Makalah Teknologi Agribisnis - Kelompok 7

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN AGRIBISNIS

“Manajemen Teknologi Agribisnis”

Dosen Pengampu : HENDRA SAPUTRA

Disusun Oleh:

Devi Tesya Ria Uly Situmorang 7193510016

Dini Arfah Laily S 7193510060

Irma Shintya Sianturi 7193510019

Sri Lili Dewi 7193510027

Gilang Maarif 7193510028

MANAJEMEN C 2019

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami ucapkan kepada Tuhan yang maha esa  yang memberikan 
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran
kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen
Teknologi Agribisnis” tepat pada waktunya.
       Dalam penyusunan makalah ini, Kenulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, Kenulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Hendra Saputra atas bimbingan, dan arahan yang telah di
berikan kepada penulis.
Kami sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Manajemen Teknologi dalam
Agribisnis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan Makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Semoga Makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik
dan saran yang membangun dari Anda semua demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.

Medan, April 2021

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

1.1. Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan......................................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3

2.1. Pengertian Teknologi...................................................................................................3

2.2. Pengertian Agribisnis...............................................................................................4


2.3. Pengertian Agribisnis Peternakan............................................................................5
2.4. Pemanfaatan Teknologi dalam Agribisnis...............................................................6
2.5. Manajemen, Teknologi, dan Agribisnis...................................................................7

Contoh Kasus ..............................................................................................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................10

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................10

3.2. Saran...........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di masa orde baru pemerintah Indonesia cenderung lebih mengutamakan teknologi canggih
yang berbasis impor yang akibatnya teknologi tersebut berkembang subur di era orde baru
diantaranya adalah industri perkapalan, industri pesawat terbang, dan industri persenjataan.
Di masa orde baru, pengembangan teknologi dianggap tidak menyejahterakan rakyat.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat itu bersifat semu atau tidak seperti yang sebenarnya.
Pada masa orde baru, visi teknologi adalah bagaimana menciptakan suatu teknologi yang
canggih tanpa memperhatikan potensi alam yang dimiliki bangsa Indonesia. (Gumbira-Sa’id
dkk,2001:13)
Di masa reformasi akhirnya pemerintah Indonesia memilih kebijakan teknologi yang utama
adalah pengembangan teknologi di bidang agribisnis. Pemerintah Indonesia menjadikan
agribisnis sebagai salah satu usulan unggulan teknologi nasional yang sangat tepat. Mengapa
demikian? Karena Indonesia memiliki keunggulan komparatif seperti sumber daya alam yang
melimpah, jumlah tenaga kerja yang besar, dan pasar yang besar. Oleh karena itu, sebaiknya
dijadikan basis untuk mengembangkan teknologi dengan kondisi sosial budaya yang tepat.
Untuk itu saya mengambil Judul makalah “Manajemen Teknologi Agribisnis” karena saya
ingin memaparkan bagaimana pemanfaatan teknologi dalam Agribisnis dan pentingnya
Manajemen dan Teknologi dalam mengelola Agribisnis. Seperti kita ketahui bahwa di masa
global mendatang, hanya ada Negara-negara yang dapat menguasai teknologi yang baik yang
bisa berada di barisan ekonomi dunia. Oleh karena itu, di abad teknologi ini, peranan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) sangat menonjol dalam setiap aspek kehidupan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Teknologi
2. Apa Pengertian Agribisnis
3. Apa Pengertian Agribisnis Peternakan
4. Bagaimana  Pemanfaatan Teknologi dalam Agribisnis
5. Bagaimana Manajemen, Teknologi, dan Agribisnis
1.3 Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk mempelajari secara mendasar mengenai Manajemen
agribisnis menjelaskan “Manajemen Teknologi Agribisnis” yang meliputi Pengertian
Teknologi, Pengertian Agribisnis, Pengertian Agribisnis Peternakan, Pemanfaatan Teknologi
dalam Agribisnis, Manajemen, Teknologi, dan Agribisnis.

1.4 Manfaat
Untuk memberikan informasi dan masukan mengenai manajemen sumber daya manusia
agribisnis yaitu materi “Manajemen Teknologi Agribisnis”
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teknologi

“Teknologi pada hakikatnya melekat pada kehidupan manusia mulai dari teknologi yang
paling sederhana sampai pada yang paling canggih. Teknologi dapat diartikan sebagai proses
yang meningkatkan nilai tambah, produk yang digunakan dan/atau dihasilkan dalam proses
dan sistem di mana proses dan produk merupakan bagian integral.” (Yusufhadi Miarso,2007).
Selanjutnya ada seorang ahli sosiologi lainnya yang memberikan definisi mengenai
teknologi. Castells (2004) dalam buku Manajemen Teknologi Agribisnis menyebutkan bahwa
teknologi merupakan suatu kumpulan alat, aturan dan juga prosedur yang merupakan
penerapan dari sebuah pengetahuan ilmiah terhadap sebuah pekerjaan tertentu dalam suatu
kondisi yang dapat memungkinkan terjadinya pengulangan.
Berikut adalah pengertian teknologi secara umum :
 Teknologi adalah sebuah metode praktis yang digunakan untuk menciptakan sesuatu
yang berguna dan bisa digunakan secara berulang kali.
 Teknologi diciptakan oleh manusia, banyak berhubungan dengan kegiatan praktis
yang dilakukan manusia sehari hari.
 Penciptaan dan juga pengembangan dari sebuah teknologi adalah untuk tujuan
pengembangan diri manusia, dimana teknologi memang sengaja diciptakan untuk
membantu mempermudah pekerjaan dan aktivitas manusia.
 Dasar keilmuan yang dimilki oleh teknologi adalah keilmuan sain, yang merupakan
versi praktis atau praktikal dari sebuah sains.
 Setiap teknologi bisa diciptakan dan juga dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
juga kemampuan yang dimiliki manusia. Batasan dari sebuah teknologi hanyalah
pikiran manusia. Selama manusia bisa mencari ide – ide baru, maka pengembangan
teknologi tidak akan pernah berhenti.
Dengan bantuan teknologi, manusia cenderung mempunyai banyak pilihan dalam
mengembangkan bidang-bidang yang diminatinya. Salah satunya, pilihan yang dapat
ditawarkan untuk pengembangan agroindustri (Gumbira Sa’id et al,2001:21), yakni :
a. Jenis teknologi, prospek, cara penerapan, dan pasar;
b. Jumlah modal yang harus ditanamkan (biasanya disesuaikan dengan besar kecilnya skala
usaha yang akan dilaksanakan);
c.  Cara penanaman modal, baik melalui penanaman modal asing (PMA), penanaman modal
dalam negeri (PMDN), atau non PMA- PMDN;
d.  Produk dan nilai tambahnya.

Selain itu, di dalam buku Manajemen Teknologi Agribisnis, Hubeis(1993) juga melakukan
pembagian tipologi teknologi ke dalam empat kelompok teknologi, yaitu :
1.  Teknologi standar dengan system produksi standar, peralatan standar, dan pekerja
berkualifikasi sedang (contoh : susu pasteurisasi, sirup, dan selai buah-buahan skala
menengah);
2.  Teknologi mutakhir dengan system produksi kompleks, peralatan kompleks dan pekerja
berkualifikasi tinggi (contoh : industri makanan dan minuman kaleng, kultur jaringan, dan
industri kertas);
3.  Teknologi tradisional dengan system produksi standar, peralatan tidak banyak, dan pekerja
kurang berkualifikasi (contoh : industri rumahan gula merah batok, kerupuk sagu, dan ikan
asin);
4.  Teknologi transisi dengan system produksi standar, peralatan sederhana sampai modern,
dan pekerja kurang berkualifikasi (contoh : industri tempe dan tahu skala menengah, industri
pakan ternak, dan nata de coco skala menengah)

2. 2 Pengertian Agribisnis
Agribisnis dapat didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan meliputi manufaktur, distribusi
kebutuhan usaha tani,ternak , proses produksi usaha tani atau ternak, penyimpanan,
pengolahan, serta distribusi hasil atau komoditas dari usaha tani atau ternak dan jenis lainnya.
Definisi lain yang dapat disebutkan mengatakan bahwa agribisnis adalah setiap kegiatan
perusahaan yang dimaksudkan untuk mencapai laba, meliputi bahan-bahan pertanian atau
pengolahan, pemasaran, transportasi, serta distribusi material dan produk- produk konsumen.
(Diktat,2007)
Pengelolaan sumber daya alam serta perubahan teknologi dan kelembagaan sedemikian rupa
untuk menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi
generasi sekarang dan mendatang.
Pembangunan pertanian, kehutanan, dan perikanan harus mampu mengkonservasi tanah, air,
tanaman dan hewan, tidak merusak lingkungan, serta secara teknis tepat guna, secara
ekonomi layak, dan secara sosial dapat diterima. Pengertian di atas membawa
beberapa implikasi pembangunan berwawasan lingkungan, yaitu:
a. Menjamin terpenuhinya secara berkesinambungan kebutuhan dasar nutrisi bagi
masyarakat, baik untuk generasi masa kini maupun yang akan datang,
b. Dapat menyediakan lapangan kerja dan pendapatan yang layak yang memberikan tingkat
kesejahteraan dalam kehidupan yang wajar,
c. Memelihara kapasitas produksi peternakan yang berwawasan lingkungan,
d. Mengurangi dampak kegiatan pembangunan peternakan yang dapat menimbulkan
pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan hidup, dan
e. Menghasilkan berbagai produk peternakan, baik primer maupun hasil olahan, yang
berkualitas dan higienis serta berdaya saing tinggi.

2.3 Pengertian Agribisnis Peternakan


Agribisnis tidak hanya dalam bidang pertanian melainkan terdapat juga agribisnis dalam
bidang peternakan. Agribisnis dalam bidang peternakan hampir sama dengan agribisnis
dalam bidang pertanian yaitu meliputi kegiatan manufaktur, penyimpanan, pengolahan serta
distribusi hasil kepada masyarakat. Pada awalnya pemeliharaan ternak oleh masyarakat
hanya untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga. Namun demikian, sejalan
dengan perkembangan zaman, kegiatan peternakan telah mengalami banyak perubahan dan
perkembangan yang mengarah pada bentuk usaha sebagai sumber pendapatan. Agar dalam
menjalani usaha peternakan bisa menguntungkan maka dibutuhkan pengelolaan efektif dan
efisien yang diistilahkan dengan sebutan agribisnis peternakan.
     Menurut Rahardi dan Hartono (2006:5) Agribisnis peternakan merupakan sistem
pengelolaan ternak secara terpadu dan menyeluruh yang meliputi semua kegiatan mulai dari
manufaktur, distribusi, penyimpanan, dan pengolahan, serta penyaluran dan pemasaran
produk peternakan yang didukung oleh lembaga penunjang seperti perbankan dan kebijakan
pemerintah.
2.4 Pemanfaatan Teknologi dalam Agribisnis
Teknologi sangat berperan penting dalam Agribisnis. Banyak sekali manfaat teknologi dalam
sektor agribisnis, baik itu agribisnis peternakan maupun agribisnis pertanian. Berikut ini
adalah pemanfaatan teknologi dalam Agribisnis baik peternakan maupun pertanian :
a. Aplikasi Teknologi dalam Pengembangan Agribisnis Jeruk
Beberapa subkomponen teknologi seperti penggunaan perangkap kuning, penyiraman tanah
dengan insektisida, penggunaan sex feromon, pemberongsongan, pemangkasan arsitektur,
penyiraman, pemanenan secara benar, dan konsolidasi pengelolaan kebun, memiliki sifat
inovasi yang berkategori nilai rendah. Subkomponen teknologi yang paling menonjol
walaupun baru dikenal petani namun paling cepat dan mudah diadopsi atau diaplikasikan
adalah penggunaan teknologi penyaputan batang dengan bubur Kalifornia. (Ridwan, H.K. et
al.2008).
b. Pemerah Susu Sapi dengan Menggunakan Mesin
Metode pemerahan susu sapi dahulu kala hanya dengan cara tradisional atau memerah
dengan tangan sendiri. Namun sekarang para peternak sapi dapat menghasilkan susu dari
sapinya selain memerah dengan tangan tapi juga terdapat alat modern yakni dengan
menggunakan mesin pemerah susu.
Bagaimana Anda menggunakannya? Anda tinggal memasukan alat pemerah susu tersebut ke
setiap puting sapi betina, lalu otomatis mesin itu menyedot susu sapi kemudian
menampungnya di tempat penampungan dari mesin tersebut. Dengan alat ini susu sapi dapat
Anda peroleh dengan sangat praktis. Anda dapat menghemat waktu karena prosesnya lebih
cepat dibandingkan dengan cara tradisional (memakai tangan) juga hasil perolehan liter susu
sapi lebih banyak. Apabila menggunakan tangan, susu yang bisa diperoleh dari seekor sapi
sehat bisa mencapai 8-9 liter. Namun, apabila menggunakan mesin bisa mencapai 11-12 liter.
Selain itu, susu sapi yang dihasilkan lebih higienis apabila menggunakan mesin.
c. Alat Penanam Padi Jarwo Transplanter
Alat ini direkomendasikan oleh bagian penelitian dan pengembangan (Litbang)
Kementerian Pertanian.Jarwo merupakan kependekan dari jajar legowo dari jawa timur.
Konsep alat ini adalah memberikan jarak yang pas antara satu barisan padi dan barisan padi
lainnya. menururt riset, sistem ini ternyata mampu meningkatkan produksi sampai dengan
30%. Selain itu jarak yang lebar anatar baris juga memudahkan untuk pemeliharaan tanaman
padi. 
Masih banyak lagi teknologi yang digunakan dalam Agribisnis. Tentunya teknologi tersebut
dapat membantu para petani dan peternak dalam mengolah ladang mereka. Teknologi
tersebut memiliki manfaat namun juga dapat merugikan. Manfaat teknologi sudah jelas
seperti yang diatas yaitu dapat membantu petani atau peternak dalam mengelola ladang
mereka. Namun, kerugian akibat dampak teknologi adalah sebagai berikut:
a. Rusaknya tanah pertanian akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan terus
menerus
b.Pekerjaan manusia digantikan oleh teknologi. Jadi, semakin banyak pengangguran
c.Tekanan terhadap tanah yang dihasilkan oleh traktor dan perlengkapannya dapat
menyebabkan pemadatan yang signifikan terhadap lapisan tanah dan juga menghambat
pertumbuhan tanaman).

2.5 Manajemen, Teknologi, dan Agribisnis


Manajemen dalam bidang agribisnis mencakup semua aktivitas yang menerapkan berbagai
prinsip dan pengetahuan umum manajemen yang baku pada kegiatan agribisnis. Dalam
mengelola kegiatan agribisnis, pihak manajemen perlu berkreasi dalam melakukan suatu
terobosan dengan menggunakan keahlian yang unik. Hal ini dikarenakan sifat agribisnis itu
sendiri yang unik.
Menurut Rachmayanti dalam (Gumbira-Sa’id et al,2001:24) Terdapat delapan hal penting
yang menyebabkan manajemen dalam agibisnis bersifat unik yaitu :
 a. Banyak jenis bisnis yang dapat dilakukan dalam sector agribisnis, yakni mulai dari lahan
pertanian sampai ke pengangkutan, pengolahan, penjualan, pengemasan, penyimpanan,
rumah makan, dan lain-lain
b. Terdapat banyak bisnis yang berbeda yang dapat dilakukan untuk menangani perpindahan
barang dari petani ke konsumsi melalui pedagang pengecer
c. Pada dasarnya hampir semua usaha dalam bidang agribisnis berhubungan secara langsung
atau tidak langsung dengan para petani produsen pangan dan serat. Tidak ada industri lain
pun yang dibangun di sekitar produsen bahan baku
d. Skala agribisnis beragam, dari ukuran raksasa sampai dengan ukuran rumah tangga
e. Skala agribisnis biasanya kecil dan harus bersaing di pasar bebas, di mana terdapat banyak
penjual dan sedikit pembeli. Jumlah dan ukuran agribisnis biasanya tidak dapat membentuk
perusahaan monopoli. Pada agribisnis tertentu, diferensiasi produk juga sangat sulit terjadi
f.  Agribisnis cenderung bersifat konservatif, dibandingkan dengan jenis bisnis lainnya. Hal
ini dikarenakan filosofi hidup para petani yang tradisional
g. Agribisnis cenderung berorientasi pada keluarga. Oleh karena itu, banyak usaha dalam
agribisnis yang dikelola oleh keluarga
h. Agribisnis juga cenderung berorientasi kepada masyarakat. Pada umumnya mereka
bertempat tinggal di kota-kota kecil atau pelosok pedesaan.
“Karena bagaimanapun juga suatu usaha akan berjalan baik apabila memiliki manajemen
perusahaan yang tertata dengan baik. Manajemen perusahaan yang semakin baik akan
berpengaruh terhadap reputasi perusahaan dimata semua pihak, baik pembeli, pemasok dan
investor.” (Amalia Sholehana et al.2012)
Dengan memperhatikan delapan faktor tersebut diatas, manajemen dalam bidang agribisnis
merupakan seni dalam menyukseskan penerapan prinsip-prinsip manajemen yang baku,
untuk memenuhi hasil-hasil yang diinginkan, dengan menggunakan berbagai sumber daya
yang terdapat pada perusahaan agribisnis tersebut.
Teknologi secara tidak langsung terkait dengan sistem ekonomi, budaya dan politik.
Perubahan-perubahan teknologi yang terjadi, baik oleh sebab ekonomi, budaya, maupun
politik, dapat menimbulkan dampak positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu, manajemen teknologi diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan manfaat yang diperoleh. Dalam bidang bisnis manajemen teknologi juga
berkaitan erat dengan kegiatan operasional peternakan untuk menghasilkan produk dan jasa
bermutu tinggi.
Menurut Tjakraatmadja (1997), manajemen teknologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan untuk memaksimumkan nilai tambah suatu teknologi dengan cara melakukan
proses manajemen yang tepat. Dengan adanya fungsi manajemen tersebut, maka ruang
lingkup penerapan manajemen teknologi dalam bidang agribisnis menjadi sangat luas, mulai
dari perencanaan teknologi sampai dengan pengawasan teknologi dalam rangka mencapai
nilai tambah yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen.
Sudi Kasus

Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan sayuran rempah yang dikonsumsi


oleh rumah tangga masyarakat Indonesia sebagai bumbu masakan sehari-hari dan bahan baku
industri. Bawang merah bersama komoditas lainnya seperti padi, jagung, kelapa, kakao,
temulawak, manggis, jarak pagar, ubi kayu, jeruk, dan sapi merupakan komoditas unggulan
yang diprioritaskan dalam rencana pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
periode 2005-2009. Rencana pengembangan agribisnis bawang merah salah satunya yaitu
diprioritaskan pada penanganan pasca panen dan pengolahan untuk peningkatan nilai tambah.
Hal ini mengingat bahwa bawang merah adalah salah satu sumber pendapatan petani maupun
ekonomi Negara. Terkadang harga bawang merah di pasaran sering mengalami fl uktuasi
namun usahatani bawang merah tetap menjadi andalan usaha petani dan permintaan akan
bawang merah terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, tidak hanya
di pasar dalam negeri tetapi berpeluang juga ke pasar ekspor (Departeman Pertanian, 2006).
Potensi Jawa Barat pada tahun 2013 memiliki angka konsumsi per kapita untuk
bawang merah adalah sekitar 2,016 kg/kapita. Jika diasumsikan bahwa seluruh kepala
mengkonsumsi bawang merah maka Provinsi Jawa Barat membutuhkan bawang merah
sekitar 92.796,5 ton. Fluktuasi harga bawang merah masih menjadi permasalahan di pasar
bawang merah. Hal ini dikarenakan distribusi yang tidak merata sepanjang tahun serta
mekanisme stok yang belum berjalan dengan baik sehingga produksi saat in season (panen
raya) belum mampu mencukupi kebutuhan saat off season (paceklik)
Pada tahun 2013 produksi bawang merah di Provinsi Jawa Barat sebesar 98.42% yang
dihasilkan oleh 5 sentra produksi utama yaitu Kabupaten Cirebon, Kabupaten Bandung,
Garut, Majalengka, dan Kuningan. Produksi di Kabupaten Majalengka terbesar berasal dari
Kecamatan Argapura yaitu daerah dataran tinggi. Walaupun produksi Majalengka dapat
dikatakan cukup potensi namun produktivitas masih rendah dan tidak merata diantara tiga
dataran penghasil produksi bawang merah tersebut.
Kebutuhan bawang merah terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan
penduduk dan daya beli. Tetapi terdapat beberapa kendala dalam usaha bawang merah. Salah
satu kendala utama adalah terjadinya fluktuasi harga yang tidak menentu. Turun naiknya
harga tidak dapat dipastikan, tergantung dari kondisi pasar. Setiap daerah umumnya memiliki
kondisi pasar yang berbeda-beda sehingga mengakibatkan perbedaan harga antara daerah satu
dengan lainnya. Salah satu sebab dari masalah ini adalah adanya ketergantungan produksi
terhadap musim. Pada musim panen jumlah produksi melimpah, sedangkan pada musim
paceklik terjadi sebaliknya. Jumlah produksi yang melimpah akan menyebabkan turunnya
harga dipasaran karena tingkat penawaran yang lebih besar dari permintaan. Keadaan akan
berubah sebaliknya jika jumlah produksi lebih rendah dari yang dibutuhkan sehingga
mengakibatkan harga naik. Melihat hal ini serta pertimbangan bawang merah merupakan
produk yang mudah rusak (perishable), maka pendirian industri berbasis komoditas bawang
merah memiliki prospek yang cukup tinggi. Bawang merah dapat diolah sedemikian rupa
sehingga mempunyai nilai tambah. Hal ini sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat akan bawang merah dan menghindari fl uktuasi harga yang disebabkan produksi
yang tidak menentu. Selain dijual dalam bentuk bawang segar, berbagai produk olahan dapat
dihasilkan dari komoditas bawang. Dalam industri makanan, umbi bawang merah sering
diolah sehingga mempunyai nilai tambah seperti irisan kering, bawang goreng, bubuk
bawang merah, oleoresin, minyak bawang, acar, dan pasta (Nugraha, 2016).
Di Kabupaten Majalengka, permintaan akan bawang merah semakin meningkat
mengingat kebutuhan akan bawang dalam konsumsi sehari-hari begitu pula seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk, namun demikian belum ditunjang dengan pengembangan
agroindustri dari bawang merah tersebut. Proses pengolahan dari bawang merah diKabupaten
Majalengka masih sangat sederhana yang masih dilakukan pada industri rumahan dan belum
banyak peminat untuk proses olahan tersebut dikarenakan biaya bahan baku masih belum
seimbang dengan proses pengolahan yang mempengaruhi pada harga jual dari bawang
olahannya.
Agribisnis bawang merah dari hulu sampai hilir sangat memungkinkan untuk
berkembang jika terjadi keterpaduan dari masing-masing subsistem dan saling memperoleh
keuntungan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melihat suatu usaha atau usahatani
layak atau tidak adalah aspek:
(1) peluang produksi,
(2) peluang pasar,
(3) potensi sumber daya alam,
(4) sumber daya manusia/skill,
(5) potensi industri pengolahan, dan
(6) teknologi yang dapat menunjang usaha tersebut.

Pengembangan agroindustri diarahkan agar dapat menciptakan keterkaitan yang lebih


mendukung dalam meningkatkan nilai tambah dan meningkat kan kegiatan ekonomi. Jika
agroindustri di hilir berkembang maka kebutuhan bahan bakunya akan menyerap produk
usahatani di hulu. Demikian seterusnya hal ini akan menyerap produk input di subsektor yang
lebih hulu. Maka dari itu jika salah satu subsektor bisnis berjalan lancar dan selalu
mengintegrasikan subsektor lainnya maka agribisnis sebagai suatu sistem akan berkembang
bersama-sama (Ariadi dan Relawati, 2010).
Permasalahan utama yang dihadapi dalam mengembangkan usahatani bawang merah
saat ini adalah masih rendahnya produktivitas dari bawang merah dan harga masih berfl
uktuasi begitu pula dengan proses pengolahan untuk industi bawang masih rendah sehingga
perlu dikaji integrasi antar subsistem dalam mengembangkan agribisnis bawang merah yang
kuat dan adil.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :


1. Agribisnis sudah menjadi pola sosial budaya masyarakat di Indonesia dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi dan kebutuhan pangan di Indonesia. Baik itu agribisnis peternakan
maupun agribisnis pertanian.
2. Teknologi sangat berperan penting dalam membantu para peternak dan petani dalam
mengelola Agribisnis. Tetapi, disisi lain terdapat juga kerugian yang diakibatkan oleh
teknologi. Oleh karena itu, kita harus memiliki manajemen yang baik dalam Agribisnis.
3. Dalam agribisnis kita harus bisa menyeimbangkan manajemen dan teknologi karena
diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat yang
diperoleh. Dalam bidang bisnis manajemen teknologi juga berkaitan erat dengan kegiatan
operasional peternakan untuk menghasilkan produk dan jasa bermutu tinggi.

3.2 Saran
Dalam penerapan manajeman teknologi agribisnis kita harus mengetahui bagaimana proses
pengembangan teknologi tersebut, terutama bagaimana kita menaggapi dengan menyesuaikan
dengan teknologi tersebut didasari dengan ilmu pengetahuan, dalam penerapan peran
teknologi dalam agribisnis, menjangkau ruang lingkup manajemen teknologi, serta penerapan
pengembangan bioteknologi dalam agrobisnis agar negarakita ini mampu bersaing dalam
bidang pertanian di dunia, bersaing secara penerapan teknologi dan hasil berdasarkan kualitas
dan kuantitas.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia Sholehana et al (2012) “Formulasi Strategi Peningkatan Produksi Domba” : Jurnal


Manajemen & Agribisnis 9:77-85

Gumbira Sa’id, Rachmayanti, dan MZ Muttaqin. 2001. “Manajemen Teknologi Agribisnis”.


Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia,

Hubeis,M. 1993. “Menuju Industri Kecil Profesional di Era Globalisasi Melalui


Pemberdayaan Manajemen Industri”. Bogor: Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Manajemen Industri, Institut Pertanian Bogor

http://agribisnisbarito.blogspot.co.id/2011/10/apa-itu-agribisnis.html

http://erakini.com/teknologi-pertanian/

https://id.wikipedia.org/wiki/Agribisnis

http://dosenit.com/kuliah-it/teknologi-informasi/pengertian-teknologi-menurut-para-ahli

http://rudimenulis.blogspot.co.id/2012/09/pemerahan-susu-sapi-mesin-tradisional.html

http://hocuspocus23.blogspot.co.id/2012/12/dampak-mesin-traktor-bidang-pertanian.html

Rahardi, F dan Hartono, Rudi. 2006. “Agribisnis Peternakan” . Depok : Penebar Swadaya

Ridwan, H.K et al (2008) “Sifat Inovasi dan Aplikasi Teknologi Pengelolaan Terpadu Kebun
Jeruk Sehat dalam Pengembangan Agribisnis Jeruk” : Jurnal Hort 18:477-490
Tjakraatmadja, J.H. 1997. “Manajemen Teknologi”. Bandung: Studio Manajemen Teknik
Industri, Institut Teknologi Bandung

Miarso, Yusufhadi (2007) “Teknologi yang Bersifat Humanis” :  Jurnal Pendidikan Penabur
09:50-58

Anda mungkin juga menyukai