Karya Tulis Ilmiah (KTI) Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Karya Tulis Ilmiah (KTI) Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Karya Tulis Ilmiah (KTI) Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
S dengan Prioritas
Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Mobilisasi
Fisik :Mencegah Luka Dekubitus Pada Pasien
Stroke di Ruangan ICU Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara Medan
Oleh
Dewi Permata Sari
142500118
NIM : 142500118
Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah Gangguan
Kebutuan Dasar Mobilisasi Fisik : Mencegah Luka Dekubitus Pada Pasien
Stroke di Ruangan ICU Rumah Sakit Pendidikan Universitas Sumatera
Utara”adalah benar hasil karya sendiri, kecuali dalam pengutipan substansi
disebutkan sumbernya dan belum pernah dianjurkan kepada institusi manapun
serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan
kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
atau paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Adapun judul dari
Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Aplikasi Tindakan Mobilisasi Fisik dan Massase
Kulit Untuk Mencegah Luka Dekubitus Pada Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan
Stroke Di Ruangan ICU Rumah Sakit Sumatera Utara”. Karya Tulis Ilmiah ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan
Ahlimadya Keperawatan di Program Studi DIII Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada:
ii
iii
iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
timbul mendadak dan biasanya mengenai penderita usia 45-80 tahun. Umumnya
laki-laki lebih sering terkena dari pada perempuan. Biasanya tidak ada gejala dini,
pembuluh darah otak dan bukan oleh sebab yang lain (Misbach, 2007). Stroke
pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak (Price
Salah satu dampak stroke adalah kelumpuhan yang mengarah pada terapi
mobilisasi fisik. Jadi stroke merupakan masalah medik yang sering dijumpai,
gangguan neurologic ini sering terjadi secara mendadak dan tidak jarang
pencegahan luka pada pasien dekubitus harus dilakukan sedini mungkin dan
Luka dekubitus merupakan dampak tekanan yang terlalu lama pada area
darah pada area yang tertekan terlalu lama dan lama-kelamaan jaringan setempat
mengalami nekrosis yang biasanya terjadi pada bagian permukaan tulang yang
menonjol, sebagai akibat dari tekanan dalam jangka waktu tertentu yang
health care serta 8-40% di ICU karena penurunan imunitas tubuh (Enie, 2005).
33,3%(Suriady, 2006). Angka ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan insiden
dekubitus di ASEAN yang hanya berkisar 21-31,3% (Ida dan Nila, 2009). Insiden
hampir 25% penderita stroke terkena dekubitus (Ida dan Nila, 2009). Prevalensi
(jawaban responden yang pernah didiagnosis nakes dan gejala tertinggi) juga
meningkat dari 8,3 per 1000 (2007) menjadi 12,1 per 1000 (2013) (Riskesdes,
2013).
massase kulit, yang dapat mereduksi penekanan jaringan dan dapat menjadi
dengan melakukan massase kulit pada bagian tubuh tertentu sebagai tambahan
bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
perubahan posisi secara berkala setiap jam mulai 08.00-10.00 WIB pasien di
sebagai cara pengobatan (Pupung, 2009). Tujuan dari tindakan massase adalah
stroke dapat mencegah terjadinya luka dekubitus. Hal ini dibuktikan dengan uji
statistic dengan hasil P value 0,0000 berarti ada pengaruh signifikan dari
intervensi keperawatan mobilisasi fisik dan massase kulit terhadap terjadinya luka
dekubitus. Responden yang tidak mengalami luka dekubitus yaitu 8 orang (80%)
setelah diberikan intervensi keperawatan mobilisasi fisik dan massase kulit yang
luka dekubitus. Hal ini menjelaskan bahwa luka dekubitus akan lebih terjadi pada
laki-laki dari pada perempuan hal ini didukung oleh faktor pola hidup dalam
dengan stroke di ruangan ICU Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Medan
luka dekubitus tidak terjadi. Berdasarkan referensi serta hasil pengkajian yang
pemberian tindakan mobilisasi fisik dan massase kulit terhadap pencegahan luka
dekubitus pada Ny.S dengan stroke di ruangan ICU Rumah Sakit Universitas
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
terhadap pencegahan luka dekubitus pada Ny. S dengan stroke di ruangan ICU
2. Tujuan Khusus
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat membantu pasien dengan stroke
pasien stroke
dan NOC bagi ilmu keperawatan tentang asuhan keperawatan pada pasien
stroke yang membutuhkan tindakan mobilisasi fisik dan massase kulit dan
asuhan keperawatan.
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjadi panduan dasar untuk
dasar lainnya.
PENGELOLAAN KASUS
1. Stroke
Umumnya laki-laki sedikit lebih sering terkena dari pada perempuan. Biasanya
tidak ada gejala dini, dan muncul begitu mendadak (Misbach, 2007).
Sekitar 80% sampai 85% kasus stroke yang terjadi adalah stroke
akibat adanya bekuan atau sumbatan pada pembuluh darah otak yang
sehingga aliran darah ke otak menjadi terhenti (Ida dan Nila, 2009). Stroke
non hemoragik adalah kematian jaringan otak karena pasokan darah yang
tidak kuat dan bukan disebabkan oleh perdarahan. Stroke non hemoragik
(Lumbantobing, 2001).
hemoragik lebih berbahaya dari pada stroke iskemik karena akibat yang
ditimbulakan dapat terjadi secara akut atau mendadak (Ida dan NIla,
2009). Stroke hemoragik juga bisa terjadi karena tekanan darah yang
terganggu, maka fungsi otak juga menurun (Ida dan Nila, 2009).
Menurut Ida dan NIla (2009), tanda dan gejala stroke yaitu:
1) Mati rasa yang mendadak di wajah, lengan, atau kaki, dan terutama hanya
kedua mata.
1.4 Patofisiologi
memberikan vaskularisasi pada otak atau emboli dari pembuluh darah diluar
otak yang tersangkut arteri otak. Saat terbentuknya plak fibrosis (ateroma) di
Thrombus dan emboli dalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa
pengurangan aliran darah yang menuju ke otak sehingga sel otak akan
dalam sel otak dan kalium meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema
bebas sehingga terjadi perusakan membran sel lalu mengkerut lalu tubuh
akan menyebabkan iskemik pada jaringan yang akan dialiri oleh darah, jika
hal ini berlanjut terus menerus maka jaringan tersebut akan mengalami infark.
1) CT Scan.
3) Angiografi Serebral.
4) Elektroensefalografi (EEG).
1) Bekuan Darah
2) Dekubitus
kaki dan tumit bila memar tidak bisa dirawat bisa menjadi infeksi.
3) Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal
menimbulkan pneumonia.
a) Disritmia
c) Kontraktor
d) Gagal nafas
e) Kematian.
1) Farmakologi
hemoragik.
10
darah (trombosis).
2) Non Farmakologi
b) Kimia klinik
c) Masa protobin
1.8 Pencegahan
2) Menghentikan merokok.
7) Cegah obesitas.
11
Luka dekubitus merupakan tekanan yang terlalu lama pada area permukaan
tulang yang menonjol dan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah pada area
tertekan dan lama kelamaan jaringan setempat mengalami iskemik, hipoksia dan
2.2 Penyebab
a) Penekanan
b) Gesekan
a) Usia
c) Nutrisi
d) Disfungsi sirkulasi
Ditemukan pada:
dipasung.
12
Kerusakan saraf misalnya akibat cidera, stroke, diabetes, dan koma bisa
4) Gesekan dan kerusakan lainnya pada lapisan kulit paling luar bisa
Tanda dan gejala pada dekubitus untuk pertama kali ditandai dengan kulit
eritema atau kemerahan, terdapat ciri khas dimana bila ditekan dengan jari,
tanda eritema akan lama kembali lagi atau persisten. Kemudian diikuti
atau bila diraba akan terasa hangat, tanda pada luka dekubitus ini dapat
2.5 Komplikasi
2.6 Penatalaksanaan
pasien yang tirah baring (paling sedikit 2 jam) dan massase kulit. Asupan
kalori harus dipertahankan tetap tinggi untuk merangsang fungsi imun dan
mempertahankan kesehatan.
13
pembalut yang bersih , rata, dan tipis. Apabila telah terbentuk luka
dekubitus.
Menurut Nur arif dan Kusuma (2013) luka dekubitus dibagi menjadi
2.7.1 Stadium I
dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu
tanda sebagai berikut: perubahan temperature kulit (lebih dingin atau lebih
perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada orang yang berkulit putih, luka
yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna merah yang
2.7.2 Stadium II
membentuk lubang yang dangkal. Jika kulit terluka atau robek maka akan
ulkus yang dangkal dan bisa berakibat fatal terhadap ulkus yang dalam.
14
nekrosis dari jaringan subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai fiscia.
2.7.4 Stadium IV
luas, nekrosis jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Ada
3. Mobilisasi fisik
bergerak secara bebas, mudah dan tertur dengan tujuan untum memenuhi
Mobilisasi adalah perubahan posisi secara berkala setiap jam mulai 08.00-
10.00 WIB pasien di miringkan kearah kanan, kemudian jam 10.00-12.00 WIB
15
tubuh seseorang.
batasan yang jelas, sehingga tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motoris dan sensoris pada area tubuhnya
(Hidayat, 2006).
2) Mengurangi tekanan
16
2) Meningkatkan relasaksasi
venosa ke jantung.
dilakukan di bagian tertentu dengan jangka waktu 2 kali sehari yaitu pada
17
manipulasi atau penekanan dan peremasan pada jaringan maka darah dan
5.1 Pengkajian
data, validasi data, serata pencatatan data (Walkinson & Nancy, 2007).
a. Identitas pasien
c. Keluhan utama
18
(b) Riwayat penyakit yang di derita pada saat masuk rumah sakit.
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit yang lain yang pernah diderita
pasien.
Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh keluarga yang lain atau
a. Keadaan umum
b. Pemeriksaan persistem
pengecap, perasa.
19
peristalyik, eliminasi.
c.Pola nutrisi dan mobilisme: pada pasien hipertensi mengalami mual muntah
a) Pola eliminasi
20
dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar
dan data fokus. Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan terhadap dirinya
sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
tindakan yang dilaksanakan terhadap pasien. Data dasar akan digunakan untuk
dimulai sejak klien masuk rumah sakit (Intial assessment), selama pasien dirawat
keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
21
5.6 Perencanaan
merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana
dilakukan, kapan dilakukan, siapa saja yang melakukan dari semua tindakan
dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat
(Dermawan, 2012).
peningkatan intracranial.
22
Intervensi
keberhasialan terapi.
(NOC):
(c) Pasien dapat menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk
Intervensi
23
terbebtuknya dekubitus.
mencegah dekubitus.
hasil(NOC):
Intervensi
mencegah dekubitus.
24
1. Pengkajian
SUMATERA UTARA
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 54 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
No. Register : 03 13 24
Ruangan/Kamar : ICU
Golongan Darah :O
25
sumatera utara pada hari sabtu jam 22.00 WIB. Sebelumnya pasien mandi
pemeriksaan tanda-tanda vital TD: 134/95 mmHg, Nadi: 86x/I, RR: 24x/I,
oksigen NRM 8 Lpm, infuse Nacl, injeksi ranitidine dan vit B12.
Tidak ada
Tidak ada
C. Pernah dirawat/dioperasi :
D. Lama dirawat :
± 1 minggu
E. Alergi :
F. Imunisasi :
26
A. Orang tua :
B. Saudara kandung :
Tidak ada
Tidak ada
F. Penyebab meniggal :
Keluarga mengatakan lingkungan tempat tinggal pasien bersih, jauh dari polusi
B. Konsep diri
Gambaran diri :
27
dirinya.
Ideal diri :
Harga diri :
Peran diri :
Identitas :
C. Keadaan emosi :
Keadaan emosi klien terkontrol dengan baik, ketika klien diajak berbicara,
D. Hubungan sosial :
28
Kegiatan ibadah :
Kebersihan kuku kaki dan tangan: kuku tangan dan kaki klien tampak
tergantung total.
29
1. BAB
2. BAK
V. Mekanisme koping
A. Keadaan Umum :
Pasien tampak lemah, kesadaran pasien menurun dari hasil yang didapat
GCS: E 3, V 2, M 4.
B. Tanda-tanda vital
Pernafasan : 30 x/m
TB : 163 cm
BB : 56 Kg
Rambut
sudah beruban
Wajah
Menonjol
Mata
simetris
adanya kelainan
31
cahaya baik.
kelainan
pemeriksaan
mata kiri
Hidung
kelainan
Telinga
Leher
Pemeriksaan integumen
keadaan normal
Pemeriksaan jantung
33
tidak terkaji
Pemerikasaan Abdomen
luka
Pemeriksaan Genitalia
hemoroid.
Pemeriksaan Ekstremitas
34
35
RR:30x/menit
Suhu: 37oC infark serebral
3. Rumusan masalah
4. Diagnosa Keperawatan
peningkatan intracranial.
36
NIC :
Dengan aktivitas :
(1) Rasional:
(1) Berikan posisi yang
untuk
nyaman
mencegah
kontraktur,
merendahka
n tekanan.
(2) Berikan posisi tidur
(2) Rasional:
yang tepat.
mempertaha
nkan posisi
tegak di
tempat tidur
dan
37
terbebtuknya
dekubitus.
jam. mengurangi
tekanan dan
mengubah
posisi
dengan
sering
mencegah
dekubitus.
fisiotrapi untuk
meningkatka
n kekuatan
otot.
38
NIC :
Dengan aktivitas :
(1) Rasional: untuk
(1) Observasi kulit
mengetahui
keadaan kulit.
mencegah
dekubitus.
39
normal
NIC :
Dengan aktivitas :
(1) Rasional: untuk
(1) Monitor tekanan
mengevaluasi
darah tiap 4 jam
perkembangan
penyakit dalam
keberhasialan
terapi.
(2) Pertahankan tirah
(2) Rasional:
baring pada posisi
membantu
semi fowler.
menurunkan
kebutuhan
oksigen.
40
laboratorium mengetahui
indicator perfusi
atau fungsi
organ.
obat penembuhan.
5. Pelaksanaan Keperawatan
Hari/Tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
O:
41
P : Intervensi dilanjutkan
-Observasi k/u pasien
42
4. Melakukan tindakan
mengatur posisi kepala
lebih tinggi.
DO :
Pasien tampak nyaman
5. Mengobsevasi keadan
umum pasien
DO :
GCS : E3, V2, M4
43
A:
-GCS: E3,V2,M4
- ada tanda peningkatan
TIK
P :
Intervensi di lanjutkan
-Monitor setatus
kesadaran pasien
-Monitor peningkatan
TIK
-Atur posisi anatomi
-Pertahankan tirah
baring
44
P:
Intervensi dilanjutkan
-Observasi keadaan
umum pasien
-Bantu melakukan ROM
45
46
2 Mengobsevasi keadan A :
umum pasien -GCS: E3,V2,M4
DO : - ada tanda peningkatan
GCS : E3, V2, M4 TIK
P :
Intervensi di lanjutkan
-Monitor setatus
kesadaran pasien
-Monitor peningkatan
TIK
-Atur posisi anatomi
-Pertahankan tirah
baring
47
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Keluhan utama Ny. S adalah pasien mengalami kejang. Pada saat di kaji
2. Rumusan Masalah
Diagnosa yang muncul pada stroke yang sesuai dengan data fokus yang
fisik
3. Intervensi Keperawatan
secara mandiri.
48
4. Implementasi
Pada diagnosa kedua yaitu, resiko kerusakan integritas kulit, tindakan yang
5. Evaluasi
gerak, data objektif pasien terlihat lemah dan belum bisa beraktivitas. Hasil
49
Evaluasi diagnosa kedua maslah resiko kerusakan integritas kulit adalah data
subjektif keluarga mengatakan pasien masih terus tirah baring dan diberikan
perubahan posisi setiap 2 jam, data objektif kulit tampak lembab, bersih, tidak
ada kemerahan, tidak ada lecet pada punggung, hasil analisa maslah sudah
Pada asuhan keperawatan Ny. s dengan stroke di ruangan ICU rumah sakit
dan massase kulit tidak ada luka dekubitus sehingga sesuai dengan jurnal
Carolina dkk (2013) yang berisi tentang tindakan merubah posisi dan massase
B. Saran
Setelah melakukan aplikasi tindakan merubah posisi dan massase kulit pada
50
terhadap tindakan merubah posisi dan massase kulit pada asuhan keperawatan
optimal.
51
Mubarak, W, I. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi
dalam Praktek. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Pupung. (2010). Efek MassasePada Peredaran Darah, Lympa, Kulit dan Jaringan
Otot.
52
53
CATATAN PERKEMBANGAN
O:
P : Intervensi dilanjutkan
-Observasi k/u pasien
54
3. Menganjurkan keluarga P :
berpartisipasi dalam Intervensi di lanjutkan
merubah posisi setiap 2 -obsevasi tanda-tanda
jam sekali dekubitus
DS : - Beri tindakan massase
55
5. Mengobsevasi keadan
umum pasien
DO :
GCS : E3, V2, M4
A:
-GCS: E3,V2,M4
- ada tanda peningkatan
TIK
P :
Intervensi di lanjutkan
-Monitor setatus
kesadaran pasien
-Monitor peningkatan
TIK
-Atur posisi anatomi
-Pertahankan tirah
baring
56
P:
Intervensi dilanjutkan
-Observasi keadaan
umum pasien
57
58
2. Mengobsevasi keadan A :
umum pasien -GCS: E3,V2,M4
DO : - ada tanda peningkatan
GCS : E3, V2, M4 TIK
P :
Intervensi di lanjutkan
-Monitor setatus
kesadaran pasien
-Monitor peningkatan
TIK
-Atur posisi anatomi
-Pertahankan tirah
baring
59