LP Glomerulonefritis
LP Glomerulonefritis
LP Glomerulonefritis
“GLOMERULONEFRITIS”
DISUSUN OLEH
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah glomerulonefritis digunakan untuk berbagai penyakit ginjal yang
adanya leukosit dan proliferasi sel, serta eksudasi eritrosit, loukosit dan
protein plasma dalam ruang Bowman. Selain itu tampak pula kelainan
dianggap sebagai suatu pola reaksi ginjal terhadap berbagai faktor yang belum
akut, dimana pada kasus seseorang dapat meliputi seluruh fungsi ginjal atau
memerlukan waktu 30 tahun untuk merusak ginjal sampai pada tahap akhir.
manifestasi dari gagal ginjal dalam tiga bulan awitan. Ini kemudian disebut
B. Rumusan Masalah
1. Definisi
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Patofisiologi
5. Manifestasi klinik
6. Pemeriksaan diagnostic
7. Komplikasi
8. Penatalaksanaan
9. Pencegahan
10. Prognosis
11. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
menyebabkan hematuria (darah dalam air kemih), dengan gumpalan sel darah
merah dan proteinuria (protein dalam air kemih) yang jumlahnya bervariasi.
1. Glomerulonefritis akut
Ialah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus
ini sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih sering
2. Glomerulonefritis kronik
respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptokokkus beta hemolitikus
gol A. Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah faktor iklim, keadaan gizi,
lupus eritematosus.
C. Klasifikasi
1. Berdasarkan distribusi
a. Akut : Jenis gangguan klasik dan jinak, yang hampir selalu diawali
oleh infeksi streptococcus dan disertai endapan kompleks imun pada
pembentukan kompleks
secara acak di seluruh ginjal (fokal lawannya difus) dan sering kali
6. Kongenital (herediter)
a. Sindrom alport
progresif familia yang sering disertai tuli saraf dan kelainan mata
penyebab dari 3% anak dengan gagal ginjal kronik dan 2,3% dari
saat lahir, umumnya baru tampak pada awal umur sepuluh tahunan.
b. Sindrom nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir.
lainnya.
7. Glomerulonefritis primer
IgA.
b. Glomerulonefritis membranosa
merupakan 80% sampai lebih 95% anak pada saat awitan sedangkan
biasanya di dahului infeksi saluran napas atas atau infeksi lain atau non
8. Glomerulonefritis Sekunder
D. Patofisiologi
1. Glomerulonefritis akut
berat.
2. Glomerulonefritis Kronik
gagal ginjal.
2. Lemah, nyeri kepala, gelisah, mula, coma dan kejang pada stadium akhir.
4. Suhu subfebril.
9. Anemia.
14. Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)
15. Hematuria.
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Albumin (+)
b. Silinder
c. Eritrosit
b. Kalium meningkat
c. Anemia tetap
G. Komplikasi
1. Glomerulonefritis Akut
b. Decompensasi kordis
c. Ensefalopati hipertensif
d. Gagal jantung
e. Edema paru
f. Retinopati hipertensif
2. Glomerulonefritis Kronik
b. Hipertensi
c. Hematuria makroskopik
d. Proteinuria
e. Sindrom nefrotik
H. Penatalaksanaan
1. Medik :
2. Keperawatan :
kemampuannya.
I. Pencegahan
J. Prognosis
BAB III
A. Pengkajian
1. Genitourinaria
b. Proteinuria
e. hematuria
2. Kardiovaskular
a. Hipertensi ringan
3. Neorologis
a. Letargi
b. Iritabilitas
c. kejang
4. Gastrointestinal
a. Anoreksia
b. Muntah
c. Diare
a. Edema periorbital
6. Hematologis
a. Anemia sementara
b. Azotemia
c. Hiperkalemia
7. Integument
a. Pucat
b. Edema menyeluruh
B. Penyimpangan KDM
1. Glomerulonefritis akut
Pengaktifan komplement
Terjadinya proses
peradangan
Peningkatan aliran darah
ke ginjal
- Terjadinya proses
koagulasi Permeabilitas kapiler
pengendapan fibrin meningkat
- Pmbntukan jringan
parut
- Hilangnya
f/glomerulur Protein2 plasma&SDM Ggn perfusi jringan
- Membrane bocor mlalui glomerulus
glomerulus menebal
Membrane glomerulus
mningkat
GFR menurun
Tkanan intestinum
meningkat
Glomerulus kolaps
hipernatremia.
udema.
D. Intervensi
hipernatremia.
Intervensi Rasional
1. Monitor dan catat TD setiap 1 – 2 Untuk mendeteksi gejala dini
jam perhari selama fase akut. perubahan TD dan menentukan
intervensi selanjutnya.
2. Jaga kebersihan jalan nafas, serangan dapat terjadi karena
siapkan suction. kurangnya perfusi oksigen ke otak.
3. Atur pemberian anti HT, monitor Anti HT dapat diberikan karena
reaksi klien. tidak terkontrolnya HT yang dapat
menyebabkan kerusakan ginjal
4. Monitor status volume cairan monitor sangat perlu karena
setiap 1 – 2 jam, monitor urine perluasan volume cairan dapat
output (N : 1 – 2 ml/kgBB/jam). menyebabkan tekanan darah.
5. Kaji status neurologis (tingkat Untuk mendeteksi secara dini
kesadaran, refleks, respon pupil) perubahan yang terjadi pada status
setiap 8 jam. neurologis, memudahkan intervensi
selanjutnya.
6. Atur pemberian diuretic : diuretic dapat meningkatkan eksresi
Esidriks, lasix sesuai order. cairan.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan oliguria.
Intervensi Rasional
1. Timbang BB tiap Peningkatan BB merupakan indikasi
hari, monitor output urine tiap 4 adanya retensi cairan , penurunan
jam. output urine merupakan indikasi
munculnya gagal ginjal.
2. Kaji adanya Peningkatan lingkar perut
edema, ukur lingkar perut setiap danPembengkakan pada skrotum
8 jam, dan untuk anak laki-laki merupakan indikasi adanya ascites.
cek adanya pembengkakan pada
skrotum.
3. Monitor reaksi Diuretik dapat menyebabkan
klien terhadap terapi diuretic, hipokalemia, yang membutuhkan
terutama bila menggunakan penanganan pemberia potassium.
tiazid/furosemide.
4. Monitor dan Klien mungkin membutuhkan
catat intake cairan. pembatasan pemasukan cairan dan
penurunan laju filtrasi glomerulus,
dan juga membutuhkan pembatasan
intake sodium.
5. Kaji warna Urine yang keruh merupakan
warna, konsentrasi dan berat indikasi adanya peningkatan protein
jenis urine sebagai indikasi adanya penurunan
perfusi ginjal.
6. Monitor hasil tes Peningkatan nitrogen, ureum dalam
laboratorium darah dan kadar kreatinin indikasi
adanya gangguan fungsi ginjal.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
beraktivitas.
Intervensi Rasional
1. Buat Dengan periode istirahat yang
jadwal/periode istirahat setelah terjadual menyediakan energi untuk
aktivitas. menurunkan produksi dari sisa
metabolisme yang dapat
meningkatkan stress pada ginjal.
2. Sediakan/ciptak Jenis aktivitas tersebut akan
an lingkungan yang tenang, menghemat penggunaan energi dan
aktivitas yang menantang sesuai mencegah kebosanan.
dengan perkembangan klien.
3. Buat Tingkatan dalam
rencana/tingkatan dalam perawatan/pengelompokan dapat
keperawatan klien agar tidak membantu klien dalam memenuhi
dilakukan pada saat klien kebutuhan tidurnya.
sementara dalam keadaan
istirahat pada malam hari.
udema.
kulit tidak pucat, tidak ada kemerahan, tidak ada edema dan keretakan
pada kulit/bersisik.
Intervensi Rasional
1. Sediakan kasur Menurunkan resiko terjadinya
busa pada tempat tidur klien. kerusakan kulit.
2. Bantu merubah Dapat mengurangi tekanan dan
posisi tiap 2 jam. memperbaiki sirkulasi, penurunan
resiko terjadi kerusakan kulit.
3. Mandikan klien Deodoran/sabun berparfum dapat
tiap hari dengan sabun yang menyebabkan kulit kering,
mengandung pelembab. menyebabkan kerusakan kulit.
4. Dukung/beri Meningkatkan sirkulasi balik dari
sokongan dan elevasikan pembuluh darah vena untuk
ekstremitas yang mengalami mengurangi pembengkakan.
edema.
5. Jika klien laki- Untuk mengurangi kerusakan kulit.
laki scrotum dibalut.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah,
Brunner and Suddarth edisi 8 volume 2, Sozannie, Smeltzer and
Brenda.E.Bare. Jakarta : EGC.
Betz, Cecily L. 2002. Buku saku Keperawatan Pediatri, Cecily L.Betz dan
Linda A. Sowden, Edisi 3. Jakarta : EGC.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Glomerulonefritis adalah suatu sindrom yang ditandai oleh peradangan
dari glomerulus diikuti pembentukan beberapa antigen yang mungkin
endogenus (seperti sirkulasi tiroglobulin) atau eksogenus (agen infeksius atau
proses penyakit sistemik yang menyertai).
manifestasi dari gagal ginjal dalam tiga bulan awitan. Ini kemudian disebut
B. Saran