Alks Kel 3-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR AKUNTANSI MENURUT AAOIFI dan PEMIKIRAN ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Analisis Laporan Keuangan Syariah

Dosen Pengampu : Eni Kusrini, S.EI., ME

Disusun Oleh :

1. Laila Muthmainah (1820610011)


2. Kheilya Rahmahati (1820610029)
3. Fitrotul ‘Alimuna (1820610021)
4. Ani Zulika (1820610034)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga
penyajian dalam laporan keuangan memerlukan sebuah kerangka dasar penyusunan
dan penyajian laporan keuangan. Kerangka dasar serta kerangka konseptual akuntansi
adalah suatu sistem yang melekat dengan tujuan-tujuan serta sifat dasar yang
mengarah pada standar yan konsisten dan terdiri atas sifat, fungsi dan batasan dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Kerangka konseptual diperlukan agar
dihasilkan standar dan aturan yang koheren, dan disusun atas dasar yang sama
sehingga menambah pengertian dan kepercayaan para pengguna laporan keuangan
serta dapat dibandingkan di antara perusahaan yang berbeda atau periode yang
berbeda.
Telah banyak peneliti di bidang akuntansi, baik muslim maupun non muslim
yang menelaah teori maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar atas
laporan keuangan syariah. Misalnya AAOIFI (Accounting and Auditing Organization
For Islamic Financial Institutions), sebagai organisasi yang mengembangkan
akuntansi dan auditing bagi lembaga keuangan sayariah di tingkat dunia telah
mengeluarkan pernyataan akuntansi Nomor 1 dan 2 tentang tujuan akuntansi
keuangan dan konsep akuntansi keuangan untuk bank dan lembaga keuangan syariah.
Sementara itu, Dewan Standar Akuntansi Indonesia (DSAK) menyusun PSAK
Syariah tentang konsep dasar penyusunan penyajian laporan keuangan syariah.
Untuk itu penuliasn dalam bab ini dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama
menjelaskan tentang kerangka dasar dan laporan keuangan sesuai PSAK sehingga
besar insinya adalah mengenai PSAK. Bagian kedua tentang kerangka dasar dan
laporan keuangan menurut AAOIFI dan para pemikir akuntansi islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan?
2. Bagaimana Paradigma Asas dan Karakteristik Transaksi Syariah?
3. Bagaimana Bentuk Laporan Keuangan Syariah?
4. Apa Saja Syarat Kualitatif Menurut AAOIFI dan Pemikiran Islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
2. Untuk menjelaskan paradigama asas dan karakteristik transaksi syariah.
3. Untuk menjelaskan bentuk laporan keuangan syariah.
4. Untuk mengetahui syarat kualitatif menurut AAOIFI dan pemikiran islam.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan


Manfaat dengan ditentukannya tujuan akuntansi keuangan untuk lembaga
keuangan syariah menurut AAOIFI yaitu sebagai berikut:1
a. Dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan standar untuk menghasilkan
standar yang konsisten.
b. Tujuan akan membantu bank dan lembaga keuangan syariah untuk memilih
berbagai alternatif metode akuntansi pada saat standar akuntansi belum mengatur.
c. Tujuan akan membantu untuk mamandu manajemen dalam membuat
pertimbangan pada saat akan meyususun laporan keuangan.
d. Tujuan jika diungkapkan dengan baik, akan meningkatkan kepercayaan pengguna
serta meningkatkan pemahanan informasi akuntansi sehingga akhirnya akan
meningkatkan kepercayaan atas lembaga keuangan syariah.
e. Penetapan tujuan yang mendukung penyusunan standar akuntansi yang konsisten
ini seharusnya dapat meningkatkan kepercayaan penguna laporan keuangan.
Pendekatan yang digunakan oleh para pemikir islam dalam AAOIFI untuk
menyususn tujuan laporan keuangan lembaga keuangan syariah adalah dengan cara
mengambil seluruh pemikiran akuntansi kontemporer yang berlaku kemuadian
melakukan tes dan analisis apakah pemikiran tersebut sejalan atau bertentangan
dengan syariat islam.
Jika diketahui konsis
ten atau sesuai maka akan diterima sedangkan jika diketahui tidak sesuai maka
akan ditolak. Hal ini didasarkan atas kemudahan dan tingkat penerimaan oleh
masyarakat luas atas konsep kontemporer tersebut.
a. Tujuan Akuntansi Keuangan, sebagai berikut:
- Untuk menentukan hak dan kewajiban dari pihak yang terlibat dengan
lembaga keuangan syariah tersebut, termasuk hak dan kewajiban dari transaksi
yang belum selesai, terkait dengan penerapan, kewajiban dan ketaatan atas
prinsip dan etika syariah islam.
- Untuk menjaga aset dan hak-hak lembaga keuangan syariah.

1
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah Di Indonesia Edisi 4, Salemba Empat, 2015. Hlm 115-116
- Untuk meningkatkan kemampuan manejerial dan produktivitas dari lembaga
keuangan syariah.
- Untuk menyiapkan informasi laporan keuangan yang berguna kepada
pengguna laporan keuangan sehingga mereka dapat membuat keputusan yang
tepat dalam berhubungan dengan lembaga keuangan.
b. Tujuan Laporan Keuangan kepada pengguna informasi luar, sebagai berikut:
- Memberikan informasi tentang kepatuhan lembaga keuangan syariah terhadap
syariah islam, termasuk informasi tentang pemisahan antara pendapatan dan
pengeluaran yang boleh dan menurut syariah islam.
- Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban lembaga
keuangan syariah.
- Memberikan informasi kepada pihak yang terkait dengan penerimaan dan
penyaluran zakat pada lembaga keuangan syariah.
- Memberikan informasi untuk mengetimas arus kas yang dapat direalisasikan,
waktu realisasi dan risiko yang mungkin timbul dari transaksi dengan lembaga
keuangan syariah.
- Memberikan informasi agar penguna laporan keuangan dapat menilai dan
mengevaluasi lembaga keuangan syariah apakah telah menjaga dana sera
melakukan investasi dengan tepat termasuk memperoleh imbal hasil yang
memuaskan.
- Memberikan informasi tentang pelaksanaan tanggung jawab sosial dari
lembaga keuangan syariah.
Akuntansi syariah memberikan penekanan kepada dua hal, yaitu akuntabilitas
dan pelaporan. Akuntabilitas tercermin melalui tauhid bahwa segala sesuatu di dalam
dunia ini harus berjalan sesaui dengan aturan Allah SWT dan melalui fungsi manusia
sebagai khalifah Allah di bumi. Pada saat yang sama akuntansi merupakan bentuk
pertanggungjawaban manusia kepada Allah di mana seluruh aturan dalam melakukan
kegiatan bisns dan personal harus seduai dengan atauran Syariah Islam.
c. Pemakai dan kebutuhan informasi menurut AAOIFI antara lain sebagai
berikut:
1. Pemegang saham
2. Pemegang investasi
3. Pemilik dana
4. Pemilik dana tabungan
5. Pihak yang melakukan transaski bisnis
6. Pengelola zakat
7. Pihak yang mengatur
2. Paradigma, Asas dan karakteristik transaksi keuangan
1. PARADIGMA
Transaksi Syariah didasarkan paradigma dasar bahwa alam semesta diciptakan
oleh Allah SWT sbagai amanah (kepercayaan illahi) dan sarana kebahagiaan hidup
bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan
spiritual (al-falah).Substansinya adalah bahwa setiap aktivitas umat manusia
memiliki akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan
akhlak sebagai parameter baik dan buruk,benar dan salahnya aktivitas usaha.Dengan
cara ini akan terbentuk integritas yang akhirnya akan membentuk karakteristik tata
kelola yang baik (good governance) dan disiplin pasar (market discipline)yang baik.2
2. ASAS TRANSAKSI SYARIAH

Asas transaksi syariah berdasarkan pada prinsip:

1) Asas Persaudaraan (Ukhuwah)


Esensinya merupakan nilai universal yang menata interaksi sosial dan
harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum dengan
semangat saling tolong menolong.Ukhuwah dalam transaksi syariah berdasarkan
prinsip saling mengenal (ta’aruf),saling memahami (tafahum),saling menolong
(ta’awun),saling menjamin (takaful),saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf).3
2) Keadilan (‘adalah)
Esensinya menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan memberikan sesuatu
hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai posisinya.Implementasi
keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah yang melarang
adanya unsur :
a. Riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya,baik riba nasiah maupun
fadhl)
b. Kezaliman (unsur yang merugikan diri sendiri,orang lain,maupun
lingkungan).Contohnya menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya,mengambil
2
Ikatan Akuntansi Indonesia, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, PSAK No.100,
(Jakarta: DSAK-IAI, 2007). Hlm 6
3
Ikatan Akuntansi Indonesia, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, PSAK No.100,
(Jakarta: DSAK-IAI, 2007). Hlm 7
sesuatu yang bukan haknya dan memperlakukan sesuatu yang tidak sesuai
posisinya.Kezaliman dapat menimbulkan kemudharatan bagi masyarakat secara
keseluruhan,atau membawa kemudharatan bagi salah satu pihak atau pihak-pihak
yang melakukan transaksi.
c. Maysir (unsur judi dan sikap spekulatif).Setiap transaksi yang bersifat spekulatif
dan tidak berkaitan dengan produktivitas serta bersifat perjudian (gambling)
d. Gharar (unsur ketidakjelasan).Setiap transaksi yang berpotensi merugikan salah
satu pihak karena mengandung unsur ketidakjelasan,manipulasi dan eksploitasi
informasi serta tidak adanya kepastian pelaksanaan akad.Bentuk-bentuk gharar
antara lain :
 Tidak adanya kepastian penjualan untuk menyerahkan obyek akad pada
waktu terjadi akad,baik obyek akad itu sudah ada maupun belum ada.
 Menjual sesuatu yang belum berada dibawah penguasaan penjual.
 Tidak adanya kepastian kriteria kualitas dan kuantitas barang/jasa
 Tidak ada kepastian jumlah harga yang harus dibayar dan alat
pembayaran.
 Tidak adanya ketegasan jenis dan obyek akad.
 Kondisi obyek akad tidak dapat dijamin kesesuaiannya dengan yang
ditentukan dalam transaksi
 Adanya unsur eksploitasi salah satu pihak karena informasi yang kurang
atau dimanipulasi dan ketidaktahuan serta ketidakpahaman yang
ditransaksikan.
e. Haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasional
yang terkait).Segala unsur yang dilarang secara tegas dalam Al Quran As Sunah.
3) Kemaslahatan (maslahah)
Merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat yng berdimensi duniawi dan
ukhrawi,material dan spiritual,serta individual dan kolektif.Kemaslahatan yang diakui
harus memenuhi dua unsur yakni kepatuhan syariah (halal) serta bermanfaat dan
membawa kebaikan (Thayib) dalam semua aspek secara keseluruhan yang tidak
menimbulkan kemudharatan.Transaksi syariah yang dianggap bermaslahat harus
memenuhi secara keseluruhan unsur-unsur yang menjadi tujuan ketetapan syariah
(maqasid syariah) yaitu berupa pemeliharaan terhadap :
a) Akidah,keimanan dan ketakwaan (dien)
b) Akal (‘aql)
c) Keturunan (nasl)
d) Jiwa dan keselamatan (nafs)
e) Harta benda (mal)
4) Keseimbangan (tawazun)
Meliputi keseimbangan aspek material dan spiritual,aspek privat dan
publik,sektor keuangan dan sektor riil,bisnis dan sosial,dan keseimbangan aspek
pemanfaatan dan pelestarian.Transaksi syariah tidak hanya menekankan pada
maksimalisasi keuntungan perusahaan semata untuk kepentingan pemilik
(shareholder).Sehingga manfaat yang didapatkan tidak hanya difokuskan pada
pemegang saham,akan tetapi pada semua pihak yang dapat merasakan manfaat
adanya suatu kegiatan ekonomi.
5) Universalisme (Syumuliah)
Dapat dilakukan oleh,dengan,dan untuk semua pihak yang berkepentingan
(stakeholder) tanpa membedakan suku,agama,ras dan golongan sesuai dengan
semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).
3. KARAKTERISTIK TRANSAKSI SYARIAH
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi
syariah harus memenuhi karakteristik dan persyaratan sebagai berikut:4
 Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha
 Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
 Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai,bukan
sebagai komoditas
 Tidak mengandung unsur riba
 Tidak mengandung unsur kezaliman
 Tidak mengandung unsur maysir
 Tidak mengandung unsur gharar
 Tidak mengandung unsur haram
 Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta
untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak
diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak

4
Ikatan Akuntansi Indonesia, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, PSAK No.100,
(Jakarta: DSAK-IAI, 2007). Hlm 9
menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (Ta’alluq) dalam satu
akad
 Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy),maupun melalui
rekayasa penawaran (ihtikar),dan
 Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah)
3. Bentuk laporan keuangan

Bentuk laporan keuangan yang diminta oleh AAOIFI pada prinsipnya sama
dengan yang terdapat pada PSAK, tetapi AAOIFI secara tegas menyatakan bahwa
laporan keuangan yang dimaksud adalah laporan keuangan untuk perbankan syariah.
Laporan keuangan yang diminta oleh AAOIFI antara lain sebagai berikut:
a. Laporan posisi keuangan
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan ekuitas
d. Laporan arus kas
e. Laporan investasi yang dibatasi dan ekuivalennya
f. Laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta dana sumbangan
g. Laporan sumber dan penggunaan dana qard hasan5

Bentuk laporan keuangan syariah terdiri atas berikut ini:

a) Posisi Keuangan Entitas Syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini


menyajikan informasi tentang sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan,
likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan.
b) Informasi Kinerja Entitas Syariah, disajikan dalam bentuk laporan laba rugi.
Laporan ini diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi
yang mungkin dikendalikan dimasa depan.
c) Informasi Perubahan Posisi Keuangan Entitas Syariah, yang dapat disusun
berdasarkan definisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, aset
likuid atau kas.
d) Informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial entitas
syariah.

5
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), hlm. 101
e) Catatan dan schedule tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan
yang relevan termasuk pengungkapan tentang risiko dan ketidakpastian yang
mempengaruhi entitas.6

4. Syarat kaulitatif laporan keuangan menurut AAOIFI dan Beberapa pemikiran


Islam.
A. Syarat kualitatif laporan keuangan menurut AAOIFI:
1. Relevan, syarat ini berhubungan dengan proses pengambilan keputusan sebagai
alasan utama disusunnya laporan keuangan. oleh karena itu, agar relevan laporan
keuangan harus memiliki nilai prediksi dan nilai umpan balik serta harus disajikan
tepat waktu, baik untuk laporan interim Mupun untuk laporan tahunan.
2. Dapat diandalkan, syarat ini berhubungan dengan tingkat keandalan informasi
yang dihasilkan. Hal ini tidak berarti harus akurat secara absolute, tetapi dapat
diandalkan sesuai dengan kondisi yang melekat pada transaksi termasuk
penggunaan cara/metode untuk penghitungan dan/atau pengungkapan dari suatu
transaksi. Walaupun estimasi dan judgement tidak konsisten dengan prinsip
syariah tetapi hal ini diperbolehkan jika tidak adanya bukti yang memadai. Dalam
syarat ini, harus memiliki penyajian yang wajar, objektif dan netral.
3. Dapat dibandingkan, informasi keuangan dapat dibandingkan antara lembaga
keuagan syariah dan Diantara dua periode akuntansi yang berbeda bagi lembaga
keuangan yang sama.
4. Konsisten, metode yang akan digunakan untuk perhitungan dan pengungkapan
akuntansi yang sama untuk dua periode penyajian laporan keuangan.
5. Dapat dimengerti, informasi yang disajikan dapat dimengerti dengan mudah bagi
rata-rata pengguna laporan keuangan. hal ini sesuai dengan hadis Nabi
Muhammad saw bahwa Muslim harus memberikan informasi kepada orang lain
sesuai dengan kemampuan mereka untuk mengerti. 7
B. Beberapa pemikiran Islam
Pemikiran akuntansi islam yang mengusulkan terobosan pemikiran yang berbeda,
diantaranya sebagai berikut:
1. Neraca yang menggunakan nilai saat ini, untuk mengatasi kelemahan dan
historical cost yang kurang cocok dengan pola perhitungan zakat yang
mengharuskan perhitungan kekayaan dengan nilai sekarang. Alasan lainnya
6
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), hlm. 95-96
7
https://www.coursehero.com/file/57021639/BAB-11docx/, diakses pada Jum’at, 26 Maret 2021.
adalah dengan menggunakan nilai sekarang akan mempermudah penguna
laporan keuangan untuk mengambil keputusan karena nilai yang disajikan
lebih relevan dibandingkan nilai historical cost. IFRS juga telah
merekomendasikan nilai aset ini (current value) untuk aset yang disajikan
dalam laporan keuangan dan negara-negara di dunia sedang dalam proses
untuk mengadopsi IFRS sebagai standar pelaporan di negara masing-masing.
Walaupun pengguna current value lebih relevan tetapi pihak yang kurang
setuju atas penerapan tersebut menganggap penggunaan current value lebih
besar nuansa judgement khusunya untuk aset yang tidak memiliki pasar
sekligus akan ada tambahan biaya bagi perusahaan dalam rangka melakukan
aprisial atas aset yang mereka miliki agar dapat disajikan.
2. Laporan nilai tambahan sebagai pengganti laporan laba atau sebagai laporan
tambahan atas neraca dan laporan laba rugi. Ususlan ini dapat didasarkan atas
pertimbangan bahwa unsur terpenting di dalam akuntasni syariah bukanlah
kinerja operasional tetapi kinerja dari sisi pandangan para stakeholders dan
nilai sosial yang dapat didistribusikan secara adil kepada kelompok yang
terlibat dengan perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah.8

8
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah Di Indonesia Edisi 4, Salemba Empat, 2015. Hlm 121-122
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Manfaat dengan ditentukannya tujuan akuntansi keuangan untuk lembaga keuangan


syariah menurut AAOIFI yaitu sebagai berikut, dapat digunakan sebagai panduan bagi dewan
standar untuk menghasilkan standar yang konsisten, membantu bank dan lembaga keuangan
syariah untuk memilih berbagai alternatif metode akuntansi pada saat standar akuntansi
belum mengatur, membantu untuk mamandu manajemen dalam membuat pertimbangan pada
saat akan meyususun laporan keuangan, meningkatkan kepercayaan pengguna serta
meningkatkan pemahanan informasi akuntansi sehingga akhirnya akan meningkatkan
kepercayaan atas lembaga keuangan syariah, meningkatkan kepercayaan penguna laporan
keuangan.

Tujuan Akuntansi Keuangan; menentukan hak dan kewajiban dari pihak yang terlibat
menjaga aset dan hak-hak lembaga keuangan syariah, meningkatkan kemampuan manejerial
dan produktivitas dari lembaga keuangan syariah, menyiapkan informasi laporan keuangan
yang berguna kepada pengguna laporan keuangan.

Transaksi Syariah didasarkan paradigma dasar bahwa alam semesta diciptakan oleh
Allah SWT sebagai amanah (kepercayaan illahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh
umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (al-falah).
Asas transaksi syariah berdasarkan pada, Asas Persaudaraan, Keadilan, Kemaslahatan,
Keseimbangan, Universalisme. Karakteristik transaksi syariah, dilakukan berdasarkan prinsip
saling paham dan saling ridha, bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik, Uang
hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai bukan sebagai komoditas, Tidak
mengandung unsur riba, kezaliman, maysir, gharar, haram, najasy, ihtikar, risywah, Transaksi
dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar.

Laporan keuangan yang diminta oleh AAOIFI antara lain, Laporan posisi keuangan,
Laporan laba rugi, Laporan perubahan ekuitas, Laporan arus kas, Laporan investasi yang
dibatasi dan ekuivalennya, Laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta dana
sumbangan, Laporan sumber dan penggunaan dana qard hasan.
Bentuk laporan keuangan syariah terdiri atas, Posisi Keuangan Entitas Syariah, disajikan
sebagai neraca, Informasi Kinerja Entitas Syariah, Informasi Perubahan Posisi Keuangan
Entitas Syariah, Informasi lain, Catatan dan schedule tambahan Syarat kualitatif laporan
keuangan menurut AAOIFI, Relevan, Dapat diandalkan, Dapat dibandingkan, Konsisten,
Dapat dimengerti.

Pemikiran akuntansi islam yang mengusulkan terobosan pemikiran yang berbeda,


diantaranya sebagai, Neraca yang menggunakan nilai saat ini, Laporan nilai tambahan
sebagai pengganti laporan laba atau sebagai laporan tambahan atas neraca dan laporan laba
rugi
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Sri dan Wasilah. 2015. Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan, PSAK No.100. Jakarta: DSAK-IAI.

Anda mungkin juga menyukai