Referat Pulpitis
Referat Pulpitis
Referat Pulpitis
Referat
PULPITIS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya
Oleh :
Julita Maulidina (22004101011)
Pembimbing
drg. Anny Rufaida, Sp. KG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas kasih karunia-Nya penulis dapat menyusun referat ini. Referat ini disusun
untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik madia tahun akademik 2020. Makalah
ini berisi referat dengan judul “Pulpitis” sesuai kasus yang diberikan oleh dokter
pembimbing.
Penulis berharap agar referat ini dapat dimanfaatkan dan dipahami baik
oleh penulis maupun pembaca. Segala kritikan dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan untuk pengembangan ilmu kedokteran yang dibahas dalam referat ini.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih, kususnya kepada dokter
pembimbing, drg. Anny Rufaida, Sp. KG yang telah memberikan waktu, tenaga
dan ilmu kepada penulis, serta teman sejawat yang telah mendukung penyusunan
referat ini.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gigi manusia terdiri dari dua macam jaringan, jaringan keras yaitu email dan
dentin serta jaringan lunak yang berada dalam gigi yaitu pulpa. Pulpa merupakan
bagian dalam gigi yang terdiri dari pembuluh darah, saraf, dan jaringan lunak
lainnya. Bagian ini berguna untuk memberikan nutrisi dan menghantarkan
rangsang dari luar gigi ke otak. Dengan demikian, gigi merupakan jaringan tubuh
yang sangat mudah mengalami kerusakan bilamana tidak memperoleh perawatan
yang semestinya.
Penyakit gigi dapat muncul dari dua keadaan yaitu menyerang jaringan
keras dan jaringan lunak gigi. Salah satu penyakit gigi yang menyerang jaringan
lunak pada pulpa disebut pulpitis. Pulpitis memiliki dua jenis yaitu reversibel dan
irreversibel. Pulpitis dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor.
Pulpitis sebagai salah satu masalah gigi dan mulut yang prevalensinya
cukup tinggi sehingga perlu mendapatkan perhatian. Prevalensi penyakit pulpa
dan periapeks relative tinggi di Indonesia. Daftar Tabulasi Dasar (DTD) tahun
2006 menyatakan bahwa penyakit pulpa dan periapeks menempati posisi ke-11
dari seluruh penyakit rawat jalan di Rumah Sakit Indonesia dengan jumlah 30,06
%. Masih banyaknya kasus penyakit pulpitis diharpakan penulis dapat
memberikan ilmu. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas laporan kasus
tentang pulpitis
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Jaringan gigi terdiri dari beberapa jaringan pembentuk. Secara garis besar,
jaringan pembentuk gigi ada tiga, yaitu email, dentin dan pulpa.
a. Email/ Enamel
Jaringan email merupakan jaringan yang paling luar berwana putih yang
menutupi mahkota gigi dan merupakan jaringan terkeras dari tubuh
manusia. Komposisi email terdiri dari jaringan anorganik 96%, organik 1%
dan sisanya adalah air. Komposisi inilah yang menyebabkan email sangat
kuat. Sesuai dengan bahan penyusun dan letaknya email berfungsi untuk
melindungi gigi dari rangsangan luar seperti panas, dingin, asam dan manis.
Matriks email dihasilkan oleh sel ameloblast.
b. Dentin
Dentin merupakan jaringan lapisan kedua dari struktur gigi dan merupakan
komponen terbesar dari gigi. Dentin terletak dibawah lapisan email dan
berwarna kuning serta jauh lebih lunak dari email. Komposisinya terdiri dari
hidroksi apatit 80%, dan zat antar sel organik 20% terutama terdiri atas
serat-serat kolagen dan glikosaminoglikans yang disentetis oleh sel yang
disebut sel odontoblast. Dentin merupakan sebagai atap dari pulpa atau
untuk melindungi pulpa.
c. Pulpa
Pulpa adalah kavitas yang terdapat pada bagian dalam gigi yang berisi
saraf dan pasokan darah ke gigi yang terbagi menjadi kamar pulpa
(dibagian koronal) dan saluran akar (didalam akar).
Pulpa dalah jaringan ikat yang terdiri dari saraf, pembuluh darah,
interstisial cairan, odontoblast, fibroblast, dan komponen seluler lainnya
(Anggrawati, 2014).
5
2.3 Epidemiologi
Pulpitis sebagai salah satu masalah gigi dan mulut yang prevalensinya
cukup tinggi sehingga perlu mendapatkan perhatian. Prevalensi penyakit pulpa
dan periapeks relative tinggi di Indonesia. Daftar Tabulasi Dasar (DTD) tahun
2006 menyatakan bahwa penyakit pulpa dan periapeks menempati posisi ke-11
dari seluruh penyakit rawat jalan di Rumah Sakit Indonesia dengan jumlah 30,06
%. Bahkan pada tahun 2009 dan 2010, berdasarkan pola 10 penyakit terbesar pada
pasien rawat jalan di Rumah Sakit Indonesia, penyakit pulpa dan periapeks
6
A) Cedera mekanis
I. Trauma:
1. Cedera traumatis mungkin atau tidak disertai dengan patahnya mahkota
gigi atau akar.
2. Lebih banyak pada anak-anak daripada pada orang dewasa.
3. Kebiasaan seperti
• Membuka pin botol dengan gigi,
• Bruxisme kompulsif,
• Menggigit kuku dll
4. Selain itu prosedur gigi tertentu kadang-kadang melukai pulpa:
• Paparan pulpa selama pembersihan struktur gigi karies.
• Malleting pengisian emas-foil tanpa dasar semen yang memadai.
• Pemisahan gigi yang cepat melalui pemisah mekanis.
• Gerakan gigi yang terlalu cepat selama perawatan ortodontik.
II. Sindrom gigi retak
1. Patah tulang yang tidak lengkap melalui tubuh gigi dapat menyebabkan
rasa sakit yang tampaknya asal idiopatik. Ini disebut sebagai "sindrom
gigi retak".
2. Pasien biasanya mengeluh sakit, mulai dari ringan hingga berat, pada
pelepasan tekanan menggigit.
3. Diagnosis gigi retak dapat dilakukan dengan:
Ⅰ. Pewarna atau transilluminating gigi retak.
ii. Menggunakan slot gigi.
4. Restorasi mahkota. (Jika fraktur hanya melibatkan enamel & dentin)
8
III. Barodontalgia
1. Barodontalgia, juga dikenal sebagai aerodontalgia menunjukkan sakit
gigi yang terjadi pada tekanan atmosfer rendah di ketinggian tinggi.
2. Gigi dengan pulpitis kronis dapat tanpa gejala di permukaan tanah,
tetapi dapat menyebabkan rasa sakit di ketinggian.
3. Barodontalgia umumnya telah diamati di ketinggian antara 5000-10000
feet.
4. Melapisi rongga dengan pernis atau dasar semen seng-fosfat, dengan
sub dasar semen seng oksida-eugenol di rongga dalam, membantu
mencegah barodontalgia.
VI. Patologi
Pulpa juga dapat terpapar atau hampir terkena oleh patologis gigi dari
abrasi jika dentin sekunder tidak diperbaiki dengan cepat.
B) Termal:
1. Panas.
2. Gesekan panas yang disebabkan oleh polishing restorasi
3. Panas eksotermik dari pengaturan semen.
4. Konduksi langsung panas dan dingin melalui tambalan dalam tanpa
dasar pelindung (Ali and Mulay, 2015).
Pulpitis ireversible :
1. Inspeksi umumnya mengungkapkan rongga dalam meluas ke pulpa.
2. Permukaan pulpa terkikis disertai bau sering hadir di daerah ini.
3. Radiograf juga dapat menunjukkan paparan pulpa (Ali and Mulay,
2015).
4. Kavitas dalam yang mencapai pulpa atau karies dibawah tumpatan
lama, dilakukan anamnesis menunjukkan pernah mengalami rasa sakit
yang spontan, klinis terlihat kavitas profunda, dan tes vitalitas
menunjukkan rasa sakit yang menetap cukup lama
10
2.9 Prognosis
Pulpitis reversible lebih baik jika iritasi disingkirkan lebih awal, jika tidak
Pulpitis irreversible, prognosis gigi lebih baik jika pulpa dilepas dan jika
gigi mengalami terapi endodontik dan pemulihan (Ali and Mulay, 2015).
12
BAB III
KESIMPULAN
macam etiologi seperti fisik, kimia, bakteri. Penatalaksanaan sesuai dengan gejala,
DAFTAR PUSTAKA
13
92-97