Makalah Konservasi 1 - Kelas A - Kelompok 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH KELAINAN JARINGAN KERAS GIGI

DAN JARINGAN PULPA 1 “ILMU KONSERVASI


GIGI, INSTRUMEN DASAR, STERILISASI DAN
POSISI DUDUK”

Dosen pembimbing: Dr. Rina Permatasari, drg.Sp.KG

Disusun oleh:

Apriani Ayu Ayu Tri Handayani


(201911021) (201911026)
Arina El Haq Arhath (201911022) Azzahra Farah Halvita
Augie Adzani Putri (201911027)
(201911023) Bella Sintani Leiden
Auliadya Adiningsih (201911028)
Putri(201911024) Bias Fajriah Aulia
Ayu Rizqi Febriani (201911029)
(201911025) Billah Nasyrah
(201911030)

KELOMPOK 3
KELAS A
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini dengan judul “ILMU KONSERVASI GIGI, INSTRUMEN DASAR,
STERILISASI DAN POSISI DUDUK” dalam memenuhi tugas mata kuliah blok
Kelainan Jaringan Keras Gigi dan Jaringan Pulpa 1.
Selanjutnya, dalam kesempatan ini kami tidak lupa untuk menyampaikan
ucapan terima kasih sedalam-dalamnya berkat kerjasama tim dan bantuan dari
berbagai pihak. Dan terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik
lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, kami berharap makalah ini dapat
menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk masyarakat
luas dan terutama bagi pembaca.

Jakarta, 11 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan......................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 4
1.3 Tujuan................................................................................................... 4

Bab II Pembahasan......................................................................................... 5

2.1 Ilmu Konservasi Gigi.......................................................................... 5


2.2 Instrumen Dasar ................................................................................ 6
2.3 Macam Bahan Instrumen Konservasi Gigi ..................................... 10
2.4 Macam Instrumen Konservasi Gigi ................................................. 11
2.5 Cara Memegang Alat ........................................................................ 18
2.6 Sterilisasi.............................................................................................. 22
2.7 Posisi Duduk Pasien ........................................................................... 29
2.8 Posisi Duduk Operator ..................................................................... 32
2.9 Rentang Posisi Operator Terhadap Pasien...................................... 38

2.10 Penerangan Lampu Dental Unit ...................................................... 39

Bab III Penutup..............................................................................................

3.1 Kesimpulan ..........................................................................................


3.2 Saran ....................................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu tertua di bidang kedokteran gigi yang berkembang sejak abad ke-18
sebagai sebuah solusi bagi masyarakat yang mengalami kerusakan gigi dan usaha
mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut. Ilmu konservasi gigi
merupakan cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari tentang cara
menanggulangi kelainan (penyakit) jaringan keras gigi, pulpa dan periapical untuk
mempertahakan gigi didalam mulut melalui restorasi dan perawatan endodomtic,
baik secara konvensional maupun bedah. Ilmu yang mempelajari kelainan pada
jaringan keras dan jaringan lunak gigi, dengan perawatan secara preventif,
promotif, kuratif, dan rehabilitatif untuk mengembalikan fungsi gigi dalam sistem
stomatognatik. Melakukan perawatan gigi serta me. bmpertahankan gigi
selama mungkin di dalam mulut agar estetik dan fungsi kunyah kembali normal
(J.D. Eccles dan R. M. Green, 1994). Mencegah, merawat penyakit, merestorasi
kerusakan, dan kelainan yang mengenai jaringan keras dan lunak gigi untuk
mengembalikan fungsi, bentuk, estetik dan perlindungan jaringan pendukung gigi
serta mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut.
Perkembangan konservasi gigi diarahkan ketiga bidang kekhususan, yaitu:
kariologi, endodontology, dan teknologi restorasi.

Sebelum melakukan perawatam komnservasi gigi, kita harus terlebih dahuu


menentukan diagnosis diagnosis adalah penentuan jenis penyakit yang diderita
pasien. Diagnosis merupakan kesimpulan dari pemeriksaan, baik itu pemeriksaan
subyektif, pemeriksaan obyektif, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Dalam
penegakan diagnosis perlu dilakukan prosedur penegakan diagnosis secara
sistematis. Pemeriksaan yang cermat perlu dilakukan untuk mendapatkan
diagnosis yang tepat. Kesehatan dalam mendiagnosis menyebabkan perawatan
yang tidak tepat, yang dapat merugikan pasien dan dokter gigi sendiri.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa rumusan


masalah, diantaranya:
1. Apa itu Ilmu Konservasi Gigi?
2. Apa saja Instrument Dasar Alat dan Bahan Konservasi Gigi?
3. Bagaimana Sterilisaasi Alat Konservasi Gigi?
4. Bagaimana Posisi Duduk Pasien dan Operator?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, dapat disimpulkan
beberapa tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa itu Ilmu
Konservasi Gigi.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa saja
Instrument Dasar Alat dan Bahan Konservasi Gigi.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagaimana
Sterilisaasi Alat Konservasi Gigi.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagaimana Posisi
Duduk Pasien dan Operator.

BAB II

4
PEMBAHASAN

2.1 Ilmu Konservasi Gigi

Ilmu tertua di bidang kedokteran gigi yang berkembang sejak abad ke-18
sebagai sebuah solusi dari kerusakan gigi dan usaha mempertahankan gigi selama
mungkin di dalam mulut. Ilmu yang mempelajari kelainan pada jaringan keras dan
jaringan lunak gigi, dengan perawatan secara preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif untuk mengembalikan fungsi gigi dalam sistem stomatognatik.

Melakukan perawatan gigi serta mempertahankan gigi selama mungkin di


dalam mulut agar estetik dan fungsi kunyah kembali normal (J.D. Eccles dan R.
M. Green, 1994). Mencegah, merawat penyakit, merestorasi kerusakan, dan
kelainan yang mengenai jaringan keras dan lunak gigi untuk mengembalikan
fungsi, bentuk, estetik dan perlindungan jaringan pendukung gigi serta
mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut. Perkembangan
konservasi gigi diarahkan ketiga bidang kekhususan, yaitu: kariologi,
endodontology, dan teknologi restorasi.

Rongga mulut adalah area kecil yang terdiri dari bibir, pipi, langit-langit dan
lidah bergerak. Untuk melakukan preparasi gigi di bidang ini, dibutuhkan
keterampilan yang hebat. Sehingga untuk mendapatkan pemahaman yang tepat
mengenai pertimbangan anatomi dan dimensi, maka selalu disarankan untuk
melakukan preparasi gigi pada gigi tiruan akrilik yang disebut dengan gigi
typhodont. Gigi Typhodont disekrup ke kepala hantu. Dengan melakukan
preparasi gigi dalam model dummy, seseorang dapat dengan mudah
menyandingkan keterampilan yang diperolehnya pada pasien klinis. Persiapan
gigi yang berulang pada gigi asli yang dicabut meningkatkan keterampilan dan
efisiensi orang tersebut. Terlebih pelatihan ini meningkatkan rasa percaya diri dan
keterampilan psikomotorik untuk menangani jaringan.

5
Tujuan dasar dari kedokteran gigi konservatif praklinis adalah agar mahasiswa
mendapatkan keahlian prosedur restoratif sebelum menangani pasien. Ini
mengembangkan kepercayaan diri siswa sebelum mereka menangani pasien.1

2.2 Instrument Dasar

Alat dan Instrumentasi

 Kategori

Instrumen tangan yang digunakan dalam operasi gigi dapat dikategorikan


sebagai (1) pemotongan (ekskavator, pahat, dan lain-lain) atau (2) non-
pemotongan (kondensor amalgam, cermin, penjelajah, probe). Ekskavator dapat
dibagi lagi menjadi kapak biasa, cangkul, pembentuk sudut, dan sendok. Pahat
terutama digunakan untuk memotong enamel dan dapat dibagi lagi menjadi pahat
lurus, pahat melengkung, pahat sudut bin, kapak enamel, dan pemangkas margin
gingiva. Alat potong lainnya dapat dibagi lagi menjadi pisau, iles, scaler, dan
pemahat.

Gambar 1. Macam macam alat dan instrumen

 Desain
Kebanyakan instrumen tangan, apa pun penggunaannya, terdiri dari tiga
bagian: pegangan, betis, dan bilah. Untuk banyak instrumen non-pemotongan,
bagian yang sesuai dengan bilahnya disebut ujung pena. Ujung ujung pena, atau

6
permukaan kerja, dikenal sebagai wajah. Bilah atau ujung pena adalah ujung
instrumen yang berfungsi dan dihubungkan ke pegangan oleh betis. Beberapa
instrumen memiliki bilah di kedua ujung pegangannya dan dikenal sebagai
instrumen berujung ganda Bilahnya memiliki banyak desain dan ukuran,
tergantung pada fungsinya.
Handles tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk. Instrumen tangan awal
memiliki pegangan dengan diameter yang cukup besar dan digenggam di telapak
tangan. Pegangan yang besar dan berat tidak selalu kondusif untuk manipulasi
yang rumit. Di Amerika Utara, kebanyakan pegangan instrumen berdiameter kecil
(5,5 mm) dan ringan. hei biasanya delapan sisi dan knurled untuk memfasilitasi
kontrol. Di Eropa, pegangannya seringkali berdiameter lebih besar dan
meruncing.

Shanks, yang berfungsi untuk menghubungkan pegangan ke ujung instrumen,


biasanya halus, bulat, dan meruncing. Mereka sering kali memiliki satu atau lebih
tikungan untuk mengatasi kecenderungan instrumen terpuntir saat digunakan saat
gaya diterapkan.

Enamel dan dentin adalah zat yang sulit untuk dipotong dan membutuhkan
kekuatan yang besar di ujung instrumen. Oleh karena itu, alat potong tangan harus
seimbang dan tajam. Keseimbangan memungkinkan pemusatan gaya ke blade
tanpa menyebabkan rotasi instrumen dalam genggaman operator. Ketajaman
memusatkan gaya ke area kecil di tepi, menghasilkan tegangan tinggi dan
kemampuan yang dihasilkan untuk melepaskan / memodifikasi struktur gigi.

Keseimbangan dicapai dengan mendesain sudut betis sehingga tepi tajam


bilah berada dalam diameter yang diproyeksikan dari gagang dan hampir
bertepatan dengan sumbu panjang pegangan yang diproyeksikan. Untuk desain
antirotasional yang optimal, tepi blade tidak boleh jauh dari sumbu lebih dari 1
hingga 2 mm. Semua instrumen dan peralatan gigi harus memenuhi prinsip
keseimbangan ini.

 Shaks Angels

7
Orientasi fungsional dan panjang bilah menentukan jumlah sudut di betis yang
diperlukan untuk menyeimbangkan instrumen. Instrumen yang diklasifikasikan
berwarna hitam berdasarkan jumlah sudut betis sebagai sudut-mon (satu), sudut-
bin (dua), atau sudut rangkap tiga (tiga). Instrumen dengan bilah kecil dan pendek
dapat dengan mudah dirancang dalam bentuk mon-angle sambil membatasi
cutting edge dalam batas yang diperlukan untuk keseimbangan dan kontrol.
Instrumen dengan bilah yang lebih panjang atau orientasi yang lebih kompleks
mungkin memerlukan dua atau tiga sudut pada betis untuk mendekatkan tepi
tajam ke sumbu panjang gagang. Shank seperti itu disebut contra-angled.

 Nama
Black mengklasifikasikan semua instrumen berdasarkan namanya. Selain itu,
untuk instrumen potong tangan, ia mengembangkan rumus numerik untuk
mengkarakterisasi dimensi dan sudut ujung kerja (lihat bagian selanjutnya untuk
rincian rumus). Sistem klasifikasi Black dengan nama instrumen mengkategorikan
instrumen berdasarkan
(1) fungsi (misal Scaler, excavator),
(2) cara penggunaan (misal Kondensor tangan),
(3) desain ujung kerja (misal Excavator sendok, penskala sabit), atau
(4) bentuk betis (misalnya, sudut-tunggal, sudut-bin, sudut-kontra). 
Nama ini digabungkan untuk membentuk deskripsi lengkap dari instrumen
(misal Ekskavator sendok sudut bin).

 Rumus
Alat potong memiliki rumus yang menjelaskan dimensi dan sudut ujung
pengerjaan. Ini ditempatkan pada pegangan menggunakan kode tiga atau empat
angka yang dipisahkan oleh tanda hubung atau spasi (misalnya, 10–85–8–14).
Angka pertama menunjukkan lebar blade atau cutting edge primer dalam
sepersepuluh milimeter (0,1 mm) (misalnya, 10 = 1 mm). Angka kedua dari kode
empat angka menunjukkan sudut tepi potong utama, diukur dari garis yang sejajar
dengan sumbu panjang pegangan instrumen dalam derajat Celcius searah jarum

8
jam. Sudut celcius dinyatakan sebagai persen dari 360 derajat (misalnya, 85 =
85% × 360 derajat = 306 derajat). Instrumen diposisikan sedemikian rupa
sehingga angka ini selalu melebihi 50. Jika tepi secara lokal tegak lurus dengan
bilah, nomor ini biasanya dihilangkan, menghasilkan kode tiga angka. Angka
ketiga (angka kedua dari kode tiga angka) menunjukkan panjang bilah dalam
milimeter (misalnya, 8 = 8 mm). Angka keempat (angka ketiga dari kode tiga
angka) menunjukkan sudut bilah, relatif terhadap sumbu panjang gagang dalam
searah jarum jam (misalnya, 14 = 50,4 derajat). Instrumen diposisikan sedemikian
rupa sehingga angka ini selalu 50 atau kurang. Instrumen tangan yang paling
umum digunakan, termasuk yang disebutkan dalam teks ini, ditunjukkan
pada dalam beberapa kasus, nomor tambahan pada pegangan adalah nomor
identifikasi pabrikan. Nomor identitas disertakan untuk membantu produsen
tertentu dalam membuat katalog dan tidak boleh disamakan dengan nomor
formula.
 Bevel
Kebanyakan instrumen pemotongan tangan memiliki satu bevel di ujung bilah
yang membentuk tepi potong utama. Dua bevels tambahan orm tepi pemotongan
sekunder dan memperluas dari tepi utama untuk panjang pisau. Instrumen dengan
dua sisi miring seperti kapak biasa memiliki dua sisi miring yang membentuk
pinggiran tajam.
Instrumen bermiring tunggal tertentu, seperti ekskavator sendok dan
pemangkas margin gingiva digunakan dengan gerakan mengikis atau memotong
lateral. Kapak enamel dapat digunakan dengan gerakan memotong langsung dan
menyamping. Palka memiliki tepi potong primer yang sejajar dengan sumbu
panjang gagang. Desain miring tunggal mengharuskan instrumen dibuat
berpasangan, dengan kemiringan di sisi berlawanan dari bilah. Instrumen ini
ditetapkan sebagai miring kanan atau miring kiri dan ditunjukkan dengan
menambahkan huruf R atau L ke rumus instrumen. Untuk menentukan apakah
instrumen memiliki kemiringan kanan atau kiri, tepi pemotongan utama ditahan
dan mengarah menjauh, dan jika kemiringan muncul di sisi kanan bilah, itu adalah
instrumen pasangan yang tepat. instrumennya, bila digunakan dalam gerakan

9
mengikis, digerakkan dari kanan ke kiri. sebaliknya berlaku untuk instrumen kiri
dari pasangan. Satu instrumen cocok untuk pekerjaan pada satu sisi preparasi dan
sisi lainnya cocok untuk sisi berlawanan dari preparasi. Tepi pemotongan utama
kapak mungkin berguna untuk merencanakan dinding wajah dan lingual preparat
proksimal dengan menggunakan gerakan mendorong dan dinding gingiva dengan
menggunakan gerakan lateral. Selain itu, cutting edge sekunder dari kapak email
mungkin berguna untuk merencanakan dinding oklusal dan gingiva dari preparat
Kelas V posterior.
Sebagian besar instrumen tersedia dengan bilah dan betis di kedua ujung
pegangan. Instrumen semacam itu disebut ujung dengan ganda. Dalam banyak
kasus, instrumen pasangan kanan ada di salah satu ujung pegangan dan instrumen
kiri ada di ujung lainnya. Terkadang bilah serupa dengan lebar berbeda
ditempatkan pada instrumen berujung ganda tunggal. Jika seseorang mengamati
bagian dalam kelengkungan bilah (atau bagian dalam sudut di persimpangan bilah
dan betis) dan kemiringan primer tidak terlihat, instrumen memiliki kemiringan
distal. Sebaliknya, jika bevel primer terlihat (dari sudut pandang yang sama),
instrumen memiliki bevel mesial (atau "terbalik").
Instrumen yang memiliki ujung potong primer tegak lurus dengan sumbu
pegangan biasanya disebut pahat. Contohnya termasuk pahat sudut bin, instrumen
dengan sedikit lengkungan bilah (pahat Wedelstaedt), dan cangkul, yang miring
tunggal dan tidak didesain. dinyalakan sebagai kanan atau kiri tetapi memiliki
kemiringan mesial atau kemiringan distal. Tepi potong utama pahat mungkin
berguna dalam merencanakan dinding oklusal dan gingiva preparat Kelas V
posterior dengan menggunakan gerakan mendorong dan / atau menarik. Tepi
pemotongan utama cangkul sangat berguna untuk merencanakan dinding oklusal
dan gingiva preparat Kelas III. Tepi potong sekunder cangkul berguna untuk
merencanakan dinding oklusal dan gingiva preparasi Kelas V serta dinding yang
berorientasi pada arah aksial. Perhatikan bahwa cangkul juga bisa berfungsi
sebagai ekskavator.2

10
2.3 Macam Bahan Instrumen Konservasi Gigi

 Carboon steel: logam yang mengandung 0,5 sampai 1,5% karbon. Lebih
keras dan lebih tajam dari stainnless steel dan cenderung korosi dan rawan
patah.

 Stainless steel:

o Pure stainless steel: terdiri dari 70-85% besi, 15-25% kromium dan
1-2% karbon. Bahan yang paling umum digun akan untuk
instrument gigi.

o Stainless steel Teflon/titanium nitride coating: instrument yang


secara khusus digunakan untuk penumpatan bahan komposit resin.
Memudahkan penumpatan karena komposit tidak mudah melekat
pada instrument

 Carbide inserts: penambahan bahan karbida agar ketajaman tepi


pemotongan pada instrument menjadi lebih tahan lama.

 Logam lain: nikel, kobalt, atau kromium

2.4 Macam Instrumen Konservasi Gigi

 Cutting Instrument

 Condensing Instrument

 Filiing Instrument

 Carving Instrument

 Matriks

11
 Hands Instrument

 Bur

1. Cutting Instrument

 Cutting Instrument mesin

o Menurut bentuk

- Straighthandpiece

- Contra angle hand piece

o Menurut kecepatan putaran

- Lowspeedhandpiece(500-15.000rpm)

- Highspeedhandpiece(100.000-300.000rpm)

- Ultra speed hand piece (lebih dari 300.000 rpm)

Gambar 2. Cutting Instrumen

 Cutiing Instrumen manual

o Hatchet

12
o Chisel

o Hoe

o Gingival margin trimmer

o Angel former

2. Condensing Instrument

 Amalgam stopper dan Cement stopper.

Fungsi: memampatkan bahan tumpat atau semen ke dalam kavitas hasil preparasi.

Gambar 3. Condensing Instrument

3. Filling Instrument

13
 Amalgam pistol dan Plastic filling instrument.

Fungsi: meletakkan bahan tumpat atau semen ke dalam kavitas hasil preparasi.

Gambar 4. Filling Instrument

4. Carving Instrument
 Burnisher dan Carver.

Fungsi: membentuk bahan tumpatan, menyesuaikan anatomi normal gigi.

Gambar 5. Carving Instrument (burnisher)

14
5. Matriks

Fungsi

 Membuat dinding yang berhadapan dengan dinding aksial sehingga dpt


bahan restorasi dapat dimampatkan dengan baik ke dalam kavitas.

 Mengembalikan kontur anatomis dan memperbaiki kontak proksimal.

 Melindungi gigi tetangga selama preparasi kavitas.

Jenis:

 Toffelmire: Utk tumpatan amalgam kls II MOD.

 Ivory: Utk tumpatan amalgam kls II DO/MO.

 Celluloid strip/ Mylar: Utk tumpatan RK dan GIC kls III dan IV.

 Sectional: Utk tumpatan RK kls II.

Gambar 6. Matriks a. Tofflelmire b.Celluloid strip

6. Hands Instrument

15
 Kaca mulut

Terdapat beberapa ukuran kaca (no.4 dan 5).

Fungsi: membantu melihat ke dalam mulut, memantulkan sinar unit agar rongga
mulut terlihat lebih terang, membantu menyingkap mukosa pipi, bibir, lidah.

 Sonde

Macam: medical sonde dengan ujung tumpul dan dental sonde dengan ujung
lancip. Berbentuk Halfmoon (bengkok), berkait, atau lurus.

Fungsi: mendeteksi kavitasi.

 Macam: pinset anatomis, pinset endo, pinset lurus.

Fungsi: menjepit kapas, paperpoint, gutta percha, mukosa

Gambar 7. a. Kaca mulut b. Sonde c. Pinset

16
 Ekskavator

• Spoon, dan discoid ekskavator.

Fungsi: mengambil jaringan dentin yang mengalami karies, membuka tumpatan


sementara, membuang jaringan pulpa.

Gambar 8. Ekskavator

 Semen Spatel

Fungsi: Untuk mengaduk semua jenis semen dental.

Gambar 9. Semen spatel

17
 Ball pointed / Dycal Applicator

Fungsi: meletakkan bahan pelapis dentin atau liner ke dasar kavitas terdalam.

7. Burs

Bentuk bur: round, fissure, pear- shaped, egg-shaped, inverted, tapered, flame,
longthin, disk, wheel.

Fungsi:

 Diamond burs  preparasi kavitas, meratakan dan menghaluskan


tumpatan komposit dan GIC
 Steel burs  membuang jaringan karies, menghaluskan dinding kavitas.
 Carbide/ tungsteen burs  preparasi kavitas, membuat retensi, menembus
crown.
 Stone burs  meratakan tumpatan amalgam.
 Karet abrasif burs menghaluskan dan mengkilpakan tumpatan.

Gambar 10. bur diamond

2.5 Cara Memegang Alat

Empat pegangan digunakan dengan instrumen tangan: (1) pena modifikasi,


(2) pena terbalik, (3) telapak tangan dan ibu jari, dan (4) telapak tangan yang

18
dimodifikasi dan jempol. Pegangan pena konvensional tidak dapat diterima
pegang instrument (Gambar 11).

Pegangan Pena Dimodifikasi

Pegangan yang memungkinkan kendali terbesar dari instrumen, sekaligus


mempertahankan posisi ergonomis dari pergelangan tangan dan siku, adalah
pegangan pena yang dimodifikasi (lihat Gambar 11). Sebagai namanya, itu mirip
tapi tidak identik dengan yang digunakan di memegang pena. dia bantalan ibu jari
dan telunjuk dan tengah jari-jari menyentuh instrumen, sedangkan ujung jari
dering (atau ujung cincin dan batang kecil) ditempatkan di dekat gigi permukaan
lengkungan yang sama sebagai sandaran. telapak tangan umumnya menghadap
jauh dari operator. pada dari jari tengah adalah ditempatkan di dekat bagian atas
instrumen; dengan kerja jari ini dengan pergelangan tangan dan lengan bawah,
tekanan pemotongan atau pembelahan diterapkan melalui bilah ke area yang
membutuhkan modifikasi. Dia instrumen harus melintasi ruas proksimal indeks
jari dan tidak boleh menyeberang di area persimpangan ibu jari dan jari telunjuk
seperti pada pegangan pena konvensional (Gambar kontras. 11 A dengan B).
Desain instrumen yang seimbang memungkinkan penerapan kekuatan yang sesuai
tanpa instrumen cenderung berputar di ingers.

Gambar 11. Contoh instrumen tangan lain untuk memotong. A, Selesai-pisau. B,


Desain pisau inishing alternatif yang menekankan sekunder ujung tombak. C, ile
gigi. D, pisau Cleoid. E, ukiran pisau discoid campuran.

19
Inverted Pen Grasp

Genggam telapak tangan dan ibu jari mirip dengan yang digunakan untuk
memegang pisau sambil mengupas apel. pegangannya ditempatkan di telapak
tangan tangan dan digenggam oleh semua ingers, sementara ibu jari bebas
instrumen, dan sisanya disediakan dengan menopang ujungnya ibu jari di gigi
terdekat dari lengkungan yang sama atau di irm, struktur yang stabil. Untuk
kontrol yang sesuai, pegangan ini membutuhkan kehati-hatian gunakan selama
pemotongan. Contoh penggunaan yang tepat adalah holding alat genggam untuk
memotong retensi insisal untuk preparasi Kelas III pada gigi seri rahang atas
(Gambar )

Gambar 12.

20
Gambar 13. Pegangan pena terbalik. Telapak tangan lebih menghadap ke
operator. Itu sisanya mirip dengan yang ditunjukkan untuk pegangan pena yang
dimodifikasi

Gambar. 14 Pegangan telapak tangan dan ibu jari. Pegangan ini memiliki
penggunaan yang terbatas, seperti itu sebagai persiapan retensi insisal dalam
preparasi Kelas III pada rahang atas gigi seri. Sisanya adalah ujung ibu jari pada
gigi dalam lengkungan yang sama.

Gambar 15..Pegangan telapak tangan dan ibu jari yang dimodifikasi.


Modifikasi ini memungkinkan gerakan instrumen yang lebih mudah dan kontrol
instrumen yang lebih besar selama gerakan tarik dibandingkan dengan pegangan
telapak tangan dan ibu jari. Sisanya adalah ujung ibu jari pada gigi yang sedang

21
disiapkan atau gigi yang berdekatan. Perhatikan bagaimana instrumen diikat pada
bantalan dan ujung sendi ibu jari.

Modied Palm-and-Thumb Grasp

Pegangan telapak tangan dan ibu jari yang dimodifikasi dapat digunakan
jika memungkinkan untuk mengistirahatkan ibu jari pada gigi yang sedang
disiapkan atau yang berdekatan gigi. Pegangan instrumen dipegang oleh semua
orang empat ingers, yang bantalannya menekan gagang ke area distal dari telapak
tangan dan bantalan dan sendi pertama ibu jari. Tamak pegangan di bawah sendi
pertama jari manis dan kelingking memberikan stabilisasi dan memungkinkan
kontrol instrumen yang optimal. Pegangan telapak tangan dan ibu jari yang
dimodifikasi biasanya digunakan di area lengkung rahang atas dan paling baik
diadopsi saat dokter gigi beroperasi dari posisi kursi belakang.

Beristirahat
Pegangan instrumen yang tepat harus mencakup istirahat yang kuat untuk
menstabilkan tangan selama prosedur operasi. Saat pena dimodifikasi dan
pegangan pena terbalik digunakan, sandaran dibuat dengan menempatkan ring
inger (atau keduanya ring dan little ingers) pada gigi (atau gigi) dari lengkungan
yang sama dan sedekat mungkin dengan lokasi operasi dia lebih dekat dengan
area istirahat ke area operasi, itu lebih dapat diandalkan. Saat genggaman telapak
tangan dan ibu jari digunakan, istirahat dibuat dengan meletakkan ujung ibu jari
pada gigi sedang dioperasi, pada gigi yang berdekatan, atau di area yang nyaman
dari lengkungan yang sama. Dalam beberapa kasus, tidak mungkin untuk
membuat istirahat pada struktur gigi, dan jaringan lunak harus digunakan. Tidak
ada jaringan lunak yang beristirahat maupun jaringan keras yang jauh aford
kontrol yang andal, dan mereka mengurangi kekuatan atau kekuatan itu dapat
digunakan dengan aman. Kadang-kadang, tidak mungkin untuk menjadi normal
jari bertumpu pada tangan yang memegang instrumen. Di bawah ini keadaan,
kontrol instrumen dapat diperoleh dengan menggunakan telunjuk dari sisi
berlawanan di betis instrumen atau menggunakan istirahat tidak langsung (yaitu,

22
tangan yang beroperasi bertumpu pada sisi yang berlawanan, yang bertumpu pada
struktur mulut yang stabil).
Penjaga
Penjaga adalah instrumen tangan atau barang lainnya (mis., Gulungan
kapas, sudut kering, irisan interproksimal) digunakan untuk melindungi jaringan
lunak dari kontak dengan instrumen tajam atau abrasive.3
2.6 Sterilisasi

Makna Harfiah kata sterilisasi adalah “menghancurkan semua bentuk


kehidupan”. Sterilisasi diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu secara fisik dan
secara kimia. Bahan Sterilan dapat berbentuk cairan, gas atau radiasi
elektromagnetik. Klasifikasi tersebut tidak mutlak karena Sterilisasi secara fisik
pun dapat menghasilkan bahan kimia yang lateral, dan membentuk panas peserta
tekanan osmotik. Cara sterilisasi tertua adalah destrukai dengan pemanasan baik
menggunakan api bebas maupun panas yang ditimbulkan oleh uap air sehingga
dapat dikatakan bahwa media sterilisasi klasik adalah pemanas dan air. (Basah)
yang meliputi air mendidih dan uap air panas. Air mendidih (Boiling water)
dianggap kurang baik karena tidak memiliki tekanan sehingga penetrasi ke dalam
material lambat dan suhunya relatif rendah, oleh karena itu, uap air bertekanan
tinggi paling banyak digunakan sampai sekarang.4

Sterilisasi adalah suatu proses pemusnahan semua bentuk mikroorganisme,


baik yang berbentuk vegetatif maupun yang berbentuk spora. Mikroorganisme
yang dimaksud dapat berupa kuman, virus, ricketsiaa maupun jamur. Jadi produk
steril telah bebas dari semua jenis mikro organisme hidup. Istilah “hidup” disini
perlu diperhatikan karena ada produk steril yang masih mengandung
mikroorganisme tetapi telah mati, misalnya hasil sterilisasi dengan pemanasan,
penyinaran ataupun dengan memakai gas. Khusus untuk produk steril hasil
sterilisasi dengan penyaringan, sama sekali tidak terdapat mikroorganisme
kontaminan karena telah dipisahkan secara fisika dan tertinggal di dalam filter.
Ada beberapa macam proses sterilisasi, yaitu:
1. Sterilisasi dengan pemanasan secara kering

23
2. Sterilisasi dengan pemanasan secara basah
3. Sterilisasi dengan penambahan zat tertentu

A. Sterilisasi dengan Pemasanan Kering


Untuk ini dapat digunakan api gas tidak berwarna atau pembakar spiritus.
Caranya sangat sederhana, cepat dan menjamin Sterilisasi dari bahan yang
dihasilkan. Namun, penggunaan nya sangat terbatas hanya pada beberapa alat
saja. Alat alat yang dapat di Sterilkan dengan cara ini adalah terbuat dari
logam antara lain:
a. Pinset
b. Penjepit
c. Kroes
d. Alat dari gelas/ Porcelein
e. Batang Pengaduk
f. Kaca arloji
g. Mulut wadah, seperti botol, Erlenmeyer-erlemeyer, tabung reaks
h. Mortir dan Stamfer

Semua alat ini dikenakan api langsung tidak kurang dari 20 detik. Be berapa
bahan kimia juga dapat di Sterilkan dengan cara pemanasan ini seperti Zno, NaCl
dan Talkum.

Penyetelan memakai udara panas (Kering)

Cara ini digunakan untuk mensterilkan bahan atau alat yang tak dapat di
sterilkan dengan cara pemi Jaran atau karena sifat fisik yang tidak dapat di
Sterilkan dengan uap air yang diakibatkan oleh sukarnya ditembus oleh uap air.
Cara Sterilisasi ini berdasarkan oksidasi. Keuntungan cara ini adalah bahan atau
alat metal dan instrument yang tajam udara kering tidak se Korosif uap air dan
udara tidak mengikis permukaan gelas.

24
Kerugiannya adalah sebagai berikut:
1. Difusi dan penetrasi udara kering lambat sehingga memerlukan waktu
Sterilisasi yang relatif lama
2. Memerlukan waktu sterilisasi lama karena derajat mematikan dan absorpsi
panas dari udara kering juga lambat
3. Karena sterilisasi dengan udara kering bekerja melalui proses oksidasi, maka
dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan dari bahan yang disterilkan
4. Memerlukan suhu tinggi sehingga dapat menambah kerusakan pada bahan
yang disterilkan.
Alat yang digunakan dalam proses sterilisasi ini adalah lemari pengeringnya
(Hot Air Sterilizer) dengan berbagai bentuk dan tipe nya.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan lemari pengeringnya adalah
sebagai berikut:
a. Jika mendasarkan alat gelas, proses pemanasan dan pendinginan harus
dikerjakan berangsur angsur supaya tidak pecah
b. Panas kering ini penetrasinya sangat lambat terhadap bahan yang berbentuk
bubuk atau minyak, oleh karena itu, untuk bubuk sebaiknya hanya
mempunyai ketebalan 0,5 cm dalam wadah yang tidak lebih dari 30 ml,
sedangkan bahan berupa minyak di Sterilkan dalam wadah wadah kecil.
c. Supaya aliran udara tidak terlambat sebaiknya alat sterilisasitor ini tidak bisa
terlalu penuh
d. Besarnya lemari pengeringnya disesuaikan dengan bahan yang di akan
disterilisasikan karena udara panas merupakan penghantar panas yang buruk.
e. Menurut penyelidikan sterilisasi dengan udara kering, tidak selalu boleh
dianggap bahwa suhu dalam lemari merata keseluruh bagian, artinya suhu
yang terbaca pada termoter luar tidak selalu sama dengan suhu yang ada di
dalamnya oleh karena itu dianjurkan rumah terutama untuk alat yang tahan
panas untuk menambah suhu sterilisasi dengan 20oC Celcius tapi harus
diperhatikan terhadap wadah kelas yang mahal misalnya gelas yang terbuat
dari bahan brosilikat , pada sterilisasi 50 sampai 100 sekali pada suhu
200oCelcius gelas tersebut akan menjadi berwarna putih dan sangat rapuh.

25
f. Dianjurkan untuk meletakkan alat yang di sterilisasikan tegak lurus dengan
arah memancarnya udara panas dan didirikan terbalik sehingga udara dingin
dapat keluar dan pemanasan dapat tercapai lebih efisien dari pada jika alat
dibaringkan.

Tabel 1. Lama Sterilisasi untuk mematikan MIkroba dengan Udara Panas


B. Sterilisasi dengan Pemanasan Basah
Ada beberapa cara sterilisasi yang sering digunakan, diantara nya sebagai
berikut:
Dimasak dengan air
Cara ini pelaksanaan Naan nya sangat sederhana karena banyak alat alat
kedokteran yang Disterilkan dengan cara demikian. Pada prinsipnya cara ini
hanya merebus bahan atau alat yang disterilkan dalam jangka waktu tertentu,
dihitung sejak air mulai mendidih.
Kekurangan cara ini adalah sebagai berikut:
 Alat yang akan di Sterilkan tidak dapat dibungkus sehingga setelah selesai
Sterilisasi kemungkinan dapat terkontaminasi kembali dengan
mikroorganisme diluar
 Spora-spo tidak dapat untuk mencerahkan bahan bahanra dengan daya tahan
yang tinggi tidak dapat dimatikan dengan cara Sterilisasi ini
 Dapat untuk mensterilkan bahan-bahan kimia atau obat-obatan karena
disamping teknik tidak memungkinkan, juga spora tidak dapat dimatikan
walaupun sudah di Sterilkan selama dua sampai lima jam.
Setelah sterilisasi alat alat yang di Sterilkan harus dibilas dengan aquades steril.

26
Tindasloisasi / Pasteurisasi
Cara ini terutama dipakai untuk sterilisasi bahan bahan yang tidak tahan
pemanasan tinggi, atau bahan bahan yang karena kak adaan fisik nya tidak
memungkinkan Disterilkan dengan cara Penyaringan bakteri, misalnya dalam
bentuk emosi atau suspense.
Caranya:
Bahan bahan yang telah dikemas di dalam wadah tertentu terbuat dari
gelas atau standstill dipanaskan di atas pada penangas air water base pada suhu
70-80oCelcius atau pada suhu 60-65 oCelcius selama jangka waktu 40-60 min,
kemudian didinginkan sampai kira kira 30 Celcius selama 24 jam. Pekerjaan
semacam ini di ulangi sebanyak tiga sampai lima hari berturut-turut.
Dasar teori cara Sterilisasi ini adalah:
Pada suhu 70-80oCelcius kontaminan dalam bentuk sel vegetatif dimatikan
sedangkan sporanya tidak. Pendinginan pada suhu 30 oCelcius dimaksudkan agar
spora berubah bentuk menjadi vegetative, selanjutnya sel vegetative tersebut
dimatikan dengan cara yang sama.
Sterilisasi secara Tin there lisasi hanya dapat dilakukan apabila terdapat
kemungkinan berubahnya bentuk spora menjadi bentuk vegetative., Jadi tidak
dapat digunakan untuk seleksi bahan kering atau bahan yang tidak mengandung
air.
Dengan uap air 100oCelcius
Sterilisasi dengan cara ini dapat menggunakan alat yang menyerupai
dandang. Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilisasi kan ditempatkan di
atas lempengan logam yang berlobang lobang yang terletak di atas dandang
tersebut, kemudian ditutup dengan tutup yang berlobang pula untuk keluarnya uap
air. Umumnya suhu yang dapat dicapai pada penyetelan semacam ini berkisar
pada 98oCelcius.
Cara penyeterilan dengan menggunakan uap air cara yang paling efektif,
tetapi cara tersebut di atas belum menjamin seri lisasi nya, terutama bagi Spora
Spora yang berdaya tahan besar. Efektifitas membunuh mikroba dengan uap air

27
dikarenakan uap air dapat dengan mudah menembus dinding sel dan
mengumpulkan proteinnya.

Dibandingkan dengan car acara Sterilisasi dengan pemanasan kering, cara ini
memiliki berbagai keuntungan diantaranya sebagai berikut:
a. Memiliki daya bakteri Sida yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara
kering sehingga pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu yang lebih
singkat Sterilisasi dapat dilakukan
b. Kapasitor kalor uap air lebih besar dibandingkan dengan udara kering
sehingga akan terjadi pemindahan kalor yang lebih cepat. 1 g uap air suhu 100
Celcius di dinginkan menjadi 99 Celcius akan membebaskan 536 kalori,
sedangkan 1 g udara suhu 100 Celcius jika di dinginkan menjadi 99 Celcius
akan membebaskan 0,237 kalori. Akibat dari kapasitas kalor yang lebih besar
dari uap air, maka pemanasan dari kapasitas kalor yang lebih besar dari off air,
maka pemanasan terhadap bahan yang di Sterilisasi kan terjadi relative lebih
besar dan lebih cepat, sehingga seluruh proses sterilisasi dapat dipercepat
c. Uap air dapat menempati seluruh ruangan sterilisasi dengan merata sehingga
tidak perlu dikhawatirkan terjadi Sterilisasi yang tidak merata.

Dengan uap air jenuh bertekanan tinggi (Autoklaf)


Cara ini memberikan jaminan Sterilisasi yang terbaik untuk alat alat atau
bahan bahan yang di Sterilkan. Daya penyetelan dengan cara ini tergantung pada
sifat sifat uap air jenuh dan kering, diantaranya: suhu tinggi, jumlah kalor laten
yang besar, kesanggupan pembentukan air embun, kontraksi volume ya segera
terjadi ketika terjadi pengampunan.
Pada sterilisasi dengan cara ini selalu diusahakan agar uap air tidak
bercampur dengan udara karena kapasitas kalor udara sangat kecil sehingga
apabila tercampur apa Sita campuran tersebut akan menjadi kecil pula. Disamping
itu, kadar air (kelembaban) juga akan menurun jika bercampur dengan udara, jadi
semata mata bukan karena menurunnya suhu saja. Manfaat uap air da dalam cara
Sterilisasi ini hanya tampak apabila uap air kontak langsung dengan bahan atau

28
alat yang akan di Sterilkan. Masalah utama pada pemakaian Autoklaf adalah:
Pembuangan udara, terjadinya panas yang berlebihan super hit, bahan yang di
sterilkan menjadi basah dan kemungkinan terjadinya kerusakan bahan.
Keberhasilan sterilisasi dengan auto club sangat tergantung pada kualitas
uap air. Kualitas air adalah berat dari uap kering yang terdapat dalam campuran
dari uap air jenuh dan air. Jika kualitas uap 97%, campuran uap terdiri dari tiga
bagian berat air jenuh dan Sembilan tujuh bagian berat uap jenuh. Uap yang ideal
untuk sterilisasi adalah 100 persen uap jenuh. Penyebab nya penurunan kualitas
uap diantaranya adalah kualitas Boiler, perangkat uap (ttraped steam) yang kurang
baik dan terjadinya kondensasi pada pipayang dilalui oleh uap air. Kualitas uap
mempengaruhi hasil sterilisasi dan kondisi bahan yang disterilkan (menjadi lebih
basah).

C. Sterilisasi Dengan Penambahan Zat-zat Tertentu


Zat yang ditambahkan umumnya berupa senyawa kimia. Sterilisasi dengan
cara ini tidak selalu mematikan seluruh mereka buat, terutama mikroba
dalam bentuk Spora tidak terbatas me keseluruhan, oleh karenanya cara ini
lebih tepat dinamakan pencucian sama-an. Sterilisasi dengan cara ini
biasanya hanya diperoleh bukan dari lokasi ruangan atau jenis peralatan
tertentu saja.
Bahan bahan kimia yang banyak di gunakan dalam proses sterilisasi cara ini
adalah termasuk golongan:
a. Pencucian Hama
b. Bakterisida
c. Fungisida
d. Antiseptika
e. Bakteriostatika
f. Fungistatika
g. Antibiotika

29
Sterilisasi alat alat dengan memakai bahan kimia banyak dilakukan karena
mudah dikerjakan dan tidak memerlukan peralatan khusus, juga tidak
memerlukan pemanasan. Yang perlu diingat adalah terjadinya kerusakan alat
karena bahan kimia tersebut, misalnya terjadi karat. Oleh karena itu,
dianjurkan untuk menambahkan bahan kimia lain guna mencegah terjadinya
karat, seperti ini: natrium bora. Bahan kimia yang banyak digunakan untuk
pencuci lamaan di antaranya adalah alcohol, kresol, Fenol, Formaldehida,
garam raksa organic dan senyawa ammonium kuartener.4
2.7 Posisi Duduk Pasien
Posisi pasien dan operator penting untuk keduanya. seorang pasien yang
duduk dengan nyaman di dental chair dengan postur yang benar akan mengalami
ketegangan otot yang lebih sedikit, kelelahan yang lebih sedikit dan lebih
kooperatif selama perawatan. sama halnya dengan operator yang mempertahankan
posisi dan postur tubuh yang tepat selama perawatan, operator cenderung tidak
merasa tegang, lelah, dan menjadi lebih efisien serta memiliki kemungkinan lebih
kecil untuk mengalami gangguan musculoskeletal. sebagian prosedur restoratif
gigi dapat diselesaikan sambil duduk (Gambar 15. A dan B)

 Gambar 15. A dan B : Operator dan pasien harus menjaga postur tubuh yang
benar agar otot tidak terlalu tegang, kelelahan dan efisiensi yang lebih tinggi (A)
Postur tubuh yang benar; (B) Postur tubuh salah.
Hal-hal berikut yang harus diingat terkait dengan dental chair :
 Harus bisa memberikan kenyamanan pada pasien.
 Harus mampu memberikan dukungan tubuh secara total selama kerja.

30
 Sandaran kepala kursi harus dipasang untuk menopang dagu pasien dan
mengurangi ketegangan pada otot dagu.
 Harus mampu menyediakan area kerja maksimal untuk operator.
 Ini harus ditempatkan di lokasi yang nyaman dengan sakelar kontrol yang
dapat disesuaikan.
 sakelar kaki lebih disukai untuk meningkatkan infection control
Dental chair modern dirancang dengan baik untuk memberikan penyangga tubuh
secara total dan kenyamanan dalam posisi apapun (Gambar 16 )
Pasien harus duduk sehingga semua bagian tubuhnya tertopang
dengan baik. kepala pasien harus sejajar dengan punggungnya, dental
chair harus di desain sedemikian rupa sehingga memberikan area kerja
yang maksimal bagi operator. kontrol kaki lebih disukai atau lebih banyak
yang menggunakan ini dibandigkan sakelar tangan untuk meningkatkan
pengendalian infeksi. 

Gambar 16. Kursi gigi harus dirancang secara ergonomis sehingga


memberikan dukungan dan kenyamanan tubuh secara total kepada pasien
Posisi umum untuk prosedur Gigi 
1. Upright Position (posisi tegak) 
ini adalah posisi awal kursi untuk melakukan penyesuaian yang sesuai yang
lebih lanjut Gambar 

31
Gambar 17. Dental chair dalam posisi tegak
2. Almost Supine (posisi yang hampir terlentang).
Dalam hal ini, posisi kursi adalah : 
 Kepala, lutut dan kaki pasien kira-kira di tingkat yang sama Gambar
 Pasien hampir posisi berbaring sesuai dengan namanya
 Kepala pasien tidak boleh rendah dari kaki kecuali dalam kasus serangan
syncopal 

Gambar 18. Dental chair dalam posisi hampir terlentang


3. Reclined at 45 degree (berbaring di 45 derajat)
 Dalam posisi ini kursi bersandar 45 derajat 
 permukaan oklusal mandibula hampir 45 derajat dari lantai.

32
Gambar 19. Posisi berbaring 45 derajat
2.8 Posisi Duduk Operator
Posisi pelaksanaan yang akurat sangat penting saat melakukan
pekerjaan restoratif untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi
ketegangan fisik. Posisi pasien tergantung pada prosedur gigi yang akan
dilakukan dengan pasien dalam posisi terlentang. setelah pasien
diposisikan dengan nyaman, dokter gigi dan asisten harus duduk dalam
posisi yang tepat untuk melakukan perawatan. Biasanya posisi duduk lebih
disukai para dokter gigi untuk menghilangkan stres pada kaki operator dan
menopang punggung operator. Untuk pemahaman yang baik posisi duduk
operator terkait dengan sebuah posisi arah jarum jam. Dalam. konsep jam
ini, sebuah lingkaran imajiner digambar diatas kursi gigi/dental chair
dengan menempatkan kepala pasien di tengah lingkaran, kemudian
penomoran lingkaran diberikan mirip dengan jam puncak lingkaran pada
pukul 12. 

33
Gambar posisi duduk operator berhubungan dengan arah jarum jam. 
Dengan demikian posisi operator (operator tangan kanan) bisa jam 7, jam
9, jam 11, dan jam 12 dan untuk operator yang mengalami kidal bisa pada
arah jam 5, jam 3, dan jam 1. 
1. Right Front Position ( posisi jam 7)
 Membantu dalam pemeriksaan pasien Gambar 
 Wilayah kerja meliputi : - anterior rahang bawah, - Gigi posterior rahang
bawah (sisi kanan), - Gigi anterior rahang atas
 Untuk meningkatkan kemudahan dan jarak pandang, kepala pasien dapat
menghadap operator

34
2. Right Position (posisi jam 9)
 Posisi ini, dokter gigi duduk tepat di sebelah pasien. 
 Wilayah kerja meliputi :
- Permukaan wajah gigi posterior kanan rahang bawah 
- Permukaan oklusal gigi posterior kanan rahang bawah 

3. Right Rear Position / Posisi kanan belakang (jam 11)


 Dalam posisi ini, dokter gigi duduk dibelakang dan agak ke kanan pasien
dan lengan kiri diletakkan di sekitar kepala pasien 
 Ini adalah posisi yang disukai untuk sebagian besar prosedur gigi 
 Sebagian besar area mulut dapat diakses dari posisi ini baik menggunakan
penglihatan langsung atau tidak langsung
 Wilayah kerja meliputi :
 Permukaan palatal dan insisal (oklusal) gigi rahang atas
 Gigi rahang bawah 

35
4. Direct Rear Position / Posisi Belakang (jam 12)
 Dokter gigi duduk tepat dibelakang pasien dan melihat ke bawah diatas
kepala pasien selama prosedur
 Wilayah kerja meliputi permukaan lingual gigi rahang bawah
 Posisi ini bergerak terbatas

Pengaturan Duduk Operator dan Asisten


• Dokter gigi harus duduk di bangku sedemikian rupa sehingga punggung lurus.
- Paha sejajar dengan lantai
- Kaki bagian bawah tegak lurus dengan lantai.
• Saat ini, bangku memiliki sandaran dengan ekstensi melengkung yang
memberikan dukungan tubuh
• Jika kursi diposisikan terlalu tinggi, menyebabkan lebih banyak kelelahan dan
stres.

36
• Asisten harus duduk sedekat mungkin dengan bagian belakang kursi pasien
dengan kaki diarahkan ke kepala kursi.
• Tinggi bangku asisten harus 4 hingga 6 inci di atas tingkat mata dokter gigi.
• Asisten harus duduk dalam posisi tegak dengan kaki kokoh
• Baki instrumen harus ditempatkan ke arah kepala kursi pasien, dan diposisikan
untuk memudahkan akses instrumen dan bahan.
• Posisi diatas dapat diatur sesuai dengan spesifikasinya kebutuhan.

Gambar 9.12: Tinggi bangku asisten harus 4 hingga 6 inci di atas ketinggian mata
dokter gigi

Pasien harus duduk setinggi siku dokter gigi dan mata dokter gigi harus 14-16 inci
dari tempat perawatan

37
Gambar 9.14A dan B: Zona berbeda dari wilayah kerja: (A) Operator tangan
kanan; (B) Operator kidal
Zona Wilayah Kerja
Wilayah kerja dibagi menjadi empat zona (Gambar 19. A dan B).
1 Zona operator (terletak antara jam 7 dan 12). Zona operator : tempat
pergerakan dokter gigi.
2 Zona asisten (terletak antara pukul 2 dan 4). Zona asisten : tempat
pergerakan asisten dokter gigi
3 Zona statis (terletak antara pukul 12 dan 2). Zona statis : zona statis
terletak dari pukul 11 hingga 2. Ini adalah area non-lalu lintas di mana
peralatan lain dapat ditempatkan. Saat sebuah benda atau material berat
atau berbahaya, jika dilalui di atas dada pasien.
4 Zona transfer (terletak antara pukul 4 dan 7). Zona transfer : zona
pertukaran instrument yang efisien antara operator dan asisten gigi sangat
penting untuk memiliki yang efisien dan praktek gigi bebas stres. Semua
instrumen dan bahan berada di zona asisten. Transfer instrument antara
operator dan asisten harus terjadi pertukaran zona yang berada di bawah
dagu pasien dan beberapa inci di atas dada pasien.5

38
2.9 Rentang Posisi Operator terhadap Pasien
Posisi duduk pasien yang optimal didapat ketika rongga mulut pasien setinggi
dada dokter gigi. Posisi rongga mulut di atas dada dokter gigi akan meningkatkan
kelelahan pundak. Sedangkan posisi rongga mulut di bawah dada dokter gigi akan
menyebabkan non-neutral posture, yaitu termasuk posisi kepala yang terlalu
turun, pembengkokan torsi ke depan atau kesamping, dan ketidakmampuan dokter
gigi untuk mengakses pergerakan yang bebas. Posisi netral akan diperoleh jika:
1. Lengan atas dekat ke tubuh.
2. Sudut siku atau lengan kira-kira 90 derajat.
3. Pergelangan tangan segaris dengan lengan dan perpanjang tidak lebih dari
20o-30o.
4. Memposisikan pasien pada arah supine untuk neutral posture.
5. Dokter gigi harus punya akses bergerak pada arah jam 7-12:30 (Untuk
pengguna tangan kanan)

Penempatan posisi duduk dapat disesuaikan dengan empat posisi dokter gigi
dengan pengaturan jam, yaitu jam 8 (di sebelah pasien), jam 10-11 (dekat sudut
kursi pasien), dan 12 (di belakang kursi pasien). 6

39
Gambar 20. Ketentuan posisi duduk dokter gigi terhadap pasien berbaring
(pengguna tangan kanan dan pengguna tangan kiri).6
2.10 Penerangan Lampu Dental Unit
Kualitas penerangan yang baik sangat penting agar dapat bekerja pada
mulut pasien. Biasanya penerangan yang baik diberikan oleh lampu kursi di atas
kepala (pada dental unit ) yang dilengkapi dengan bola lampu daylight-
simulating. Lampu ini dapat difokuskan ke wajah dan mulut pasien dengan posisi
spasial dan kesejajaran yang benar (beberapa menghasilkan bayangan gelap
horizontal jika fokusnya tidak tepat). Pegangan pada lampu harus ditutup dengan
pelindung sekali pakai untuk tujuan pengendalian infeksi. Selain lampu dental
unit, lampu depan LED dapat dikenakan oleh operator, hal ini dilakukan untuk
memfokuskan berkas cahaya tanpa bayangan ke arah pandangan dokter gigi.7

Gambar 21. Jarak antara area kerja (mulut pasien) 35-40 cm dan instrumen 20-25
cm ke mata (kacamata pelindung), serta posisi lampu dental unit yang tepat ke
area kerja8

40
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Saran pada saat pembuatan makalah bahwa kami menyadari banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggung jawabkan dari banyaknya sumber. Oleh sebab itu kami harapkan
kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Gopikrishna, V., Preclinical manual of conservative dentistry, UK,


Elsevier; 2011.
2. H. O. Heymann, J. Edward J. Swift dan A. V. Ritter, Sturdevant's
Art and Science of Operative Dentistry, 7th ed. Missouri: Elsevier Mosby,
2018.
3. H. O. Heymann, J. Edward J. Swift dan A. V. Ritter, Sturdevant's
Art and Science of Operative Dentistry, 6th ed. Missouri: Elsevier Mosby,
2012.
4. Ma’at Suprapto. Sterilisasi dan Disinfeksi. Surabaya: Airlangga
University Press;2009. Hal. 1-17.
5. N. Garg dan A. Garg, Textbook of Operative Dentistry. 3rd ed,
New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd., 2015. Page: 148-
153.
6. Chitre A. Manual of Local Anesthesia in Dentistry. 3rd ed. Nepal:
Jaypee Brothers Medical Publishers; 2016.
7. Banerjee Avijit, Watson FW. Pickard’s Manual of Operative
Dentistry. 9th ed. USA: Oxford University Press;2011. Page: 52.
8. Edy Sarwo, Samad Rsmidar. Aplikasi Postur yang Ergonomi pada
Dokter Gigi Selama Perawatan. Makkasar:FKG Universitas
Hassanudin;2015. Hal 34

42