BBDM 2
BBDM 2
BBDM 2
Disusun oleh:
Aryadewa Nugrahadinusra Prayoga
22010220130007
Dosen Pengampu
drg. Gunawan Wibisono, M.Si.MEd
Belajar Mandiri
a. Anatomi Pulpa
Pulpa gigi adalah bagian di tengah-tengah gigi yang terdiri dari jaringan hidup
yaitu jaringan ikat dan sel yang disebut odontoblast. Pulpa gigi merupakan bagian dari
kompleks dentin pulpa (endodontium). Vitalitas kompleks pulpa dentin, baik selama
kesehatan dan setelah cedera, tergantung pada aktivitas sel pulpa dan proses signaling
yang mengatur perilaku sel (Bath-Balogh & Fehrenbach, 2011).
Pulpa gigi adalah jaringan lunak yang terletak di tengah-tengah gigi. Jaringan
ini adalah jaringan pembentuk, penyokong, dan merupakan bagian integral dari dentin
yang mengelilinginya. Ukuran serta bentuk pulpa ini dipengaruhi oleh tahap
perkembangan giginya, yang terkait dengan umur pasien. Tahap perkembangan gigi
juga berpengaruh pada macam terapi pulpa yang diperlukan jika misalnya pulpa
terkena cedera.
Umumnya, garis luar jaringan pulpa mengikuti garis luar bentuk gigi. Bentu
garis luar ruang pulpa mengikuti bentuk mahkota gigi dan bentuk garis luar saluran
pulpa mengikuti bentuk akar gigi. Pulpa gigi dalam rongga pulpa berasal dari jaringan
mesenkim dan mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai pembentuk, sebagai
penahan, mengandung zat-zat makanan, mengandung sel-sel saraf atau sensori (Walton
& Mahmoud, 2008).
Pulpa menurut Walton & Mahmoud (2008) terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1. Ruang atau rongga pulpa, yaitu rungga pulpa yang terdapat pada bagian tengah
korona gigi dan selalu tunggal. Sepanjang kehidupan pulpa gigi mempunyai
kemampuan untuk mengendapkan dentin sekunder, pengendapan ini mengurangi
ukuran dari rongga pulpa.
2. Tanduk pulpa, yaitu ujung dari ruang pulpa.
3. Atap kamar pulpa, terdiri dari dentin yang menutup kamar pulpa sebelah oklusal
atau insisal.
4. Dasar pulpa, yaitu bagian terdasar dari kamar pulpa yang berwarna lebih gelap
dari daerah di sekitarnya.
5. Saluran pulpa atau saluran akar, yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian
akar gigi. Pada kebanyakan kasus, jumlah saluran akar sesuai dengan jumlah akar,
tetapi sebuah akar mungkin mempunyai lebih dari sebuah saluran.
6. Foramen apikal, yaitu ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada apeks akar
berupa suatu lubang kecil.
7. Supplementaru canal. Beberapa akar gigi mungkin mempunyai lebih dari satu
foramen, dalam hal ini, saluran tersebut mempunyai 2 atau lebih cabang dekat
apikalnya yang disebut multiple foramina/supplementary canal.
8. Orifice, yaitu pintu masuk ke saluran akar gigi. Saluran pulpa dihubungkan
dengan ruang pulpa. Adakalanya ditemukan suatu akar mempunyai lebih dari satu
saluran pulpa, misalnya akar mesio-bukal dari M1 atas dan akar mesial dari M1
bawah mempunyai 2 saluran pulpa yang berakhir pada sebuah foramen apikal.
b. Histologi Pulpa
1. Odontoblas
Odontoblas adalah sel pulpa yang paling khas. Sel ini membentuk lapisan
tunggal di perifernya dan mensintesis matriks yang kemudian termineralisasi dan
menjadi dentin. Di bagian mahkota ruang pulpa terdapat odontoblas yang jumlahnya
banyak sekali dan bentuknya seperti kubus serta relatif besar. Jumlahnya di daerah itu
sekitar 45.000 dan 65.000/mm2. Di daerah serviks dan tengah-tengah akar jumlahnya
lebih sedikit dan tampilannya lebih gepeng (skuamosa).
2. Preodontoblas
3. Fibroblas
Fibroblas adalah tipe sel yang paling umum terlihat dalam jumlah paling besar
di pulpa mahkota. Sel ini menghasilkan dan mempertahankan kolagen serta zat dasar
pulpa dan mengubah struktur pulpa jika ada penyakit. Seperti odontoblas, penonjolan
organel sitoplasmanya berubah-ubah sesuai dengan aktivitasnya. Makin aktif selnya,
makin menonjol organel dan komponen lainnya yang diperlukan untuk sintesis dan
sekresi. Akan tetapi, tidak seperti odontoblas, sel-sel ini mengalami kematian
apoptosis dan diganti jika perlu oleh maturasi dari sel-sel yang kurang terdiferensiasi.
Sel ini merupakan sumber bagi sel jaringan ikat pulpa. Sel perkusor ini
ditemukan di zona yang kaya akan sel dan inti pulpa serta dekat sekali dengan
pembuluh darah. Tampaknya, sel-sel ini merupakan sel yang pertama kali membelah
ketika terjadi cedera. Sel ini akan berkurang jumlahnya sejalan dengan meningkatnya
kalsifikasi pulpa. Dan berkurangnya aliran darah akan menurunkan kemampuan
regeneratifnya.
Patogenesis pulpitis diawali dari terjadinya karies yang disebabkan oleh daya
kariogenik dari bakteri yang timbul karena adanya produksi asam laktat. Akibatnya,
PH cairan di sekitar gigi tersebut menjadi rendah atau bersifat asam. Kondisi
tersebut cukup kuat untuk melarutkan mineral-mineral pada permukaan gigi sehingga
gigi menjadi erosi. Jika karies sudah mencapai email-dentin, karies akan menyebar
ke segala arah dentin menjadi luas, akhirnya sampai ke pulpa.
Setelah karies sampai ke pulpa, maka terjadilah proses inflamasi pada pulpa.
Kemudian terjadi pelepasan histamine dan bradikinin yang menyebabkan vasodilatasi,
sehingga permeabilitas kapiler meningkat, terjadi akumulasi sel PMN dan
peningkatan cairan intrerstisial di sekitar area inflamasi (edema lokal). Edema lokal
ini menyebabkan peningkatan tekanan di dalam pulpa sehingga dapat menekan saraf-
saraf yang di dalam pulpa dan jaringan sekitarnya. Gejala penekanan ini dapat
menyebabkan rasa nyeri ringan sampai kuat tergantung keparahan inflamasinya, yang
dipengaruhi oleh virulensi kuman, daya tahan tubuh, serta pengobatan yang
diberikan.
Faktor etiologi utama untuk peradangan pulpa adalah masuk bakteri atau
imunogen yang dikeluarkan oleh bakteri ke dalam pulpa gigi. Bakteri dapat masuk ke
pulpa gigi apabila adanya karies yang sudah sangat dalam, fraktur gigi yang mencapai
pulpa, anomali dentin, atau perforasi pulpa akibat tindak prosedur restorasi gigi.
Respon pulpa terhadap bakteri sangat bervariasi ini semua tergantung pada
proses perkembangan karies. Karies dapat berkembang dengan cepat (karies akut),
dengan perlahan-lahan (karies kronis), atau berhenti (karies arrested), namun dalam
perjalanannya, proses perkembangan karies ini sering berubah-ubah, ada periode yang
terkadang sangat aktif dan terkadang periodenya sangat tenang. Trowbridge
(2002) ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam menentukan tingkat serangan
karies, yaitu:
Daftar Pustaka
1. Astria, Nathania. Dkk. 2014. “Struktur Anatomi dan Fungsi Pulpa”. Surabaya:
Departemen Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga.
2. Walton, Richard E. Torabinejad, Mahmoud. 2008. “Prinsip dan Praktek Ilmu
Endodonsia”. Jakarta: EGC.
3. Yusuf, Destar Aditya. 2015. “Pulpitis Reversible”. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Sultan Agung.
4. Febrian. 2013. “Aspek Imunopatologis Periodontitis Apikalis”. Padang: Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Andalas.