Buku Panduan Manajemen Agribisnis 2020-2021 Semester Genap
Buku Panduan Manajemen Agribisnis 2020-2021 Semester Genap
Buku Panduan Manajemen Agribisnis 2020-2021 Semester Genap
MANAJEMEN
AGRIBISNIS
Disusun Oleh :
Tim Pengajar dan Lab. MBK
Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TAHUN
AJARAN 2020/2021 SEMESTER GENAP
1. Praktikan wajib memasuki zoom meeting room tepat waktu sesuai jadwal praktikum di
sister
2. Praktikan menggunakan pakaian rapi, sopan, dan berkerah
3. Praktikan wajib open camera
4. Praktikan dilarang mengganggu jalannya acara praktikum (mencoret-coret tampilan
materi di zoom, atau chat yang tidak penting pada chat room)
5. Praktikan dilarang on mic kecuali ada yang ingin ditanyakan dan dipersilahkan oleh
asisten
6. Praktikan wajib mengisi form presensi yang diberikan oleh asisten melalui chat room
7. Apabila terkendala ikut kegiatan praktikum, harap konfirmasi pada asisten koordinator
Manajemen Agribisnis/ Asisten PJ kelas masing-masing minimal setengah jam sebelum
acara praktikum berlangsung
8. Praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan praktikum
9. Apabila ada tindakan yang tidak sesuai etika akademis atau bertentangan dengan moral
dari praktikan selama mengikuti praktikum dapat mempengaruhi nilai akhir mata kuliah
mahasiswa yang bersangkutan
10. Jika praktikan melakukan plagiarism, maka hal tersebut akan mempengaruhi nilai akhir
praktikan
11. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib praktikum akan ditetapkan kemudian
Input
Identifikasi Biaya
Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan maka biaya dibedakan menjadi dua jenis,
yakni Fixed Cost dan Variable Cost.
Anaslisis Masalah
Diketahui :
Total Penerimaan (R) = Harga tebu x berat tebu
= Rp 900 x 70.000 = Rp 63.000.000
Total Biaya (C) = Biaya tetap + Biaya Variabel
= Rp 25.000.000 + Rp 15.000.000 = Rp 40.000.000
Ditanya : Efisiensi Usahatani Tebu Pak Bowo menggunakan R/C Ratio
Jawab :
R/C ratio = Penerimaan (R) / Biaya total (C)
= Rp 63.000.000 / Rp 40.000.000 = 1,57
Berdasarkan hasil perhitungan R/C ratio didapatkan nilai sebesar 1,57. Apablia melihat
ketenetuan kriteria pengambilan keputusan nilai R/C ratio > 1, artinya bahwa penggunaan
biaya pada usaha budidaya tanaman tebu yang dilakukan oleh Pak Bowo sudah termasuk
dalam keadaan efisien.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TAHUN
AJARAN 2020/2021 SEMESTER GENAP
penyimpanan relative lebih mahal. Bagi produk pertanian yang bersifat bulky
hendaknya produk tersebut segera dipakai.
c. Pada manajemen stok, hendaknya melakukan teknik first in first out (FIFO) untuk
menjaga barang yang disimpan tidak rusak.
d. Pada manajemen stok, harus mengetahui daya tahan penyimpanan produk pertanian
sebelum digunakan sebagai bahan baku agroindustri, untuk mencegah kerusakan bahan.
e. Manajer gudang atau manajer pembelian produk pertanian harus mengenal karakteristik
proses pengolahan produk agroindustri, untuk manajemen bahan baku. Agar
agroindustri bisa kontinyu dalam menjalankan kegiatannya, maka perlu merencanakan
persediaan bahan bakunya.
Berikut ini adalah skema perencanaan persediaan (misalnya: bahan baku) berdasarkan
permintaan/potensi pasar.
Salah satu model untuk menentukan besarnya persediaan bahan baku, adalah EOQ
(Economic Order Quantity = jumlah pesanan ekonomis). EOQ merupakan jumlah
pesananyang meminimumkan biaya persediaan, satuannya kilogram atau satuan berat
lainnya. Pada Gambar 2.2 dibawah berikut akan diskemakan Model EOQ untuk
memudahkan pembelajaran.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TAHUN
AJARAN 2020/2021 SEMESTER GENAP
CONTOH KASUS
Pak Sutaji, seorang pengusaha tape, sedang merencanakan persediaan singkong kuning.
Berdasar analisa Pak Sutaji, singkong kuning masih memiliki kualitas yang bagus jika
digunakan dalam jangka waktu 3 hari, sehingga setiap 2 hari Pak Sutaji melakukan pesanan
singkong kuning. Biaya penyimpanan singkong sekitar 1 0 persen dari harga singkong per
kilogramnya (Rp 2000/kg). Berikut ini adalah grafik tingkat persediaan bahan baku ekonomis
agroindustri tape milik Pak Sutaji. Perusahaan berencana akan berproduksi 40 minggu dalam
setahun.
• h = 1 0%
• C = Rp 2000/kg
• Q* = 30 Kw = 3000kg
• Jumlah hari kerja per tahun = 40 minggu = 280 hari
• T = 3 hari
• L = 1 hari
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TAHUN
AJARAN 2020/2021 SEMESTER GENAP
Penyelesaian :
a. Pada saat EOQ, biaya pemesanan sama dengan biaya penyimpanan, sehingga total biaya
bisa diperoleh dengan hanya menghitung biaya penyimpanan.
Jadi total biaya persediaan yang harus dikeluarkan oleh Pak Sutaji selama setahun sebesar
Rp 600.000,-
b. F = jumlah hari kerja per tahun / T = 280 hari / 2 hari = 140 kali per tahun. Jadi Pak
Sutaji melakukan 280 kali pemesanan selama setahun.
c. Grafik biaya persediaan (TC) sebagai fungsi dari Frekuensi (F).
e. Menghitung ROP, perlu mengetahui nilai d (kebutuhan persediaan per unit waktu). Pada
model EOQ terdapat asumsi bahwa kebutuhan bahan baku konstan. Sehingga nilai d bisa
dicari, dengan rumus d = Q*/T.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TAHUN
AJARAN 2020/2021 SEMESTER GENAP
Jadi Pak Sutaji memesan singkong kuning saat persediaannya 1000 kg.
f. Biaya setiap melakukan pesanan (S).
bahan baku. Nilai tambah merupakan tambahan nilai input karena adanya proses
pengolahan. Menurut Hayami et al. (1987), ada dua cara untuk menghitung nilai tambah
yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Terdapat dua
faktor yang mempengaruhi nilai tambah pengolahan, yaitu teknis dan pasar. Besarnya nilai
tambah karena proses pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku serta input
lainnya terhadap nilai output yang dihasilkan, tidak termasuk biaya tenaga kerja.
Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.
Secara matematis nilai tambah merupakan fungsi dari kapasitas produksi, penggunaan
bahan baku dan tenaga kerja, harga output, harga bahan baku, upah tenaga kerja dan nilai
(biaya) input lain.
Nilai tambah = ƒ (K, B, T, H, h, U, L)
Nilai tambah = Nilai output – Intermediate Cost (selain biaya TK)
Nilai output = jumlah output x harga output
Keterangan :
• K = Kapasitas produksi
• B = Bahan baku
• T = Tenaga kerja
• H = Harga output
• h = Harga bahan baku
• U = Upah tenaga kerja
• L = Nilai input lain (nilai semua korbanan yang digunakan dalam proses produksi
untuk manambah nilai, selain nilai bahan baku dan tenaga kerja)
• Satu siklus produksi jenang salak (selama 1 minggu) mengolah 16,20 kg salak menjadi
82,00 kg jenang salak, dengan curahan tenaga kerja selama 5,80 jam.
• Faktor konversi sebesar 5,06 menunjukkan bahwa 1 kg salak bisa digunakan untuk
memproduksi 5,06 kg jenang salak.
• Koefisien tenaga kerja 0,36 jam/kg menunjukkan bahwa untuk mengolah 1 kg salak
menjadi jenang salak memerlukan waktu 0,36 jam.
• Harga jual jenang salak sebesar Rp 2.250/kg.
• Upah tenaga kerja pengolahan sebesar Rp 1.029 per jam.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TAHUN
AJARAN 2020/2021 SEMESTER GENAP
Informasi dari Tabel Metode Hayami Bagian II (Penerimaan dan Keuntungan per kg
Bahan Baku) :
• Harga salak sebesar Rp 470,00/kg.
• Nilai input lain yang digunakan untuk mengolah 1 kg salak (contoh : tepung, gula,
plastik kemasan, penyusutan peralatan, biaya listrik, air dll.) sebesar Rp 492,00 per kg
salak.
• Nilai jenang salak merupakan penerimaan dari penjualan output jenang salak yang
dihasilkan oleh 1 kg salak, sebesar Rp 11.385,00 per kg salak.
• Nilai tambah sebesar Rp 10.423,00 per kg salak menunjukkan imbalan bagi modal,
manajemen dan tenaga kerja dari pengolahan 1 kg salak menjadi jenang salak.
• Rasio nilai tambah 91 ,55% menunjukkan pangsa nilai tambah terhadap nilai jenang
salak yang dihasilkan oleh 1 kg salak.
• Pendapatan tenaga kerja Rp 370,00 menunjukkan besarnya pendapatan tenaga kerja
untuk mengolah 1 kg salak menjadi jenang salak sebesar Rp 370,00,-.
• Pangsa tenaga kerja 3,55% menunjukkan pangsa nilai tambah yang digunakan untuk
membayar tenaga kerja sebesar 3,55 % pada pengolahan salak menjadi jenang salak.
• Keuntungan Rp 10.003,00 per kg salak menunjukkan imbalan bagi modal dan
manajemen pada proses produksi 1 kg salak.
• Rate keuntungan 88,30 % menunjukkan pangsa keuntungan dari nilai penjualan jenang
salak yang diproduksi dari 1 kg salak sebesar 88,30%.
Teknologi adalah daya upaya manusia untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih
baik. Teknologi bertujuan untuk mensejahterakan manusia, namun teknologi memiliki
dampak negatif bagi manusia, misalnya pada kasus pembukaan lahan perkebunan dari lahan
hutan, menggunakan teknologi alat berat. Proses pembukaan hutan berlangsung cepat, tetapi
merugikan ekosistem dan wilayah yang berdekatan.
Oleh karena itu, teknologi yang diaplikasikan di sektor pertanian perlu mempertimbangkan
trade off yang minimal, sehingga dampak negatif yang mungkin timbul dari penggunaan
teknologi tersebut mampu diimbangi dengan
manfaat atau keuntungan yang diperoleh.
Manajemen teknologi merupakan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk
memaksimalkan nilai tambah teknologi dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen.
Teknologi memiliki sifat pokok, yaitu:
a) Prasyarat pengembangan teknologi adalah ilmu pengetahuan dan praktik/percobaan,
b) Teknologi dapat berupa kompetensi yang melekat pada diri manusia (keahlian dan
keterampilan), fisik yang melekat pada mesin/peralatan, informasi yang diwadahi dalam
sistem/organisasi (buku, jurnal, majalah)
c) Teknologi harus diterapkan secara tepat guna
d) Teknologi dapat ditemukan, dikembangkan, dibeli, dijual, dicuri atau tidak bernilai guna
jika sudah kadaluwarsa, dan
e) Teknologi digunakan untuk kesejahteraan masyarakat atau meningkatkan kualitas hidup
manusia.
Pengembangan teknologi di bidang agribisnis harus dilaksanakan dengan
menyelaraskan empat komponen teknologi, yaitu: technoware (perangkat keras), humanware
(perangkat manusia), infoware (perangkat informasi) dan orgaware (perangkat organisasi).
Ciri-ciri:
1. Technoware: Berwujud fisik (traktor, mesin pengolah, peralatan) dan memberdayakan
fisik manusia serta mengontrol kegiatan transformasi input menjadi output.
2. Humanware: Berwujud kemampuan manusia (keterampilan, pengetahuan atau keahlian
dalam mengelola ketiga komponen teknologi lainnya) dan memberikan ide atau cara
memanfaatkan sumberdaya alam atau teknologi untuk keperluan produksi.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TAHUN
AJARAN 2020/2021 SEMESTER GENAP
3. Infoware: Berwujud dokumen atau fakta yang diperoleh (buku/literatur/jurnal, internet,
telepon, database riset pasar) dan berfungsi mempercepat pembelajaran, mempersingkat
waktu operasional penghematan sumberdaya.
4. Orgaware (perangkat organisasi): Berwujud kerangka kerja organisasi (struktur
organisasi, fasilitas kerja, metode pendanaan, negoisasi, neworking) dan
mengkoordinasikan semua aktivitas produksi suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Teknologi dalam agribisnis mencakup seluruh teknologi mulai dari aktifitas
pengadaan dan penyaluran sarana produksi, on farm, dan off farm serta aplikasi dari
bioteknologi (bibit unggul), teknik kimia (pupuk, pestisida), mekanisasi mesin dan alat
pertanian), dsb. Penggunaan teknologi memiliki tujuan efektifitas, efisiensi, serta
produktivitas yang tinggi dari perusahaan agribisnis. Wujud adanya teknologi pada agribisnis
dapat dilihat dari :
a) cara produksi yang lebih baik dari pada cara lama
b) pemakaian peralatan baru atau substitusi input untuk meningkatkan produksi
Pengembangan dan aplikasi teknologi agribisnis terkait dengan pemilihan
jenis teknologi yang akan dikembangkan dan diaplikasikan, dengan
mempertimbangkan :
1. Dalam skala mikro mempertimbangkan jenis dan skala usaha, sedangkan dalam skala
makro mempertimbangkan prioritas bidang teknologi yang akan dikembangkan
2. Kemampuan pembiayaan pengembangan dan aplikasi teknologi
3. Kemampuan atau potensi sumber daya manusia
4. Skala usaha dan tingkat persaingan
5. Budaya, adat dan kebiasaan masyarakat
Keterangan :
B = Manfaat (Benefit) (Rp)
C = Biaya (Rp)
Y = Tambahan output (Kg atau satuan berat)
PY = Harga output (Rp/Kg atau Rp/satuan berat)
X = Output (Kg atau satuan berat)
PX = Harga input (Rp/Kg atau Rp/satuan berat)
• Jika B/C ratio > 0 : penerapan teknologi efisien, artinya cara baru lebih
menguntungkan dibandingkan dengan cara lama.
• Jika B/C ratio < 0 : penerapan teknologi tidak efisien, artinya penggunaan cara baru
merugikan.
• Jika B/C ratio = 0 : penerapan teknologi belum efisien, artinya penggunaan cara baru
tidak berbeda dengan cara lama.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TAHUN
AJARAN 2020/2021 SEMESTER GENAP
Ilustrasi !
Pak Bagus memiliki lahan yang telah ditanami oleh jagung. Pada budidaya kali ini
pak bagus akan menggunakan teknologi berimbang. Bila dibandingkan sebelumnya yang
tanpa menggunakan pemupukan berimbang, total biaya usahatani Rp. 870.000 dengan
produksi 3 ton dengan harga jual sebesar Rp 900/kg. Setelah menggunakan pupuk berimbang
produksi meningkat menjadi 5 ton dan biaya meningkat menjadi Rp 1.275.000. Apakah
penggunaan pupuk berimbang bermanfaat ?
Identifikasi Biaya
No Uraian Sebelum pupuk berimbang Setelah pupuk berimbang
1 Biaya usahatani Rp. 870.000 Rp. 1.275.000
2 Hasil Produksi 3 ton 5 ton
3 Harga Rp. 900 Rp. 900
Diketahui :
PX1 X = Biaya sebelum penggunaan pupuk berimbang = Rp 870.000,- PX2
X2 = Biaya setelah penggunaan pupuk berimbang = Rp 1.275.000,- Y1 =
Output sebelum penggunaan pupuk berimbang = 3 ton = 3000 kg Y2 = Output
setelah penggunaan pupuk berimbang = 5 ton = 5000 kg PY = Harga output =
Rp 900/kg
Interpretasi :
Berdasarkan hasil perhitungan B/C ratio didapatkan nilai sebesar 4,44 yang berarti nilai B/C
> 0 sehingga teknik pemupukan berimbang berada pada kondisi efisien dan setiap
penambahan biaya Rp 1 mampu menghasilkan tambahan penerimaan sebesar Rp 4.44.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TAHUN
AJARAN 2020/2021 SEMESTER GENAP
A. MANAJEMEN SDM
1. Pengertian Manajemen Sumberdaya Manusia
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah proses mendayagunakan manusia
sebagai tenaga kerja secara manusiawi, agar potensi fisik dan psikhis yang dimilikinya
berfungsi secara maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi. Pengertian ini secara eksplisit
menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi terdapat sejumlah manusia atau
memerlukan sumber daya manusia yang turut berperan. Sumber Daya Manusia (SDM)
mempunyai beberapa pengertian di antaranya :
a. SDM adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi yang disebut personil,
tenaga kerja, karyawan atau pekerja.
b. SDM adalah potensi manusia sebagai penggerak organisasi untuk mencapai tujuan.
c. SDM adalah potensi manusia sebagai modal dalam organisasi yang dapat diwujudkan
menjadi potensi nyata secara fisik dan psikhis untuk mencapai tujuan.
Tugas utama MSDM adalah merencanakan kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan
bidangnya. Teknik yang dilakukan biasanya dengan job analysis, untuk mengetahui tenaga
kerja apa saja yang diperlukan menurut keahliannya. Program pengembangan sumber daya
manusia juga perlu diarahkan bagaimana karyawan mempunyai tanggung jawab yang besar
terhadap organisasi, bagaimana karyawan ditanamkan rasa memiliki untuk membangun
organisasi dengan tenteram. Tujuan Manajemen SDM, diantaranya:
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TAHUN
AJARAN 2020/2021 SEMESTER GENAP
Kualitas SDM adalah faktor produksi yang terpenting yang harus diperhatikan dalam
pengembangan organisasi. Program pengembangan sumber daya manusia perlu disusun
secara sistematis disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Hasil program pengembangan
sumber daya manusia ditujukan untuk pengembangan organisasi agar maju dan berkembang
serta pada akhirnya memperoleh keuntungan. Agar keuntungan ini meningkat terus,
diperlukan efisiensi di segala bidang, sehingga organisasi akan mencapai keunggulan
komparatif dan kompetitif.
c. Kompensasi
Seluruh imbalan yang diberikan kepada karyawan sebagai penghargaan atas jasa mereka,
yang meliputi:
1. Kompensasi finansial langsung: Bayaran yang diterima dalam bentuk gaji, upah,
komisi, bonus, dsb.
2. Kompensasi finansial tidak langsung (tunjangan): Semua imbalan finansial yang tidak
termasuk dalam kompensasi langsung seperti cuti dibayar, cuti sakit, liburan, asuransi
kesehatan, dsb.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TAHUN
AJARAN 2020/2021 SEMESTER GENAP
3. Kompensasi nonfinansial: Kepuasan yang diterima seseorang dari pekerjaan itu sendiri
atau dari lingkungan psikologis dan/atau fisik di mana orang tersebut bekerja.
e. Hubungan kekaryawanan
Suatu organisasi secara hukum harus mengakui adanya serikat pekerja dan berunding
dengannya dengan itikad baik jika para karyawan organisasi tersebut menginginkan
adanya serikat pekerja untuk mewakili mereka.
Biasanya konsumen akan memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa
margin pemasaran. Berikut ini juga merupakan beragam lembaga pemasaran yang digolongkan
menurut penguasaanya terhadap komoditi dan bentuk usaha;
1. Tengkulak: Lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan pertani,
tengkulak ini melakukan transaksi dengan petani baik secara tunai, ijon maupun kontrak
pembelian.
2. Pedagang pengepul: Lembaga yang membeli komoditi pertanian dari tengkulak, bertujuan
mengefisienkan biaya transportasi.
3. Pedagang besar: Lembaga yang membeli komoditi pertanian dari pedagang pengumpul,
bertujuan meningkatkan efisiensi pelaksanaan fungsi pemasaran.
4. Agen penjualan: Lembaga yang membeli produk pertanian, baik yang sudah diolah maupun
yang belum dari pedagang besar untuk didistribusikan ke pengecer.
5. Pengecer: Lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan konsumen. Pengecer
merupakan ujung tombak dari suatu proses produksi yang bersifat komersil artinya kelanjutan
proses produksi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran sangat tergantung dari
aktivitas pengecer dalam menjual produknya.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TAHUN
AJARAN 2020/2021 SEMESTER GENAP
2. Fungsi Pemasaran
Pada gambar dibawah berikut telah disajikan pemasaran garam rakyat yang terjadi di
Desa Pangarengan Kabupaten Sampang, Maduara. Lembaga pemasaran yang terlibat
terdiri dari petambak garam, tengkulak, PT. Jaya Makmur Utama (pengolah garam),
Pedagang Besar, Agen Penjualan hingga ke konsumen. Pada setiap Lembaga Pemasaran
yang terlibat harus diidentifikasi :
1) volume yang diperdagangkan
2) periode waktu perhitungan
3) bentuk/karakteristik produk yang diperdagangkan.
Imbalan untuk lembaga pemasaran yang telah menyalurkan produk dari produsen ke
konsumen berupa keuntungan pemasaran, yang merupakan bagian dari margin pemasaran.
Margin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan oleh konsumen
dengan harga yang diterima oleh produsen. Secara grafis, margin pemasaran disajikan
pada Gambar 3. Pada gambar tersebut disajikan kurva permintaan dan penawaran primer
serta kurva permintaan dan penawaran sekunder. Dari kedua titik keseimbangan, yaitu di
tingkat pedagang pengecer dan di tingkat petani terbentuk harga keseimbangan. Selisih
kedua harga keseimbangan tersebut merupakan marjin pemasaran.
Harga yang dibayarkan oleh konsumen merupakan harga di tingkat pengecer (Pr),
yaitu merupakan perpotongan antara kurva permintaan primer dengan kurva penawaran
turunan. Sedangkan harga di tingkat petani (Pf) merupakan perpotongan antara kurva
permintaan turunan dengan kurva penawaran primer. Permintaan konsumen disebut
permintaan primer, sedangkan permintaan di tingkat petani disebut permintaan turunan.
Penawaran di tingkat petani disebut penawaran primer. Penawaran di tingkat konsumen
disebut penawaran sekunder. Margin pemasaran sama dengan selisih harga di tingkat
pengecer dengan harga di tingkat petani (M = Pr – Pf), pada saat jumlah produk tertentu
(Q*). Nilai marjin pemasaran merupakan perkalian antara marjin dengan jumlah produk
yang diperdagangkan (Nilai Marjin Pemasaran = (Pr – Pf) Q*).
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TAHUN
AJARAN 2020/2021 SEMESTER GENAP
Ilustrasi !
Berikut ini adalah tabel yang digunakan untuk menganalisis marjin pemasaran telur ayam
ras dari peternak sampai dengan konsumen. Tahapannya yaitu mulai dari peternak –
pedagang pengumpul – pedagang besar – pedagang pengecer – konsumen.
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM TAHUN
AJARAN 2020/2021 SEMESTER GENAP