MPB Proposal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

MANAJEMEN PRODUKSI BENIH


Perencanaan Produksi dan Analisis Usaha Pembibitan Jati
(Disusun untuk memenuhi tugas pengganti UAS Mata Kuliah Manajemen
Produksi Benih yang diampu oleh Prof. Dr. Ir. Tatik Wardiyati M.S.)

Oleh :
Hanifah Evi Maulida 145040201111288
Kelas B

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian dalam arti luas memiliki peranan strategis dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia, yaitu pembangunan yang
didasarkan kepada pemenuhan kesejahteraan masyarakat, kelestarian lingkungan,
dan keberlanjutan usaha pertanian. Orientasi pembangunan pertanian saat ini
mengarah pada Sistem Agribisnis, yaitu sistem pembangunan pertanian yang
terintegrasi antara sub sistem hulu (upstream); sub sistem produksi (on-farm), sub
sistem hilir (down-stream) dan sub sistem penunjang atau jasa (supporting system)
(saragih, 2001). Artinya masing-masing sub sistem dalam sistem agribisnis tidak
bisa berdiri sendiri, ada ketergantungan antara sub sistem.
Dalam sub sistem produksi (on-farm), untuk mendapatkan hasil produksi
(output) yang optimal, diperlukan input produksi atau yang lebih dikenal dengan
faktor produksi, seperti peralatan pengolahan lahan, pengairan, benih, pupuk,
pengendalian hama dan penyakit. Benih merupakan faktor produksi utama
dibanding dengan faktor produksi lainnya, tanpa benih maka tidak akan ada hasil
produksi. Penggunaan benih bermutu akan meningkatkan hasil secara kuantitas dan
kualitas. Perbanyakan benih untuk memenuhi kebutuhan budidaya dalam skala
luas, dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain dengan: (1) perbanyakan
secara konvensional, seperti dengan biji, anakan, okulasi, sambung pucuk
(grafting), cangkok, dan stek; (2) perbanyakan secara modern, dengan cara kultur
jaringan. Perbanyakan secara konvensional membutuhkan waktu yang lama, dan
kuantitas produksi benih tidak akan mencukupi jika diperlukan pada lahan yang
luas, pada saat bersamaan waktunya. Perbanyakan dengan cara kultur jaringan akan
memberikan keuntungan, antara lain dalam waktu yang singkat dapat dihasilkan
benih dalam jumlah yang banyak.
Cahyo (2009), menyatakan bahwa teknik kultur jaringan memiliki beberapa
kekurangan, seperti: tanaman yang tidak bisa dikembangkan dengan kultur
jaringan, karena kecepatan multiplikasinya terlalu rendah; terlalu banyak langkah
untuk mencapai tanaman sempurna; atau terlalu tinggi penyimpanan genetik.
Sementara menurut Wattimena (2011), Kekurangan dari pembibitan dengan cara
Kultur jaringan adalah: dibutuhkan biaya yang relatif besar; dibutuhkan Sumber
Daya Manusia yang memiliki keahlian khusus untuk mengerjakan tanaman yang
dihasilkan berukuran kecil dengan kondisi aseptik; perlu adanya perlakuan khusus
setelah tahap aklimatisasi, dikarenakan bibit terbiasa hidup dengan kelembaban
tinggi dan relatif stabil. Mengingat hal tersebut di atas diperlukan adanya analisis
biaya dan investasi yang sesungguhnya (riil) untuk pembibitan dengan metode
kultur jaringan.
Tanaman jati merupakan tanaman tahunan yang memiliki nilai produk yang
sangat ekonomis. Bahan bangunan dan meubel yang berasal dari kayu jati memiliki
kelas pasar tertentu dengan nilai jual tinggi. Umumnya tanaman jati dipanen setelah
berumur lebih dari sepuluh tahun. Terobosan teknologi menghasilkan jenis-jenis
jati tertentu yang berumur genjah dengan kualitas produk yang baik. Umumnya
tanaman jati diperbanyak dengan anakan. Namun untuk kebutuhan pengembangan
luas seperti pembangunan hutan industri, misalnya, perbanyakan konvensional
sangat menyulitkan. Perbanyakan bibit melalui teknik kultur jaringan merupakan
salah satu teknologi harapan yang banyak dibicarakan dan terbukti memberikan
keberhasilan. Teknik ini menawarkan cara perbanyakan tanaman dalam jumlah
banyak dan waktu cepat dengan memanfaatkan bahan tanaman asal yang terbatas.
1.2 Tujuan
Tujuan proposal ini ialah;
(1) Mengetahui Biaya pembibitan tanaman secara Kultur Jaringan.
(2) Mengetahui Besar penerimaan dan pendapatan pembibitan tanaman secara
kultur jaringan.
(3) Menganalisis usaha pembibitan tanaman menguntungkan dari produk tanaman
anggrek
(4) Menganalisis kelayakan usaha dalam sektor finansial pembibitan tanaman
secara Kultur Jaringan ditinjau dari analisis penerimaan atas biaya, keuntungan
atas biaya, analisis titik impas dan analisis tingkat pengembalian internal.
II. METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan dalam proposal ini ialah:
1. Studi literatur atau kepustakaan
Menurut M.Nazir (2011), Studi Kepustakaan adalah menelusuri literatur
yang ada serta menelaahnya secara tekun, selain mencari sumber data sekunder
yang mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mngetahui sampai kemana
ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang. Dalam hal ini,
Penulis membaca berbagai sumber literatur mulai dari buku, skripsi, thesis,
jurnal, artikel serta sumber lain yang relevan.
2. Metode Analisis Data
Penganalisisan data yang akan dilakukan adalah dengan metode kualitatif
dan metode kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif
mengenai kegiatan usaha pembibitan tanaman secara kultur jaringan.
Sedangkan Metode kuantitatif dilakukan dengan analisis finansial untuk
mengetahui besar biaya, pendapatan dan investasi pembibitan tanaman kultur
jaringan.
2.1 Analisis Finansial
Analisis Finansial membahas mengenai kegiatan usaha pembibitan
tanaman kultur jaringan dari ketiga bibit yang berbeda baik yang terjual
dalam bentuk botolan kultur maupun pot atau polibag. Usaha pembibitan
tanaman kultur jaringan ini pada akhirnya dinilai dari segi biaya investasi
awal yang dikeluarkan oleh pemerintah, biaya tetap maupun biaya variabel
yang dikeluarkan setiap periodenya yang menghasilkan berapa besar
penerimaan serta pendapatan yang didapatkan dan juga berapa besar
kelayakan dari segi keuntungan serta investasi. Dalam penelitian ini,
penulis pun membandingkan hasil analisis dari segi harga pemerintah serta
harga pasar bebas.
Analisis Finansial yang akan dihitung adalah analisis penerimaan atas
biaya(R/C), rasio keuntungan atas biaya (B/C), analisis titik impas (Break
Even Point) dan analisis kelayakan investasi yaitu analisis internal rate of
return (IRR).
1. Analisis R/C
R/C adalah perbandingan antara penerimaan penjualan dengan
biayabiayayang dikeluarkan selama proses produksi hingga
menghasilkan produk.
Dengan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 1995) :
.
=
+
Keterangan:
R = Penerimaan
C = Biaya
Py = Harga Output
Y = Output
FC =Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel.
Dengan kriteria,
R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan
R/C rasio = 1, maka usahatani tersebut BEP
R/C rasio < 1, maka tidak efisien atau merugikan
2. Analisis B/C
Menurut Agustina (2011), adalah Penilaian yang dilakukan untuk
melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya berupa perbandingan
jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih
sekarang yang negatif.
Dengan perumusan, sebagai berikut:

B/C =

Prinsipnya hampir sama dengan analisis R/C, hanya pada B/C ini
data yang dipentingkan adalah besarnya manfaat. Jika B/C > 1 suatu
usahatani dapat dikatakan memberikan manfaat.
3. Analisis Titik Impas atau Break Even Point
Titik Impas adalah titik dimana total biaya produksi sama dengan
pendapatan. Titik impas memberikan petunjuk bahwa tingkat produksi
telah menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya
produksi yang dikeluarkan. Asumsi dari Break Even Point adalah;
1. Biaya dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dan
biaya tetap.
2. Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara
proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti
biaya variabel per unitnya adalah tetap sama.
3. Besarnya biaya tetap secara totalitas adalah tidak berubah meskipun
ada perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa
biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan
volume produksi.
4. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisis.
5. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk, apabila
diproduksi lebih dari satu macam produk pertimbangan penghasilan
penjualan antara masing-masing produk adalah tetap konstan.
(Agustina, 2011)
Dengan asumsi tersebut, maka jumlah unit pada titik impas dihitung
sebagai berikut:
Pendapatan = Biaya Produksi
= Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap
= FC + (Qi X VC)
Dengan perumusan untuk Analisis Break Even Point adalah sebagai
berikut (Rochaeni, 2011);

BEP Produksi =


BEP Harga Jual =


BEP Penerimaan =
1 ( )


BEP Per unit =

4. Analisis pengembalian internal atau internal rate of return(IRR)


Dewi (2004), menyatakan IRR adalah suatu teknik untuk membuat
peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat pengembalian
atas investasi yang dihitung mencari tingkat diskonto yang
menyamakan nilaisekarang arus kas masuk dengan investasi awalnya.
Sebelum menghitung IRR, Terlebih dahulu menghitung NPV (net
present value) dengan perumusan sebagai berikut:
()
NPV =
=1 (1+)

Menurut Kadariah (1978), biasanya rumus IRR diatas tidak dapat


dipecahkan (dicari nilai i-nya) secara langsung. Namun secara coba-
coba pemecahan tersebut dapat didekati dalam waktu singkat. Dengan
prosedur sebagai berikut;
1. Dipilih nilai discount rate yang dianggap dekat dengan nilai IRR
yang benar, lalu dihitung NPV dari pada arus benefit dan biaya
2. Jika hasil NPV tersebut negatif, hal itu berarti bahwa nilai percobaan
i terlalu tinggi , jadi dipilih nilai percobaan i baru yang lebih rendah
3. Jika sebaliknya, hasil present value tersebut positif, diketahui bahwa
nilai percobaan i terlalu rendah, , jadi dipilih nilai percobaan i baru
yang lebih tinggi.
4. Nilai percobaan pertama untuk discount rate dilambangkan untuk i1
dan yang kedua dilambangkan dengan i2, nilai percobaan pertama
dilambangkan dengan NPV1 dan yang kedua NPV2.
Dan rumus untuk internal rate of return atau IRR adalah;
1
IRR = + (2 1 )
1 2

Keterangan:
NPV : net present value ( nilai netto sekarang)
n : banyaknya kegiatan/ umur ekonomis proyek
t : lamanya waktu investasi
B : benefit (keuntungan)
C : cost (Biaya)
NPV1 : NPV yang bernilai positif
NPV2 : NPV yang bernilai negatif
i1 : Discount factor (DF) pertama, tingkat bunga yang menghasilkan
NPV positif
i2 : Discount factor (DF) kedua, tingkat bunga yang menghasilkan NPV
negatif
III. ANALISIS USAHA
3.1 Rencana Produksi
Proses produksi pembibitan tanaman secara kultur jaringan ada berbagai
tahap. Berikut bagan produksi pembibitan tanaman jati di in vitro atau di
Laboratorium.
Pembuatan Media

Jati 157 botol

Inisiasi

Sterilisasi Luar Sterilisasi Dalam

Multiplikasi jati
1100 botol

Pengakaran

Produk Telah siap


dijual

Gambar 1. Bagan Produksi in vitro pembibitan Tanaman


Dilihat pada gambar 1, pembibitan tanaman kultur jaringan terdapat 5 tahapan
penting, diantaranya pembuatan media. Media yang dibuat pada pembibian
tanaman jati adalah media yang digunakan pada tahap inisiasi dan tahap
multiplikasi dengan tahap inisiasi sebanyak 157 botol dan pada tahapan multiplikasi
dihasilkan sebanyak 1100 botol. Kecepatan multiplikasi tanaman jati dilakukan
setiap bulannya sesuai dengan jumlah kebutuhan produksi yang diinginkan. Jumlah
waktu dalam setiap tahapan pembibitan tanaman adalah 1 bulan pada tahap inisiasi
dan pada tahapan sterilisasi dilakukan maksimal 7 kali perbanyakan dengan
kapasitas perbanyakan 4 kali kelipatannya. Jika jumlah produksi yang diinginkan
sudah tercapai, perbanyakan atau multiplikasi tidak dilakukan lagi.
Pada gambar 2, pada tahap aklimatisasi adalah proses pemindahan bibit
dalam botol kedalam Bak Aklim.

Bibit botolan Aklimatisasi tahap


dikeluarkan Jati pendewasaan

Gambar 2. Bagan Produksi vitro jati

3.2 Rencana Biaya


1. Biaya Tetap pembibitan Jati
Biaya bibit jati kultur
No. Jenis biaya Total biaya yang dikeluarkan (Rp)
1 Biaya Listrik 30.100.000
2 Biaya penyusutan peralatan 3.160.000
3 Biaya Tenaga kerja 15.400.000
4 Biaya penyusutan Laboratorium 7.875.000
Total Biaya Tetap 58.792.280
Biaya Bibit Jati polibag
No. Jenis biaya Total Biaya yang dikeluarkan (Rp)
1 Biaya Listrik 100.000
2 Biaya penyusutan peralatan 269.625
3 Biaya Tenaga kerja 11.000.000
4 Biaya penyusutan Sere 8.134.238
Total Biaya Tetap 19.503.863
Total biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya tetap serta biaya tidak tetap.
Total biaya dari tabel diatas memiliki perbedaan dari bibit jati kultur serta jati
dalam polibag. Biaya tetap yang dikeluarkan untuk pembibitan jati dalam
botolan sebesar Rp 58.792.280,00 dan yang dikeluarkan pembibitan jati kebun
Rp 19.503.863,00. Biaya listrik untuk pembibitan jati kultur adalah biaya
tertinggi yaitu sebesar Rp 30.100.000,00. Biaya listrik kultur jaringan ini
berasal dari biaya listrik laboratorium yang cukup besar setiap bulannya
sebesar Rp 4.300.000,00. Biaya kedua terbesar adalah biaya tenaga kerja
sebesar Rp 15.400.000,00. Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk
laboratorium sama dengan kebun. Untuk budidaya bibit jati di laboratorium
dilakukan selama 7 bulan dengan jangka waktu 1 bulan pada tahap inisiasi dan
5 bulan pada tahap sub kultur dengan 3 kali sub kultur dengan jangka waktu 1
kali subkultr selama 1,5 bulan serta 1 bulan sampai tanaman siap jual maupun
siap di aklimatisasi. Sementara untuk budidaya jati dikebun dilakukan selama
5 bulan dengan jangka waktu 2 bulan di bak aklim dan 3 bulan di polybag
sampai tanaman jati berukuran antara 15-30 cm yang telah siap jual. Biaya
tenaga kerja diberikan hanya kepada 1 tenaga kerja saja dengan gaji Rp
2.200.000,00 setiap bulannya. Dan pengeluaran gaji tenaga kerja hanya kepada
biaya per periode waktu produksinya.
Biaya selanjutnya yang dikeluarkan adalah biaya penyusutan laboratorium
untuk budidaya tanaman jati yaitu sebesar 7.875.000,00. Laboratorium
tanaman jati dijadikan satu dengan tanaman pisang. Untuk itu pengeluaran
penyustan laboratorium dibagi 2. Biaya penyusutan laboratorium ini
dikeluarkan setiap periode pembibitan jati kultur jaringan pertahunnya. Biaya
yang terakhir adalah biaya penyusutan peralatan yaitu sebesar Rp
3.160.000,00, Biaya penyusutan peralatan ini dikeluarkan untuk segala jenis
biaya peralaatan yang digunakan di laboratorium kultur jaringan Jati.
Sementara untuk biaya tetap pembibitan jati di kebun dikeluarkan lebih
sedikit dibandingkan dengan biaya pembibitan tanaman jati dalam lab. Biaya
terbesar yang dikeluarkan adalah biaya tenaga kerja sebesar Rp 11.000.000,00.
Biaya kedua yaitu biaya penyusutan sere atau greenhouse yaitu sebesar Rp
8.134.238,00. Sere ini dibangun dengan luas lahan sebesar 72 m2. Biaya
penyusutan sere dikeluarkan setiap periode pertahunnya. Biaya ketiga yang
dikeluarkan untuk pembibitan jati di kebun adalah biaya penyusutan peralatan
sebesar Rp 269.625,00. Peralatan yang dipakai untuk pembibitan jati di kebun
adalah paranet, pengki, sapu lidi, dan lain lain. Biaya terakhir yang dikeluarkan
adalah biaya listrik sebesar Rp 100.000,00. Biaya listrik dikebun tergolong
kecil karena hanya digunakan untuk penyiraman serta penerangan lampu saja.
2. Penerimaan
Penerimaan yang didapatkan adalah jumlah produksi yang terjual
dikalikan dengan harga jual. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini, penerimaan
produk bibit yang benar-benar didapatkan dengan harga jual yang ditetapkan
pemerintah. Hasil penerimaan tersebut dijadikan sumber retribusi untuk
dikembalikan lagi ke pusat pengembangan benih.
1. Penerimaan Bibit Terjual
Jumlah Harga Jual
Penetapan Penerimaan Total
produk Satuan pemerintah
Harga (Rp) (Rp)
terjual (Rp)
Pemerintah 76 Polibag 5000 380.000 380.000
Pasar bebas 76 Polibag 10.000 760.000 760.000

Dikarenakan hasil penerimaan yang didapatkan sangat kecil, baik itu


penerimaan yang sebenarnya maupun penerimaan yang dihitung dengan harga
pasar bebas, maka dihitung penerimaan yang dihitung jika jumlah produksi
semua dapat terjual.
2. Penerimaan Hasil Produksi
Harga Jual
Penetapan Jumlah Penerimaan
Satuan pemerintah Total (Rp)
Harga produksi (Rp)
(Rp)
1025 Botol 60.000 61.500.000
Pemerintah 69.050.000
1510 Polibag 5000 7.550.000
1025 Botol 100.000 102.500.000
Pasar bebas 117.600.000
1510 Polibag 10.000 15.100.000

3. Pendapatan
Pendapatan yang didapatkan dari pembibitan tanaman baik bibit kultur
maupun tanaman dewasa adalah hasil penerimaan yang didapatkan dikurangi
dengan biaya total yang dikeluarkan. Ada beberapa analisis pendapatan yang
dianalisis disini diantarany; Pendapatan dengan hasil produksi dengan harga
pemerintah, Pendapatan dengan hasil produksi dengan harga pasar bebas,
Pendapatan dengan hasil penjualan dengan harga pemerintah (pendapatan yang
didapatkan sesungguhnya) dan pendapatan dengan hasil penjualan dengan
harga pasar bebas.
1. Pendapatan Penjualan
Penetapan Penerimaan Pendapatan
Jenis Biaya (Rp) Total (Rp)
Harga (Rp) (Rp)
Botol - - -
Pemerintah 19.225.673
Polibag 380.000 19.605.673 19.225.673
Botol - - -
Pasar bebas 18.845.673
Polibag 760.000 19.605.673 18.845.673

2. Pendapatan Hasil Produksi


Penetapan Penerimaan Pendapatan
Jenis Biaya (Rp) Total (Rp)
Harga (Rp) (Rp)
Botol 61.500.000 64.216.970 2.716.970
Pemerintah 17.077.071
Polibag 7.550.000 21.910.101 14.360.101
Botol 102.500.000 64.216.970 38.283.030
Pasar bebas 31.472.929
Polibag 15.100.000 21.910.101 6.810.101

4. Hasil analisis R/C, B/C, dan BEP


Jumlah penjualan yang dijual dari hasil produksi tanaman hanya sebagian
kecil saja. Untuk mendapatkan kelayakan finansial suatu usaha, selain analisis
pendapatan yang diterima dari hasil pengurangan penerimaan dengan biaya
total, terdapat beberapa alat analisis lain yang mendukung, diantaranya rasio
penerimaan atas biaya, rasio keuntungan atas biaya serta analisis titik impas.
1. Jumlah produksi dan Penjualan Tanaman
No. Tanaman Produksi Penjualan
1 Jati botolan 1025 -
2 Jati polibag 1510 76

2. Hasil Analisis produk terjual


Dilihat dari jumlah produk yang dijual dapat dianaliis R/C, B/C dan
Break even point yang didapatkan adalah sebagai berikut:
BEP BEP BEP
Penetapan BEP
R/C B/C Harga Penerimaan Unit
Harga Produksi
Jual (Rp) (Rp)
Pemerintah 0,019 -0,980 3921 258.0 26.64 28
Pasar 11,75
0,038 -0,961 1961 258.0 22.52
bebas
3. Hasil Analisis Keseluruhan Produksi
Analisis Pemerintah Pasar bebas
Lab Kebun Lab Kebun
R/C 0,957 0,345 1,596 0,689
B/C -0,042 -0,655 0,596 -0,311
BEP Produksi 1070 4382 642,2 2191
BEP Harga Jual (Rp) 62.65 14.51 62.65 14.51
BEP Penerimaan (Rp) 64.48 28.63 62.08 23.20
BEP Unit 99 706 57 286

Hasil analisis tersebut adalah jumlah produksi keseluruhan yang dijual


tetapi dengan harga jual yang diterapkan dipasar bebas dapat dianalisis R/C,
B/C, dan break even point yang didapatkan.
IV. Kesimpulan
Biaya tetap yang dikeluarkan pembibitan tanaman adalah sebesar Rp.
78.296.143. Sementara biaya variabel yang dikeluarkan untuk jumlah bibit yang
terjual adalah Rp. 1.140.000. Penerimaan yang didapatkan dari hasil penjualan
sebenarnya adalah Rp. 69.050.000 yang dijual dengan harga ditetapkan pemerintah.
Sementara penerimaan yang didapatkan jika penjualan dengan harga pasar bebas
adalah sebesar Rp. 117.600.000. Nilai R/C dan B/C yang didapatkan dari produk
terjual mengalami angka kurang dari 1.
Dari penerimaan biaya yang didapatkan tidak sebanding dengan biaya yang
dikeluarkan. Oleh karena itu untuk mengantisipasi kerugian tersebut sebaiknya
meningkatkan pangsa pasar agar jumlah produksi bertambah dan penjualan juga
bertambah. Selain itu perlu adanya pengurangan biaya tetap yang dikeluarkan untuk
meminimalisasi adanya kelebihan biaya yang dikeluarkan terhadap jumlah
penerimaan yang masuk.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Christine. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 1, No 1, September 2011, Hlm 5-16.
Astuti, Dewi, 2004. Manajemen Keuangan Perusahaan, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Cahyo H. P. 2009. Teknik Kultur Jaringan Anggrek Dendrobium sp. di
Pembudidayaan Anggrek Widorokandang Yogyakarta. Tugas Akhir.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.Surakarta.
Kadariah. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi UI
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Saragih, B. 2001. Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis
Pertanian. Pustaka Wirausaha Muda: Bogor
Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani
Kecil. Jakarta: UI Press
Wattimena, G.A. 2011. Bioteknologi dalam Pemuliaan Tanaman. Bogor: IPB Press
LAMPIRAN
1. Jumlah Produksi
Produksi Total
Botol 2090
3600
Pot 1510
2. Biaya Listrik
Jenis Biaya Biaya (Rp) Kebutuhan Total Biaya
Listrik (Bulan)
Lab 4.300.000 7 30.100.000
Kebun 20.000 5 100.000
3. Biaya Tenaga Kerja
Jangka
Total Gaji
Jenis Biaya Gaji/Bulan waktu Keterangan
(Rp)
/ Bulan
Lab 2.200.000 7 15.400.000 1 orang tenaga kerja lab
Kebun 2.200.000 5 11.000.000 1 orang tenaga kerja
4. Biaya Penyusutan Peralatan
Laboratorium
Penyusutan
Umur Nilai Nilai Penyusutan periode
N Total pertahun
Peralatan Ekonomis Perolehan Sisa Perbulan 7 bulan
o Biaya (Rp) (Rp)
(Tahun) (Rp) (Rp)
Laminar air
1 21.500.000 10 2.150.000 215.000 1.935.000 161.250 1.128.750
flow
Lemari es 2
2 2.500.000 10 250.000 25.000 225.000 18.750 131.250
pintu
Air
3 Conditioner 2.250.000 10 225.000 22.500 202.500 16.875 118.125
(AC)
4 Autoclave 2.800.000 10 280.000 28.000 252.000 21.000 147.000
5 Erlenmeyer 65.000 10 6.500 650 5.850 488 3.413
6 Gelas piala 1.750.000 10 175.000 17.500 157.500 13.125 91.875
Termohigro
7 1.750.000 1 1.750.000 175.000 1.575.000 131.250 918.750
meter
Timbangan
8 900.000 1 900.000 90.000 810.000 67.500 472.500
analitik
Rak kultur
9 1.200.000 10 120.000 12.000 108.000 9.000 63.000
(3mX60cm)
Rak media
10 (1,5 m X 60 1.000.000 10 100.000 10.000 90.000 7.500 52.500
cm)
11 Pinset besar 65.000 10 6.500 650 5.850 488 3.413
12 Pinset kecil 42.000 10 4.200 420 3.780 315 2.205
13 Gunting 120.000 10 12.000 1.200 10.800 900 6.300
Botol untuk
14 80.000 2 40.000 4.000 36.000 3.000 21.000
stock
Total 5.417.280 451.440 3.160.080
Periode 5
Kebun
bulan (Rp)
Hand
1 80.000 1 80.000 8.000 72.000 6.000 30.000
Sprayer
2 Pengki 10.000 0,16 60.000 6.000 54.000 4.500 22.500
3 Sapu Lidi 9.000 0,16 54.000 5.400 48.600 4.050 20.250
4 paranet 1.500.000 5 300.000 30.000 270.000 22.500 112.500
5 Bak Aklim 450.000 2 225.000 22.500 202.500 16.875 84.375
Total 647.100 53.925 269.625
5. Biaya Variabel Produk yang Terjual
Tahap aklimatisasi
Bahan Takaran Satuan Biaya(Rp) Total(Rp)
Pasir Perbandingan 1:1:1 75.000 27.000
Kompos 9.000 3.240
Arang sekam 9.000 3.240
Bibit jati 9 Botol 5.000 45.000
Total 78.480
Tahap pendewasaan
Bahan Takaran Biaya(Rp) Total(Rp)
Polybag perbandingan 1:1:4 13.330 13.330
Pupuk kandang 10.000 10.000
Tanah tidak ada
Total 23.330
6. Biaya Variabel Keseluruhan Produksi
1. Tahap pembuatan media
No. Bahan Takaran (g/l) Harga (Rp) Biaya (Rp)
1 NH4NO3 66 1.700 112.200
2 KNO3 78 1.340 104.520
3 H3BO3 0,248 1.480.000 367.040
KH2PO4 6,8 1.004 6.824
COCl2 6H2O 0,001 22.400 22
NAMO O2 2H2O 0,01 14.800 148
Kl 0,0332 7.800.000 258.960
4 CaCl2 2H2O 17,6 980 17.248
5 MgSO4 7 H2O 14,8 1.855 27.454
ZnSO4 7H2O 0,344 5.600 1.926
C4 SO4 5 H2O 0,001 27.600 28
MnSO4 H2O 0,676 6.070 4.103
6 Na EDTA 1,492 7.550 11.265
FeSO4 7H20 1,112 4.800 5.338
7 Thiamine 0,004 26.000 104
Phyridoxine 0,02 31.200 624
Glycine 0,08 17.600 1.408
Nicotine acid 0,02 9.200 184
8 Myo inositol 40 8.600 344.000
9 BAP/ BA3 0,2 400.000 80.000
IAA 0,004 196.000 784
IBA 0,12 178.000 21.360
TDZ 0,016 17.000.000 272.000
Kinetin 0,12 2.439.000 292.680
10 Cascin hidrolisa 40 1.900 76.000
11 Gula putih 1600 440 704.000
12 Kertas lakmus 40 300 12.000
13 Agar-agar 40 2.000 80.000
14 NaOH dan HCl 40 500 20.000
15 Aquades 40 1.500 60.000
16 Botol dan tutup botol 2.200.000 2.200.000
Total 2.882.220
2. Tahap inisiasi
Bahan Takaran Satuan Harga Satuan (Rp) Biaya(Rp)
Mata tunas jati 30 pohon eksplan kecil 7.500 225.000
Klorox/ Bayclin 250 cc 5.000 5.000
Akuades steril 2 10 Liter 16.000 1.600
Bakterisida 1/2 Liter 30 000 15.000
fungisida 3/4 Liter 30000 22.500
Skalpel 1 Buah 1.250 1.250
Total 270.350
3. Tahap sterilisasi
Bahan Takaran (gr/liter) Harga (Rp) Total (Rp)
Fungisida 2 240
Total 240 720
4. Tahap sub kultur
Bahan Takaran Satuan Harga (Rp) Biaya (Rp)
Alkohol 1 liter 15.000 60.000
Spiritus 800 cc 1.600 6.400
Skalpel 4 Buah 1.250 5.000
Total 71.400
5. Tahap aklimatisasi
Bahan Takaran Harga (Rp) Biaya (Rp)
Pasir Perbandingan 1:1:1 75.000 647.400
Kompos 9.000 77.688
Sekam 9.000 77.688
Bibit Jati 220 botol 5.000 1.100.000
Total 71.400.01
6. Tahap pendewasaan
Bahan Takaran Harga (Rp) Biaya (Rp)
Polybag Perbandingan 1:1:4 13.330 287.661
Pupuk kandang 10.000 215.800
Tanah tidak ada
Total 503.461

Anda mungkin juga menyukai