Makalah Konservasi 1 - Topik 6 - Kelas A - Kelompok 3
Makalah Konservasi 1 - Topik 6 - Kelas A - Kelompok 3
Makalah Konservasi 1 - Topik 6 - Kelas A - Kelompok 3
Disusun oleh:
KELOMPOK 3
KELAS A
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini dengan judul “BAHAN PELINDUNG PULPA DENTIN” dalam memenuhi
tugas mata kuliah blok Kelainan Jaringan Keras Gigi dan Jaringan Pulpa 1.
Selanjutnya, dalam kesempatan ini kami tidak lupa untuk menyampaikan
ucapan terima kasih sedalam-dalamnya berkat kerjasama tim dan bantuan dari
berbagai pihak. Dan terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami berharap makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat
luas dan terutama bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan......................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 4
1.3 Tujuan................................................................................................... 4
Bab II Pembahasan......................................................................................... 5
2.1 BAHAN PELINDUNG PULPA ........................................................
2.1.1 Syarat Material Pelindung Pulpa Dentin .............................................
2.1.2 Dental Liners dan Basis .......................................................................
2.1.3 Sifat, Komposisi, Aplikasi dan Manipulasi Kalsium Hidroksida ........
2.1.4 Sifat, Komposisi, Aplikasi dan Manipulasi Semen zinc phosphate ....
2.1.5 Sifat,Komposisi, Aplikasi dan Manipulasi Seman Zine Polikarboksilat
2.1.6 Sifat, Komposisi, Aplikasi dan Manipulasi Senen Ionomer Kaca .......
2.1.7 Sifat, Komposisi, Aplikasi dan Manipulasi Semen Zinc Oxide Eugenol
2.1.8 Sifat, Komposisi, Aplikasi dan Manipulasi MTA ...............................
2.1.9 Sifat, Komposisi, Aplikasi dan Manipulasi Biodentin ........................
2.2 BAHAN DAN TEKNIK TUMPATAN SEMENTARA...................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
3
PEMBAHASAN
4
respons pulpa. Kebutuhan perlindungan untuk restoratif bervariasi, tergantung
pada luas dan lokasi persiapan dan bahan restoratif yang akan digunakan.
Karakteristik liner atau basis yang dipilih, ditentukan sebagian besar berdasarkan
tujuan.²
5
system dan single paste system yang merupakan kalsium hidroksida dengan bahan
dimethacrylates, serta dipolimerisasi menggunakan cahaya.
Perbedaan antara bahan kalsium hidroksida tipe hard setting dan tipe non
setting adalah dimana pada bahan kalsium hidroksida tipe non setting akan mudah
larut secara bertahap di bawah bahan restorasi yang nantinya akan melemahkan
fungsi dari restorasi tersebut, sedangkan bahan kalsium hidroksida tipe hard
setting sukar larut.
Kalsium hidroksida tipe non setting biasanya digunakan bahan dressing selama
proses perawatan saluran akar atau sebagai bahan pengisi akar sementara ketika
menghadapi kasus pada gigi pasien dengan usia yang sangat muda.⁵
6
Penggunaan zinc phosphate cement dalam bidang Kedokteran Gigi pada
umumnya adalah sebagai bahan perekat, khususunya untuk inlay, bridge, dan
crown, asak inti serta perekat restorasi tuangan enas. Selain itu juga digunakan
sebagai bahan tambalan sementara, basis dan pelapik serta perawatan lesi karies.
Dalam setiap penggunaan dari zinc phosphate cement ini, terdapat keterbatasan-
keterbatsan yang perlu diperhatikan yang berhubungan erat dengan sifat dari zinc
phosphate cement itu sendiri. 7
a. Sifat
Semen gigi ini mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya dapat
memisahkan diri di dalam asam sehingga menciptakan semen seng fosfat dan
ketika kering akan menjadi keras dan tahan air. Selain kelebihan tersebut, semen
seng fosfat juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya waktu pembentukan
semen yang relatif cukup lama serta kekuatan tekan dan kekerasan relatif lebih
kecil.
Pengaruh terhadap pulpa: Semen yang baru dicampur, pH = 1.6 –
3,6.Selama setting pH akan meningkat dan mencapai netral (pH:7) dalam 1-2 hari
Adonan encer pH lebih rendah dan membutuhkan waktu lebih lama untuk
mencapai netral. Sifat asam menyebabkan iritasi pulpa, ini bias dikurangi dengan
melindungi pulpa dengan cara memberikan Zinc Oxid eugenol, Calcium hidroksid
(dycal, Calxyl, cavity varnish)
Sifat perlindungan terhadap pulpa: phosphate adalah bahan insulator panas
yang baik, dan cukup efektif dalam mengurangi pengaruh galvanis.
7
phosphate cement 5-9 menit pada temperature 37°C atau 97°C dan
pada kelembaban 100%.
Untuk memperpanjang waktu setting, dapat dilakukan dengan cara:
- Menggunakan glass slab yang dingin
- Mengurnagi kecepatan dalam hal mencampur bubuk ke dalam
cairan pada tiap-tiap penambahan. Juga penghentian sesaat
setelah pencampuran awal sejumlah bubuk ke dalam cairan
akan menambah waktu setting dari zinc phosphate cement.
Semakin lama bubuk ditambahkan ke dalam cairan maka akan
memperpanjang setting time.
- Mengurangi perbandingan bubuk dan cairan dengan menambah
jumlah cairan.
b) Daya larut
Kelarutan semen ini sangat bergantung pada perbandingan
bubuk dan cairannya. Adonan yang lebih encer akan lebih mudah
larut di dalam mulut. Semen ini akan larut dengan lambat pada
aquades, tapi lebih cepat pada larutan dengan pH yang rendah.
b. Komposisi
Zinc phospahte cement ini terdiri dari bubuk dan cairan yang akan dicampur
pada glass slab untuk mendapatkan kekentalan yang tepat dalam penggunaan di
klinik.
a) Puder:
8
3. Kadang-kadang terdapat sejumlah kecil oksida lain/garam,
logam (fluorida).
c. Aplikasi
a) Sebagai bahan restorasi tunggal maupun gabungan dengan bahan lain
b) Sebagai pengisi saluran akar
c) Sebagai basis kavitas.
d) Sebagai sementasi alat ortho, logam ,resin, keramik
e) Sebagai tumpatan sementara
d. Manipulasi
a) Konsistensi:
9
Semakin kental adonan, semakin kuat hasil campuran, maka untuk
keperluan cavity lining hendaknya digunakan adonan yang kental. Untuk
tujuan penyemenan dibutuhkan konsistensi/adonan yang encer sehingga
memungkin- kan semen mengalir sewaktu restorasi dipasangkan.
c) Cara Kerja:
10
6. Penyemenan : kenaikan suhu meningkatkan kecepatan reaksi
semen. Semen mengeras lebih cepat pada suhu mulut dari pada
suhu kamar.
7. Inlay atau crown/jembatan hendaklah diberi semen lebih dahulu,
baru dipasangkan masukkan ke kavitas preparasi. Bila dilakukan
sebaliknya semen dalam mulut mengeras sebelum restorasi
dipasang. 8
11
magnesium, dan timah yang menyatu ke rantai polimer melalui
gugus karboksil
- komposisi bubuknya mengandung sejumlah kecil stannous
fluoride, dimana bahan tersebut dapat mengubah waktu
pengerasan dan memperbaiki sifat manipulasi. Selaibn itu
bahan ini dapat meningkat kekuatan
- jumlah fluoride yang dilepaskan lebih sedikit (15-20%) dari
jumlah yang dilepaskan semen silikofosat dan ionomer kaca.
b. Komposisi
a) Bubuk : mengandung oksida seng dengan sejumlah oksida
magnesium. Oksida stanium dapat menggantikan oksida
magnesium. Bismuth danaluminium juga dapat ditambahkan.
Dapat juga mengandung sejumlah kecilstanous flourida, yang
mengubah waktu pengerasan dan memperbaiki sifat
manipulasinya. Bahan ini merupakan bahan penambah yang
penting karena juga meningkatkan kekuatan.
b) Cairan: larutan air asam piliakrilat atau kopolimer dari asam
akrilik dengan asam karboksilat laib yang tidak jenuh, misalnya
asam itakonik. Berat molekul dari poliasam berkisar antara
30.000-50.000. konsentrasi asam dapat bervariasi antara satu
semen dengan semen lainnya tetapi biasanya sekitar 40%.
c. Aplikasi
a) Sebagai mahkota dan jembatan
b) Digunakan pada inlay dan onlay
c) Sebagai abahan perekat pada komposit dan amalgam
d) Basis penahan panas
e) Restorasi jangkan menengah
12
d. Manipulasi
Cara manipulasi untuk penyemenan
1) Perbandingan P:L mengikuti instruksi pabrik atau
perbandingan P:L 1,5:1 dalam berat
2) Pencampuran dilakukan secepat mungkin selama 30
detik sampai homogen dan terlihat pasta cukup
kental , campuran semen tampak berkilau
3) Bila selama pencampuran terlihat buram berbenang
benang hal ini terjadi oleh karena terlalu cepat
setting atau perbandingan powder dan cairan yang
tidak tepat
4) Aplikasikan pada restorasi segera
5) Tekan restorasi tersebut sampai kelebihan semen
keluar
6) Buang segera kelebihan semen
7) Bersihkan segera instrument yang dipakai
8) Waktu pengerasan yang memadai adlah 2,5-5 menit,
aabila ada kelebihan tumpatan, buang kelebihan
tumpatan 8
Definisi GIC (Glass Ionomer Cement) / (SIK) Semen Ionomer Kaca dan
Compomer.
A. Definisi GIC
Semen Ionomer Kaca (SIK) pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent
pada tahun 1971, yang terdiri dari bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan larutan
asam polikarboksilat. Merupakan semen yang berbahan dasar air dengan bentuk
13
reaksinya asam basa, dimana asam polialkenoat sebagai asam dan kaca kalsium
stronsium aluminosilikat sebagai basa.
Keunggulan SIK adalah dapat melekat pada email dan dentin secara khemis,
biokompatibel, dapat melepas fluor, dan koefisien ekspansi termalnya sama
dengan struktur gigi. Kekurangan SIK adalah rentan terhadap desikasi, sensitif
terhadap air saat proses pengerasan, resistensi yang buruk terhadap abrasi, kurang
estetik, dan kekuatan tensilnya kurang. 9
Klasifikasi GIC
Menggunakan low powder : rasio cairan (1:5 1 hingga 3,8: 1), yang
Radio-opaque.
Tipe II : Restorative cement
Ada dua sub divisi dari semen tipe II tergantung dari pentingnya
appereance. Untuk perbaikan anterior dimana penampilan yang
dipentingkan.
14
• Gunakan bubuk tinggi: rasio cair (minimal 3: 1 dan hingga 6,8:1).
Biasanya radiio-opaque.
Cepat setting
Radio-opaque
Low powder: liquid ratio untuk liners (1. 5:1) untuk memungkinkan
adaptasi yang baik ke kavitas dinding.
Higher powder: liquid ratio untuk bases (3:1 hingga 6. 8:1), dimana base
sebagai pengganti dentin di teknik “open sandwich” dalam kaitannya resin
komposit 10
Sifat GIC
Sifat utama GIC yaitu kemampuannya untuk melekat pada email dan
dentin tanpa adanya penyusutan atau panas yang ber- makna, mempunyai sifat
biokompatibilitas dengan jaringan periodontal dan pulpa, pelepasan fluor yang
bereaksi sebagai anti- mikroba dan kariostatik, kontraksi volume pada pengerasan
15
sedikit, dan koefisien eks- pansi termal sama dengan struktur gigi. Sifat GIC
cukup keras tetapi rapuh, kekuatan tekan relatif tinggi tetapi daya tahan terhadap
fraktur dan keausan rendah, sehingga tidak digunakan untuk merestorasi gigi
posterior dengan beban kunyah besar. Daya tahan yang rendah terhadap keausan
dipengaruhi oleh sifat kekerasan permukaan. Dalam penelitian Xu et al yang
mengukur kemampuan bahan restorasi GIC dalam melepaskan ion fluor terhadap
compressive strength, menyimpulkan bahwa terjadi orelasi negatif antara
pelepasan ion fluoride dengan compressive strength. Bahan material yang
memiliki tingkat pelepasan ion fluoride lebih tinggi, secara umum mempunyai
kekuatan lebih rendah dari material yang memiliki tingkat pele- pasan ion
fluoride rendah. Compressive strength GIC konvensional umumnya ialah 150
Mpa. Nilai ini menunjukkan bahwa GIC cukup mampu menahan tekanan oklusal,
namun masih tergolong rendah.11
Aplikasi GIC
Penggunaan GIC dalam bidang kedokteran gigi antar lain adalah untuk
sementasi sebagai bahan perekat, baisi tumpatan (sifat basis), GIC dapat
menghilangkan hipersensitif pulpa. GIC juga dipakai untuk tumpatan sewarna.
Gigi. Selain itu GIC yang dicampur dengan alloy (silver) untuk memebentuk core
dan sebagai tempat tumapat. Untuk pencegahan karies GIC dapat digunaka untuk
menutup (sealant) pit fissure.
Untuk mengaduk GIC perlu alat dan dan perbandingan bahan yang tepat.
Alat pengaduk adalah spatula plastic dengan kertas penganduk yang sudah
disediakan dalam pake bahan GIC. Pada prinsipnya pengadukan GIC adalah
sama, satu sendok bubuk dan dua tetes cairran. Bagi bubuk menjadi tiga bagian.
Aduk dahulu 1/3 bagaian dalam 15 detik, lalu aduk 1/3 bagian lagi selama 15
detik, kemudia sisanya secara homogen dan seluruhnya selesai mengaduk selama
satu menit. GIC akan mengeras setlah dua setengah menit (tanpa sinar). GIC pakai
sinar dapat mengeras setelah 40 detik.
Sebelumnya gigi atau kavitas yang akan diletakkan GIC dipreparasi dan
membuang seluruh jaringan karies gigi dan dentin yang lunak. Bersihkan
16
kemudian keringkan. Kalau perlu letakkan bahan caping. Setelah itu dioles
dengan kondisoner, cuci dengan air (tidak dengan kumur-kumur), kemudian
keringkan. Masukka GIC kedalam kavitas alat khusus seperti sonde yang sudah
tersedia dalam paket GIC. Sebelum keras, semen yang berlebih dapat segera
siambil dan selama pengerasan hindari kontaminasi denagan cairan (saliva atau
dari sulkus gingiva). GIC kemudian di oles dengan varnish. Untuk memebentuk
kontur yang baik dari GIC di daerah proksimal dipakai celluloid strip. Setlah
kering dan keras kelebihan GIC dapat diambil denagan stone putih atau dengan jet
fine finishing bur. Untuk pemolesan digunakan alat yang tersedia dalam paket alat
poles dengan kecepatan rendah. Kemudian dioles lagi dengan varnish.
Untuk pit dan fissure sealing, setelah permukaan gigi dibersihkan dan
dikeringkan olesi dengan larutan conditioner kemudian dicuci denagn air dan
dikeringkan dengan angin. Setelah kering letakkan GIC (Fuji Ionomer type III =
GC). Tunggu kering (k/l 2 menit) kemudian olesi dengan varnish. Kalau
menggunakan GIC penggerasannya dengan sinar (Vitremer-3M. atau LC II),
waktu pengerasannya lebih cepat (30-40 detik).12
Manipulasi GIC
Perbandingan normal dari manipulasi GIC adalah satu sendok bubuk
terhadap dua tetes cairan. Untuk basis, rasio bubuk ditambah untuk mendapatkan
konsistensi yang lebih kental. Untuk pembagian yang akurat kocok botol bubuk
ke IC untuk meratakan bubuk nya dan ambil satu sendok dan Geser pada bibir
botol untuk membuang kelebihan bobok sehingga pas pada sendoknya tanpa
dilakukan pemampatan. Pastikan untuk memegang botol cairan secara vertikal
ketika meneteskan cairan sehingga deh dapatkan hasil yang tepat dan homogen.
17
Gambar 2. Percampuran Powder dan Liqued
Seluruh bubuk dicampurkan ke arah cairan dalam dua atau tiga bagian
besar. Setiap bagian bubuk harus dicampur ke dalam cairan sekaligus. Untuk
memperpanjang working time, dapat dilakukan pencampuran di atas glass slaby
ang dingin dan kering. Pada ruangan, pencampuran harus selesai dalam 60 detik.
2.1.7 Sifat, Komposisi, Aplikasi dan Manipulasi Semen Zinc Oxide Eugenol
(ZOA)
Semen ZOE diformulasikan sebagai cairan bubuk atau sistem dua pasta.
Bubuk tersebut mengandung partikel seng oksida dan cairannya adalah
eugenol. Untuk sistem dua pasta, pasta dasar mengandung bubuk seng oksida
dan eugenol terkandung dalam akselerator (atau katalis). Reaksi pengaturan
dimulai dengan air dalam larutan eugenol yang menghidrolisis seng oksida
menjadi seng hidroksida. Seng hidroksida dan eugenol kelat dan mengeras.
Reaksi pengaturan lambat tetapi berlangsung lebih cepat di lingkungan yang
hangat dan lembab. Berbagai macam semen ZOE tersedia, dengan kekuatan
tekan mulai dari 3 hingga 55 MPa, yang membuat formulasi ZOE paling
18
cocok untuk aplikasi sementara. Bubuk yang lebih halus meningkatkan
kekuatan semen yang dihasilkan.
Eugenol bebas sisa mengganggu pengaturan yang tepat dari komposit
berbasis resin atau semen resin. Oleh karena itu, berbagai jenis asam
karboksilat telah digunakan untuk menggantikan eugenol dan menghasilkan
bahan mirip ZOE. Produk ini disebut semen zinc oxide-noneugenol.14
Gambar 3. ZOA
Modifikasi lain telah dilakukan untuk meningkatkan kekuatan dan
ketahanan abrasi semen ZOE untuk luting jangka panjang. Satu sistem
menggantikan asam ortoetoksibenzoat (EBA) untuk bagian dari cairan
eugenol, dan memasukkan alumina ke dalam bubuk. Sistem lain (ZOE plus
polimer) terdiri dari cairan eugenol dan bubuk khusus yang mengandung 20%
hingga 40% berat partikel polimer halus dan partikel seng oksida yang telah
diolah permukaan dengan asam karboksilat. Kekuatan tekan dari semen ZOE
yang ditingkatkan ini (Tabel 1) dapat diterima tetapi nilai kekuatannya lebih
rendah dari pada seng fosfat, ionomer kaca, dan semen resin (Tabel 2).
Tabel 1
19
Tabel 2
Manipulasi Zoe
Penggunaan ZOE yang serba guna tercermin dalam ANSI / ADA Speci-
fication No. 30 atau ISO 3107.Kedokteran gigi — Semen seng oksida / eugenol
dan semen seng oksida / non-eugenol, yang mencantumkan empat jenis semen
ZOE berdasarkan aplikasi klinis: (I) sementasi sementara; (II) sementasi jangka
panjang dari prosese tetap; (III) tambalan sementara dan pangkalan isolasi
termal;= dan (IV) tambalan perantara. Semen ZOE juga digunakan sebagai
penyekat saluran akar dan pembalut periodontal. Atribut antimikroba memiliki
keunggulan dibandingkan dengan semen ionomer kaca atau komposit berbasis
resin.
20
Semen ZOE sementara, termasuk semen bebas eugenol, sangat baik
untuk melapisi mahkota akrilik sementara dan gigi palsu sebagian cekat. Restorasi
ZOE sementara diharapkan berlangsung paling lama beberapa minggu. Mereka
menutup tubulus dentin dengan sangat baik melawan masuknya cairan oral dan
memiliki efek sedatif pada pulpa. Oleh karena itu, iritasi yang disebabkan oleh
kebocoran mikro diminimalkan dan semen ini cocok untuk perawatan restoratif
sementara selama pulpa sembuh atau sampai restorasi yang tahan lama dapat
difabrikasi dan disemen. Semen ZOE dapat menyebabkan nekrosis pulpa dan
sebaiknya tidak digunakan langsung pada pulpa. Semen ZOE tidak boleh
digunakan untuk sementasi sementara dari protesa cekat akhir karena semen dapat
sulit untuk dilepas dan pelepasan dapat membahayakan integritas gigi yang telah
disiapkan.
Saat semen ZOE dicampur dengan konsistensi kaku seperti dempul, ia
berfungsi secara efektif sebagai bahan restorasi menengah selama setidaknya satu
tahun. Pencampuran pada lempengan kaca yang dingin memperlambat pengaturan
untuk memungkinkan pembentukan konsistensi yang tebal, tetapi lempengan
tersebut tidak boleh lebih dingin dari titik embun; jika tidak, air akan mengembun
ke semen dan mempercepat reaksi.
Semen ZOE luting yang digunakan untuk aplikasi jangka panjang agak
sulit untuk dimanipulasi karena ketebalan filmnya yang tinggi. Gambar 14-24
menunjukkan tiga sistem pemberian untuk semen sementara berbahan dasar seng-
oksida.
21
Gambar 4. ZOA
Semen ZOE adalah salah satu dari beberapa semen pilihan untuk
sementasi superstruktur implan. Salah satu kelemahan dari merestorasi implan
gigi dengan prostesa yang menahan semen adalah kurangnya kemudahan untuk
mendapatkan kembali superstruktur yang disemen. Semen retensi dapat merusak
implan pendukung jika protesa dilepas dengan teknik pengangkatan yang agresif
di sisi lain, semen yang kurang retensi menyebabkan seringnya pelonggaran
prostesa. Akibatnya, praktisi yang menginginkan retrievability umumnya
cenderung menggunakan semen dengan sifat retensi yang lebih rendah. Semen
ZOE adalah salah satu dari beberapa semen pilihan untuk sementasi superstruktur
implan. Faktor mekanis seperti resistensi / bentuk retensi, tinggi, distribusi,
jumlah abutment, akurasi pemasangan superstruktur, serta lengkung rahang atas
versus rahang bawah sangat mempengaruhi tingkat retensi semen yang diperlukan
untuk restorasi tertentu. Pengetahuan tentang ketahanan relatif semen
meningkatkan keberhasilan dokter dalam memilih semen. Studi in vitro telah
meranking sifat retensi produk komersial, tetapi literatur klinis tidak memberikan
22
informasi yang akurat tentang jenis semen yang ideal untuk stabilitas dan
retrievabilitas prostesis penahan semen.
MTA dapat menurunkan tingkat inflamasi pulpa, hyperemia, dan nekrosis dan
dapat juga melarutkan bioaktif, protein yang terlibat dalam proses perbaikan gigi.
Saat ini, MTA adalah kontrol referensi yang direkomendasikan oleh ISO 7450
(2008) 38 atau ANSI / ADA no. 41. Selain itu, penelitian terbaru telah
menunjukkan bahwa MTA memiliki tingkat keberhasilan klinis yang lebih tinggi
daripada kalsium hidroksida di pulp capping direct. 15
23
Tabel 3
Pencampuran secara menyeluruh dengan spatula secara berulang harus
dilakukan. Bahan campuran dapat dibentuk dan digulung menjadi “ log “ dengan
jari yang memakai handscoon. Kemudian spatula, dapat digunakan untuk
memotong bagian bagian kecil untuk dimasukkan. 15
Aplikasi dan Manipulasi
Pulp Capping - Untuk perawatan eksposur pulpa, konsistensi MTA bisa
lebih cair. Perdarahan harus dikontrol dengan tekanan lokasi paparan dengan
cotton pellet yang dibasahi dengan garam, larutan encer natrium hipoklorit (0,5%
hingga 1,0%) atau agen hemostatic ringan yang tersedia secara komersial. Bahan
tersebut dapat diaplikasian dengan instrument Dycal atau instrument serupa
lainnnya untuk mengakses area tersebut. Liner ionomer hybrid atau kompomer
yang dapat dialirkan dapat ditempatkan dan di light cured melalui MTA dan
dentin yang mengelilingi secara langsung. Sediaan yang tersisa dapat di etsa
dengan asam, diikuti dengan menempatkan perekat dan komposit berbasis resin.
Komposit berbasis resin atau glass ionomer sementara dapat ditempatkan
langsung diatas MTA; Namun, etsa tidak boleh diterapkan pada MTA karena
asam merusak integritas bahan dan mencegah pengerasan MTA. Pulpa harus
dinilai secara berkala untuk daya rekatnya. 16
24
Baru-baru ini, semen berbasis kalsium silikat baru yang dikenal sebagai
"Biodentine" atau "dentin dalam kapsul" telah diperkenalkan. 17
Biodentin adalah kelas baru dalam material gigi yang dapat menyatukan sifat
mekanik tinggi dengan biokompatibilitas yang sangat baik, serta sifat bioaktif ini.
Ini menunjukkan property biologis yang sama dengan MTA. Ikatan
mikromekanis, ketahan terhadap lingkungan asam dan ketahanan terhadap
kebocoran mikro menjadikannya pilihan yang baik untuk penggunaan klinis
sebagai pengganti dentin. Biokompatibilitas dan bioaktivitasnya yang sangat baik
memungkinkan aplikasi sebagai bahan pulp capping dan bahan pengisi ujung
akar.
Komposisi
Tabel 4. komposisi
Biodentine adalah pengganti dentin bioaktif yang terdiri dari komponen
bubuk trikalsium silikat, kalsium karbonat, dan zirkonium oksida serta cairan
berbasis air yang mengandung kalsium klorida sebagai akselerator pengaturan dan
agen pereduksi air.18
Bahan ini menunjukkan sifat biologis yang sangat baik seperti MTA dan
dapat ditempatkan dalam kontak langsung dengan pulpa gigi, meskipun
kepekaannya terhadap abrasi membuatnya menjadi pengganti email yang buruk.
25
Namun, Biodentine mungkin merupakan kandidat yang baik untuk pengganti
dentin.
Sifat
Biodentine menunjukkan biokompatibilitas yang luar biasa. Studi yang
dilakukan pada fibroblas pulpa telah menunjukkan hal itu biodentin tidak beracun
seperti MTA. Biodentine mempertahankan vitalitas pulpa dan meningkatkan
proses penyembuhannya. Biodentine adalah merangsang regenerasi dentin dengan
menginduksi diferensiasi odontoblas dari sel progenitor pulpa. Laurent dkk.
melakukan penelitian lebih lanjut dan melaporkan bahwa Biodentine menginduksi
sekresi TGF-β1 dari sel pulpa dan menginduksi sintesis dentin reparatif. Han dan
Okiji membandingkan penyerapan kalsium dan silicon berdekatan dengan dentin
saluran akar fosfat buffered saline menggunakan Biodentine dan ProRoot MTA.
Biodentin dapat berkontak langsung dengan pulpa, mudah ditangani, integritas
marjinal baik, waktu pengaturan singkat, biokompatibilitas dan aktif
Aplikasi
Biodentine dapat digunakan untuk mahkota dan perawatan perbaikan dentin
akar, perbaikan perforasi atau resorpsi, apeksifikasi dan tambalan ujung akar.
Dapat juga digunakan pada tambalan kelas II sebagai pengganti enamel sementara
dan sebagai dentin permanen menggantikan lesi karies yang besar. 18
Manipulasi
Serbuk dicampur dengan cairan dalam kapsul di triturator selama 30 detik.
Mengatur Waktu - sekitar 12 menit. Biodentin menginduksi mineralisasi setelah
diaplikasikan. Waktu setting yang singkat, biodentin mengeras dalam 12 menit,
Penambahan admixtures ke dalam semen berbasis tri kalsium silikat
mempengaruhi sifat fisik bahan tersebut. Biodentine menginduksi mineralisasi
setelah penerapannya. Mineralisasi terjadi dalam bentuk osteodentin dengan
mengekspresikan penanda odontoblas & meningkatkan sekresi TGF-Beta1 dari
sel pulpa yang memungkinkan mineralisasi dini. Selama pengaturan semen
Kalsium hidroksida terbentuk. Karena pH-nya yang tinggi, Kalsium hidroksida
menyebabkan iritasi pada area yang terpapar. Zona nekrosis koagulasi ini diduga
26
menyebabkan pembelahan dan migrasi sel prekursor ke permukaan substrat; adisi
dan cytodifferentiation menjadi sel seperti odontoblas. Dengan demikian,
Biodentine menginduksi aposisi dentin reaksioner dengan stimulasi odontoblas
dan dentin reparatif melalui diferensiasi sel. Karena alkalitasnya yang tinggi, ia
memiliki efek penghambatan pada
mikroorganisme.19
Bahan tumpatan sementara yang paling baik. Meskipun tidak terlalu kuat
untuk menahan tekanan mengunyah, kerugian ini dapat diatasi dengan menambah
volume restorasi dan mendesain bentuk divergen dari lubang kavitas. Selain itu,
aktu pengerasan semen seng oksida eugenol relatif lambat, namun dapat diatasi
dengan penambahan 0,5 sampai 1% seng asetat untuk mempercepat waktu
pengerasan.20
Digunakan sebagai material basis pada restorasi logam dan sebagai bahan
tumpatan sementara atau bahan cetak; di dalamnya terjadi reaksi kompleks
antara bubuk dan eugenol sehingga akhirnya set dan mengeras.
Diklasifikasikan sebagai intermediate restorative material dan memiliki
sifat anestetik dan antibakteri.
27
Formula ZOE Cement untuk penggunaan sebagai bahan tumpatan
sementara: Powder: Zinc Oxide 69%, white rosin 29,3% untuk
menurunkan brittleness, zinc stearate 1% dan zinc acetate 0,7% sebagai
plasticizer. Liquid: Eugenol 85%, olive oil 15% sebagai plasticizer. Jika
digunakan sebagai luting cement, powder ZOE ditambahkan Alumina dan
pada liquidnya ditambahkan ethoxybenzoic acid (EBA).
b. Manipulasi
28
Memiliki biokompatibilitas yang baik
Non toxic
Tidak mudah chipping atau pecah
Daya larut air yang rendah
Dapat bertahan 2-3 bulan, walaupun terdapat chipping di pinggirannya
ZOE sebaiknya tidak digunakan pada kavitas yang sudah mencapai pulpa
karena dapat mengakibatkan inflamasi persistensi tanpa terbentuknya dentin
bridge, substansi yang terkalsifikasi pada pulpa yang terbuka. Selain itu ZOE
memiliki efek anodyne karena memiliki kemampuan untuk melakukan penetrasi
ke dalam dentin dan pulpa.20
3. Fletcher
a. Berfungsi:
b. Ciri-ciri powder:
Berwarna putih
bentuk seperti tepung
halus
berbau tidak menyengat tapi seperti sirih.
c. Ciri-ciri liquid:
29
Warna bening, bentuk cair, bau seperti adonan agar-agar.
d. Sifat:
e. Manipulasi:
Cara menumpat cavit dan IRM (atau material yang serupa) adalah sebagai
berikut. Ruang pulpa harus dalam keadaan kering. Letakkan lapisan tipis kapas di
atas orifice untuk mencegahtersumbatnya saluran akar. Bahan tumpatan
dimampatkan dari dasar kavitas ke permukaan sambil ditekan ke dinding
menggunakan instrumen plastis. Kelebihan bahan tumpatan dibuang dan
30
permukaannya dihaluskan menggunakan kapas basah. Pasien dianjurkan tidak
mengunyah dengan gigi tersebut selama paling sedikit satu jam. Pada TERM
material ini dikemas dalam bentuk kapsul siap untuk diinjeksikan ke dalam
kavitas. Material ini dimasukkan, lalu dimampatkan dengan instrumen plastis, dan
dilakukan penyinaran.20
7. GIC
Dapat digunakan selama kurang lebih tiga minggu. GIC dipakai karena
kemampuannya dalam melepas ion fluoride yang berguna untuk:
8. Cavit
Suatu bahan dari seng oksida polivinil. Bahan ini kekuatannya relatif
rendah dan mudah aus. Bahan tumpatan yang self curing dan radiopaque.20
Keuntungan:
31
Aplikasi :
9. Cimpat
Aplikasi :
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Isis isisi isiis isisi
3.2 Saran
Saran pada saat pembuatan makalah bahwa kami menyadari banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggung jawabkan dari banyaknya sumber. Oleh sebab itu kami harapkan
kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Elderton RJ, Major IA. Pulp protection, Bindslev, Major, Modern Concept
of operative dentistry. Copenhagen: Munksgaard; 1988.
2. Sturdevant’s art and science of operative dentistry, 5 th ed., St. Louis:
Mosby Elsevier, 2009: 174.
3. Nirmala, vita (2005) effects of irrigation solutions and calcium hydroxide
dressing on root canal treatments of periapical lesions. Majalah kedokteran
gigi (Dent. J), 39 (1), 28-31.
4. Van-Noort, Richard. Dental Materials. London: elsevier limited; 2007.
5. Mitchell, Christina. Dental materials in operative dentistry. London:
uintessence publishing co.ltd; 2008.
6. McCabe, Christina. Applied Dental materials. 9th ed. United kingdom:
Blackwell munksgaard; 2009.
7. Prastyo T. R., Wahyu E. R.W., Nofrizal, Wahyu D. N., Ikono R., Bambang
W., Sukarto A., Siswanto ,dan Rochman N.T. Pengaruh Nanoartikel ZnO
Terhadap Strukturmikro Semen Gigi Seng Fosfat. Nanotechnology
Research and Business Center, Indonesia Kawasan Puspiptek, Serpong
15314, Tangerang, Departemen Fisika, Fakultas Sains Dan Teknologi-
Universitas Airlangga Kampus C, Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115 Pusat
Penelitian Metalurgi (P2M)-LIPI Kawasan Puspiptek, Serpong 15314,
Tangerang Pusat Penelitian Fisika (P2F)-LIPI Kawasan Puspiptek, Serpong
15314, Tangerang Departemen Metalurgi dan Pertambangan, Sekolah
Tinggi Teknik dan Teknologi Sumbawa Desa Batu Alang Moyo Hulu
Sumbawa Besar NTB. 2012: 27-29
8. Sulastri S. Dental Material. Bahan Ajar Keperawatan Gigi. Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Indonesia. 2017: 23-37
34
9. Nurul Ulfah H., 2008. Pengaruh Aplikasi Bonding Agent Terhadap
Kekerasan Semen Ionomer Kaca (SIK), Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Indonesia.
11. Fitriyania DC, Pangemanan DHC. Juliatri. Uji Pengaruh Saliva Buatan
Terhadap Kekuatan Tekan Semen Ionomer Kaca Tipe Ii Yang Direndam
Dalam Minuman Isotonik. Jurnal e-GiGi (eG);2012;2:2 hal
12. Suwelso IS. Penggunaan Bahan Sewarna Gigi untuk pencegahan karies dan
restorasi gigi anak. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
1995;3:36 hal
13. Tansil Hendrick. Glass Ionomer Cement. Bagian Konservasi Gigi Rumah
Sakit Gigi Dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember;2010.
17-18 hal
14. Anusavice KJ, Shen Chiayi, Rawls HR. Phillips’s Science of Dental
Materials. Missouri: Elsevier Suaunders;2012.
15. Anusavice KJ. Philips’ science of dental materials.12th ed.Missouri:
Elsevier, 2013:Page 332-334
16. Wellington L. O. da Rosa,1 Alexandra R. Cocco,1 Tiago M. da Silva,2
Luana C. Mesquita,2 Arthur Dias Galarc¸a,2 Adriana F. da Silva,3 Evandro
Piva3. REVIEW ARTICLE: Current trends and future perspectives of
dental pulp capping materials: A systematic review. Society For
Biomaterials: Wiley Online Library. Brazil:2017. DOI:
10.1002/jbm.b.33934
17. Saqib Arshad Khan 1 , Saima Azam 2, Beenish Qureshi. Properties and
Application of Biodentine in Restorative Dentistry and Endodontics: A
Review. JIMDC.2018; 7(2)
35
18. Pagaria S, Singh BD, Dubey A, Avinash A. REVIEW ARTICLE:
Biodentine as a New Calcium Silicate Based Cement. India. Chettinad
Health City Medical Journal 2015; 4(4): 182 – 184
19. Priyalakshmi.S¹, Manish Ranjan². Review on Biodentine-A Bioactive
Dentin Substitute. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-
JDMS) e-ISSN: 2279-0853, p-ISSN: 2279-0861.Volume 13, Issue 1 Ver.
III (Jan. 2014), PP 13-17
20. Grossman LI, Oliet S., Del Rio CE. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek.
11ed. Alih Bahasa. Rafiah A. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
36