Makalah Akuntani Syaria

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah

Latar Belakang

Proses akuntansi yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga penyajian dala
laporan keuangan, memerlukan sebuah kerangka dasar penyusunan dan penyajian lapora
keuangan. Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi adalah suatu sistem yang melekat
pada tujuan-tujuan dan sifat dasar yang mengarah pada standar yang konsisten, serta terdiri ata
sifat, fungsi, serta batasan dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan

Kerangka konseptual diperlukan agar dihasilkan standar dan aturan yang koheren, yang
disusun atas dasar yang sama sehingga menambah pengertian dan kepercayaan para pengguna
laporan keuangan, serta dapat dibandingkan di antara perusahaan yang berbeda atau perinde
yang berbeda. Selain itu, kerangka konseptual juga dapat digunakan untuk mencari solusi atas
berbagai masalah praktis yang muncul sesuai dengan berkembangnya kompleksitas bisnis dan
lingkungan

Pertanyaannya sekarang adalah apakah kerangka konseptual untuk akuntansi konvensional


dapat kita gunakan sebagai kerangka konseptual akuntansi syariah atau diperlukan kerangka
konseptual khusus untuk akuntansi syariah?

Telah banyak peneliti di bidang akuntansi baik muslim maupun nonmuslim. yang menidash
teori maupun penelitian tentang tujuan maupun kerangka dasar atas laporan keuangan syariah.
Misalnya. Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI
sebagai organisasi yang mengembangkan akuntansi dan pengauditan (auditing) bagi lembaga
keuangan syariah di tingkat dunia, telah mengeluarkan pernyataan akuntansi No. 1 dan No. 2
tentang tujuan akuntansi keuangan dan konsep akuntansi keuangan untuk bank dan lembaga
keuangan syariah. Sementara ito, Dewan Standar Akuntansi Indonesis (DSAK) menyusun PSAK
Syariah tentang kerangka dasar penyusunan dan penyapan laporan keuangan syariah .

Untuk itu, penulisan dalam bab ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian. Bagian pertama menjelaskan
tentang kerangka dasar dan laporan keuangan sesuai dengan PSAK sehingga sebagian besar
isinya adalah PSAK Selanjutnya bagian kedua berisi tentang kerangka dasar dan laporan
keuangan menurut AAOIFI dan para pemikir akuntansi Islam.
Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1.Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan PenyajianBagaimana


Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan PenyajianLaporan Keuangan Syari’ah di
Indonesia menurut Laporan Keuangan Syari’ah di Indonesia menurut PSAK?PSAK?

.2.Bagaimana Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan PenyajianBagaimana


Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan dan PenyajianLaporan Keuangan Syari’ah di
Indonesia menurut Laporan Keuangan Syari’ah di Indonesia menurut AAOIFI?AAOIFI

Tujuan Masalah

Adapun Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1.Untuk mengetahui Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan danUntuk mengetahui


Perkembangan Kerangka Dasar Penyusunan danPenyajian LaporanPenyajian LaporanKeuangan
Syari’ah di Indonesia menurut Keuangan Syari’ah di Indonesia menurut PSAK.PSAK.

2.Untuk Untuk mengetahui mengetahui Perkembangan Perkembangan Kerangka Kerangka


Dasar Dasar Penyusunan Penyusunan dandanPenyajian Laporan Keuangan Syari’ahPenyajian
Laporan Keuangan Syari’ahdi Indonesia menurut AAOIFI.di Indonesia menurut AAOIFI.
PEMBAHASAN

A.Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (PSAK)

1.Tujuan Kerangka Dasar

Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan
keuangan bagi para penggunanya.kerangka ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang
dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvesional baik sector public maupun sector
swasta . Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:

a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya membuat


standar.
b. Penyusun laporan keuangan, untuk menaggulangi masalah akuntansi syariah yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah.
c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum.
1. d.
2. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang
3. disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
4. akuntansi keuangan syariah.
d. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah.
Pemakaian dan Kebutuhan Informasi

1. Investor sekarang dan investor potensial karena mereka harus memutuskan


apakah akan membeli, menahan, atau menjual investasi atau penerimaan dividen .
2. Pemilik dana gardh, untuk mengetahui apakah dana gardh dapat dibayar pada saat
jatuh tempo.
3. Pemilik dana syarkah temporer, untuk pengambilan keputusan pada investasi
yang memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dan aman.
4. Pemilik dana titipan, untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil setiap
saat.
5. Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah, dan wakat untuk informasi tentang
sumber dan penyaluran dana tersebut.
6. Pengawas syariah, untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah
terhadap prinsip syariah.
7. Karyawan, untuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan profitabilitas
entitas syariah
8. Pemasok dan mitra usaha lainnya, untuk memperoleh informasi tentang
kemampuan entitas membayar utang pada saat jatuh tempo.
9. Pelanggan, untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas
syariah.
10. Pemerintah serta lembaga-lembaganya, untuk memperoleh informasi tentang
aktivitas entitas syariah, perpajakan serta kepentingan nasional lainnya.
11. Masyarakat, untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap
masyarakat dan Negara.

Pradigma Transaksi Syariah

Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta
oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi
seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan
spiritual (al-falah). Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia
memiliki akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan
akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha.
Paradigma ini akan membentuk integritas yang membantu terbentuknya karakter tata
kelola yang baik (good governance) dan disiplin pasar (market discipline) yang baik.

Asas Transaksi Syariah


Asas syariah berasaskan pada prinsip berikut :
1. Prinsip persaudaraan (ukhuwan)
Esensinya merupakan nilai universal yang mengatur interaksi sosial dan
harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum dengan
semangat saling tolong menolong. Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai
kebersamaan dalam memperoleh manfaat (sharing economics) sehingga
seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di atas kerugian orang lain.
2. Prinsip keadilan ('adalah)
Esensinya menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan memberikan sesuatu
hanya pada yang menerima serta memperlakukan sesuatu sesuai posisinya.
Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah
yang melarang adanya unsur :
(a) riba ( unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah maupun
fadhl );
(b) kezaliman (unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan);
(c) maysir (unsur judi dan sikap spekulatif);
(d) gharar (unsur ketidakjelasan); dan
(e) haram ( unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas
operasional yang terkait )
3. Prinsip Kemaslahatan (mashlahah)
Esensinya merupakan segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi
duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individu dan kolektif.
Kemaslahatan yang diakui haru memenuhi dua unsur yakni memenuhi syariah
(halal) serta bermanfaat dan membawa kebaikan (thayib) dalam semua aspek
secara keseluruhan yang tidak menimbulkan kemudharatan. Transaksi syariah
yang dianggap bermaslahat harus memenuhi secara keseluruhan unsur - unsur
yang menjadi tujuan ketetapan syariah (maqasid syariah) yaitu berupa
pemeliharaan terhadap : (a) akidah, keimanan dan ketakwaan (dien) ; (b) akal
(aq). (c) keturunan (nasl), (d) jiwa dan keselamatan (nafs); dan (e) harta benda
(mal)
4. Keseimbangan (tawazun)
Esensinya meliputi keseimbangan aspek material dan spiritual, aspek privat dan
publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan
aspek pemanfaatan dan pelestarian. Transaksi syariah tidak hanya menekankan
pada memaksimalkan keuntungan perusahaan semata-mata untuk. kepentingan
pemilik (pemegang saham). Sehingga manfaat yang diperoleh tidak hanya
terfokus pada pemegang saham saja, tetapi pada semua pihak yang dapat
merasakan manfaat dari suatu kegiatan ekonomi.
5. Prinsip universalisme (syumuliyah)
Esensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua, pihak yang
berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan,
sesuai dengan semangat kerahmatan semesta.

Karakteristik Transaksi Syariah


1. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dar saling ridha
2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui seluruh objeknya halal dan baik (thayib)
3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai , bukan
sebagai komoditas
4. Tidak mengandung unsur riba dan tidak mengandung unsur kezaliman
5. Tidak mengandung unsur maysir dan tidak mengandung unsur gharar
6. Tidak mengandung unsur haram dan tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang
7. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar.
8. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy) Tidak mengandung
unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah)

Tujuan laporan Keuangan


1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah, dalam semua transaksi dan
kegiatan usaha.
2. Informasi terkandungnya entitas syariah, terhadap prinsip syariah, serta informasi
aset, liabilitas, pendapatan, dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah
bila ada dan bagaimana perolehan dan kegunaannya.
3. Informasi untuk membantu mengalirkan tanggung jawab entitas syariah terhadap
amanah, dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat
keuntungan yang layak.
4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi, yang diperoleh penanam modal
dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai menjamin kewajiban
(obligation) fungsi sosial entitas syariah termasuk pengelolaan dan penyaluran
zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

Bentuk Laporan Keuangan


1. Posisi Keuangan Entitas Syariah, disajikan sebagai laporan posisi keuangan.
Laporan ini menyajikan informasi tentang sumber daya yang dikendalikan,
struktur keuangan.likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan.Laporan ini berguna untuk memprediksi
kemampuan perusahaan di masa yang akan datang.
2. Informasi Kinerja Entitas Syariah, disajikan dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain Laporan ini diperlukan untuk menilai perubahan
potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.
3. Informasi Peribahan Posisi Keuangan Entitas Syariah, yang dapat disusun
berdasarkan definisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja,
aset likuid atau kas Kerangka ini tidak mendefinisikan dana secara spesifik. Akan
tetapi, melalui laporan ini dapat diketahui aktivitas investasi, pendanaan dan
operasi selama periode pelaporan.
4. Informasi Lain, seperti Laporan Penjelasan tentang Pemenuhan Fungsi Sosial
Entitas Syariah. Merupakan informasi yang tidak diatur secara khusus tetapi
relevan bagi pengambilan keputusan sebagian besar pengguna laporan keuangan.
5. Catatan dan Skedul Tambahan,merupakan penampung dari informasi tambahan
yang relevan termasuk pengugkapan tentang resiko dan ketidakpastian yang
mempengaruhi entitas.informasi tentang segmen industry dan geografi serta
pengaruh perubahan harga terhadap entitas juga dapat disajika.

Asumsi Dasar
1. Dasar aktual Laporan keuangan disajikan atas dasar aktual, maksudnya bahwa
pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (bukan pada saat
kas atau setara kas diterima. atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan
akuntansi serta dilaporkan dalam lapora keuangan pada periode yang
bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan
informasi kepad pemakai bahwa tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan
penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa
depan serta sumbe daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa
depan. Namun, dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil
usaha menggunakan dan kas Hal ini disebabkan bahwa prinsip pembagian hasil
usaha berdasarkan bagi hasil pendapatan atau hasil yang dimaksud adalah
keuntungan bruto (gross profin
2. Kelangsungan usaha Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi
kelangsungan usaha entita syariah yang akan melanjutkan usahanya di masa
depan. Oleh karena itu, entitas ayarish diasumsikan tidak bermaksud atau
berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secan material akala usahanya. Jika
maksud atau keinginan tersebut tumbul, laporan keuangan mungkin harus disusun
dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan haru diungkapkan.

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


1. Dapat dipahami, kualitas informasi penting yang terkandung dalam laporan
keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pemakainya.
Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memilki pengetahuan yang memadai
tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar Namun demikian, informasi kompleks
yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan
hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk
dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan, agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas
relevan yang dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakainya dengan
membantu mereka menyiarkan peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan,
serta mencatat atau menggambarkan hasil evaluasi mereka di masa lalu. Relevan
berarti juga harus berguna untuk ramalan (prediktif) dan penegasan (konfirmatori)
atas transaksi yang berkaitan dengan satu sama lain. Relevan juga dipengaruhi
oleh hakikat dan tingkat materialitasnya. Tingkat materialitas ditentukan
berdasarkan pengaruh kelalaian (ambang batas) terhadap keputusan ekonomi
pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan. Oleh karena itu, materialitas
dipengaruhi oleh besarnya kesalahan dalam pencatatan atau pencatatan.
Sementara itu, dasar penerapan dalam bagi hasil harus mencerminkan jumlah
yang sebenarnya tanpa mempertimbangkan konsep materialitas.
3. Keandalan, andal diartikan sebagai bebas dari pengertian yang berkenaan dengan
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang
tulus atau jujur (representasi setia) dari yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika
hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi
tersebut secara potensial dapat menyebarkan. Misalnya, jika keabsahan dan
jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih
dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi entitas syariah untuk mengakui
jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk
mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut. Agar dapat
diandalkan maka informasi harus memenuhi hal sebagai berikut.
a) Menggambarkan dengan jujur transaksi (penyajian jujur) serta peristiwa
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan. Misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya dalam bentuk aset, kewajiban, dana syirkah temporer, serta
ekuitas entitas syariah pada tanggal pelaporan. Penggambaran tersebut harus
memenuhi kriteria pengakuan, walaupun terkadang mengalami kesulitan yang
melekat untuk mengidentifikasi transaksi baik disebabkan oleh kesulitan yang
melekat pada transaksi atau oleh penerapan ukuran dan teknik penyajian yang
sesuai dengan makna transaksi atau peristiwa tersebut. b) Dicatat dan disajikan
sesuai dengan substansi dan kenyataan ekonomi yang sesuai dengan prinsip
syariah dan bukan hanya bentuk hukumnya (substansi mengungguli bentuk). c)
Harus diarahkan untuk kebutuhan umum pemakai dan bukan pihak tertentu saja
(netral). d) Didasarkan atas pertimbangan yang sehat dalam hal menghadapi
peristiwa dan keadaan tertentu. Pertimbangan ini mengandung unsur kehati-hatian
pada saat melakukan perkiraan atas wilayah tersebut.
e) Lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan akan berakibat informasi menjadi tidak benar sehingga menjadi
tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna.
4. Dapat dibandingkan, pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan
entitas syariah antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) dan
posisi kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat membandingkan laporan
keuangan antar-entitas syariah untuk menyiarkan posisi kinerja keuangan serta
perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pembandingan berupa
pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain
yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk entitas syariah tersebut,
antarperiode entitas syariah yang sama. untuk entitas syariah yang berbeda,
maupun dengan entitas lain. Agar dapat dibandingkan, informasi tentang
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan
perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut juga harus diungkapkan
termasuk ketaatan atas standar akuntansi yang berlaku. Bila pemakai ingin
membandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan antar
periode, maka entitas syariah perlu menyajikan informasi periode sebelumnya
dalam laporan keuangan.

Unsur-Unur Laporan Keuangan


Karakteristik sesuai, laporan keuangan entitas syariah, antara lain meliputi :
1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri
atas laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta laporan
perubahan ekuitas.
Posisi keuangan, unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi
keuangan adalah aset, kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini
didefinisikan sebagai berikut.
a. Aset adalah sumber daya yang dimiliki oleh entitas syariah sebagai akibat
dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan
yang diharapkan akan diperoleh entitas syariah.
b. Kewajiban merupakan entitas utang syariah masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya entitas syariah yang mengandung manfaat
ekonomi.
c. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi
dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya di mana
entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan
dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
Dana syirkah sementara tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban,
karena entitas syariah tidak berkewajiban untuk mengembalikan dana awal
dari pemilik dana ketika mengalami kerugian kecuali akibat kelalaian atau
wanprestasi entitas syariah. Namun demikian, dia juga tidak dapat
digolongkan sebagai ekuitas karena mempunyai waktu jatuh tempo dan
tidak memiliki hak kepemilikan yang sama dengan pemegang saham.
d. Ekuitas adalah hak sisa atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua
kewajiban dan dana syirkah sementara. Ekuitas dapat disubklasifikasikan
menjadi setoran modal pemegang saham, saldo laba, penyisihan saldo
laba, dan penyisihan penyesuaian pemeliharaan modal.

Kinerja, unsur yang berhubungan langsung dengan pengukuran pendapatan


bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Tidak ada penghasilan dan beban
didefinisikan sebagai berikut.

a. Penghasilan (pendapatan) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama


suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan
aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas
yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan
(income) meliputi pendapatan (revenues) maupun keuntungan (gain).
b. Beban (pengeluaran) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau penurunannya aset
atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas
yang tidak mencakup pembagian kepada penanam modal, termasuk di
dalamnya beban untuk pelaksanaan aktivitas entitas syariah maupun
kerugian yang timbul.
c. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian
bagi hasil pemilik dana laporan keuangan. atas keuntungan dan
kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam suatu periode

Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dimasukkan sebagai beban
(ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga
atas bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada
pemilik dana atas investasi yang dilakukan bersama dengan entitas
syariah.

2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi


laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan
dana kebajikan.
3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung
jawab khus entitas syariah tersebut.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan


Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi
yang berbed dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Biaya historis (biaya historis) Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau
setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar de ketidakseimbangan
(pertimbangan) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat
perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai pembeli
dari kewajiban (obligasiiskan atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak
penghasilan), dalam jumlah kas (atau setan kas) yang diharapkan akan
memberikan izin untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan uskan
penyusunan laporan keuangan.
2. Biaya kini (current cost) Aset diukur dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
seharusnya dibayar bila aset yang sama t setara dengan aset yang diperoleh
sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setarakas) yang
tidak didiskontokan (undiscounted yang mungkin akan diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban (kewajiban) sekarang.3.
3. Nilai realisasi / penyelesaian (realizable / settlement value) Aset dinyatakan
dalam jumlah kas (atau setara ka yang dapat diperoleh sekarang dengan me
aset dalam pelepasan normal (orderly pembuangan). Kewajiban dinyatakan
sebesar nilai penyelesaian yaitu jumlah kas (atau setara kas) tidak
didiskontokan yang diharapkan akan berjanji untuk memenuhi kewajiban
dalam pelaksanaan usaha normal. Dasar pengukuran ini walaupun dapat
digunakan tetapi tidak lumpur untuk diterapkan dalam kondisi saat ini.
Mengingat manajemen harus menjamin informasi ya disajikan adalah andal
serta dapat dibandingkan.

Standar Akuntansi Syariah


Laporan Keuangan Entitas Syariah (ED PSAK 101 ( Revisi 2014)) Sesuai dengan ED
PSAK 101 (Revisi 2014), laporan keuangan ini disajikan oleh entitas yang melak
transaksi syariah pada anggaran dasarnya. Terminologi dalam PSAK ini dapat digunakan
oleh entitas yang berorientasi pada laba, sedangkan untuk entitas yang tidak berorientasi
pada laba atau memiliki ekuitas yang berbeda perlu menyesuaikan deskripsi pada
beberapa pos keuangan.
Komponen laporan keuangan entitas syariah terdiri atas:
1. laporan posisi keuangan pada periode akhir
2. laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode
3. laporan perubahan ekuitas selama periode
4. laporan arus kas selama periode
5. laporan sumber dan penyaluran dana zakat selama periode
6. laporan sumber dan penggunaan dana manfaat selama periode
7. catatan atas laporan keuangan : berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan
informasi penjelasan lain
8. informasi komparatif mengenai periode sebelumnya. Informasi ini bersifat naratif
dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika
relevan untuk memahami laporan keuangan periode berjalan. Informasi komparatif
minimum terdiri dari : 2 laporan posisi keuangan, 2 laporan laba rugi penghasilan
komprehensif lain, 2 laporan perubahan modal, 2 laporan arus kas, 2 laporan sumber
dan penggunaan zakat, 2 laporan sumber dan penggunaan dana tambahan, dan 2
catatan atas laporan keuangan
9. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas
syariah menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif, atau melakukan
penyajian kembali pos keuangan atau ketika entitas syariah mereklasifikasi pos dalam
laporan keuangan. Dengan hal ini , maka laporan keuangan akan terdiri dari 3
periode yaitu : akhir periode berjalan , akhir periode sebelumnya , dan awal periode
sebelumnya.

Laporan Keuangan Bank Syariah (PSAK 101 (Revisi 2016})


Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri atas:

 laporan posisi keuangan (neraca)


 laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
 laporan perubahan ekuitas
 laporan arus kas;
 laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil:
 laporan sumber dan penggunaan dana zakat: (g) laporan sumber dan penggunaan
dana kebajikan, dan
 catatan atas laporan keuangan.

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN

Akuntansi dikembangkan untuk mendukung ekonomi dengan mengikuti paradigma


dari sitem ekonominya. Jadi, akuntansi memerlukan kerangka dasar untuk akuntansi
dan pelaporan keuangan, tidaktekecuali dalam akuntansi syariah. Ada berbagai
macam kerangka dasar akuntansi. Yaitu: Keuangan dasar penyusunan dan penyajiann
laporankeuangan syariah (KDPPLKDS) menurut PSAK dan Konsep dasar akuntansi
menurut AAOIFI. Berbagai macam kerangka dasar akuntansi tersebut memiliki
perbedaan. KDPPLKDS menurut PSAK dan Konsep dasar akuntansi menurut
AAOIFI mempunyai perbedaan dalam segi paradigma, asas,karakteristik, bentuk
laporan keuangan, syarat laporan keuangan dll.

DAFTAR PUSTAKA

Sri nurhayati dan Wasilah. 2013.Akuntansi Syariah di Indonesia jilid 3. Jakarta:


Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai