1598 3926 1 SM
1598 3926 1 SM
1598 3926 1 SM
ABSTRAK
Studi Tumbuhan Herba di Cagar Alam Sibolangit Kabupaten Deli Serdang telah diteliti dari bulan Maret
sampai Juni 2011. Areal pengamatan ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah 134 plot
berukuran 2 x 2 m. Didapatkan 136 jenis herba yang termasuk kedalam 44 famili dan dua kelompok
(Pteridophyta&Spermatophyta). Jumlah jenis terbanyak dari Pterydophyta adalah Polypodiaceae sebanyak 18 jenis
dan Spermatophyta adalah Poaceae sebanyak 10 jenis dan Urticaceae 5 jenis. Indeks Nilai Penting (INP) dari
seluruh jenis berkisar antara0,216 - 26,332%. Jenis yang paling dominan adalah Micania micrantha dengan
INP 26,332 %. Indeks Keanekaragaman dan Indeks keseragaman jenis-jenis herba berturut-turut adalah
3,083 dan 0,321.
69
KLOROFIL Vol. 1 No. 2, 2018: 69-77
tersebar dalam bentuk kelompok individu atau kawasan ini dan penelitian yang berhubungan
soliter pada berbagai kondisi habitat seperti dengan herba sehingga berdasarkan hal
tanah yang lembab atau berair, tanah yang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
kering, batu-batuan dan habitat dengan tentang Studi Tumbuhan Herba di kawasan
naungan yang rapat. Cagar Alam Sibolangit.
Herba merupakan salah satu jenis
tumbuhan penyusun hutan yang ukurannya BAHAN DAN METODE
jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan
semak ataupun pohon yang batangnya basah Penelitian ini telah dilaksanakan pada
dan tidak berkayu (Nadakuvaren bulan Agustus sampai September 2017 di
&McCracken, 1985). Herba juga memiliki kawasan Cagar Alam Sibolangit, Desa
daya saing yang kuat dan adaptasi yang tinggi Sibolangit, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten
terhadap tumbuhan disekitarnya (seperti Deli Serdang, Provinsi Sumatra Utara. Lokasi
semak, perdu, bahkan pohon) sehingga penelitian ditetapkan dengan metode
mampu tumbuh di tempat yang kosong. Purposive Sampling. Metode ini merupakan
Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit metode penentuan lokasi penelitian secara
secara administratif terletak di Desa sengaja yang dianggap representatif. Daerah
Sibolangit, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten penelitian terletak di Cagar Alam Sibolangit,
Daerah Tingkat II Deli Serdang Propinsi Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli
Sumatera Utara. Taman Wisata ini merupakan Serdang, dan secara geografis terletak pada
bagian dari kawasan Cagar Alam Sibolangit 03o13’ – 03o18’20” LU dan 98o28’ – 98o37’20”
yang beralih fungsi sebagai hutan wisata. Luas LS, serta memiliki luas 7.030 ha.
TWA Sibolangit adalah 24, 85 Ha, sedangkan
luas Cagar Alam (CA) Sibolangit saat ini Berdasarkan pengamatan di laapangan,
adalah 95,15 Ha. keadaan topografi di lokasi penelitian
Cagar Alam Sibolangit secara umumnya landai dan bergelombang. Data
administrasi termasuk Kecamatan Sibolangit, curah hujan pertahun antara 2.400 – 2.800
Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatra mm dengan rata-rata hujan 17 perhari. Data
Utara. Keadaan topografi lapangan Cagar ini diperoleh dari stasiun pengamatan di
Alam Sibolangit sebagian landai dan Tongkoh (Lembaga Holtikultura).
bergelombang ringan sampai berat . Berdasarkan pengamatan di lapangan,
Berdasarkan pengamatan visual, kawasan didapatkan beberapa jenis famili tumbuhan
hutan Cagar Alam Sibolangit memiliki yang umum didapatkan antara lain Fagaceae,
keanekaragaman tumbuhan bawah yang tinggi. Moraceae, Myrtaceae, Rubiaceae, Lauraceae,
Tumbuhan bawah adalah tumbuhan yang dan Theaceae.
hidup pada dasar hutan meliputi tumbuhan Pengamatan dilakukan dengan
bawah yang biasa tumbuh pada hutan hujan menggunakan Metode Kuadrat dimana
terdiri dari semak dan herba (Harris, 1979), terlebih dahulu ditentukan lokasi pengamatan
sejumlah anakan serta kecambah pohon dengan menggunakan metode Purposive
(Irwan, 1992), serta paku-pakuan (Ewusie, Sampling. Pada masing-masing lokasi
1990). Cagar Alam Sibolangit juga merupakan penelitian dibuat plot dengan ukuran 2 x 2 m
hutan yang memiliki peranan penting bagi sebanyak 8 plot pada satu lokasi penelitian.
kawasan sekitarnya salah satu nya adalahfungsi Kemudian dicatat jenis beserta ciri-ciri dan
ekologis kawasan hutan tersebut adalah jumlahnya pada setiap lokasi pangamatan.
sebagai tempat tangkapan air (Cacthment Area), Faktor abiotik diukur meliputi suhu
perlindungan mata air serta mencegah udara dengan termometer air raksa, kelembaban
terjadinya erosi. Melihat potensi yang dimiliki udara dengan Higrometer, pH tanah dengan Soil
70
KLOROFIL Vol. 1 No. 2, 2018: 69-77
Kerapatan
HASIL DAN PEMBAHASAN sungai diperoleh 136 jenis herba yang terdiri
dari dua divisi yaitu Pteridophyta dan
Berdasarkan penelitian yang telah Spermatophyta. Jenis-jenis vegetasi yang
dilakukan di kawasan Cagar Alam ditemui tersebut termasuk ke dalam 44
Sibolangityang dilakukan di empat aliran famili seperti yang tercantum pada Tabel 1.
71
KLOROFIL Vol. 1 No. 2, 2018: 69-77
72
KLOROFIL Vol. 1 No. 2, 2018: 69-77
73
KLOROFIL Vol. 1 No. 2, 2018: 69-77
famili Araceae. sebanyak 11 jenis, Poaceae kemampuan jenis tersebut untuk beradaptasi
sebanyak 10 jenis dan Zingiberaceae sebanyak 7 terhadap tempat tumbuh dan berasosiasi
jenis. Henderson (1959) mengatakan bahwa dengan tumbuhan lainnya. Kemampuan jenis
kelompok tumbuhan Araceae dan Poacaea ini tersebut disebabkan lebarnya toleransi nisbi
banyak ditemukan pada tempat-tempat teduh, terhadap berbagai faktor ekologinya
lembab atau basah,karena jenis-jenis ini tidak sebagaimana sifat tumbuhan kosmopolit seperti
banyak membutuhkan cahaya matahari untuk anggota famili Graminae,Polypodiaceae dan
pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini Passifloraceae.
sesuai dengan keadaan habitat dimana pohon- Menurut Richard (1981), jenis tumbuhan
pohon dengan tajuk yang rapat membatasi herba yang sering ditemukan di kawasan hutan
penetrasi sinar matahari penuh ke lapisan bawah hujan tropis terdiri dari famili Araceae,
sehingga menyebabkan kondisi di lapisan ini Achantaceae,Gesneriaceae, Urticaceae, Zingiberaceae,
menjadi sejuk dan teduh. Begoniaceae, Orchidaceae, Rubiaceae, Piperaceae. Rifai
Kelas Dicotyledonae diperoleh 15 famili, (1993) menyatakan bahwa di tempat-tempat
yaitu Achantaceae, Apiaceae, Asteraceae, yang tidakternaungi akan banyak ditemukan
Balsaminaceae, Begoniaceae, Campanulaceae, famili Melastomataceae, Poaceae, dan Asteraceae.
Euphorbiaceae, Fabaceae, Gesneriaceae, Holoragaceae, Secara hidrologis, tumbuhan herba penting
Melastomataceae, Pasifloraceae , Piperaceae, Rubiaceae, dalam pengaturan hidro-orologis hutan dan
Urticaceae. Jumlah jenis terbanyak yaitu dari dalam menambah kesuburan tanah terutama
famili Asteraceae sebanyak 4 jenis, Balsaminaceae bahan organik. Selanjutnya Polunin (1994),
sebanyak 4 jenis, dan Urticaceae sebanyak 5 jenis. menyatakan bahwa di bagian-bagian hutan
Lemmens & Bunyaprahatsara (2003) dengan lapisan pohon yang tidak begitu lebat,
mengatakan bahwa pada umumnya Urticaceae sehingga cukup cahaya matahari yang dapat
terdapat di daerah hutan hujan daratan rendah menembus ke dasar hutan. Oleh karena itu di
maupun pegunungan bawah. Jenis dari suku hutan tropik basah umumnya vegetasi tanah
Urticaceae ini sering terdapat di sepanjang yang tumbuh subur terutama ditemukan di
daerah ekstrem, di batu-batuan atau dasar hutan terbuka dan dekat aliran-aliran air.
hutan. Menurut Resosoedarmo et al., (1989),
Tabel 1 menunjukkan jumlah tumbuhan karakteristik dari hutan hujan tropis adalah
herba di hutan Sibayak I sangat beraneka ragam. mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi
Hal ini menandakan bahwa aliran sungai di dan hanya jenis-jenis tertentu saja yang dapat
hutan Sibayak I sangat cocok untuk toleran dan mampu hidup pada habitat yang
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sangat ekstrim (tempat terbuka, cahaya matahari
herba. Secara keseluruhan kondisi fisik di hutan penuh, temperatur tinggi, dampak air hujan
Sibayak I adalah sebagai berikut : Suhu Udara tinggi, tekstur tanah padat dan keras, dan hara
22,4 0C, Suhu Tanah 19,2 0C, Kelembapan makanan masih terikat pada batu-batuan). Bagi
Udara 87,1 %, Intensitas cahaya 503,225 vegetasi yang memang membutuhkan kondisi
luxmeter, pH Tanah 6,6. Berdasarkan lingkungan yang demikian untuk
pengamatan tersebut dapat dinyatakan bahwa pertumbuhannya akan tumbuh dengan baik dan
kondisi lingkungan di kawasan Cagar Alam bagi jenis yang tidak toleran tidak akan ditemui.
Sibolangit tergolong lembab dengan intensitas Selain itu iklim mikro yang berbeda-beda
cahaya yang tinggi, dan tempat yang relatif pada lokasi penelitian membentuk suatu
terbuka terhadap cahaya serta tiupan angin yang mikrohabitat yang berbeda pula. Kondisi
kuat sehingga sangat baik untuk pertumbuhan mikrohabitat ini sesuai dengan besar kecilnya
dan perkembangan tumbuhan herba tersebut. rumpang (tempat yang terbuka pada suatu
Menurut Indriyanto (2009), luasnya hutan). Herba yang dijumpai pada rumpang
penyebaran jenis tumbuhan bergantung kepada yang kecil berbeda dengan herba di rumpang
74
KLOROFIL Vol. 1 No. 2, 2018: 69-77
yang lebih besar. Karena banyaknya cahaya Indeks nilai penting menyatakan
matahari sampai ke lantai hutan menyebabkan kepentingan suatu jenis tumbuhan serta
suhu tanah menjadi lebih tinggi sehingga memperlihatkan peranannya dalam komunitas,
kelembaban lebih rendah. Dengan demikian dimana nilai penting itu didapat dari hasil
rimpang cukup mendukung dalam memperkaya penjumlahan Kerapatan Relatif (KR) dan
jenis herba dalam suatu hutan. Bahkan jumlah Frekuensi Relatif (FR). Dari penelitian yang
jenis pada ekosistem hutan makin besar apabila dilakukan di kawasan Cagar Alam
masing-masing komponen dalam sistem itu Sibolangitdiperoleh nilai KR, FR dan INP.
mewakili habitat dengan kondisi ekologi yang Sedangkan jumlah INP tertinggi pada 20 jenis
berbeda-beda (Soemarwoto, 2004). tumbuhan herba di kawasan Cagar Alam
Sibolangit disajikan pada Tabel 2.
Jenis Herba dengan nilai KR, FR dan INP
Pada Tabel 2 dapat dilihat 20 jenis nilai 18,382%, Hal ini menunjukkan bahwa
tumbuhan herba yang memiliki INP penyebaran jenis ini merata. Sedangkan jenis
tertinggi dari 136 jenis tumbuhan herba yang memiliki KR terendah adalah
lainnya dengan jumlah individu/536 m2, Asplenium normale,Asplenium subnormale,
jumlah KR (%), FR (%), dan INP terbesar Angectochilus sp, Begonia sp Aff Areolata,
yaitu pada Micania micrantha.. Kerapatan Diplazium sp, Elatostema nigrescens,
Relatif menunjukkan jumlah individu yang Homalonema propinqua, Leptochilus decurrens,
menjadi suatu komunitas tumbuhan dalam Sphenomeris chinensis,Tectaria sp, Tectaria
areal penelitian. Secara keseluruhan dari angulata dengan nilai 0,007%.Tinggi
semua jenis herba yang terdapat di kawasan rendahnya nilai KR suatu jenis
Cagar Alam Sibolangit memiliki jumlah KR menunjukkan keadaan lingkungan yang
antara 0,007- 18,382%. Jenis yang memiliki berubah. Perubahan tersebut meliputi
KR tertinggi yaitu Micania micrantha dengan penurunan suhu, kelembaban, nutrisi tanah
75
KLOROFIL Vol. 1 No. 2, 2018: 69-77
seiring dengan laju penambahan ketinggian sebagai syarat tumbuh dari tumbuhan
tempat dan daya tumbuh serta penyebaran tersebut hidup. Jenis yang memiliki nilai FR
biji. Menurut Suseno & Riswan dalam terendah menunjukkan tumbuhan itu tidak
Sofyan (1991), kerapatan tumbuhan tersebar merata. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang disebabkan kondisi lingkungan yang ekstrim
sesuai untuk pertumbuhan dan dan juga aktifitas manusia. Menurut
perkembangan serta tersedianya biji. Tjondronegoro (1979), penyebaran
Frekuensi Relatif merupakan tumbuhan selain karena sebab-sebab yang
perbandingan antara frekuensi mutlak suatu terjadi secara alami juga dipengaruhi oleh
jenis dengan frekuensi total seluruh jenis kegiatan-kegiatan manusia.
pada seluruh areal penelitian. Semakin tinggi Micania micrantha adalah jenis herba
frekuensi suatu jenis menunjukkan semakin yang memiliki INP tertinggi dariseluruh
cocok faktor lingkungan yang ada guna jenis herba yaitu 26,332%. Ini di dukung
mendukung pertumbuhan herba di kawasan dari jumlah individu dari Micania micrantha
hutan tersebut. Frekuensi kehadiran suatu yang tertinggi dari semua jenis tumbuhan
jenis organisme di suatu habitat herba yaitusebanyak 2758. Hal ini
menunjukkan keseringhadiran jenis tersebut mencerminkan bahwa jenis Micania micrantha
di habitatnya. berdasarkan tumbuhan herba memiliki toleransi yang tinggi terhadap
yang ditemukan dapat dilihat bahwa nilai FR lingkungan. Micania micrantha juga memiliki
antara 0,209 - 7,95 %. Nilai tertinggi kemampuan dapat bersaing terhadap jenis
terdapat pada Micania micrantha (7,950%) lainnya. Menurut Setiadi (1989) dalam
dan FR terendah diantaranya Asplenium Sofyan (1991), jenis tumbuhan yang
normale, Belvisia califolia, Digitaria wallichiana, mempunyai indeks nilai penting yang
Globba pendulla, Heckcria peltata, Homalonema tertinggi diantara vegetasi sesamanya disebut
propinqua, Monograma trichoidea, Nephrolepis jenis yang dominan. Jenis dominan
biserrata, Tectaria sp, Sphenomeris dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang
chinensis,Asplenium normale, Belvisiacalifolia, sesuai untuk pertumbuhan dan
Digitaria wallichiana, Globba pendulla, Heckcria perkembangan serta tersedianya biji. Hal ini
peltata, Homalonema propinqua, Monograma mencerminkan tingginya kemampuan jenis
trichoidea, Nephrolepis biserrata, Tectaria sp, tersebut dalam menyesuaikan diri dengan
Sphenomeris chinensis,dengan nilai 0,209%. lingkungan yang ada dan dapat bersaing
Nilai Frekuensi Relatif (FR) tertinggi terhadap jenis lainnya. Jenis herba dengan
suatu jenis dapat dikatakan bahwa jenis INP terendah yaitu 0,216 % diantara nya
tersebut memiliki penyebaran yang cukup Asplenium normale, Asplenium subnormal,
luas sesuai dengan Whitmore (1984) dalam Diplazium sp, Elatostema nigrescens,
Sagala (1997) bahwa suatu jenis dikatakan Homalonema propinqua, Leptochilus decurrrens,
memiliki penyebaran yang luas apabila Sphenomeris chinensis, Tectaria sp, Tectaria
terdapat nilai frekuensi yang tinggi pada angulate, dan lainnya. Nilai INP yang rendah
jenis tersebut. Penyebaran yang luas dapat menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, alat mempunyai jumlah yang paling sedikit.
reproduksi, interaksi beberapa jenis dan
kompetisi. KESIMPULAN
Jenis herba dengan nilai FR yang
rendah menunjukkan bahwa jenis-jenis Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
tersebut mempunyai jumlah yang paling tentang Studi Tumbuhan Herba di Cagar Alam
sedikit. Nilai FR yang rendah diduga karena Sibolangit Kabupaten Deli Serdang,
faktor lingkungan yang kurang cocok disimpulkan bahwa : (1) Ditemukan 136 jenis
76
KLOROFIL Vol. 1 No. 2, 2018: 69-77
tumbuhan herba yang terdiri dari 44 famili (18 Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika.
famili Pterydophyta dan 26 famili Spermatophyta), Penerjemah Usman Tanuwijaya. Bandung.
Penerbit ITB.
(2) Jumlah jenis terbanyak dari kelompok Fachrul, M. F. 2007. Metode Sampling Ekologi.
Pterydophyta yaitu 12 jenis dari famili Cetakan 1. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Polypodiaceae dan jumlah jenis terbanyak dari Fithriadi, R. 1996. Studi Beberapa Aspek Ekologi
kelompok Spermatophyta yaitu 10 jenis dari Tumbuhan Amorphophaluscompanulatus BL. di Batu
Anjing Maninjau. Skripsi Sarjana Biologi.Padang:
famili Poaceae dan 5 jenis Urticaceae, (3) Universitas Andalas.
Kerapatan Relatif dari tumbuhan herba Handayani,K. 2004. Inventarisasi Jenis-Jenis Herba di
berkisar 0,007 - 18,382% dengan jenis Kawasan HutanTangkahan Taman Nasional Gunung
Leuser Kabupaten Langkat. Skripsi Sarjana Biologi.
tumbuhan dengan KR terbesar yaitu Micania
Medan: Universitas Sumatera Utara.
micrantha, (4) Frekuensi Relatif dari tumbuhan Haupt, A.W. 1956. An Introduction to Botany.
herba berkisar 0,209 - 7,950% dengan FR Toronto, New York: Third Edition. Mc Graw
terbesar yaitu Micania micrantha, (5) INP dari Hill Book Company Inc.
Henderson, M. R. 1959. Malayan Wild Flowers
seluruh jenis tumbuhan herba berkisar antara Monocotyledons. Singapore: Tien Wah Press.
0,216 -26,332% dan INP terbesar terdapat Holtum, R. E. 1967. Flora of Malaya. second Edition.
pada Micania micrantha, (6) Indeks Government Printing office. Singapore. Pp.
keanekaragaman herba di Cagar Alam 115-215, 299-349.
________.1989 A. Revised Flora of Malaya. Vol. II.
Sibolangit tergolong tinggi dengan nilai 3,083 Fern of Malaya. Government Printing office.
dan indeks keseragaman herba tergolong Singapore. Pp. 115-215, 299-349.
rendah dengan nilai 0,321. Indriyanto, S. P. Harianto & M. S. Hadi. 1993.
Pengaruh Penaungan TajukSonokeling, Kayu Putih
dan Mahoni terhadap Pertumbuhan Lempuyang
DAFTAR PUSTAKA Wangi. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Indriyanto, S. P. Harianto. 2006. Ekologi Hutan.
Andriani, G. 2006. Komposisi dan Keanekaragaman Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bumi Aksara
Herba di Kawasan HutanTaman Nasional Gunung _______. 2009. Komposisi Jenis dan Pola Penyebaran
Leuser Desa Telagah Kabupaten Langkat. Skripsi Tumbuhan Bawah padaKomunitas Hutan yang
Sarjana Biologi. Medan: Universitas Sumatera Dikelola Petani di Register 19 Provinsi Lampung.
Utara. Lampung: Seminar Hasil Penelitian &
Anwar, J. S. J. Damanik, N. Hisyam & A. J. Witten. Pengabdian KepadaMasyarakat. Jurusan
1987. Ekologi EkosistemSumatera. Yogyakarta: Kehutanan fakultas Pertanian Universitas
UGM Press. lampung.
Arief, A.1994. Ekologi Krebs, C.J. 1985. Ecology: Experimental Analysis of
danPengaruhnyaterhadapLingkungan.Jakarta: Distributionand Abundance. Philadelphia: Harper
Yayasan Obor Indonesia. and Row Publisher. pp 23.
Benson, L. 1957. Plant Classification. Boston: D. C. Kusuma, B. D. M. 2004. Lingkungan Bagi Kehidupan :
Heath and Company. PanduanKeanekaragaman Hayati Bagi Para Pemuka
Budiwarman, 1988. Analisis Vegetasi Dasar di Hutan Agama. Jakarta: INFORMProject.
Rimbo Kamulau LimauManis Kotamadya Padang. Lawrence,G. H. M. 1958. Taxonomy of Vascular
Skripsi Sarjana Biologi. Padang: Plants. New York: The Macmillan Company. Pp.
UniversitasAndalas. 428
Corner, E. J. H & Watanabe. 1969. Collection of Lemmens, R. H. M. J. &Bunyaprahatsara. 2003.
Illustrated Tropical Plants. Kyoto Plant Resources of South-EastAsia No. 12 (3).
Dinas Kehutanan Sumatera Utara. 2002. Data dan Medical and Poisonous Plant 3. Bogor :
informasi kehutanan propinsiSumatera Utara. Medan ProseaFondation
: Pusat Inventarisasi dan Statistik Longman, K. A &J. Jenik. 1987. Tropikal Forest
KehutananBadan Planologi Kehutanan Ecology. An Imprint of Champman & Hall.
Dinas Kehutanan Sumatera Barat. 2001. Laporan Boundary Row. London. p.111-112.
Naskah Rencana PengelolaanTaman Wisata Alam Mackinnon, K., G. Hatta, H. Halim, A. Mangalik.
Rimbo Panti Propinsi Sumatera Barat. 2000. Ekologi Kalimantan. Alih Bahasa Gembong
Daubenmire, R. F. 1974. Plant and Environment A Tjitrosoepomo. Jakarta: Penerbit Prenhallindo.
Text Book of Aut-ecology. New York: Third
Edition
77