung diri lain apabila tersedia, seperti pakaian gown/apron/pakaian
pakaian hazmat kedap air, dan face shield.
Perhitungan kebutuhan logistik Alat Pelindung Diri (APD) bagi petugas saat
pelayanan vaksinasi yaitu sebagai berikut:
o Masker medis = jumlah petugas x jumlah hari pelayanan x 2 (Ket: masker
medis dapat dipakai maksimal 4 jam sehingga estimasi dalam sehari
diperlukan minimal 2 masker untuk satu petugas, dapat juga diganti lebih
sering apabila basah, robek atau rusak)
Contoh:
Jumlah petugas sejumlah 10 orang, jumlah hari pelayanan yang
direncanakan adalah 20 hari, maka masker medis yang dibutuhkan adalah 10
x 20 x 2 = 400 masker
o Face shield (bila tersedia) = jumlah petugas
o Sarung tangan (bila tersedia) = ((jumlah sasaran x (jumlah vaksinator+jumlah
petugas skrining)) + (jumlah nakes lain x jumlah sesi pelayanan)
Contoh:
Jumlah sasaran sejumlah 50 orang, jumlah vaksinator adalah 2 orang, jumlah
petugas skrining adalah 2 orang, jumlah tenaga kesehatan lain yang
membantu pelayanan vaksinasi adalah 6 orang dan jumlah sesi pelayanan
yang direncanakan adalah 6 sesi per hari (2 sesi per hari selama 3 hari
pelayanan), maka jumlah sarung tangan yang dibutuhkan adalah:
((50 x (2+2)) + (6 x 6) = 200 + 36 = 236 sarung tangan
o Apron (bila tersedia) = sesuai kebutuhan
Kebutuhan logistik PPI lainnya saat pelayanan vaksinasi meliputi:
o Hand sanitizer = sesuai kebutuhan
o Sabun cair dan air mengalir = sesuai kebutuhan
o Cairan disinfektan = sesuai kebutuhan
● Kebutuhan materi KIE
Perhitungan berdasarkan pada kebutuhan.
Berikut adalah cara melakukan input data fasilitas pelayanan kesehatan dalam aplikasi
Pcare Vaksinasi:
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Kantor Cabang BPJS
Kesehatan setempat untuk mendapatkan hak akses (username dan password)
aplikasi Pcare Vaksinasi.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengakses aplikasi Pcare Vaksinasi melalui
alamat https://pcare.bpjs-kesehatan.go.id/vaksin/ menggunakan browser yang
terdapat pada komputer/laptop/handphone yang terkoneksi internet, kemudian log in
menggunakan username dan password yang sudah didapatkan.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengentrikan Tabel 3 yang telah diisi lengkap
pada aplikasi Pcare Vaksinasi. Data yang dientri meliputi nama fasilitas pelayanan
kesehatan, jadwal layanan vaksinasi, kapasitas layanan per-sesi, nama dan nomor
- 23 -
handphone PIC layanan vaksinasi di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
4. Detail penggunaan aplikasi Pcare Vaksinasi untuk pendataan fasyankes dapat dilihat
pada User Manual Pcare Dinkes dengan mengunduh pada tautan
http://bit.ly/LampiranJuknisVC19 dengan password $ppt12020.
- 24 -
http://bit.ly/LampiranJuknisVC19 dengan password $ppt12020.
2) Vaksinasi Mandiri
Data sasaran vaksinasi mandiri diperoleh secara bottom-up dengan mekanisme sebagai
berikut:
a. Perusahaan/individu mengajukan pendaftaran ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
ditunjuk oleh Pemerintah meliputi NIK, nama calon penerima, No. BPJS Kes/TK,
nama perusahaan, jenis pekerjaan, dan wilayah kerja/domisili.
b. Persetujuan, alokasi vaksin, serta jadwal vaksinasi akan diberikan kepada fasilitas
pelayanan kesehatan, sebelum vaksinasi dilaksanakan.
c. Sasaran melakukan konfirmasi atau registrasi ulang untuk memilih jadwal layanan
melalui SMS 1199, UMB *119#, aplikasi Pedulilindungi, web pedulilindungi.id atau
aplikasi lain yang ditentukan selanjutnya oleh pemerintah. Layanan SMS dan UMB
tidak dikenakan biaya (gratis).
Data sasaran beserta penjadwalan vaksinasi masing-masing sasaran dapat diakses oleh
petugas fasilitas pelayanan kesehatan melalui aplikasi Pcare Vaksinasi user faskes atau aplikasi
lain yang ditentukan selanjutnya oleh pemerintah.
- 26 -
Tabel 2. Format Pendataan Fasilitas pelayanan kesehatan Yang Akan Memberikan Layanan Vaksinasi COVID-19
- 27 -
Tabel 3. Kompilasi Pendataan Fasilitas pelayanan kesehatan Yang Akan Memberikan Layanan Vaksinasi COVID-19
- 28 -
Tabel 4. Format Rencana Kegiatan Advokasi, Koordinasi dan Sosialisasi serta Pelatihan Vaksinasi COVID-19
- 29 -
Tabel 5. Format Rencana Jadwal Supervisi
- 30 -
Tabel. 6 Rencana Operasional Wilayah Sulit
- 31 -
BAB IV
PELAKSANAAN PELAYANAN
VAKSINASI COVID-19
- 32 -
BAB IV
PELAKSANAAN PELAYANAN VAKSINASI
COVID-19
2) Vaksinasi Mandiri
Pemerintah Pusat melalui PT. Biofarma menyerahkan vaksin ke distributor,
distributor lalu mendistribusikan vaksin ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pelaksanaan
proses distribusi vaksin harus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
- 33 -
Pada tingkat layanan puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
petugas disarankan memantau ketersediaan vaksin, logistik lainnya, meninjau kapasitas
peralatan rantai dingin, serta memastikan manajemen penyimpanan vaksin dan logistik
lainnya sesuai dengan SOP yang berlaku. Distribusi vaksin dan logistik lainnya harus
disertai dengan dokumen pengiriman berupa Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan
Vaccine Arrival Report (VAR);
Seluruh proses distribusi vaksin sampai ke tingkat pelayanan harus
mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu memberikan kekebalan yang
optimal kepada sasaran. Adapun pelaksanaan hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Distribusi vaksin wajib menggunakan cold box atau vaccine carrier disertai dengan
cool pack. Logistik lainnya dapat menggunakan sarana pembawa kering lainnya;
2. Pada setiap cold box atau vaccine carrier disertai dengan alat pemantau suhu;
3. Lakukan tindakan disinfeksi pada permukaan cold box atau vaccine carrier dengan
menggunakan cairan disinfektan yang sesuai standar;
4. Menggunakan masker bedah/masker medis dan apabila diperlukan memakai
sarung tangan pada saat penataan vaksin di vaccine refrigerator;
5. Cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer
sebelum dan sesudah menangani vaksin dan logistik lainnya;
6. Penyimpanan vaksin serta logistik vaksinasi lainnya mengacu pada Standar
Prosedur Operasional (SPO) yang berlaku;
■ Hepatitis B
■ Td
FS Gol. vaksin yang akan ■ DPT-HB-Hib
(Freeze Sensitive) rusak terhadap suhu ■ DT
dingin <00C (beku) ■ TT
tidak tahan beku
■ IPV
■ COVID-19*
- 34 -
*Vaksin COVID-19 yang saat ini tersedia dengan platform inactivated merupakan
golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin (beku) sehingga untuk
penyimpanan sama seperti manajemen penyimpanan vaksin IPV. Vaksin dapat
disimpan pada suhu 2 – 8⁰C dan dijauhkan dari evaporator. Untuk vaksin COVID-19
dengan platform lainnya mekanisme penyimpanan akan ditentukan kemudian.
Gambar 4. Contoh Penyimpanan Vaksin COVID-19 di Lemari Es Buka Atas dan Buka Depan
2) Pemantauan suhu
Suhu dalam penyimpanan vaksin harus terjaga sesuai dengan yang
direkomendasikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemantauan suhu menggunakan alat
pemantau suhu. Alat pemantau suhu terdiri dari alat pemantau suhu (termometer,
termometer muller, dll), alat pemantau dan perekam suhu terus menerus, dan alat
pemantau dan perekam suhu dengan teknologi Internet of Things (IoT) terus menerus
secara jarak jauh. Mekanisme pemantauan suhu adalah sebagai berikut:
a. Dilakukan pemantauan suhu sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore,
pastikan suhu tetap 2-8 0C.
b. Catat hasil monitoring suhu pada grafik pemantauan suhu.
c. Apabila menggunakan alat pemantau dan perekam suhu terus menerus secara
jarak jauh yang sudah terhubung dengan aplikasi SMILE, maka petugas dapat
memantau suhu dari jarak jauh melalui aplikasi.
- 35 -
Masukan Cool Pack Masukan vaksin Tutup rapat vaccine
carrier
Pemindahan
Proses ini termasuk memindahkan barang dari area pembongkaran/penerimaan,
setelah pengambilan barang; untuk kemudian ditaruh di area penyimpanan barang yang
ditentukan (rak, lantai, dll.). Pastikan agar setiap barang dicatat dengan benar dan pada
hari yang sama saat barang diterima. Sistem kontrol inventaris yang baik akan sangat
membantu dalam pengelolaan.
- 36 -
Pengambilan dan Pengemasan
Untuk memenuhi permintaan pengiriman (atau daftar pengambilan), barang harus
ditarik dari stok yang ada, kemudian disiapkan untuk pengiriman. Dalam beberapa
kasus, barang perlu dikemas ke dalam wadah pengiriman; dan, terkadang, dipaketkan
dengan produk lain sebelum dikirim. Setiap terjadi kegiatan pengepakan atau
pengemasan ulang, kemasan baru harus diberi label dengan benar.
Pengiriman
Untuk menjamin ketepatan pengiriman yang baik, daftar dan jumlah barang harus
diperiksa dan sesuai dengan alokasi, sebelum mempersiapkan dokumen pengiriman
yang diperlukan. Untuk menghindari kerusakan selama pengiriman, barang harus diatur
dan diamankan di dalam kendaraan mengikuti syarat dan ketentuan pemuatan dan
pengangkutan yang memadai.
Catatan penting:
Perhatikan kadaluwarsa setiap barang. Khusus untuk ADS, pengiriman atau
pemakaiannya harus mengikuti prinsip EEFO (Early Expired First Out), dimana barang
yang akan kadaluwarsa, diutamakan untuk dikirim/dipakai terlebih dahulu. Petugas tidak
boleh mengeluarkan/memakai ADS jika sudah lewat tanggal kadaluwarsa.
1) Ketentuan Ruang
Ketentuan ruang pelayanan vaksinasi COVID-19 meliputi:
a. Menggunakan ruang/tempat yang cukup luas dengan sirkulasi udara yang
baik (dapat juga mendirikan tenda di lapangan terbuka). Bila menggunakan
kipas angin, letakkan kipas angin di belakang petugas kesehatan agar arah
aliran udara kipas angin mengalir dari tenaga kesehatan ke sasaran
vaksinasi;
b. Memastikan ruang/tempat pelayanan vaksinasi bersih dengan membersihkan
sebelum dan sesudah pelayanan dengan cairan disinfektan;
c. Tersedia fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand
sanitizer;
d. Atur meja pelayanan antar petugas agar menjaga jarak aman 1 – 2 meter.
- 37 -
e. Ruang tempat pelayanan vaksinasi hanya untuk melayani orang sehat,
apabila tidak memungkinkan ruangan terpisah maka harus dilakukan dengan
waktu/jadwal yang terpisah;
f. Sediakan tempat duduk bagi sasaran untuk menunggu sebelum vaksinasi
dan 30 menit sesudah vaksinasi dengan jarak aman antar tempat duduk 1 –
2 meter. Atur agar tempat/ruang tunggu sasaran yang sudah dan sebelum
Vaksinasi terpisah. Jika memungkinkan tempat untuk menunggu 30 menit
sesudah vaksinasi di tempat terbuka.
Kegiatan pelayanan vaksinasi untuk setiap meja secara lebih rinci dijelaskan pada
tabel 8 sebagai berikut:
Tabel 8. Mekanisme Pelayanan Vaksinasi COVID-19 per Meja
- 38 -
2) Vaksinasi COVID-19 tidak diberikan pada sasaran yang
memiliki riwayat konfirmasi COVID-19. Pemberian pada
sasaran dengan kondisi imunokompromais, hamil, menyusui,
memiliki penyakit penyerta (komorbid) yang termasuk dalam
kelompok besar (hipertensi, diabetes melitus, jantung, Penyakit
Paru Obstruksi Kronik (PPOK), penyakit paru lainnya, dan
lainnya), anak berusia di bawah 18 tahun, dan kelompok usia ≥
60 tahun tidak dilakukan mengingat belum ada data dukung
keamanan vaksin, namun jika sudah ada data dukung
keamanan vaksin untuk kelompok tersebut maka pemberian
vaksinasi boleh dilakukan.
3) Data skrining tiap sasaran langsung diinput ke aplikasi Pcare
Vaksinasi oleh petugas menggunakan komputer/laptop/HP.
Bila tidak memungkinkan untuk menginput data langsung ke
dalam aplikasi (misalnya akses internet tidak ada atau sarana
tidak tersedia), maka hasil skrining dicatat di dalam format
skrining (Tabel 9) untuk kemudian diinput ke dalam aplikasi
setelah tersedia koneksi internet atau sarana yang dibutuhkan
tersedia.
4) Berdasarkan data yang dimasukkan oleh petugas, aplikasi
akan mengeluarkan rekomendasi hasil skrining berupa:
sasaran layak divaksinasi (lanjut), ditunda atau tidak diberikan.
Jika diputuskan pelaksanaan vaksinasi harus ditunda, maka
petugas menyampaikan kepada sasaran bahwa akan ada
notifikasi ulang melalui sms blast atau melalui aplikasi peduli
lindungi untuk melakukan registrasi ulang dan menentukan
jadwal pengganti pelaksanaan vaksinasi.
5) Dilanjutkan dengan pengisian keputusan hasil skrining oleh
Petugas di dalam aplikasi Pcare Vaksinasi.
1) Ketika pada saat skrining dideteksi ada penyakit tidak
menular atau dicurigai adanya infeksi COVID-19 maka
pasien dirujuk ke Poli Umum untuk mendapat pemeriksaan
lebih lanjut
2) Sasaran yang dinyatakan sehat dan dapat diberikan
vaksinasi diminta untuk mengisi format informed consent
(Lampiran 1) dan diminta untuk melanjutkan ke Meja 3.
3) Petugas memberikan penjelasan singkat tentang vaksin
yang akan diberikan, manfaat dan reaksi simpang (KIPI)
yang mungkin akan terjadi dan upaya penanganannya.
- 39 -
5) Selesai penyuntikan, petugas meminta dan mengarahkan
sasaran untuk ke Meja 4 dan menunggu selama 30 menit
Meja 4 (petugas 1) Petugas menerima memo yang diberikan oleh petugas Meja 3
pencatatan) 2) Petugas memasukkan hasil vaksinasi yaitu jenis vaksin dan
nomor batch vaksin yang diterima masing-masing sasaran ke
dalam aplikasi Pcare Vaksinasi.
3) Bila tidak memungkinkan untuk menginput data langsung ke
dalam aplikasi (misalnya akses internet tidak ada atau sarana
tidak tersedia), maka hasil pelayanan dicatat di dalam format
manual, yaitu berupa daftar data sasaran yang diperoleh
melalui aplikasi Pcare Vaksinasi yang sudah disiapkan
sebelum hari H pelayanan (data pada aplikasi Pcare diunduh
kemudian dicetak/print) untuk kemudian diinput ke dalam
aplikasi setelah tersedia koneksi internet atau sarana yang
dibutuhkan tersedia.
4) Petugas mencetak kartu vaksinasi elektronik melalui aplikasi
Pcare Vaksinasi. Kartu tersebut ditandatangi dan diberi stempel
lalu diberikan kepada sasaran sebagai bukti bahwa sasaran
telah diberikan vaksinasi. Bila terdapat kesulitan dalam
mengakses Pcare Vaksinasi Vaksinasi maka berikan kartu
vaksinasi manual kepada penerima vaksinasi (Gambar 8).
5) Petugas mempersilakan penerima vaksinasi untuk menunggu
selama 30 menit di ruang observasi dan diberikan penyuluhan
dan media KIE tentang pencegahan COVID-19 melalui 3M dan
vaksinasi COVID-19
- 40 -
Tabel 9. Format Skrining Sebelum Vaksinasi COVID-19
Nama :
Umur :
NIK :
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda demam dalam 7 hari terakhir?
2. Apakah Anda mengalami gejala ISPA seperti batuk/pilek/sesak
napas dalam 7 hari terakhir?
3. Apakah Anda mengalami diare dalam 7 hari terakhir?
4. Apakah ada anggota keluarga serumah yang kontak
erat/suspek/konfirmasi/sedang dalam perawatan karena
penyakit COVID-19?
Apakah sudah diperiksa swab atau Rapid tes?
Hasil swab atau rapid tes :
5. Apakah Anda memiliki riwayat atau menderita penyakit jantung?
Apakah Anda rutin berobat dan dimana berobat selama ini?
6 Apakah Anda memiliki riwayat atau sedang menderita penyakit
hipertensi/tekanan darah tinggi?
Apakah Anda rutin berobat dan dimana berobat selama ini?
7. Apakah Anda memiliki riwayat atau sedang menderita penyakit
paru/TB/asma/PPOK?
Apakah Anda rutin berobat dan dimana berobat selama ini?
8. Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau sedang menderita
penyakit ginjal?
9. Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau menderita penyakit
hati?
10. Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau sedang
mengkonsumsi obat-obatan untuk kanker?
11. Apakah Anda memiliki riwayat penyakit atau sedang
mengkonsumsi obat-obatan untuk gangguan imunologi?
12. Apakah Anda memiliki riwayat alergi terhadap Vaksinasi
sebelumnya?
13. Apakah Anda sedang hamil atau menyusui? (Untuk WUS)
Keterangan:
Jika terdapat jawaban Ya pada salah satu pertanyaan nomor 1 – 4, maka pemberian Vaksinasi
ditunda
Jika terdapat jawaban Ya pada salah satu pertanyaan nomor 5 – 11, maka pemberian Vaksinasi
tidak dilakukan
Kesimpulan:
Vaksinasi ditunda
Tidak diberikan
- 41 -
Gambar 8. Kartu Vaksinasi COVID-19 Manual
(tampak depan)
(tampak belakang)
- 42 -
3) Ketentuan Waktu Pelayanan Vaksinasi
a. Pelayanan di puskesmas tidak mengganggu jadwal pelayanan imunisasi
rutin. Tentukan jadwal hari atau jam pelayanan khusus vaksinasi COVID-19
di puskesmas, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dan pos vaksinasi.
b. Jam layanan tidak perlu lama dan batasi jumlah sasaran yang dilayani
dalam satu kali sesi pelayanan (1 sesi pelayanan maksimal 10-15 sasaran).
c. Untuk layanan vaksinasi COVID-19 di fasyankes lainnya seperti di RS/Klinik
baik milik pemerintah maupun swasta jadwal layanan dapat diatur dan
disesuaikan dengan memperhatikan jadwal layanan kesehatan lainnya,
pengaturan ruang dan alur pelayanan serta tetap memperhatikan protokol
kesehatan dengan ketat.
- 43 -
Gambar 10. Cara Penyuntikan Vaksin
Gambar 11. Cara Membuang Alat Suntik Habis Pakai ke Dalam Safety Box
INGAT!!
PEMBERIAN vaksin dosis pertama dan dosis kedua harus dengan jenis
VAKSIN YANG SAMA
PASTIKAN tidak salah dalam mengambil vaksin
MASUKKAN alat suntik yang sudah di pakai dalam safety box
JANGAN menyentuh dan menutup kembali jarum setelah penyuntikan
- 44 -
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian:
a. Pastikan petugas kesehatan dalam kondisi sehat (tidak demam, batuk, pilek,
dan lain-lain)
b. Membawa vaksin, ADS, Safety Box, perlengkapan anafilaktik, dan logistik
vaksinasi lainnya, seperlunya, dengan memperhatikan jumlah sasaran yang
telah terdata
c. Petugas kesehatan menerapkan protokol kesehatan selama pelayanan
berlangsung dengan mengacu pada Petunjuk Teknis Pelayanan Vaksinasi
Pada Masa Pandemi COVID-19.
- 45 -
d. Melakukan upaya komunikasi risiko untuk mengatasi penolakan atau
penyebarluasan pesan-pesan negatif; dan
e. Melakukan asistensi dan koordinasi dengan Bidang Komunikasi Pokja
Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 tingkat administrasi di bawahnya.
e. Bidang Monitoring dan Evaluasi
a. Melakukan pemantauan terhadap proses persiapan dan pelaksanaan
Vaksinasi COVID-19;
b. Memantau Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi dan penanggulangannya;
c. Menyusun laporan hasil monitoring dan evaluasi Vaksinasi COVID-19;
dan
d. Melakukan asistensi dan koordinasi dengan Bidang Monitoring dan
Evaluasi Pokja Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 tingkat administrasi di
bawahnya.
F. MANAJEMEN LIMBAH
Pada setiap tempat pelayanan Vaksinasi harus disediakan safety box dengan
jumlah yang cukup berdasarkan jumlah sasaran. Semua ADS yang telah digunakan
harus dimasukan ke dalam safety box. Jangan membuang sampah lainnya ke dalam
safety box. Setelah safety box terisi ¾ penuh, safety box tersebut harus diberi label,
nama tempat pelayanan dan tanggal pelayanan dan harus ditempatkan di tempat yang
aman dengan kondisi tertutup dan jauh dari jangkauan anak-anak dan masyarakat.
Limbah lainnya seperti vial vaksin, alkohol swab, kapas, masker medis, dan sarung
tangan dibuang ke dalam kantong plastik khusus limbah medis atau kantong plastik
biasa yang diberi tanda/ditulis “limbah medis”. Pisahkan (gunakan kantong plastik yang
berbeda) antara vial vaksin dengan limbah alkohol swab, kapas, masker medis dan
sarung tangan. Hal ini untuk memudahkan dalam penghitungan dan pengecekan saat
terjadi KIPI. Limbah yang telah terkumpul tersebut kemudian harus dimusnahkan sesuai
aturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Untuk menghindari kebocoran wadah kosong
dan kemasan vaksin ke jalur ilegal, penyerahan limbah disertai dengan berita acara
penyerahan/pemusnahan.
Limbah dari penyelenggaraan vaksinasi dengan pos vaksinasi harus dibawa
kembali ke puskesmas untuk kemudian dimusnahkan bersama dengan limbah vaksinasi
lainnya sesuai SOP yang berlaku. Limbah dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
diperlakukan sama seperti limbah vaksinasi pelayanan rutin.
Prosedur pengolahan limbah ada beberapa macam, yaitu:
1. Limbah Medis Infeksius Tajam
Ada beberapa alternatif dalam melakukan pengelolaan limbah infeksius
tajam, yaitu:
● Dikubur di dalam bak beton
1) Safety box yang berisi alat suntik bekas dimasukkan ke dalam bak
beton.
2) Model bak beton dengan ukuran lebar 2 x 2 meter minimal kedalaman
mulai 1,5 meter, bak beton ini harus mempunyai penutup kuat dan
aman
● Dibakar dengan Insinerator yang telah memperoleh ijin dari Kementerian
Lingkungan Hidup
1) Safety box yang berisi alat suntik bekas dimasukkan ke dalam
insinerator.
2) Model pembakaran dengan menggunakan Insinerator double
Chamber dengan tujuan untuk menghindari asap yang keluar dari
proses pembakaran insinerator.
- 46 -
● Apabila sumber daya dan sarana tersedia maka pengolahan limbah ini
dapat diserahkan pada pihak ketiga dengan perjanjian kerjasama (MoU)
sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang berlaku di wilayah
kabupaten/kota masing-masing.
- 47 -
BAB V
PENCATATAN DAN PELAPORAN
VAKSINASI COVID-19
- 48 -
BAB V
PENCATATAN DAN PELAPORAN VAKSINASI
COVID-19
Dalam suatu sistem yang berjalan, pencatatan dan pelaporan sangat penting dilakukan
untuk dapat mendokumentasikan rangkaian proses dan hasil kegiatan. Pencatatan dan
pelaporan dilakukan dengan akurat, lengkap, tepat waktu, dan terus-menerus.
Pencatatan dan pelaporan kegiatan pemberian vaksinasi COVID-19 harus terpisah dari
pencatatan dan pelaporan imunisasi rutin. Data yang dicatat dan dilaporkan meliputi hasil
pelayanan vaksinasi serta vaksin dan logistik vaksinasi. Pada pelaksanaan vaksinasi COVID-19,
kegiatan pencatatan dan pelaporan baik pelaksanaan vaksinasi program maupun vaksinasi
mandiri dilakukan secara elektronik melalui Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi C19, namun
apabila pencatatan dan pelaporan tidak memungkinkan untuk dilakukan secara elektronik maka
dapat menggunakan format standar.
Sistem informasi terintegrasi ini mendukung mulai dari pendataan sasaran, registrasi,
penentuan alokasi serta monitoring vaksin dan logistik, serta pencatatan dan pelaporan hasil
pelayanan dan vaksin dan logistik lainnya sebagaimana dijelaskan pada Gambar 12.
Gambar 12. Alur Data Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19
- 50 -
Tabel 10. Format Pencatatan Pelayanan Vaksinasi COVID-19 di Tingkat Fasyankes
- 51 -
B. PENCATATAN DAN PELAPORAN VAKSIN DAN LOGISTIK LAINNYA
Selain pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan, maka juga harus dilakukan pencatatan
dan pelaporan pemakaian vaksin dan logistik lainnya. Pencatatan dan pelaporan vaksin dan
logistik pelaksanaan vaksinasi COVID-19 menggunakan sistem monitoring logistik elektronik
yaitu Bio Tracking dan SMILE (Sistem Monitoring Imunisasi dan Logistik secara Elektronik),
dan/atau aplikasi lainnya untuk pelaksanaan vaksinasi mandiri. Bila tidak memungkinkan
dilakukan pencatatan secara elektronik maka dapat digunakan secara manual menggunakan
format standar (tabel 13) yang kemudian dicatat dan dilaporkan secara elektronik apabila telah
mendapatkan jaringan selular (GSM).
Pencatatan dan pelaporan logistik mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. jumlah vaksin dan logistik vaksinasi yang diterima;
2. jumlah vaksin dan logistik vaksinasi yang dikeluarkan; dan
3. jumlah vaksin dan logistik vaksinasi yang digunakan
Alur pencatatan dan pelaporan vaksin dan logistik vaksinasi dijelaskan pada Gambar 13
dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Setelah mendapatkan data alokasi vaksin dari Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi
COVID-19, Biofarma atau distributor vaksin yang ditunjuk Kemenkes RI, akan
mendistribusikan vaksin dari Pusat sampai ke tingkat Dinas Kesehatan Provinsi.
Pendistribusian tersebut tercatat dalam aplikasi distributor vaksin yang sudah
terhubung dengan Sistem Monitoring Imunisasi dan Logistik secara Elektronik
(SMILE). SMILE akan mencatat kesesuaian jumlah, nomor batch dan tanggal
kadaluarsa vaksin yang diterima oleh Dinas Kesehatan Provinsi.
2. Petugas Dinas Kesehatan Provinsi melakukan pencatatan jumlah, nomor batch dan
tanggal kadaluarsa vaksin yang diterima dengan SMILE melalui telepon genggam.
3. Dinas Kesehatan Provinsi akan melakukan pendistribusian vaksin ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai ketentuan alokasi vaksin dari Pusat, dimana
alokasi ini bisa diakses oleh Dinas Kesehatan Provinsi melalui SMILE. SMILE akan
mencatat kesesuaian jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa vaksin yang
diterima oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
4. Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pencatatan jumlah, nomor
batch dan tanggal kadaluarsa vaksin yang diterima dengan SMILE melalui telepon
genggam.
5. Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten akan melakukan pendistribusian vaksin ke
Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sesuai ketentuan alokasi
vaksin dari Pusat, dimana alokasi ini bisa diakses oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melalui SMILE. SMILE akan mencatat kesesuaian jumlah, nomor
batch dan tanggal kadaluarsa vaksin yang diterima oleh Puskesmas dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
6. Petugas Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya melakukan
pencatatan jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa vaksin yang diterima
dengan SMILE melalui telepon genggam.
7. Ketika Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya mengeluarkan vaksin
dari vaccine refrigerator, maka petugas pengelola logistik harus mencatat
pengeluaran tersebut dalam SMILE melalui telepon genggam.
8. Pencatatan yang dilakukan melalui SMILE akan dilaporkan kembali secara real-time
ke Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19, sehingga penting bagi petugas
yang bertanggungjawab atas logistik vaksin untuk melakukan update penerimaan,
serta keluar dan masuknya vaksin di fasilitas kesehatannya masing-masing,
menggunakan telepon genggam.
9. Apabila vaccine refrigerator sudah dilengkapi dengan alat pemantau suhu
berteknologi Internet of Things yang terhubung dengan SMILE, maka suhu vaccine
- 52 -
refrigerator juga dapat terpantau melalui SMILE secara jarak jauh dan terus
menerus. Selain terpantau, SMILE juga dapat merekam dan menyimpan data suhu
vaccine refrigerator.
10. Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu menunjuk petugas yang akan
bertanggung jawab terhadap monitoring vaksin dan logistik vaksinasi lainnya
menggunakan aplikasi SMILE.
11. Selanjutnya, pengguna aplikasi SMILE yang telah ditunjuk mengisi data melalui
tautan bit.ly/datapenggunasmilecovid19. Pendaftaran pengguna ini bertujuan untuk
mendaftarkan nama petugas agar dapat mengelola vaksin COVID-19 dan logistik
vaksinasi lainnya melalui aplikasi SMILE. Petugas yang terdata akan mempunyai
akses ke dalam aplikasi untuk mengelola vaksin dan logistik vaksinasi lainnya
secara mudah dan real-time melalui smartphone android dan IoSnya. Data yang
dibutuhkan adalah nama dan no HP petugas. Identitas tersebut akan dikonfirmasi
oleh petugas SMILE COVID-19 melalui SMS, termasuk disampaikan username dan
password untuk log-in. Petugas yang telah mendapatkan konfirmasi dapat segera
menginstal aplikasi SMILE, kemudian log-in ke dalam aplikasi. Cara menginstal dan
log-in ke dalam aplikasi dapat diunduh melalui tautan bit.ly/videotutorialsmilecovid19.
Gambar 13. Alur Pencatatan dan Pelaporan Vaksin dan Logistik Vaksinasi
Menggunakan Bio Tracking dan SMILE
- 53 -
Tabel 11. Format Pencatatan Logistik Vaksinasi COVID-19 Tingkat Puskesmas/Fasyankes
54
BAB VI
STRATEGI KOMUNIKASI
- 55 -
BAB VI
STRATEGI KOMUNIKASI
A. TUJUAN
Dokumen ini bertujuan untuk memberikan panduan atau arahan bagi para pelaku
komunikasi kesehatan utamanya bagi mereka yang mengelola program komunikasi perubahan
perilaku dalam vaksinasi COVID-19. Secara khusus petunjuk ini bertujuan untuk:
1. Menyediakan informasi mengenai vaksin COVID-19 yang akurat, dipercaya dan
konsisten melalui berbagai pilihan saluran komunikasi.
2. Menyediakan pilihan kegiatan dan materi edukasi yang dapat dikembangkan lebih lanjut
sesuai dengan kebutuhan.
3. Memudahkan para pelaku komunikasi edukasi, petugas lapangan dan fasilitator
masyarakat untuk melaksanakan tugas mereka dalam membantu menyebarluaskan
informasi penting tentang vaksinasi COVID-19, berdasarkan informasi yang sesuai
dengan standar dan protokol terkini.
4. Sebagai alat bantu dan panduan bagi para mitra seperti dunia usaha, perguruan tinggi,
media, lintas sektor dan organisasi masyarakat (Ormas) yang mudah digunakan.
Strategi Komunikasi Vaksinasi COVID-19 yang ada dalam petunjuk ini merupakan intisari
dari dokumen induk Strategi Komunikasi Vaksinasi COVID-19 yang juga dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan. Dalam dokumen induk tersebut akan memuat informasi yang lebih
lengkap termasuk: pesan kunci, pesan pendukung, media dan saluran yang dipakai, termasuk
monev. Informasi terbaru terkait data dan kebijakan pemerintah terkait program Vaksinasi
COVID-19 akan disesuaikan dalam dokumen induk tersebut.
Dokumen ini memberikan panduan tentang kegiatan komunikasi bagi para pengambil
keputusan, organisasi masyarakat, dunia usaha, perguruan tinggi, media, sektor pemerintah,
tenaga kesehatan masyarakat, pengelola program komunikasi, tenaga kesehatan profesional di
tempat-tempat pelayanan kesehatan; dan bagi relawan kesehatan masyarakat seperti kader,
penyuluh (PKB) dan relawan desa yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat.
B. ANALISIS SITUASI
Analisis situasi dalam strategi ini didasarkan data dan fakta dari hasil studi formatif yang
dilakukan dengan metode desk review terhadap 10 literatur terkait COVID-19 yang berasal dari
dokumen penelitian/laporan organisasi (grey literature), artikel jurnal, dan laporan dalam forum
diskusi ilmiah lainnya.
- 56 -
1) Persepsi dan perilaku terhadap COVID-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru
(AKB)
Survei KAP (Knowledge, attitude, practice) COVID-19 yang dilakukan oleh Johns Hopkins
Center for Communication Program (JHCCP) bekerja sama dengan Facebook, WHO,
Massachusetts Institute of Technology (MIT), dan Global Outbreak Alert and Response Network
(GOARN) di 67 negara, termasuk Indonesia, memberikan gambaran pengetahuan, sikap dan
praktik masyarakat seputar COVID-19 (JHCCP, 2020). Berdasarkan survei longitudinal yang
dilakukan pada bulan Juli (gelombang I) terhadap 5,852 pengguna Facebook di Indonesia
dengan usia di atas 18 tahun tersebut, lebih dari 80% responden telah menerapkan cuci tangan
pakai sabun dan menggunakan masker sementara sebagian besar masyarakat (sekitar 70%
responden) melakukan jaga jarak.
Selanjutnya, hasil survei bulan Oktober 2020 terkait tiga perilaku kunci menunjukkan 86%
responden melaporkan penggunaan masker dan perilaku mencuci tangan pakai sabun turun
dari 83% ke 81% dan menjaga jarak turun dari 72% menjadi 70%.
Terkait informasi mengenai COVID-19, sebagian besar masyarakat mengetahui apa saja
gejalanya dan keadaan saat ini bahwa obat maupun vaksin COVID-19 belum tersedia.
Tabel 13. Pengetahuan dan keyakinan terkait COVID-19 di Indonesia
Aspek Informasi Persentase
Pengetahuan Mampu mengidentifikasi individu yang berisiko 29%
tinggi terpapar
Mampu menyebutkan 3 atau lebih gejala COVID- 49%
19
Keyakinan Yakin bahwa COVID-19 berbahaya dan 65%
mengancam lingkungan sekitarnya
Yakin bahwa dirinya berisiko tertular COVID-19 49%
Cemas/takut akan berakibat serius apabila tertular 60%
Kemampuan menghadapi COVID-19 (efikasi diri) 34%
Terkait akses informasi, Sebanyak 73% responden mengaksesnya melalu televisi yang
dianggap cukup kredibel atau dapat dipercaya (52%). Sayangnya, hanya sedikit sekali (kurang
dari 30%) masyarakat yang mengakses informasi dari tenaga kesehatan secara langsung.
Sebagian besar masyarakat (hampir 80% responden) justru mengakses sumber informasi
daring (online) walaupun mereka menganggap informasinya kurang kredibel (35%).
- 57 -
Tabel 14. Paparan dan kepercayaan masyarakat terhadap media/
sumber informasi terkait COVID-19 di Indonesia
Media/Sumber Informasi Tingkat Kepercayaan Paparan
Televisi 52% 73%
Tenaga kesehatan 53% 27%
Sumber informasi daring (online) 35% 79%
Aplikasi mengirim pesan daring 31% 35%
Koran 38% 17%
Radio 38% 14%
Ilmuwan/pakar 66% 38%
WHO 66% 21%
Petugas kesehatan lokal 53% 51%
Pemerintah di sektor kesehatan 49% 44%
- 58 -
Gambar 15. Kesediaan Masyarakat untuk Menerima Vaksin COVID-19
Masyarakat yang memiliki asuransi kesehatan cenderung lebih menerima vaksin dengan
tingkat penerimaan sebesar 66-70%, dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki
asuransi (55%). Responden yang memiliki kerabat yang telah tertular COVID-19 juga
cenderung lebih bersedia menerima vaksin.
Tabel 15. Kesediaan menerima vaksinasi COVID-19 menurut pengguna asuransi
Aspek Informasi Persentase
Pengetahuan Mampu mengidentifikasi individu yang berisiko 29%
tinggi terpapar
Mampu menyebutkan 3 atau lebih gejala COVID- 49%
19
Keyakinan Yakin bahwa COVID-19 berbahaya dan 65%
mengancam lingkungan sekitarnya
Yakin bahwa dirinya berisiko tertular COVID-19 49%
Cemas/takut akan berakibat serius apabila tertular 60%
Kemampuan menghadapi COVID-19 (efikasi diri) 34%
Berbagai sebab menolak atau meragukan vaksin pun disampaikan oleh masyarakat dalam
penelitian tersebut. Masyarakat yang menolak vaksin sebagian besar dikarenakan masih
meragukan keamanannya (30%) dan tidak yakin bahwa vaksinasi akan efektif (22%).
Sementara, sebagian kecil lainnya menyatakan tidak percaya vaksin (13%), takut pada efek
samping (12%), alasan agama (8%), dan alasan lainnya (15%).
Terkait perilaku pencarian informasi vaksin, sumber informasi yang paling banyak dipilih
responden ialah tenaga kesehatan (57%) dan anggota keluarga (32%). Adapun media pilihan
yang lebih disukai ialah melalui media sosial (54%), media cetak/elektronik seperti TV/koran
(22%), dan saluran telekomunikasi (SMS/telepon) (13%). Pencarian informasi melalui media
sosial lebih banyak dipilih oleh kelompok responden miskin; cenderung berkurang seiring
dengan meningkatnya status ekonomi. Sebaliknya, penggunaan media cetak dan elektronik
lebih banyak pada masyarakat kelas atas dan berkurang seiring menurunnya tingkat ekonomi.
- 59 -
C. PESAN KUNCI DAN STRATEGI KOMUNIKASI YANG PERLU DIUPAYAKAN
Berdasarkan berbagai temuan dalam studi formatif di atas, isi pesan kunci yang harus
terus dikomunikasikan kepada masyarakat antara lain:
1. Penularan COVID-19 dan siapa saja kelompok berisiko tinggi tertular COVID-19
2. Pentingnya tetap menjalankan 3 perilaku kunci (termasuk ketika telah divaksinasi)
3. Informasi keamanan dan efektivitas vaksin
4. Counter hoax yang beredar di masyarakat
5. 3T (Test, Tracing, Treatment)
Ragam saluran informasi juga dapat dioptimalkan dalam kampanye perubahan perilaku
dan vaksinasi, distribusi pesan kunci melalui siaran TV (akses tinggi & kredibel) dan perbanyak
informasi counter hoax oleh nakes/sumber lain yang kredibel, baik melalui saluran daring
ataupun community engagement di tingkat lokal. Strategi komunikasi yang dapat dilakukan
untuk vaksinasi COVID-19 adalah dengan melakukan:
1. Segmentasi, termasuk strategi khusus pada populasi-populasi tertentu/kunci;
2. Fokus pada peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya
vaksin;
3. Dorongan melalui regulasi dan konsekuensi bagi yang menolak vaksin;
4. Meningkatan kualitas akses dan kemudahan dalam mendapatkan vaksin; dan
5. Informasi dan edukasi yang terus-menerus dan berkelanjutan.
- 60 -
• Kelelahan menghadapi pandemi berkepanjangan
• Penurunan kepatuhan terhadap tiga perilaku kunci pencegahan COVID-19
• Tingkat kepercayaan, sikap dan kepedulian terhadap Vaksin (anti vaksin)
• Sebaran rumor dan hoaks
• Aspek sosial (agama) dan budaya yang mempengaruhi adopsi vaksin
Pandangan tersebut menjadi landasan dalam mengembangkan strategi komunikasi ini dan
memberikan arahan strategis pada pesan-pesan pendukung yang perlu dikembangkan lebih
lanjut.
- 61 -
pemberdayaan masyarakat (PM) sebagai ujung tombak dalam memastikan bahwa norma sosial
dan penerimaan vaksin di tingkat individu meningkat.
Pesan terbagi menjadi dua yaitu Vaksinasi dan tetap melakukan tiga perilaku kunci. Pada
tingkatan eksekusi, pihak pengelola program selalu menyampaikan kedua pesan tersebut
secara bersamaan, agar publik menyadari bahwa vaksinasi bukan untuk menggantikan tiga
perilaku kunci.
Gambar 18. Goal, Strategi, Pesan dan Saluran Komunikasi Vaksin COVID-19
- 62 -
2) Kelompok Sekunder
Kelompok sekunder ini merupakan kelompok yang akan menjadi panutan, penggerak
untuk mengedukasi serta sosialiasi mengenai vaksinasi COVID-19 di berbagai lapisan.
3) Kelompok Tersier
Selain kelompok primer dan sekunder, kelompok tersier ini juga berperan penting dalam
komunikasi vaksinasi, sebagai pengawas serta pengamat tersalurkannya vaksin COVID-19
secara menyeluruh sesuai dengan sasaran target. Kelompok ini terdiri dari organisasi mitra
(pramuka, PKK, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha UMKM,
perguruan tinggi dan organisasi profesi), Lintas sektor (pusat dan daerah), Pemda serta rekan
Media.
Elemen penting yang terlibat dalam pendekatan ini, baik secara langsung atau tidak
langsung, adalah kolaborasi dengan mitra/institusi sosial, keberadaan media cetak/elektronik,
respon masyarakat yang positif, dukungan kampanye media nasional/daerah, dan dukungan
dalam implementasi kebijakan vaksinasi.
I. PETA PESAN
- 64 -
vaksinasi. Masing-masing tahapan mempunyai tujuan dan fokus pesan yang berbeda seperti
yang dijelaskan dalam tabel di bawah ini.
J. REKOMENDASI MEDIA
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, media komunikasi mengalami
perubahan bentuk dan karakteristik. Dua bentuk media yang sering digunakan dalam berbagai
komunikasi kesehatan adalah media konvensional dan media berbasis teknologi informasi (new
media). Secara sederhana media konvensional mengacu pada berbagai bentuk media yang bisa
mengirimkan pesan tanpa bantuan internet. Format pesan bisa dalam bentuk elektronik seperti
TV dan radio; dan berbentuk cetak seperti koran, majalah, poster, leaflet, banner, baliho dan
sejenisnya.
- 65 -
dapat diakses dari mana saja dan kapan saja; dan para pengguna dapat saling berinteraksi satu
sama lain. Jangkauan media berbasis teknologi informasi relatif lebih tersegmentasi
dibandingkan dengan media konvensional dan tidak semua golongan masyarakat dapat
mengaksesnya. Tingkat penggunaan media baru cukup tinggi di kalangan kelompok sasaran,
namun dianggap kurang dapat dipercaya sehubungan dengan informasi hoaks dan rumor yang
sering disebarkan melalui media ini.
Untuk kelompok primer, kampanye media menggunakan gabungan antara media
berbasis teknologi informasi dan media konvensional. Tujuannya agar pesan bisa tersebar
dalam waktu singkat, cepat dan massal ke seluruh khalayak. Beberapa contoh format
diantaranya adalah berupa iklan layanan masyarakat TV/radio, infografis, video pendek, audio,
dan media cetak edukasi yang ditempatkan di lokasi strategis seperti fasilitas kesehatan. Juru
bicara Nasional dan daerah memainkan peranan penting untuk menyampaikan informasi
mengenai info dasar vaksin, distribusinya serta menanggapi sebaran rumors dan hoaks di
masyarakat.
Untuk kelompok sekunder dan tersier, penyebaran pesan dilakukan melalui media
social yang akan melibatkan tokoh berpengaruh di media konvensional maupun media berbasis
teknologi informasi (media sosial). Keterlibatan penggunaan selebriti dan influencer melalui
saluran media sosial juga menjadi perhatian khusus dalam implementasi strategi komunikasi
vaksin.
- 66 -
Fasilitas o Nakes o Memberikan informasi dasar o Interpersona o Lembar balik
Kesehatan Puskes mengenai vaksin COVID-19; l /konseling o Kartu vaksin
mas dan o Banner/baliho
o Tempat pelayanan vaksinasi (luar ruang)
COVID-19. o Poster (dalam
o Materi KIE ruang)
o infografis
o Video pendek
(Dukungan KPP,
media sosial dan
PR)
Prioritas o Nakes o Informasi dasar vaksin o Interpersona o Buku saku
dan primer dan (imunitas tubuh, jenis, risiko l /Kelompok o Poster
Kader dan manfaat) o Mobilisasi o video pendek
o Vaksinasi (prioritas, sosial o Infografis
pendaftaran, penapisan
kesehatan, lokasi, jumlah (Dukungan KPP,
suntikan dll) media sosial dan
o Tetap jaga jarak, CTPS , PR)
dan pakai masker
o Meluruskan info dan
pengetahuan salah tentang
vaksin
o Keragu-raguan (tidak
percaya) vaksin
o Khawatir Efek simpang
Sekunder o Nakes Tahu manfaat vaksin dan mau Advokasi o Buku saku
dan mengajak masyarakat (Dukungan KPP,
Kader mendukung vaksinasi media sosial dan
PR)
Tersier o Nakes Tahu kebijakan vaksinasi dan Advokasi o SK Menteri
dan mampu mendukung o Juknis
Kader implementasi kebijakannya (Dukungan KPP,
media sosial dan
PR)
- 67 -
Tabel 20. Rencana Implementasi Tahap Pra-Vaksinasi
Waktu
Jenis dan Pesan Kegiatan Media dan Saluran Komunikasi
Pelaksanaan
a. Kampanye Publik terkait Iklan layanan masyarakat dan H-30 hari
keamanan dan talkshow (TV dan radio), media sebelum
kemanjuran vaksin; 3 cetak (headline, byline article, vaksinasi
perilaku kunci (memakai poster, leaflet, dll), media berita
masker, mencuci tangan, online (detik.com, okezone.com);
menjaga jarak); media baru (infografis,
pemberian vaksin influencers, short news), dan
termasuk info registrasi, media sosial
lokasi, waktu dan
mekanisme pemberian
vaksin
b. Public Relations terkait Konferensi pers (press release, H-30 hari
info vaksin terpilih, cara PR brief), advokasi media sebelum
kerja vaksin, info (kunjungan media, diskusi), vaksinasi
pemberian vaksin dan advertorial
meluruskan hoax dan
rumor yang beredar
c. Pemberdayaan Kegiatan KIE melalui komunikasi H-30 hari
masyarakat terkait antar pribadi (KAP) dan konseling sebelum
keamanan dan (buku saku vaksin COVID-19, vaksinasi
kemanjuran vaksin; 3 poster, lagu, lembar balik,
perilaku kunci; pemberian infografis, video ILM), pelibatan
vaksin termasuk info tokoh agama/masyarakat
registrasi, lokasi, waktu
dan mekanisme
pemberian vaksin
d. Advokasi terkait Pertemuan koordinasi lintas H-14 hari
pelaksanaan vaksinasi sektor untuk mendukung sebelum
secara massal pelaksanaan vaksinasi vaksinasi
2) Tahap Masa-Vaksinasi
Pada fase masa vaksinasi, fokus utama pesan komunikasi adalah untuk meningkatkan
akses vaksin kepada kelompok sasaran prioritas.
- 68 -
Public Relations terkait info vaksin Konferensi pers (press Hari H + 30
terpilih, cara kerja vaksin, info release, PR brief), advokasi hari
pemberian vaksin dan meluruskan media (kunjungan media,
hoax dan rumor yang beredar diskusi), advertorial
3) Tahap Pasca-Vaksinasi
Di tahap pasca-vaksinasi, tujuan pesan komunikasi adalah untuk mengelola umpan balik
(KIPI/ Kejadian Ikutan Paska Imunisasi).
- 69 -
BAB VII
PEMANTAUAN DAN
PENANGGULANGAN KIPI
- 70 -
BAB VII
PEMANTAUAN DAN PENANGGULANGAN KIPI
A. PENGERTIAN
KIPI merupakan kejadian medik yang diduga berhubungan dengan vaksinasi. Kejadian ini
dapat berupa reaksi vaksin, kesalahan prosedur, koinsiden, reaksi kecemasan, atau hubungan
kausal yang tidak dapat ditentukan.
KIPI diklasifikasikan serius apabila kejadian medik akibat setiap dosis vaksinasi yang
diberikan menimbulkan kematian, kebutuhan untuk rawat inap, dan gejala sisa yang menetap
serta mengancam jiwa. Klasifikasi serius KIPI tidak berhubungan dengan tingkat keparahan
(berat atau ringan) dari reaksi KIPI yang terjadi.
Vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi COVID-19 ini masih termasuk vaksin
baru sehingga untuk menilai keamanannnya perlu dilakukan surveilans pasif Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI) dan surveilans aktif Kejadian Ikutan dengan Perhatian Khusus (KIPK).
Mekanisme surveilans aktif KIPK dituangkan dalam Petunjuk Teknis tersendiri, terpisah dari
Petunjuk Teknis ini.
- 71 -
KIPI yang meresahkan dan menimbulkan perhatian berlebihan masyarakat, harus segera
direspons, diinvestigasi dan laporannya segera dikirim langsung kepada Kementerian
Kesehatan cq. Sub Direktorat Vaksinasi/Komnas PP-KIPI atau melalui WA grup Komda KIPI –
Focal Point, email: [email protected] dan [email protected]; website:
www.keamananvaksin.kemkes.go.id.
Skema alur kegiatan pelaporan dan pelacakan KIPI, mulai dari penemuan KIPI di
masyarakat kemudian dilaporkan dan dilacak hingga akhirnya dilaporkan pada Menteri
Kesehatan seperti skema berikut:
- 72 -
Gambar 22. Alur Pelaporan dan Kajian KIPI
Keterangan: pelaporan melalui website bila tersedia
Tabel 23. Kurun Waktu Pelaporan KIPI Berdasarkan Jenjang Administrasi Penerima Laporan
E. PELACAKAN KIPI
Pelacakan kasus diduga KIPI mengikuti standar prinsip pelacakan yang telah ditentukan,
dengan memperhatikan kaidah pelacakan kasus, vaksin, teknik dan prosedur vaksinasi serta
melakukan perbaikan berdasarkan temuan yang didapat dengan menggunakan format yang
ditentukan.
- 73 -
Tabel 24. Langkah-langkah Dalam Pelacakan KIPI
Langkah Tindakan
Pastikan Dapatkan catatan medik pasien (atau catatan klinis lain)
informasi Periksa informasi tentang pasien dari catatan medik dan
pada dokumen lain
laporan Isi setiap kelengkapan yang kurang dari formulir laporan KIPI
Tentukan informasi dari kasus lain yang dibutuhkan untuk
melengkapi pelacakan
- 74 -
lemas, pucat, hilang kesadaran dan hipotensi. Petugas sebaiknya dapat mengenali tanda dan
gejala anafilaktik. Pada dasarnya makin cepat reaksi timbul, makin berat keadaan penderita.
Penurunan kesadaran jarang sebagai manifestasi tunggal anafilaktik, ini hanya terjadi
sebagai suatu kejadian lambat pada kasus berat. Denyut nadi sentral yang kuat (contoh: karotis)
tetap ada pada keadaan pingsan, tetapi tidak pada keadaan anafilaktik.
Gejala anafilaktik dapat terjadi segera setelah pemberian Vaksinasi (reaksi cepat) atau
lambat seperti diuraikan dalam tabel berikut ini:
ATAU
Kriteria 2. Dua atau lebih dari keadaan berikut yang muncul mendadak setelah pajanan
alergen atau pemicu lainnya
ATAU
Kriteria 3. Tekanan darah berkurang setelah pajanan alergen**yang diketahui untuk pasien
(dalam hitungan menit sampai jam)
- 75 -
Bayi dan anak-anak: Tekanan darah Dewasa: tekanan darah sistolik kurang dari 90
sistolik rendah (spesifik usia) atau mmhg atau lebih besar pengurangan tekanan
pengurangan tekanan darah sistolik darah sampai 30% dari batas bawah garis pasien
yang lebih besar dari 30% tersebut.
Keterangan: *sebagai contoh: imunologik namun independen igE, atau non imunologik (aktivasi sel
mast langsung)
** sebagai contoh : setelah sengatan serangga, berkurangnya tekanan darah dapat menjadi satu-
satunya manifestasi anafilaksis atau setelah imunoterapi alergen, bercak merah gatal di seluruh tubuh
dapat menjadi manifestasi awal satu-satunya dari anafilaksis
*** Tekanan darah sistolik rendah pada anak diartikan sebagai tekanan darah yang kurang dari 70
mmHg untuk usia 1 bulan-1 tahun, kurang dari (70mmHg+(2xusia) untuk 1-10 tahun; dan kurang dari
90 mmHg untuk usia 11-17 tahun. Frekuensi denyut jantung normal bervariasi dari 80-140x/menit
untuk usia 1-2 tahun;80-120x/menit untuk usia 3 tahun; dan 70-115x/menit setelah usia 3 tahun. Pada
bayi dan anak, kelainan pernafasan lebih umum terjadi daripada hipotensi dan syok, dan syok lebih
sering bermanifestasi takikardia daripada hipotensi
Gambar 23. Tanda dan gejala anafilaktik
Sekali diagnosis ditegakkan, maka harus diingat bahwa pasien berpotensi untuk menjadi
fatal tanpa menghiraukan berat ringannya gejala yang muncul. Mulai tangani pasien dengan
cepat dan pada saat yang sama buat rencana untuk merujuk pasien ke rumah sakit dengan
cepat. Pemberian epinefrin (adrenalin) akan merangsang jantung dan melonggarkan spasme
pada saluran nafas serta mengurangi edema dan urtikaria. Tetapi adrenalin dapat menyebabkan
denyut jantung tidak teratur, gagal jantung (heart failure), hipertensi berat dan nekrosis jaringan
jika dosis yang dipergunakan tidak tepat.
Petugas harus terlatih dalam penanganan anafilaktik, memiliki kesiapan kit anafilaktik yang
lengkap untuk tatalaksana reaksi anafilaktik dan memiliki akses yang cepat untuk merujuk
pasien. Berikut adalah langkah penanganan anafilaktik:
a. Nilai sirkulasi pasien, jalan nafas, pernafasan, status mental, kulit, dan berat badan
(massa).
b. Berikan epinefrin (adrenalin) intramuskular pada regio mid-anterolateral paha, 0,01
mg/kg larutan 1:1000 (1mg/ml), maksimum 0,5 mg (dewasa): catat waktu
pemberian dosis dan ulangi 5-15 menit jika diperlukan. Kebanyakan pasien respon
terhadap 1-2 dosis.
c. Letakkan pasien telentang atau pada posisi paling nyaman jika terdapat distres
pernafasan atau muntah; elevasi ekstremitas bawah; kejadian fatal dapat terjadi
dalam beberapa detik jika pasien berdiri atau duduk tiba-tiba.
d. Jika diperlukan, berikan oksigen aliran tinggi (6-8L/menit) dengan masker atau
oropharyngeal airway.
e. Berikan akses intravena menggunakan jarum atau kateter dengan kanula diameter
besar(14-16 G), Jika diperlukan, berikan 1-2 liter cairan NaCl 0,9% (isotonik) salin
dengan cepat (mis: 5-10 ml/kg pada 5-10 menit awal pada orang dewasa).
f. Jika diperlukan, lakukan resusitasi kardiopulmoner dengan kompresi dada secara
kontinyu dan amankan pernafasan.
g. Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan dan
oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular.
h. Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status pernafasan dan
oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval regular.
- 76 -
i. Catat tanda-tanda vital (kesadaran, frekuensi denyut jantung, frekuensi pernafasan,
denyut nadi) setiap waktu dan catat dosis setiap pengobatan yang diberikan.
Yakinkan catatan detail tersebut juga dibawa bersama pasien ketika dirujuk.
j. Tandai catatan/kartu vaksinasi dengan jelas, sehingga pasien tersebut tidak boleh
lagi mendapatkan jenis vaksin tersebut.
Miliki protokol gawat darurat yang tertulis untuk mengenal anafilaksis beserta tatalaksananya dan latih secara rutin
Sebagai tambahan
Monitor tekanan darah pasien, denyut dan fungsi jantung, status
pernafasan dan oksigenasi pasien sesering mungkin dalam interval
regular
Sumber: WorldDIVISI
Allergy OrganizationKLINIK
ALERGI-IMUNOLOGI
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT DALAM FKUI/RSCM
- 77 -
b. Jangan memberikan vaksin yang sama pada Vaksinasi berikutnya
- 78 -
BAB VIII
79
BAB VIII
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi program vaksinasi dilakukan sebelum, selama dan
sesudah pelaksanaan oleh semua tingkat administratif dan Tim Pelaksanaan Vaksinasi
COVID-19. Untuk menjaga kualitas pelaksanaan kegiatan vaksinasi COVID-19,
pemantauan kegiatan wajib dilakukan dengan tujuan:
1. Memastikan kegiatan dilaksanakan sesuai dengan panduan standar
2. Memberikan umpan balik tepat waktu untuk perbaikan-perbaikan bilamana
perlu.
Pembentukan tim monitoring, disertai penyusunan peran dan tanggungjawab dan
jadwal pemantauannya perlu dilakukan saat proses perencanaan (mikroplaning).
Pada pelaksanaannya, kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan pemantauan dan
pembinaan baik secara langsung maupun tidak langsung; pengiriman umpan balik kepada
pengambil kebijakan, pelaksana vaksinasi dan semua pihak yang terlibat; serta melalui
pertemuan review/evaluasi baik tatap muka maupun daring, secara rutin.
Monitoring cakupan vaksinasi serta distribusi dan penggunaan vaksin dan logistik
dilakukan oleh setiap tingkatan administrasi dengan cara mengakses dashboard Sistem
Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19. Umpan balik dilakukan untuk setiap tahapan
pelaksanaan (pra pelaksanaan, saat pelaksanaan dan paska pelaksanaan) melalui surat
resmi yang disampaikan secara berjenjang, menggunakan teknologi sistem informasi atau
secara langsung pada saat melaksanakan kegiatan supervisi.
Kegiatan vaksinasi COVID-19 di Indonesia merupakan bagian dari penanggulangan
pandemi COVID-19 yang melibatkan multisektor. Untuk itu, monitoring dan evaluasi perlu
dilakukan secara bersama.
A. SEBELUM PELAKSANAAN
Monitoring persiapan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten digunakan instrumen
COVID-19 Vaccine Introduction Readiness Assessment Tools (VIRAT) pada Lampiran
2.Tool ini juga dapat diunduh pada tautan http://bit.ly/LampiranJuknisVC19.
Monitoring persiapan pelaksanaan vaksinasi COVID-19 ini digunakan dalam rangka
menilai kesiapan pelaksanaan Vaksinasi COVID-19. Instrumen ini memiliki kriteria
penilaian yang terdiri dari :
a. komunikasi, advokasi dan pelatihan,
b. sistem yang diperlukan dalam pencatatan dan pelaporan (data dan monitoring),
c. koordinasi,
d. pedoman operasional pelaksanaan (kesiapan, penerimaan masyarakat atas
vaksinasi COVID-19, rencana distribusi termasuk kesiapan sarana cold chain),
e. pelatihan, monitoring dan evaluasi (termasuk surveilans COVID-19),
f. vaksin, cold chain dan logistik,
g. surveilans keamanan vaksin.
Hasil penilaian kesiapan dikoordinasikan dengan stakeholder terkait, pemerintah
daerah setempat dan Kemenkes untuk dilakukan perbaikan atau perencanaan lebih lanjut.
Penilaian persiapan dengan instrument VIRAT dilakukan setiap bulan oleh Tim
Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 Bidang Monitoring dan Evaluasi di tingkat Pusat,
80
Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk memastikan kegiatan-kegiatan yang direncanakan
tercapai pada waktu yang ditentukan.
B. SAAT PELAKSANAAN
Monitoring pelaksanaan bertujuan untuk memastikan kegiatan vaksinasi dilaksanakan
sesuai dengan SOP yang berlaku, cakupan tinggi dan berkualitas, serta KIPI dicatat dan
dilaporkan.
81
C. SESUDAH PELAKSANAAN
Monitoring sesudah pelaksanaan dilakukan untuk mengidentifikasi area yang belum
terpenuhi target capaian vaksinasi, efektifitas Vaksinasi terhadap penularan penyakit, dan
surveilans keamanan vaksin atau post marketing vaccine surveillance.
82
Detail kegiatan strategi komunikasi yang dimonitor dan dievaluasi disampaikan
selengkapnya pada dokumen induk Strategi Komunikasi Vaksinasi COVID-19
83
Bagi petugas yang mengalami kesulitan
dalam menggunakan salah satu aplikasi
dalam Sistem Informasi Satu Data
Vaksinasi dapat menghubungi
Call Centre 021-3808888
atau WA 0812-11000510
84
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan
Imunisasi
2. Kementerian Kesehatan. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel Corona Virus (Infeksi
2019 nCoV) sebagai Penyakit yang dapat menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangannya.
4. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 094/1737/BPD tanggal 27 April 2020
tentang Operasional Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam Pencegahan
Penyebaran COVID-19
5. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2020. Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease (COVID-19) Revisi ke-5.
6. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2020. Petunjuk Teknis
Pelayanan Imunisasi Masa Pandemi
7. Gugus Tugas COVID-19. 2020. Kesiapsiagaan dan Layanan Esensial Yankes Primer.
8. Gugus Tugas COVID-19. 2020. Standar APD untuk Penanganan COVID-19 di
Indonesia
9. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. 2020. Panduan Pelayanan Kesehatan
Balita Pada Masa Tanggap Darurat COVID-19 bagi Tenaga Kesehatan.
10. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2020. Petunjuk Teknis APD dalam
Menghadapi Wabah COVID-19.
11. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2020. Petunjuk Teknis Pelayanan
Puskesmas Pada Masa Pandemi COVID-19.
12. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2020. Panduan Pelaksanaan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga pada Masa Pandemi COVID-19 serta
Adaptasi Kebiasaan Baru.
13. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. 2020. Panduan Pelaksanaan Pelayanan
Kesehatan Bergerak.
14. Kementerian Kesehatan, ITAGI, UNICEF, & WHO. (2020). Survei Penerimaan Vaksin
COVID-19 di Indonesia. Diakses dari https://covid19.go.id/p/hasil-kajian/covid-19-
vaccine-acceptance-survey-indonesia
15. Witte, K. (2001). Effective Health Risk Messages. California: SAGE. (pp.25)
16. Royal College of Paediatrics and Child Health. 2002. Immunization of the
immunocompromised child. Best practice statement.
17. Dolan, Samantha et al. 2015. Summary of evidence on the administration of multiple
injectable vaccines in infants during a single visit: safety, immunogenicity, and vaccine
administration practices. Prepared for the 2015 SAGE Meeting.
18. World Health Organization. (2017). Communicating Risk in Public Health Emergencies:
A WHO Guideline for Emergency Risk Communication (ERC) Policy and Practice.
Geneva: World Health Organization. (Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO)
19. WHO. 2020. Guiding Principles for Immunization Activities for Immunization Activities
during the COVID-19 Pandemic.
20. WHO. 2020. Immunization in the Context of COVID-19 Pandemic.
85
21. General Best Practice Guidelines for Immunization: Altered Immunocompetence.
22. Saskatchewan. 2020. Paediatric Immunocompromised Patient. COVID-19 Information.
23. WHO – UNICEF. 2020. Community-based Health Care, including Outreach and
Campaigns, in The Context of the COVID-19 Pandemic.
24. WHO. 2020. Working Draft – Leaving No One Behind: Guidance for Planning and
Implementing Catch-up Vaccination.
25. Immunization Academy. 2020. Video of Which Protective Personal Equipment You
Should Use during Immunization.
26. Harapan, H., Wagner, AL., Yufika, A., Winardi, W., Anwar, S., Gan, AK., Setiawan, AM.,
Rajamoorthy, Y., Sofyan, H., & Mudatsir M. (2020). Acceptance of a COVID-19 Vaccine
in Southeast Asia: A Cross-Sectional Study in Indonesia. Frontiers in Public Health (Vol
8, pp. 381)
27. Johns Hopkins Center for Communication Programs. (2020). KAP COVID Trend
Analysis For 23 Countries. Diakses dari https://ccp.jhu.edu/kap-covid/kap-covid-trend-
analysis-for-23-countries/
28. Lienaningrum, AS. & Kristina, S. (2020). Perception and Acceptance of Measles-
Rubella Vaccine among Mothers in Yogyakarta Province, Indonesia. (Vol 12, pp. 189-
197, 10.31838/ijpr/2020.12.03.024)
29. Pontoh, AK., Soeharno, FM., & Risiad, MA. (2020). Effect of Message in Health
Communication: The Case of Vaccine Campaign - Mr. Ministry of Health Republic of
Indonesia. International Journal of Multi Science (Vol.1:01, pp. 35-45)
30. Ratih, IG. & Wahyono, TYM. (2020). The Relationship of Mother Factors and others
with MR Immunization Status of Children Age 9 Months - <15 Years in the
Implementation of MR: Measles Rubella Campaign in Six Provinces on Java Island,
Indonesia. Indian Journal of Public Health Research & Development (Vol. 11:7)
31. Soedjatmiko. (2020). Pentingnya Komunikasi Publik Untuk Menghilangkan Keraguan
Masyarakat pada Vaksinasi COVID-19. Dipresentasikan dalam forum online bersama
Kemenkes RI dan ITAGI.
32. Sudoyo, H. (2020). Berlomba Mencari Penangkal Virus Corona. FGD Forum Pakar XII.
33. Syiroj ATR., Pardosi JF., Heywood, AE. (2019). Exploring Parents' Reasons for
Incomplete Childhood Immunisation in Indonesia. Vaccine. 37:6486–93.
10.1016/j.vaccine.2019.08.081
34. World Health Organization. (2020). WHO SAGE Roadmap for Prioritizing Uses of
Covid-19 Vaccines in The Context of Limited Supply. (Versi 1.1 November 2020)
86
DAFTAR PENYUSUN DAN KONTRIBUTOR
Pelindung:
dr. H. Muhammad Budi Hidayat, M.Kes (Plt. Direktur Denderal P2P)
Pengarah:
dr. Prima Yosephine, MKM (Plt. Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan)
Penanggung jawab:
dr. Asik Surya, MPPM (Kepala Subdit Imunisasi)
Penyusun:
1. Biro Hukum dan Organisasi Kemenkes RI
2. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI
3. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes RI
4. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes RI
5. Direktorat Pelayanan Kesehatan Primer Kemenkes RI
6. Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Kemenkes RI
7. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI
8. Subdit Imunisasi Ditjen P2P Kemenkes RI
9. Subdit Penyakit Infeksi Emerging Ditjen P2P Kemenkes RI
10. Subdit Surveilans Ditjen P2P Kemenkes RI
11. Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan Masyarakat Ditjen P2P Kemenkes RI
12. Tim Teknis Sistem Informasi Kementerian Kominfo RI
13. Bidang JPKP, BPJS Kesehatan
14. Bidang SPPTI, BPJS Kesehatan
15. Bidang MDI, BPJS Kesehatan
16. Bidang Kepesertaan, BPJS Kesehatan
17. PT Telkom Indonesia
18. Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (ITAGI)
19. Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
(KOMNAS PP KIPI)
20. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
21. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
22. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
23. Dinas Kesehatan Provinsi DIY
24. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
25. Dinas Kesehatan Provinsi Banten
26. Dinas Kesehatan Provinsi Bali
27. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur
28. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan
29. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
87
30. WHO Indonesia
31. UNICEF Indonesia
32. UNDP
33. CHAI
34. CDC
88
LAMPIRAN
89
Lampiran 1. Format Surat persetujuan Tindakan atau Informed Consent
Nama Fasyankes:
Nama : _______________________________
Usia : ___________ (Laki-laki/Perempuan)*
Alamat :
_______________________________________________________________________
No.Telp: _______________________________
Dengan ini menyatakan SETUJU untuk menerima vaksin COVID-19 (dosis
pertama/kedua)*.
Dari penjelasan yang diberikan, saya memahami manfaat, tindakan yang akan dilakukan,
dosis, dan kemungkinan paska tindakan yang mungkin terjadi sesuai penjelasan yang
diberikan.
90
Lampiran 2. COVID-19 Vaccine Introduction Readiness Assessment Tool – Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota
91
92
93
94
Lampiran 3. Daftar Tilik Supervisi Pelaksanaan Vaksinasi COVID-19
1
2
3
4
*) Berilah tanda "X" pada kolom yang sesuai
Mulai supervisi di pos
pelayanan (Pk.)
Selesai supervisi di pos
pelayanan (Pk.)
Berilah tanda "YA" (=Y), TIDAK" (=T), "TIDAK TAHU"(TT) pada kolom tipe pos pelayanan
A PENGORGANISASIAN
Terpasang tanda Pos Pelayanan (ada
1
banner/poster )
2 Ada vaksinator terlatih dan menggunakan APD
Ada petugas yang melakukan skrining dan
3
menggunakan APD
4 Peralatan skrining tersedia
5 Antrian yang teratur
6 Kader dan Pengunjung menggunakan masker kain
7 Meja pelayanan antar petugas dan tempat duduk
95
antar penunggu menjaga jarak aman 1 – 2 meter
8 Sarana cuci tangan di pintu masuk pos Vaksinasi
B PEMBERIAN VAKSINASI
Hanya 1 vial vaksin yang dibuka pada saat
1
pelayanan berlangsung
2 Mencantumkan jam pembukaan vial vaksin
3 Vaksinator memberikan Vaksinasi dengan cara intramuskuler
Vaksinator tidak menyentuh jarum dan tutup botol saat mengambil vaksin dan memberikan
4
Vaksinasi
Vaksinator menunggu hingga usapan alkohol
5
swab mengering sebelum melakukan penyuntikan
Memberikan kartu vaksinasi elektronik kepada
6
pengunjung yang telah di vaksinasi
Tidak menyiapkan suntikan sebelum target
7
datang (prefilling)
8 Tidak melakukan recapping
Tidak menggunakan vaksin yang telah dibuka
9 melebihi batas waktu
D PENGELOLAAN KIPI
1 Format Pelaporan KIPI tersedia
2 Vaksinator mengetahui apa yang dilakukan bila terjadi KIPI (rujukan, pelaporan)
3 Apakah kit anafilaktik tersedia di pos pelayanan?
4 Apakah isi kit anafilaktik sesuai dengan standar?
E SUPERVISI
1 Apakah supervisor mengunjungi pos hari ini
96
F COLD CHAIN
Vaksin disimpan dalam vaccine carrier dilengkapi dengan ada 2 atau 4 kotak dingin (cool
pack) sesuai dengan standard vaksin karier (vaksin karir ukuran kecil = 2 buah; ukuran besar
1 = 4 buah)
2 Vaccine carrier dilengkapi alat pemantau suhu
3 Vaksin disimpan dalam suhu 2-8 °C (lihat alat pemantau suhu dlm vaccine carrier)
Saat pelayanan, vaccine carrier diletakkan di tempat yang terhindar dari sinar matahari
4 langsung
Vaksin yang sudah dibuka disimpan diantara busa di dalam vaccine carrier
5
G LOGISTIK
1 Jumlah vaksin memadai
2 Jumlah ADS 0,5 ml memadai
3 Safety box memadai
4 Vaksin tidak kadaluwarsa dan VVM A atau B
5 ADS tidak kadaluarsa
6 Vaksinator mengetahui tempat penyimpanan cadangan vaksin dan logistik
J PENANGANAN KIPI
97
1 Kit anafilaktik tersedia
K MANAJEMEN LIMBAH
1 Tempat limbah medis di tempat yang aman
2 Apakah ada rencana pengelolaan limbah?
3 Mengisi berita acara elektronik saat penyerahan/pemusnahan limbah (wadah dan kemasan vaksin)
98
Lampiran 4. Cara penggunaan ONA dalam dalam mengisi daftar tilik supervisi
pelaksanaan imunisasi COVID-19
1. Buka laman https://ona.io/login untuk login jika sudah memiliki akun, atau klin sign up
untuk mulai membuat akun Ona
2. Silahkan isi username (menggunakan huruf kecil semua), first & last name, email
dan password dan beri tanda centang () pada term of service & privacy policy, klik
sign up.
3. Pada tampilan subscription plan, pilih yang “free” lalu klik continue
99
Proses pembuatan akun selesai, lalu cek email untuk melakukan konfirmasi
4. Untuk dapat mengisi dan submit form ONA, Anda diminta untuk memberikan
username akun Ona kepada admin server untuk dijadikan sebagai collaborator team
6. Klik “submit” jika Anda telah selesai mengisi form dengan lengkap dan memiliki
koneksi internet, jika tidak maka simpan data dengan klik “save a draft” kemudian
akan diunggah secara otomatis ketika koneksi internet tersedia.
101
Lampiran 5. Format Pencatatan dan Pelaporan KIPI Ringan/Non Serius
102
Lampiran 6. Formulir Pelaporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Serius
103
Kejang
Sesak nafas
Demam tinggi (>390 C) lebih dari satu hari
Pembesaran kelenjar aksila
Kelemahan/kelumpuhan otot: lengan/tungkai
Kesadaran menurun
Lain-lain 1. .........................................................
2. .........................................................
3. .........................................................
Apakah ada sasaran lain yang diimunisasi pada saat yang sama mengalami gejala serupa?
Ya
Tidak
Apakah ada sasaran lain yang tidak diimunisasi pada saat yang sama mengalami gejala serupa?
Ya
Tidak
Informasi kesehatan lainnya (alergi, kelainan kongenital, dalam terapi obat-obatan tertentu, komorbid lainnya)
Berita KIPI diperoleh dari : (pasien, kader, keluarga, masyarakat, .....................) ............................................, tanggal ...../...../..........
Nama : Tanda tangan pelapor Tanda tangan pemberi imunisasi
Hubungan dengan pasien :
Tanggal : ...../...../..........
(............................)
(........................................)
104
Lampiran 7. Formulir Investigasi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Otopsi Verbal)
FORMULIR INVESTIGASI
KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI
(Otopsi Verbal)
IMUNISASI
Imunisasi terdahulu (lebih dari 30 hari, dari imunisasi terakhir)
Imunisasi Tgl Jam No. Bets ED VVM Cara Pemberian Jumlah Lokasi Gejala/
(Vaksin) (Intra kutan, dosis penyuntikan Reaksi
Sub-kutan, Intra (ml) simpang
muskular)
105
* Jika Ya: Reaksi timbul pada tgl ..........................................
Gejala & Waktu timbulnya gejala .............................................................................
Diagnosis ....................................
106
6. Apakah vaksin disimpan bersama dengan obat lain dengan
pemisahan dan penandaan yang jelas, sehingga menjamin
tidak terjadi kontaminasi/kontaminasi silang?
7. Apakah terdapat vaksin yang kadaluarsa atau mengalami
kerusakan fisik di dalam tempat penyimpanan vaksin dan
dipisahkan serta diberi penandaan yang jelas?
107
- Penyakit kardiovaskuler
- Penyakit ginjal
- Penyakit paru lainnya
(PPOK, TBC, asma, dll)
- Penyakit hati
- Keganasan
- Gangguan imunologi
- Hamil
- Lain-lain:
………………………………………..
Kondisi kesehatan:
- Alergi terhadap : - telur Ada Tidak ada
- obat Ada Tidak ada
- Alergi lainnya: Ada, sebutkan ______________ Tidak Ada
Sebutkan ______________________________________________________________________
108
Ruam tersebar:
- pada muka
- pada anterior tubuh
- pada posterior tubuh
- pada anggota gerak
- seluruh tubuh
Demam tinggi > 390
Nyeri kepala
Nyeri otot
Lesu
Batuk/pilek
Diare
Muntah
Sesak napas
Kuning / ikterik
Perdarahan
Kejang
Kelemahan/kelumpuhan otot lengan
/ tungkai
Pingsan (sinkop)
Penurunan kesadaran
Tanda-tanda syok anafilaktik
Sakit kepala
Lemas & kebas seluruh tubuh
Pembengkakan kelj.getah bening
(leher/ketiak/lipat paha)
Sakit disertai kelemahan pada lengan
yang disuntik
Lain-lain: ……………………………….
- …………………………….
- …………………………….
Identitas pelapor
Gejala awal KIPI diketahui pertama kali oleh :
Nama : ____________________
Hubungan dengan penderita : __________________________
Pada tanggal …………………….. jam …………
109
Nama institusi : _______________________________
Alamat : _______________________________
Hasil pengobatan:
membaik
tidak ada kemajuan
memburuk
sembuh pada tanggal ………./…………../…………
Merujuk
Waktu merujuk : tanggal…………….… jam………….
Rujukan kepada :
Nama institusi : _________________________
Alamat : _________________________
Pemeriksaan fisik:
110
Pemeriksaan penunjang:
A. Laboratorium:
B. Rontgen
111
C. CT-Scan/MRI
D. Serologi/Swab PCR
Diagnosis : _______________________
Tindakan :
Rawat Inap Rawat Jalan Memberi pengobatan
Hasil pengobatan:
membaik
tidak ada kemajuan
memburuk
sembuh pada tanggal ………./…………../…………
112
Rujukan kedua KIPI
Waktu merujuk : tanggal……………………………… jam…………. Oleh:
Nama :__________________________________
Jabatan : __________________________________
Rujukan II tiba tanggal …………… jam ………… pada
Nama institusi : ________________________________
Alamat : ________________________________
Pemeriksaan fisik:
Pemeriksaan penunjang:
A. Laboratorium:
113
B. Rontgen
C. CT-Scan/MRI
D. Serologi/Swab PCR
Diagnosis : _______________________
Tindakan :
Rawat Inap Rawat Jalan Memberi pengobatan
114
Tindakan lain : _________________________________
Hasil pengobatan:
membaik
tidak ada kemajuan
memburuk
sembuh pada tanggal ………./…………../…………
Rujukan ketiga KIPI
Waktu merujuk : tanggal……………………………… jam…………. Oleh:
Nama : ___________________________________
Jabatan : ___________________________________
Rujukan III tiba tanggal …………… jam ………… pada
Nama :_____________________________
Jabatan :_____________________________
Nama institusi dan alamat : _____________________________
Pemeriksaan fisik:
115
Pemeriksaan penunjang:
A. Laboratorium:
B. Rontgen
C. CT-Scan/MRI
116
D. Serologi/Swab PCR
Diagnosis : _______________________
Tindakan :
Rawat Inap Rawat Jalan Memberi pengobatan
Hasil pengobatan:
membaik
tidak ada kemajuan
memburuk
sembuh pada tanggal ………./…………../…………
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………...
117
HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN
A. Rontgen
B. CT-Scan/MRI
C. Serologi/Swab PCR
HASIL AKHIR
SEMBUH SEMPURNA
SEMBUH DENGAN GEJALA SISA BERUPA :
MENINGGAL, tanggal …………….…………… jam ………………….
118
KESIMPULAN DOKTER YANG MERAWAT PALING AKHIR
DIAGNOSIS :
1.
2.
3.
SEBAB KEMATIAN : _________________________
HASIL PEMERIKSAAN UJI VAKSIN (apabila vaksin dikirim untuk diperiksa ke PPOMN-BPOM)
Petugas BPOM-Balai Besar POM Provinsi
- Nama: ……………………..
- Institusi: ………………….
Waktu pengambilan sampel
- Tanggal: ……/……./……
- Waktu: ………………..
Jumlah sampel*: …………………..
No Batch. : …………………………
Hasil: Tes Toksisitas: ………………….. ……….. Tes Sterilitas: ……………. ……………………..
*Jumlah Sampel:
( ___________________ ) ( __________________ )
Jabatan: Jabatan :
119