4596 10026 1 SM
4596 10026 1 SM
4596 10026 1 SM
Oleh
Astri Adriani Allien
Pengajar Jurusan Sastra Inggris
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
ABSTRACT
7
KONSEP MAGNANIMITY SEBAGAI TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM FILOSOFI PENDIDIKAN CHARLOTTE MASON
Oleh
Ellen Christiani Nugroho
Pengajar Jurusan Ilmu Perpustakaan
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
ABSTRACT
It is desirable that education will result not only intelligence, but also
noble character in students’ personality. This desire should first have
its base on strong philosophical answer for the question of why, i.e.
why must we educate at all. We then must examine deeply our vision
of education which will determine the course of our educational
method and action. Charlotte Mason provides us with the concept of
magnanimity as the desirable end result of character education. This
concept embraces holistic aspects of education: the academic, the
practical, the philosophical, and the spiritual. High thinking balanced
with lowly living, wide interests on different kinds of subjects, a
lifelong-lasting desire to learn are her some criteria of that desirable
end result. She insists that educators should hold grand vision and
aim as highest as possible, not merely limited by materialistic or
utilitarian scheme of success. Education then will become more than a
system, but a method, i.e. a flexible attempts to achieve substantially
clear educational goal.
8
Ada lagi pernyataan keras dari Situasi ini persis seperti yang
praktisi dan pemerhati pendidikan Paul digambarkan Charlotte Mason dalam
Suparno, SJ. Tanpa tedeng aling-aling volume bukunya yang pertama, Home
beliau mengklaim, “Di Indonesia tidak ada Education: “berkabut dan muram, belum
filosofi pendidikan.” Pendapat itu ia ada prinsip yang menyatukan, tujuan jelas
keluarkan setelah menilik UU Sisdiknas belum dirumuskan, belum ada satu filosofi
yang tidak disertai penjelasan latar pendidikan, gonta-ganti cara, kegagalan,
belakang pemikirannya (rationale). dan kekecewaan silih berganti yang
Masyarakat hanya disuruh menerima menandai rekam jejak pendidikan kita”.
undang-undangnya, tanpa tahu mengapa Kita gelisah, tapi kita bingung harus
undang-undang itu dirumuskan demikian. memperbaiki dari mana. Ya, dari mana
Dari telaahnya, Suparno harus kita luruskan benang ruwet ini?
menyimpulkan bahwa mulai dari dokumen Tak bisa tidak, saran Charlotte.
legal sampai praksisnya, pendidikan Kita harus lebih bersungguh-sungguh
Indonesia didominasi oleh pragmatisme. berupaya merumuskan filosofi pendidikan
Pragmatisme adalah suatu pendekatan kita. “Sama seperti arus sungai tak akan
berpikir yang tak mempedulikan benar lebih tinggi dari hulunya, upaya mendidik
atau tidaknya visi, yang penting adalah ada tidak akan bisa melampaui konsep
tidaknya manfaat. Dalam hal ini, yang pendidikan yang menjadi asal-usulnya.”
dijadikan patokan adalah manfaat dari segi (Vol. 1, hlm. i)
politis dan praktis – manfaat bagi pihak Merumuskan filosofi pendidikan
penguasa dan manfaat bagi dunia industri itu adalah kerja yang sangat menantang.
serta pasar kerja. Wajar saja jika Kita punya banyak peneliti dan ilmuwan
pendekatan semacam ini lantas pendidikan, tetapi seberapa banyak dari
menekankan keterampilan kejuruan belaka mereka yang mumpuni sebagai filsuf?
dengan mengesampingkan pembangunan Filosofi tidak bisa dikerjakan dengan
karakter siswa. Aspek kognitif didewa- bahasa statistik atau program komputer.
dewakan. Aspek nilai dan kebudayaan Filosofi selalu harus lahir dari pergulatan
dibuang, atau setidaknya didangkalkan batin manusia menghadapi pertanyaan-
(menjadi sekedar hafalan?). Cita-cita pertanyaan hakiki – jenis pertanyaan yang
pendidikan “manusia seutuhnya” hanya mengandung hikmah di dalam dirinya
ada di awang-awang. sendiri, lepas dari sudah ditemukan atau
belum jawabannya.
9
Dalam kegandrungan manusia menunjukkan tujuan dan cara
modern pada sains, bermilyar-milyar mencapainya akan menghasilkan depresi,
rupiah digelontorkan untuk melakukan bahkan tindakan-tindakan gila. Kita
berbagai penelitian empiris tentang mengutip adagium ini, motto itu, sepotong
pendidikan. Tetapi seberapa serius kita ide dari tempat lain lagi, menjadikannya
mendukung orang-orang yang mau satu koleksi carikan tambal sulam yang
berpikir secara filosofis? Padahal filosofi menyedihkan untuk menutupi
merupakan alat penting untuk ketelanjangan kita.” (Vol. 6, hlm. 334)
memperjernih visi yang mau kita capai. Cara terbaik mendekati filsafat,
Tanpa filosofi pendidikan yang jelas, kita kata Jostein Gaarder dalam novelnya
jadi seperti petani yang berupaya Dunia Sophie, adalah dengan mengajukan
membajak sawah dengan mata terpaku pertanyaan-pertanyaan mendasar. Kalau
kepada alat bajaknya, alih-alih ke titik begitu, pertanyaan apa yang sebaiknya kita
imajiner di horizon sana yang seharusnya ajukan lebih dulu dalam upaya
jadi patokannya untuk menghasilkan alur merumuskan filosofi pendidikan kita?
bajakan yang lurus. Rendahnya minat Saya mengutip satu alinea dari
baca, kreativitas, etos kerja, sampai budi buku bagus David Hicks, Norms and
pekerti dari lulusan sekolah-sekolah kita Nobility (1999). Saya terjemahkan bebas
menunjukkan bahwa merendahkan cita- demikian: “Pendidikan di setiap
cita pendidikan seringkali membuat kita jenjangnya mencerminkan asumsi-asumsi
tak berhasil memperoleh bahkan target dasar kita tentang hakikat manusia. Oleh
yang paling minim sekalipun. Anak-anak karena itulah, tak satu sistem pendidikan
kita sedang – dalam bahasa Charlotte – pun yang bisa pura-pura bodoh dalam
mengalami „malnutrisi spiritual‟ karena menyatakan sikap tentang apa itu manusia
sekolah-sekolah mengabaikan aspek hakiki dan apa tujuan hidupnya. Seorang pemikir
dari diri mereka, hanya berkonsentrasi pendidikan yang gagal menegaskan
mencetak mereka menjadi pekerja dan pandangannya mengenai manusia dengan
pencari nafkah tanpa mendidik karakter sendirinya mengundang polemik
mereka menjadi luhur. berkepanjangan. Dia mungkin
Kita perlu lebih dulu menunjuk menyelubungi premis-premisnya untuk
tegas ke arah satu tujuan akhir, baru kita memikat para pembaca yang mudah
bisa merancang upaya untuk sampai ke diperdaya lewat keterampilan menyusun
sana. “Gagal menemukan filosofi yang argumen yang seolah logis. Sesungguhnya,
10
entah dia mau atau tidak mau, selalu ada kosong, yang baru berisi jika dituangi
asumsinya tentang hirarki nilai-nilai pengetahuan oleh guru, atau ranting pohon
kemanusiaan. Keyakinannya tentang apa yang bisa dibengkak-bengkokkan ke arah
itu hakikat dan tujuan yang sepatutnya mana pun guru mau, atau lilin plastis yang
dikejar manusia akan menentukan resep bisa dibentuk sesuka hati para
yang ia rumuskan soal tujuan dan tugas pendidiknya, Charlotte meyakini anak-
pendidikan.” anak adalah jiwa dengan kedalaman dan
Ingin memperbaiki situasi kekayaan spiritual tak terbatas, ibarat obor
pendidikan Indonesia? Tariklah diri yang sudah penuh minyak, hanya
sejenak dari hiruk pikuk berbagai macam menunggu pantikan api kecil untuk bisa
proyek, pelatihan, penelitian, dan segala menyala berkobar-kobar.
macam kegiatan praksis. Mari kita Ketika para filsuf di negerinya
renungkan bersama-sama pertanyaan- berasumsi bahwa jiwa manusia itu tabula
pertanyaan ini dan coba menjawabnya: rasa, anak-anak ibarat lembaran putih
“(Si)apa sebenarnya manusia Indonesia polos yang menunggu untuk ditulisi,
itu? Apa yang pantas menjadi tujuan Charlotte berkata bahwa sejak semula anak
hidupnya?” Tulisan ini hendak menggali adalah pribadi yang utuh, terlahir lengkap
konsep filosofi pendidikan Charlotte dengan berbagai hasrat, emosi, hati nurani,
Mason tentang magnanimity sebagai dan bakat. Pribadi itu akan terus
tujuan akhir pendidikan karakter yang menyingkapkan diri, sampai terungkap
layak diburu oleh suatu sistem pendidikan. sepenuhnya, seturut pertambahan usianya.
Orangtua dan guru hanya membantu agar
B. PROFIL CHARLOTTE MASON pribadi itu mekar dalam segala kekuatan
latennya, mengatasi kelemahan-kelemahan
Charlotte Maria Shaw Mason
bawaannya.
(1842-1923) adalah tokoh pendidik
Ketika masyarakat di eranya
progresif dari Inggris era Victoria. Dia
menganggap bahwa anak-anak keluarga
pendidik yang berdedikasi, pemikir yang
miskin ditakdirkan menjadi orang
mumpuni, sekaligus penulis yang
berintelek rendah, percuma dididik karena
produktif. Ide-idenya berdampak besar
kelak tetap akan menjadi „keset sosial‟ dan
pada pendidikan Inggris masa itu dan terus
warga tak beradab; bahwa anak-anak
terasa relevan sampai era kontemporer ini.
perempuan cukup belajar di rumah saja
Ketika para edukasionalis di
sebab toh mereka hanya akan menjadi istri
zamannya menganggap anak seperti ember
11
dan pengurus rumah tangga, Charlotte yang anak terima di rumah membekaskan
menyuarakan pendidikan liberal bagi kesan mendalam yang akan menentukan
setiap anak tanpa membedakan ras, strata karakter dan karirnya kelak. ”Menjadi
sosial, ataupun gender. Ia yakin setiap orangtua itu luar biasa: tidak ada promosi,
anak terlahir setara, oleh karena itu berhak, kehormatan, yang bisa dibandingkan
dan mampu, mengenyam kesempatan dengannya. Orangtua seorang anak bisa
pendidikan yang setara. Namun untuk jadi membesarkan sosok yang kelak
menjalani metode pendidikan yang terbukti sebagai berkat bagi dunia.” (Vol.
“memuaskan anak-anak tercerdas dan 1, hlm. 1)
menyingkap inteligensi anak-anak Ketika para religius meyakinkan
terlamban” (Vol. 6, hlm. 28, 245), seorang orangtua untuk mengandalkan agama
guru pertama-tama harus yakin bahwa dalam membangun karakter dan moral
potensi kecerdasan itu memang tersimpan anak-anak mereka, Charlotte dengan
dalam diri semua anak. berterus terang berkata bahwa tidak cukup
Ketika para orangtua kebanyakan membesarkan anak hanya dengan berharap
memandang anak sebagai „harta milik‟ dan berdoa. Agama memang sangat
pribadi mereka, dan berpikir bahwa tugas penting dalam memberi inspirasi dan
mendidik anak cukup dipasrahkan kepada batasan moral, tetapi ada hukum-hukum
pengasuh, guru privat, dan lembaga Tuhan yang berlaku secara universal
sekolah, Charlotte menegaskan bahwa dalam mengasuh anak. Hukum-hukum
orangtua tidak boleh dengan seenaknya fisiologis dan psikologis, seperti
berkata, “Ini kan anakku! Aku bebas bagaimana otak bekerja atau bagaimana
mendidiknya dengan cara apa saja!”. proses kejiwaan anak berlangsung, bukan
Anak-anak adalah kekayaan yang milik eksklusif salah satu agama saja. Tak
dititipkan Tuhan dan umat manusia kepada ubahnya hukum gravitasi, orang yang taat
orangtua. Ibu dan ayah bertanggung jawab beragama akan merasakan kerugian besar
lebih dari siapa pun di bumi ini untuk jika melanggar hukum-hukum itu dan,
memastikan bahwa anak-anak itu akan sebaliknya, orang yang sekuler bisa
tumbuh menjadi pribadi yang membawa berhasil mendidik anak dengan baik jika
kebaikan bagi masyarakat. Dan pendidikan menaatinya.
di sekolah bukanlah yang terutama. Charlotte Mason lahir di Inggris
Sesungguhnya, kata Charlotte, pendidikan tahun 1842 dan menikmati pendidikan di
di rumah jauh lebih penting ketimbang rumah dari kedua orangtuanya, sebelum ia
pendidikan di sekolah, sebab pengaruh menjadi yatim piatu di usia enam belas
12
tahun. Tetapi sebelum tahun yang Inggris. Tak lama kemudian, para
menyedihkan itu, Charlotte muda sudah simpatisan itu bergerak membentuk
membulatkan tekad untuk mengabdi di Parents‟ Educational Union (kemudian
bidang pendidikan. Seorang perempuan berubah nama menjadi Parents National
progresif yang banyak berpikir, ia bekerja Educational Union/PNEU) yang bermisi
sambil merenung, membaca untuk melaksanakan filsafat dan metode
menulis, menguji teori-teori di dalam pendidikan Charlotte Mason.
praktek. Yang Charlotte cita-citakan Mencerminkan jiwa dari karya Charlotte,
adalah “a working philosophy of dalam anggaran dasar pendiriannya,
education”, filsafat pendidikan yang bukan disebutkan bahwa “Persatuan ini hadir
cuma bagus dalam teori, tapi betul-betul demi [memberi manfaat kepada] para
bisa dipraktekkan dan betul-betul efektif orangtua dan pendidik dari semua kelas
menyingkapkan segenap potensi fisik, [sosial].”
intelektual, mental, dan spiritual semua Tahun 1891, Charlotte pindah ke
anak. Motto hidup Charlotte adalah: For Ambleside untuk mendirikan House of
the children’s sake, semua demi anak- Education, lembaga pendidikan-pelatihan
anak. bagi governess (guru privat keluarga) dan
Dalam lima belas tahun karirnya siapa saja yang berminat bekerja di sektor
sebagai guru di sekolah dasar lalu dosen di pendidikan. Satu tahun kemudian, PNEU
kolese pendidikan guru, Charlotte telah juga mendirikan sekolah mereka sendiri di
menyusun konsep-konsep pendidikannya Ambleside sebagai wadah para trainee
sendiri, yang kemudian ia terbitkan dalam House of Education untuk mempraktekkan
enam volume: Home Education, Parents apa yang telah mereka pelajari dari
and Children, School Education, Charlotte Mason. Dengan gaya belajar
Ourselves, Formation of Character, dan yang ramah anak: jam belajar singkat,
Towards A Philosophy of Education. Sejak tanpa drill atau hafalan garing, mata
volume pertama terbit – Home Education pelajaran bervariasi, tidak ada PR, tidak
menguraikan prinsip-prinsip dasar ada sistem ranking, banyak kegiatan
mengasuh dan mendidik anak sampai prakarya (hands on) serta apresiasi seni
dengan usia sembilan tahun – pemikiran dan budaya, jadwal teratur setiap siang
Charlotte sudah disambut baik oleh sampai sore untuk menjelajah alam dan
masyarakat dan pemerintah Inggris. bermain bebas, ini adalah metode
Mereka ingin ide-ide Charlotte pendidikan yang jauh berbeda dari
dipraktekkan lebih meluas di seluruh kebanyakan sekolah masa itu.
13
Mengingat banyaknya keluarga berpikir, kegembiraan membaca buku-
Inggris yang terlalu miskin untuk buku „kelas tinggi‟, dan pengetahuan yang
membayar governess atau berdomisili di luas akan berbagai hal. Mereka sanggup
daerah yang belum memiliki sekolah, menarasikan kembali suatu bacaan hanya
Charlotte memprakarsai sistem pendidikan dengan sekali dibacakan, bahkan berbulan-
rumah dengan model korespondensi. bulan setelah bahan itu dibacakan.
Keluarga-keluarga ini bisa mendaftarkan Ternyata benar, tulis Charlotte,
anak-anak mereka untuk menjadi siswa jiwa semua anak – apa pun ras, strata
jarak jauh. PNEU mengirimkan sosial, dan gendernya – selalu sedang
kurikulum, petunjuk proses belajar, dan menunggu untuk digugah. Dan sekali
buku-buku bacaan untuk anak pelajari tergugah, mereka akan selamanya
bersama orangtua di rumah masing- terbangun untuk mencintai pengetahuan
masing. Kemudian di akhir term belajar, dan kehidupan. Anak-anak yang seumur
PNEU akan mengirimkan berkas evaluasi hidup mencintai proses belajar, yang
yang meminta anak menarasikan apa yang belajar bukan demi imbalan pujian, gengsi,
mereka pelajari selama term tersebut. atau keuntungan material lainnya,
Tidak ada nilai, tidak ada peringkat, semua melainkan terutama karena kegembiraan
narasi akan dibaca dan diberi catatan dalam belajar itu sendiri, yang tumbuh
komentar, lalu anak bisa melanjutkan ke menjadi pribadi berwawasan luas penuh
bahan pelajaran term berikutnya. Materi ide-ide akbar dengan karakter luhur yang
belajar adalah buku-buku terbaik dari para berangkat dari tertanamnya kebiasaan-
penulis dan sastrawan paling hebat yang kebiasaan baik, tidakkah itu yang
bisa Charlotte temukan, diberikan sesuai seharusnya dicita-citakan oleh sistem
tingkat usia para pelajarnya, yang selalu pendidikan? Visi itu hanya bisa digapai
disegarkan dan dimutakhirkan dari term ke jika sistem pendidikan ditegakkan di atas
term. asumsi-asumsi dan konsep-konsep yang
Hasil dari sistem pendidikan jarak benar, lalu dibangun dengan metode yang
jauh yang ia susun mengejutkan bahkan tepat. “Konsekuensi dari kebenaran itu
Charlotte sendiri! Para siswa koresponden, terlalu besar, kita tidak boleh lalai
yang meliputi anak-anak buruh tambang di menimbangnya, ” berulang-ulang
daerah pelosok, menunjukkan kemampuan Charlotte mengingatkan tentang itu.
luar biasa untuk memusatkan perhatian, Dalam volume bukunya yang
kecintaan pada proses belajar, ketazaman terakhir, Charlotte merangkum semua
14
pemikiran yang telah ia rumuskan, uji, dan Charlotte Mason dan semua karyanya, ”
perbaiki selama 30 tahun PNEU berdiri. tulis salah satu dari mereka.
Dengan puas ia melaporkan hasil metode
pendidikannya yang berhasil C. TIGA PERTANYAAN DASAR
membangkitkan kecintaan belajar dalam PENDIDIKAN
diri puluhan ribu siswanya. Ia telah Ada tiga pertanyaan penting yang,
membuktikan bahwa anak-anak memang kata Charlotte Mason, harus bisa dijawab
terlahir setara dalam hasrat mereka akan oleh orangtua saat mereka ingin
pengetahuan, tiada beda antara anak laki- bertanggung jawab penuh atas pendidikan
laki dan perempuan, antara anak-anak anak-anaknya. Yang pertama, mengapa
kaya atau miskin, antara anak-anak cerdas anak perlu belajar? Yang kedua, apa yang
atau „terbelakang‟. Sekalipun ia juga sadar, perlu ia pelajari? Yang ketiga, bagaimana
teori-teorinya masih perlu diuji coba dalam sepatutnya mereka mempelajari itu? Jika
skala yang lebih luas, ia merasa akhirnya kita berupaya dengan sungguh-sungguh
ia berhasil merumuskan sebuah filsafat mencari jawaban yang meyakinkan untuk
pendidikan yang membumi, satu model ketiga soal ini, lanjutnya, kita akan mampu
pendidikan yang bisa memuliakan pikiran mengarahkan pendidikan anak-anak kita
semua anak tanpa mengabaikan latihan (Vol. 1, hlm. 171). Saya mendapati bahwa
jasmani maupun keterampilan praktis. ketiga pertanyaan yang diajukan Charlotte
Charlotte Mason meninggal dalam itu harus dijawab secara berurutan, tidak
tidurnya pada usia 81 tahun, dalam kondisi bisa dibolak-balik. Pertanyaan tentang
ingatan yang masih jernih, kemampuan mengapa harus diselesaikan lebih dulu
berpikir yang masih tajam, dan hati yang sebelum apa dan bagaimana.
tak pernah berhenti menawarkan Pertanyaan mengapa berurusan
kebijaksanaan dan kasih sayang. Ia sangat dengan visi kita tentang pendidikan.
dicintai dan kepergiannya adalah Dalam bukunya yang pertama, Home
kehilangan besar bagi banyak orang. Education, Charlotte menguraikan betapa
Sebuah buku, In Memoriam of Charlotte membesarkan anak, sama seperti proyek
M. Mason, dipersembahkan oleh para lain, paling baik dikerjakan ketika kita
kolega dan muridnya untuk mengenang punya ide atau visi tentang hasil akhir
sesosok pribadi yang mengesankan ini. yang kita harapkan. Kita mudah tergoda
“Anak-anak dari banyak generasi akan untuk terlalu fokus pada satu aspek dalam
berterima kasih kepada Tuhan untuk tumbuh kembang anak sehingga aspek lain
15
kita lupakan, misalnya demi prestasi sebuah sistem pendidikan (atau sekolah)
akademis kegembiraan masa kecil anak yang mekanis adalah adanya resep tips dan
dikorbankan. Jauh lebih sulit untuk tetap trik paten yang bisa diulang oleh semua
menjaga visi tentang anak secara utuh, guru dalam semua kasus dengan hasil yang
bersikap seimbang dan tidak terobsesi sama.
dengan salah satu aspek. Sistem selalu dirancang untuk
Ketika bicara tentang pendidikan, mempermudah pihak yang mengelola
kebanyakan kita terlalu sering sistem. Para pengambil kebijakan dan
menyamakan pendidikan dengan sistem pelaksana di lapangan sangat menyukai
pendidikan. Kita membayangkan sebuah konsep pendidikan sebagai sistem.
mesin besar bernama „pendidikan‟ (atau Rasanya begitu aman dan pasti ketika
„sekolah‟) yang akan memproses anak- semuanya serba terukur dan terhitung,
anak dengan jenjang-jenjang dan langkah- serba ada standar evaluasinya. Mereka bisa
langkah yang pasti. Anak masuk dari satu berkeliling melakukan „quality control’
ujung sebagai bahan mentah, diolah dan menuliskan catatan bagi setiap siswa:
melalui kegiatan belajar-mengajar selama dia lulus, dia tidak lulus. Sistem akan
sekian tahun, maka taraaaaa … mereka menyederhanakan proses rumit yang
keluar dari ujung lain sudah terkemas bernama „penyerapan pengetahuan‟
sebagai produk siap pakai yang menjadi nilai A, B, C, D, E dalam skala 0-
terstandardisasi. Semua pendekatannya 100. Jelas sekali bagaimana sistem
objektif. Semua prosesnya mekanis. pendidikan dapat mempermudah kerja
Pendekatan objektif artinya pemerintah dan sekolah, tetapi apakah
mengandaikan anak-anak itu sepenuhnya sistem ini berpihak kepada anak? Bisakah
sebagai objek, benda, yang pasif dan ia memuliakan karakter seorang anak?
pasrah, yang tidak berdaya, seperti lembar Sistem itu baik, kata Charlotte,
putih yang bebas ditulisi apa saja, seperti sejauh ditempatkan pada perannya yang
lilin plastis yang bisa dibentuk menjadi seharusnya, yakni sebagai “instrumen
apa saja, seperti cabang tanaman yang pendidikan” (Vol. 1, hlm. 10), bukan
boleh dibengkak-bengkokkan ke mana esensi pendidikan. Mari ingat kembali tiga
saja. Sementara, proses mekanis artinya pertanyaan mendasar pendidikan:
setiap anak akan ditangani dengan cara mengapa anak harus belajar (tujuan
yang seragam, mulai dari takaran materi pendidikan), apa yang harus ia pelajari
sampai alat evaluasi. Harapan terbesar dari (kurikulum), dan bagaimana cara terbaik
16
mempelajarinya (wujud teknis prinsip-prinsip metodis ini luwes dan
pelaksanaan). Sistem pendidikan adalah musti disesuaikan pada kasus
upaya untuk membakukan uraian tentang (customized). Seperti air mengalir kadang
apa dan bagaimana suatu pendidikan deras, kadang lambat, kadang menderu,
dilaksanakan di lapangan. Namun, karena kadang menetes, kadang lurus, kadang
pertanyaan apa dan bagaimana itu berkelok, namun selalu menuju ke laut,
hanyalah kelanjutan dari persoalan demikian pula “orangtua yang melihat
mengapa – yakni, hakikat dan tujuan arah tujuannya – inti penuh kuasa dari
pendidikan – sebuah sistem pendidikan metodenya – akan bisa memanfaatkan
hanya bisa efektif dan berhasil apabila setiap situasi dari kehidupan sehari-hari
dijalankan oleh orang-orang yang paham anak sebagai kesempatan mendidik, ia
tentang esensi pendidikan itu. Waspadalah, tidak harus merancangnya secara sengaja,
selalu ada bahaya bahwa esensi akan begitu mudah dan spontan. Entah anak
dikudeta oleh instrumen. Charlotte sedang makan atau minum, entah ia
mencontohkan, Kindergarten Method sedang di rumah atau di perjalanan, saat
(metode pendidikan anak usia dini) yang dia bermain – selalu ia dalam proses
dulu dirancang oleh para pendidik cerdas pendidikan sepanjang waktu.” (Vol. 1,
berdedikasi macam Froebel dan telah hlm. 9)
banyak berkontribusi bagi kemajuan Memahami pendidikan sebagai
peradaban manusia, akhirnya menjadi sebuah metode, alih-alih sebuah sistem,
sistem yang kaku, kolot dan menyedihkan sangat cocok dengan kesadaran awal
di tangan para praktisi yang tidak paham tentang hakikat anak sebagai pribadi yang
prinsip-prinsip yang mendasarinya. Lesson utuh. Anak bukan benda tak berjiwa yang
learnt: warisi apinya, bukan abunya. bebas kita isolasi dan manipulasi seperti
Charlotte menyarankan agar bahan-bahan penelitian dalam
orangtua lebih memandang pendidikan laboratorium. Anak lebih dari sekedar
sebagai “metode”, bukannya “sistem”. bahan-bahan mentah untuk diolah dalam
Metode berisi: pertama, visi tentang tujuan pabrik bernama sekolah. Anak-anak
akhir yang kita harapkan dari proses bukanlah sosok-sosok yang seragam
bernama pendidikan; dan kedua, prinsip- minatnya, seragam gaya belajarnya,
prinsip yang akan memandu kita sepanjang seragam kapasitasnya, seragam panggilan
jalan menuju tujuan akhir itu. Berbeda dari hidupnya. Mereka itu manusia, makhluk
langkah mekanis sistem yang kaku, yang kata kitab suci menyimpan citra
17
Tuhan dalam dirinya. Mereka itu jiwa ketelanjangan kita.” (Vol. 6, hlm. 334)
yang terus berubah, berproses, bertumbuh, “Dilihat dari segi mana pun, tidaklah
berkembang, bertransformasi, bukan berlebihan jika saya berkata bahwa
objek! Sistem pendidikan yang orangtua yang tidak teguh mengikuti satu
materialistik, utilitarian, berorientasi pasar, metode pendidikan, yang telah ia pikirkan
atau apa saja yang mereduksi keutuhan dengan seksama, adalah orangtua yang
pribadi seorang manusia tidak akan gagal memenuhi tuntutan-tuntutan
memadai bagi anak-anak kita. tanggung jawab yang ia terima dari anak-
Di tengah situasi “berkabut dan anaknya.” (Vol. 1, hlm. 8)
muram, belum ada prinsip yang
menyatukan, tujuan jelas belum D. VISI PEMULIAAN KARAKTER:
dirumuskan, belum ada satu filosofi MAGNANIMITY
pendidikan, gonta-ganti cara, kegagalan,
dan kekecewaan silih berganti yang Tugas yang diemban seorang
menandai rekam jejak pendidikan kita”, pendidik, menurut Charlotte Mason, tidak
Charlotte berpesan agar orangtua lebih terbatas pada pengembangan kemampuan
bersungguh-sungguh merumuskan filosofi intelektual dan akademis anak. Kedua
pendidikan keluarga masing-masing. aspek itu hanyalah sebagian saja dari visi
“Sama seperti arus sungai tak akan lebih pendidikan yang lebih besar, yakni
tinggi dari hulunya, upaya mendidik tidak mendidik anak supaya ia “menjalani
akan bisa melampaui konsep pendidikan kehidupan yang patut di bumi, dengan
yang menjadi asal-usulnya.” (Vol. 1, hlm. harapan memperoleh kehidupan yang lebih
i) Kita perlu lebih dulu menunjuk tegas ke mulia lagi di akhirat” (Vol. 1, hlm. 317).
arah satu tujuan akhir, baru kita bisa Magnanimity. Kata inilah yang
merancang upaya untuk sampai ke sana. Charlotte pilih sebagai batu ujian
“Gagal menemukan filosofi yang keberhasilan pendidikan sekaligus
menunjukkan tujuan dan cara gambaran ideal tentang pribadi anak
mencapainya akan menghasilkan depresi, macam apa yang kita harapkan terbentuk
bahkan tindakan-tindakan gila. Kita lewat proses pendidikan itu. Pribadi
mengutip adagium ini, motto itu, sepotong magnanimous adalah sosok yang
ide dari tempat lain lagi, menjadikannya “berpikiran besar, punya minat luas, tidak
satu koleksi carikan tambal sulam yang bisa membiarkan dirinya terlalu
menyedihkan untuk menutupi disibukkan oleh masalah-masalah pribadi
18
yang remeh” (Vol. 4, hlm. 78); “memiliki manusia yang baru muncul ketika
imajinasi yang berbudaya, kemampuan dihadapkan pada pertaruhan hidup dan
menilai dan menimbang yang terlatih, mati.
selalu siap menguasai kerumitan profesi “Ideal yang terlalu tinggi!”
apa pun, sementara pada saat yang sama komentar sebagian orang. Benarkah?
tahu menempatkan dirinya sendiri dan Apakah ideal ini yang terlalu tinggi atau
bagaimana memanfaatkan segala kita yang selama ini terlalu rendah
kelebihannya untuk meningkatkan menaksir potensi anak, potensi manusia?
kebahagiaannya, kebahagiaan sesamanya, Ibarat jangkrik yang lama dikurung dalam
dan kesejahteraan masyarakatnya – satu kardus sepatu, dan ketika dilepaskan hanya
sosok yang bukan cuma bisa mencari bisa meloncat-loncat setinggi langit-langit
nafkah hidup, tapi tahu bagaimana caranya kardus itu, demikian pula kita tak lagi tahu
hidup” (Vol. 6, hlm. 122). Magnanimity setinggi apa ideal pendidikan bisa kita
adalah gabungan antara kesanggupan gantungkan karena terlalu lama
untuk berpikir tinggi (high thinking) diindoktrinasi oleh tujuan-tujuan
sekaligus kesiapan untuk hidup bersahaja materialistik dan utilitarian. Pertanyaan-
(lowly living); di satu sisi memikirkan pertanyaan normatif mendasar seperti
gagasan-gagasan terbesar yang mungkin “Apa hakikat manusia? Apa yang layak
dicapai pikiran manusia, di sisi yang lain menjadi tujuan hidupnya?” telah
menjalani pola hidup sederhana dan apa digantikan oleh pertimbangan pragmatis
adanya (Vol. 2, hlm. 170). Seorang seperti, “Bagaimana supaya kita bisa cepat
berkepribadian magnanimous pastilah kaya, populer, naik kelas sosial, berkuasa,
tidak hidup di menara gading. atau setidaknya bertahan hidup di dunia
Pergulatannya dengan ide-ide filosofis modern ini?”. Sekolah-sekolah kini sibuk
paling abstrak atau riset-riset ilmiah paling menawarkan apa yang siswa atau orangtua
rumit atau pengalaman-pengalaman atau negara hasrati, tanpa angkat bicara
artistik dan spiritual paling halus sekalipun lagi tentang apa yang ketiga pihak itu
tidak akan pernah menghalanginya untuk harusnya hasrati. Dampaknya, anak-anak
terjun mengerjakan tugas-tugas harian kita kehilangan “visi utuh tentang
yang paling kasar atau kerja-kerja sosial manusia, bagaimana hidup senyatanya dan
yang paling kumuh. Magnanimity, dalam seharusnya dalam semua ranah –
bayangan Charlotte, adalah segala individual, sosial, religius; bagaimana
kepahlawanan, kesetiakawanan, kesediaan menunaikan kewajiban-kewajibannya
berkorban, dan semua kebesaran hati
19
terhadap dirinya sendiri, terhadap Charlotte mengajak kita untuk menyadari
sesamanya manusia, dan terhadap Tuhan bahwa, “sebuah pendidikan yang disetir
serta ciptaan-Nya.” (Hicks, 1999:13) oleh kuasa kepentingan-kepentingan
Kehilangan visi yang tinggi tentang ekonomis akan memiliki motif yang terlalu
pemuliaan karakter menyebabkan para sempit dan utilitarian, lantas kehilangan
pendidik bekerja seperti “petani yang elemen ideal yang menjadi basis kekuatan
berupaya membajak sawah dengan mata pendidikan untuk membentuk karakter”
terpaku kepada alat bajaknya, alih-alih ke (Vol. 6, hlm. 280).
titik imajiner di horizon sana yang Suatu hari kelak, kita akan melepas
seharusnya jadi patokannya untuk anak-anak ke dunia nyata dengan segala
menghasilkan alur bajakan yang lurus” permasalahannya. Kita berharap mereka
(Hicks, 1999:12). Rendahnya minat baca, mampu membuat pilihan-pilihan dan
kreativitas, etos kerja, sampai budi pekerti keputusan-keputusan yang baik, benar, dan
dari lulusan sekolah-sekolah kita bijak bagi hidup mereka maupun orang
menunjukkan bahwa merendahkan cita- lain. Dua puluh butir rumusan filosofi
cita pendidikan seringkali membuat kita pendidikan Charlotte Mason ditutup dua
tak berhasil memperoleh bahkan target prinsip pemandu penting yang akan
yang paling minim sekalipun. Anak-anak membuat anak siap hidup mandiri di dunia
kita sedang – dalam bahasa Charlotte – nyata sebagai pribadi berkarakter, cerdas
mengalami „malnutrisi spiritual‟ karena sekaligus bermoral. Charlotte menamai
sekolah-sekolah mengabaikan aspek hakiki dua prinsip itu the way of the will dan the
dari diri mereka, hanya berkonsentrasi way of reason.
mencetak mereka menjadi pekerja dan The way of the will adalah
pencari nafkah tanpa mendidik karakter kemampuan membedakan antara „apa
mereka menjadi luhur. yang aku ingini‟ (I want) dengan „apa yang
Orangtua dan sekolah perlu terus aku kehendaki‟ (I will). Meski kadang sulit
diingatkan agar jangan sampai terlalu dibedakan, anak harus tahu bahwa
sibuk dengan kepentingan atau keduanya tidak identik. Ketika lapar
kebanggaan sesaat sehingga lupa rasanya dia ingin makan, namun dia bisa
memandang titik imajiner itu – menghendaki untuk tetap berpuasa
magnanimity – sementara mereka sekalipun perut keroncongan. Ketika
menggerakkan alat bajak jengkal demi berhadapan dengan masalah mungkin dia
jengkal di ladang pendidikan anak-anak. ingin lari, namun dia bisa memilih untuk
20
tetap menghadapinya sekalipun hati kesadarannya sendiri, tanpa ada iming-
ketakutan. Ketika prinsip-prinsip yang ia iming atau ancaman dari luar.
tahu benar berseberangan dengan arus Ukuran kekuatan berkehendak
mayoritas berkuasa tentu dia tergoda untuk adalah “bisa menyuruh dirinya sendiri
berkompromi, namun dia bisa memutuskan memikirkan apa yang ia pilih untuk
untuk tetap berlaku jujur sekalipun nyawa pikirkan.” (Vol. 1, hlm. 323) Maka,
taruhannya. sebagai poin penting dari the way of the
Di tahun-tahun pertamanya, will, Charlotte berharap setiap anak dilatih
kehendak anak masih sangat lemah dan menguasai teknik distraksi pikiran, yaitu
justru tampak paling lemah pada anak- mengalihkan perhatian dari pikiran-pikiran
anak yang dibilang strong-willed atau penghambat ke arah pikiran-pikiran
keras kepala. Anak semacam itu hanya pendorong yang memampukan dia
bisa mengiyakan saja dorongan menyelesaikan tugasnya. “Tatkala pikiran-
impulsifnya. Begitu matanya melihat pikirannya mengembara ke kenikmatan-
permen, ia langsung minta diberi permen kenikmatan yang terlarang atau berbagai
saat itu juga. Ia menangis, merengek, hambatan yang harus ia hadapi dalam
protes, tantrum kalau keinginannya tugasnya, ia lalu menegakkan diri, dan
ditolak, walaupun mungkin ia sudah tahu dengan penuh ketetapan memantapkan
keinginan itu salah. Kehendaknya belum perhatiannya kepada manfaat-manfaat
berdaya untuk mengatakan „tidak!‟ atau yang paling memotivasinya untuk
„tunggu dulu!‟ atau „sudah cukup!‟ meneruskan pekerjaan, pada rasa lega dan
terhadap apa yang dia inginkan. Namun, senang yang akan ia peroleh setelah kerja
berangsur-angsur, jika memperoleh habit kerasnya nanti, pada tanggung jawabnya
training yang tepat secara bertahap, anak untuk menunaikan tugas itu. Gerbong-
akan makin berkuasa mengendalikan gerbong pikirannya melaju di jalur yang ia
keinginan-keinginan itu. Pada tahap kehendaki untuk mereka lalui, dan
terampil, anak bahkan bisa berkata, “Aku pekerjaan itu tidak lagi terasa berat.” (Vol.
akan (will) melakukannya!” sekalipun hal 1, hlm. 324) Tahu betul apa yang mau
tersebut sulit atau sebetulnya ia sedang dikerjakan lalu memfokuskan pikiran pada
tidak mood – lalu menunaikan pekerjaan tujuan sampai pekerjaan itu selesai, “inilah
itu semata-mata karena ia telah garis yang memisahkan antara pribadi
memutuskan untuk melakukannya, oleh efektif dan tidak efektif, antara orang besar
dengan kebanyakan, antara mereka yang
21
berprestasi dengan yang sekedar ingin (ilmu eksak) sebagai kaum cerdas sambil
berprestasi.” (hlm. 323) menstigma anak-anak jurusan IPS atau
The way of reason adalah bahasa sebagai warga civitas akademika
keterampilan menggunakan daya nalar kelas dua yang „bodoh‟.
sembari menyadari batas-batas daya nalar Benarkah kapasitas nalar yang
itu. Prinsip ini berarti “anak-anak harus makin hebat menjamin bahwa perilaku kita
belajar untuk tidak terlalu bersandar pada akan lebih baik? Apakah kepakaran kita
penalaran mereka. Penalaran itu bagus dalam sains atau teknologi menjadikan
dalam mendemonstrasikan kebenaran karakter kita lebih luhur? Sejarah telah
matematis dan logis, tetapi tidak dapat menggugurkan mitos optimisme
diandalkan untuk menghakimi nilai-nilai berlebihan terhadap nalar itu. Di dunia ini,
sebab penalaran kita cenderung tidak banyak negara yang lebih hebat dari
membenarkan segala jenis ide yang keliru Jerman dalam hal perkembangan nalar,
(erroneous) tatkala kita betul-betul ingin sebagaimana tercermin dalam filsafat,
meyakini ide-ide itu.” (Vol. 6, hlm. xxxi) musik, puisi, sains, dan teknologi mereka.
Era modern ini adalah era ketika Inilah negeri yang melahirkan sosok-sosok
“nalar jadi semacam dewa baru bagi sekaliber Bach, Beethoven, Brahms,
banyak orang, dewa yang punya Goethe, Leibniz, dan Kant. Namun kita
kekuasaan besar dan keutamaan sejati. menyaksikan suatu paradoks bahwa
Ungkapan nalar yang paling langsung, ternyata negeri yang penuh orang-orang
yakni sains, tampak tidak ada duanya. cerdas seperti itu bisa menjadi sumber dan
Gabungan sains dan nalar dianggap akan tempat terjadinya kebiadaban kemanusiaan
melenyapkan kemiskinan, penyakit, dan yang paling irasional dan tragis sepanjang
kebodohan di dunia. Keduanya akan sejarah! “Gerakan Nazi bukan dirancang
mengikis habis syak-wasangka dan oleh orang-orang bebal, akarnya bertumpu
takhayul, juga akan menghasilkan pada bahu kaum cendekiawan.
penjelasan yang rapi mengenai semua Pengelolaan the final solution atas orang
yang ada di bawah matahari.” (Calne, Yahudi sepenuhnya tergantung pada
2005:13) Kita melihat pendewaan atas kemampuan menerapkan suatu produk
nalar ini dalam perilaku para orangtua nalar – teknologi modern – pada soal-soal
mengidam-idamkan anak ber-IQ tinggi, transportasi massal, dalam meramu dan
atau sikap sekolah dan masyarakat yang mengalengkan Zyklon B, dan pada
memuja habis anak-anak jurusan IPA pembangunan tungku maut yang dapat
22
terus menyala dengan mayat-mayat “Jangan biarkan ada pemisahan apa
tahanan itu sendiri sebagai bahan bakar.” pun antara kehidupan intelektual dan
(Calne, 2005:5). spiritual anak-anak kita, namun ajarilah
Simpulan dari Donald B. Calne mereka bahwa Ruh Ilahi senantiasa
sebagai guru besar neurologi tentang terhubung dengan ruh mereka dan
kaitan antara rasionalitas dan perilaku menolong mereka dalam segala minat,
manusia menurut saya selaras dengan tanggung jawab, dan kesukaan hidup”.
temuan Charlotte Mason. Sekalipun sangat Lewat butir terakhir filosofi pendidikannya
hebat dan rumit, nalar hanyalah piranti ini, Charlotte berharap agar kehendak yang
netral untuk membantu manusia mencapai kuat dan nalar yang terlatih selalu
apa yang ia kehendaki. Nalar bisa didampingi oleh nurani yang terasah
menjawab tentang bagaimana sebaiknya (instructed conscience), sebagai pemberi
kita melakukan sesuatu, tetapi dia hukum yang menetapkan apa yang benar
bukanlah pemberi alasan mengapa kita atau salah, baik atau buruk, boleh atau
patut melakukannya. Nalar membantu kita tidak boleh dikerjakan, sebagai hakim
mencari cara yang paling pas, cepat, yang senantiasa mengadili moralitas
mudah, efektif dan efisien untuk sampai di manusia (Vol. 1, hlm. 330).
tujuan, tetapi kerjanya tergantung pesanan Ketiga piranti ini musti menjadi
Kehendak. Entah seseorang mau satu kesatuan, tak bisa bekerja sendiri-
melakukan kejahatan atau kebaikan, sendiri. Berkehendak kuat saja menjadikan
nalarnya akan membantu. Seseorang bisa anak seorang bebal yang nekad. Berdaya
menciptakan rasionalisasi meyakinkan nalar saja membuat anak seorang cerdas
untuk segala macam ide keji yang ia yang oportunis. Punya nurani peka saja
miliki. Tak berlebihan rasanya jika saya menyebabkan anak jadi seorang baik hati
katakan: orangtua atau sekolah yang hanya yang ditipu sana-sini. Berkehendak kuat
melatih daya nalar anak secara optimal, dan berdaya nalar adalah kombinasi
namun tanpa menyediakan arahan moral terburuk – para pembunuh bayaran,
dan spiritual tentang kepada siapa atau hal koruptor kelas kakap, dan demagog adalah
berharga apakah patut ia abdikan daya contoh-contohnya. Berkehendak kuat dan
nalarnya itu, bisa jadi sedang berhati nurani adalah kombinasi yang
membesarkan seseorang yang akan lumayan tetapi bakal memboroskan
menjadi kutuk bagi masyarakat, bahkan banyak energi dan sumber dayanya karena
dunia. tidak cukup cerdas mencari solusi yang
23
tepat. Pribadi yang berdaya nalar dan Akhir kata, karakter manusia
bernurani adalah kombinasi lain yang adalah karya seni yang tak pernah habis
cukup baik, namun tanpa kekuatan diukir sepanjang hayat. Pendidikan adalah
kehendak, ia sering akan frustrasi karena suatu perjalanan panjang transformasi diri
tak cukup gigih menyelesaikan tugas- untuk makin sesuai dengan Figur Ideal –
tugasnya. magnanimity, insan kamil, imitatio Christi,
Pemetaan di atas adalah generalisir archetype, apa pun istilahnya. Dalam
ramalan yang sangat disederhanakan. mengajarkan hidup yang bajik (life of
Kepribadian manusia begitu rumit dan virtue) itu kepada anak-anak kita, terasa
peristiwa kehidupan sangat kompleks, kita sungguh bahwa peran kita sebagai
tak bisa menuliskan biografi seorang anak pendamping mereka hanya sementara.
sebelum ia menjalaninya. Namun apa pun Sementara tahun-tahun berlalu dengan
yang menunggunya di masa depan, anak cepat, bayi-bayi kita dulu beranjak makin
akan memperoleh manfaat besar jika dapat dewasa, mari kita mengupayakan dengan
mengenali dirinya sendiri. Adalah tugas sungguh-sungguh agar mereka siap
para pendidik untuk membantu setiap menerima tanggung jawab terbesar dalam
siswanya tahu persis jati diri dan tujuan kehidupan mereka: menjadi seniman atas
hidup mereka sebagai pribadi yang unik. I diri dan hidup mereka sendiri.
am, I can, I ought, I will, itulah formula
yang Charlotte harapkan jadi semboyan DAFTAR PUSTAKA
hidup setiap anak. “I am – aku punya Andreola, Karen. A Charlotte Mason
kekuatan untuk mengenal diri sendiri. I Companion: Personal Reflections on
the Gentle Art of Learning.
ought –di dalam hatiku ada satu hakim Quarryville, PA: The Charlotte
moral, yang kepadanya aku tunduk, untuk Mason Research & Supply Co.
memberi petunjuk dan menuntutku dalam Cooper, Elaine (ed.). 2004. When Children
Love to Learn: A Practical
menjalankan tanggung jawab. I can – aku Application of Charlotte Mason’s
sadar bahwa aku punya kuasa untuk Philosophy for Today. Wheaton, IL:
Crossway Books.
melakukan apa yang aku tahu sebaiknya Gardner, Penny. 2007. Charlotte Mason
aku lakukan. I will – aku berkehendak Study Guide: A Simplified Approach
to a ‘Living Education’.
untuk memakai kuasa dan kemampuan itu (http://www.pennygardner.com)
dengan kesadaran dari diri sendiri demi Hicks, David V. 1999. Norms and
mewujudkan apa yang aku kehendaki.” Nobility: A Treatise on Education.
Lanham: University Press of
(Vol. 1, hlm. 330) America.
24
Mason, Charlotte. The Original Home Handbooks.
School Series. (http://www.simplycharlottemason.c
(http://www.amblesideonline.org) om)
Volume 1 – Home Education: _____. 2007. Education Is: An
Training/Educating Children Atmosphere, A Discipline, A Life.
Under 9 (http://www.simplycharlottemason.c
Volume 2 – Parents and Children: om)
The Role of the Parent in the _____. 2009. Masterly Inactivity with
Education of the Child Charlotte Mason.
Volume 3 – School Education: (http://www.simplycharlottemason.c
Developing a Curriculum om)
Smith, Carol J. 2000. Charlotte Mason: An
Volume 4 – Ourselves: Improving
Introductory Analyses of Her
Character and Conscience
Educational Theories and Practices.
Volume 5 – Formation of Disertasi untuk memperoleh gelar
Character: Shaping the Child’s doktor pendidikan dalam kurikulum
Personality dan pengajaran di Virginia
Volume 6 – A Philosophy of Polythechnic Institute and State
Education University.
Laurio, Leslie Noelani. Charlotte Mason (http://www.childlightusa.org)
Home School Series Summary Sularto, St. “Menggugat Praksis
(Volume 1-6). Pendidikan”. KOMPAS, 2 Mei
(http://www.amblesideonline.org) 2012.
Shaeffer, Sonya. 2007. Laying Down the
Rails: A Charlotte Mason Habit
25
PENGUATAN EKSISTENSI BANGSA MELALUI
SENI BELA DIRI TRADISIONAL PENCAK SILAT
Oleh
Endang Kumaidah
Pengajar Jurusan Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
ABSTRACT
Pencak silat atau silat adalah suatu yaitu pencak dan silat. Pencak berarti
seni beladiri tradisional yang berasal dari gerak dasar beladiri yang terikat pada
Indonesia. Pencak silat sebagai bagian dari peraturan. Silat berarti gerak beladiri
dengan sejarah perkembangan masyarakat kerohanian. Istilah silat dikenal secara luas
Indonesia. Seni beladiri pencak silat secara di Asia Tenggara, akan tetapi di Indonesia
luas telah dikenal di Indonesia, bahkan istilah yang digunakan adalah pencak silat.
mulai berkembang ke negara tetangga Istilah ini digunakan sejak 1948 untuk
26
istilah pencak lebih mengedepankan unsur 1. Pencak silat asli (original), ialah
seni dan penampilan keindahan gerakan, pencak silat yang berasal dari lokal dan
sedangkan silat adalah inti ajaran beladiri masyarakat etnis di Indonesia.
dalam pertarungan. Maryono (1999) 2. Pencak silat bukan asli yang sebagian
menyimpulkan bahwa yang menjadi besar berasal dari Kung Fu, Karate dan
kriteria untuk membedakan arti Pencak Jujitsu.
dan arti Silat adalah apakah sebuah 3. Pencak silat campuran, ialah campuran
gerakan itu boleh dipertontonkan atau antara pencak silat asli dan bukan asli
tidak. (beladiri asing yang ingin bergabung
Pengurus Besar IPSI pada tahun dengan nama pencak silat sesuai
1975 mendefinisikan pencak silat sebagai peraturan AD dan ART IPSI).
berikut: “Pencak silat adalah hasil budaya Kini pencak silat telah merambah
manusia Indonesia untuk membela, masuk dalam dunia pendidikan. Di
mempertahankan eksistensi berbagai sekolah dari tingkat SD sampai
(kemandiriannya) dan integritasnya Perguruan Tinggi, Pencak Silat menjadi
(manunggal) terhadap lingkungan bagian dari kegiatan ekstra kurikuler yang
hidup/alam sekitarnya untuk mencapai banyak di gemari. Bahkan Pencak Silat
keselarasan hidup guna meningkatkan telah menjadi salah satu cabang olahraga
iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha yang ditandingkan dalam berbagai
Esa”. Tokoh-tokoh pendiri IPSI (Ikatan kejuaraan baik tingkat nasional sampai
Pencak Silat Indonesia) telah sepakat tingkat dunia. Jika keempat aspek tersebut
untuk tidak membedakan pengertian dapat dipadukan dalam diri pesilat, sudah
Pencak dengan Silat karena kedua kata barang tentu akan menjadi salah satu unsur
tersebut memang mempunyai pengertian perekat bangsa untuk bersatu dan
yang sama. Kata Pencak maupun Silat mengangkat harkat, derajat, dan martabat
sama-sama mengandung pengertian bangsa Indonesia di mata dunia.
kerohanian, irama, keindahan, kiat maupun
praktek, kinerja, atau aplikasinya. B. NILAI LUHUR PENCAK SILAT
Notosoejitno (2001:1) menyatakan
Pencak silat merupakan salah satu
bahwa dilihat dari sosok, profil atau
warisan budaya Indonesia yang patut
tampilan pencak silat di Indonesia ada tiga,
dilestarikan karena pencak silat merupakan
yaitu:
salah satu alat pemersatu bangsa dan
identitas bangsa Indonesia. Ilmu beladiri
27
ini berkembang dari keterampilan suku- Nilai-nilai luhur dalam pencak silat dapat
suku asli Indonesia dalam berburu dan dimengerti dari empat aspek, yaitu aspek
berperang dengan menggunakan senjata mental spiritual, aspek olahraga, aspek
tradisional seperti parang, perisai, dan seni gerak, dan aspek beladiri.
tombak, misalnya seperti dalam tradisi 1. Aspek Mental Spiritual: Pencak silat
suku Nias. Silat diperkirakan menyebar di membangun dan mengembangkan
Kepulauan Nusantara sejak abad ke-7 kepribadian dan karakter mulia
Masehi, akan tetapi asal mulanya belum seseorang. Para pendekar dan maha
dapat ditentukan secara pasti. Kerajaan- guru pencak silat zaman dahulu
kerajaan besar pada zaman dahulu, seperti seringkali harus melewati tahapan
Sriwijaya dan Majapahit disebutkan semadi, tapa, atau aspek kebatinan
memiliki pendekar-pendekar besar yang lain untuk mencapai tingkat tertinggi
menguasai ilmu beladiri silat yang luar keilmuannya.
biasa tangguhnya dan dapat menghimpun 2. Aspek Seni Budaya: Budaya dan
prajurit-prajurit yang memiliki kemahiran permainan "seni" pencak silat ialah
dalam pembelaan diri dan Negara yang salah satu aspek yang sangat penting.
dapat diandalkan. Istilah Pencak pada umumnya
Peneliti silat Donald F. Draeger menggambarkan bentuk seni tarian
(2006) berpendapat bahwa bukti adanya pencak silat, dengan musik dan
seni beladiri bisa dilihat dari berbagai busana tradisional.
artefak senjata yang ditemukan dari masa 3. Aspek Beladiri: Kepercayaan dan
klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan ketekunan diri ialah sangat penting
relief-relief yang berisikan sikap-sikap dalam menguasai ilmu beladiri dalam
kuda-kuda silat di Candi Prambanan dan pencak silat. Istilahsilat, cenderung
Borobudur. Sementara itu Sheikh menekankan pada aspek kemampuan
Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa teknis beladiri pencak silat.
terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina 4. Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa
dan India dalam silat. Hal ini karena sejak aspek fisik dalam pencak silat ialah
awal kebudayaan Melayu telah mendapat penting. Pesilat mencoba
pengaruh dari kebudayaan yang dibawa menyesuaikan pikiran dengan olah
oleh pedagang maupun perantau dari tubuh.
India, Cina, dan mancanegara lainnya. Keempat aspek tersebut
Sebagai wahana pendidikan kependekaran, membentuk satu kekuatan dan kesatuan
pencak silat sarat akan nilai-nilai luhur. yang bulat (Subroto dan Rohadi, 1996:6).
28
Menurut Draeger, senjata dan seni dalam perjuangan melawan penjajah Belanda,
beladiri silat adalah tidak dapat tercatat para pendekar yang mengangkat
terpisahkan, bukan hanya dalam hal olah senjata, seperti Panembahan Senopati,
tubuh saja, melainkan juga dalam Sultan Agung, Pangeran Diponegoro,
hubungan spiritual yang terkait erat Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam
dengan kebudayaan Indonesia. Pencak Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti
silat menjadi bagian dari latihan spiritual Sabai Nan Aluih, Cut Nyak Dhien,
seseorang. Sebagai aspek mental-spiritual, dan Cut Nyak Meutia.
pencak silat lebih banyak menitik beratkan Pencak silat juga dipelajari oleh
pada pembentukan sikap dan watak banyak kaum pergerakan politik termasuk
kepribadian pesilat yang sesuai dengan beberapa organisasi kepanduan nasional.
falsafah budi pekerti luhur. Pada aspek Dengan diam-diam perguruan pencak silat
beladiri, pencak silat bertujuan untuk berhasil memupuk kekuatan yang siap
memperkuat naluri manusia untuk untuk melawan penjajah sewaktu-waktu.
membeladiri terhadap berbagai ancaman Bagi kaum pergerakan yang ditangkap
dan bahaya. Gerakan dasar dalam silat itu oleh penjajah dan dibuang secara diam-
sendiri banyak diperoleh dengan diam, mereka menyebarkan beladiri
menirukan gerakan binatang yang ada di pencak silat di tempat pembuangan.
alam sekitar, seperti menirukan gerakan Namun penjajah Belanda mempunyai
kera, harimau, ular atau burung elang. politik yang ampuh dalam memecah belah
Beberapa gerakan dasar dalam pencak silat antar suku bangsa atau aliran pencak silat
antara lain sikap kuda-kuda, pukulan, (devide et impera). Lain halnya pada
tendangan, tangkisan, langkah, penjajahan Jepang. Pencak silat
kembangan, jurus, sapuan, guntingan, dan dibebaskan untuk berkembang. Jepang
terakhir kuncian yang mengandung unsur- memanfaatkannya untuk menghadapi
unsur tarian sehingga memperindah Sekutu. Bahkan Jepang menganjurkan
gerakan pencak silat. pemusatan tenaga aliran pencak silat di
Dari ilmu beladiri dan seni tari seluruh Jawa secara serentak yang diatur
rakyat, pencak silat berkembang menjadi oleh pemerintah di Jakarta. Namun Jepang
bagian dari pendidikan bela negara untuk tidak menyetujui pencak silat menjadi
menghadapi penjajah asing. Sebagai alat olahraga untuk senam pagi di sekolah-
pemersatu bangsa pencak silat berperan sekolah, agar tidak menyaingi senam
dalam bela negara untuk menghadapi Taisho Jepang yang sudah lebih dulu
penjajahan bangsa asing. Dalam sejarah dipakai untuk senam setiap pagi hari.
29
Pencak silat berkembang setelah satu alat pemersatu bangsa, untuk
perguruan pencak silat yang dimotori oleh mengharumkan nama bangsa Indonesia
kalangan pelajar eks PETA, Pasukan dan menjadi bagian dari identitas bangsa
Pelopor, dan Heiho, mulai nenyusun Indonesia. Silat telah memberikan banyak
sistem pengajaran pencak silat. Sistem sumbangsih pada negara dan bangsa ini,
pengajaran yang diberikan mengenakan baik dalam hal pencapaian prestasi
seremonial seperti beladiri Jepang olahraga maupun dalam penguasaan bela
(upacara, menghormat, berdoa dan mulai Negara. Dan para cerdik cendekiawan
pemanasan, berlatih dan ditutup dengan yang bijak mengatakan “bangsa yang besar
seremonial lagi). Sistem pengajaran adalah bangsa yang menghargai
berbeda-beda kalau dilihat antara sistem budayanya luhurnya sendiri”.
pengajaran pencak silat dari Jawa Tengah, Dalam budaya beberapa suku
Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera. bangsa di Indonesia, pencak silat
Sesuai dengan tuntutan perjuangan merupakan bagian tak terpisahkan dalam
untuk bersatu, pada tanggal 18 Mei 1948 upacara adatnya. Misalnya kesenian
di Surakarta dibentuk sebuah wadah Tari Randai yang tak lain adalah
tunggal organisasi Pencak Silat yang diberi gerakan silek hariamau Minangkabau
nama Ikatan Pencak Silat Seluruh yang kerap ditampilkan dalam berbagai
Indonesia, disingkat IPSI. Dengan tujuan: perhelatan dan acara adat Minangkabau.
1. Mempersatukan dan membina seluruh Dalam prosesi pernikahan
perguruan Pencak Silat yang terdapat di adat Betawi terdapat tradisi palang pintu,
Indonesia. yaitu peragaan silat Betawi yang dikemas
2. Menggali, melestarikan, dalam sebuah sandiwara kecil, yang sering
mengembangkan dan memasyarakatkan diperagakan dalam prosesi pernikahan.
Pencak Silat serta nilai-nilainya. Acara ini biasanya digelar sebelum
3. Menjadikan Pencak Silat beserta nilai- akad nikah, yaitu sebuah drama kecil yang
nilainya sebagai sarana nation dan menceritakan rombongan pengantin pria
character building serta sarana dalam perjalanannya menuju rumah
perjuangan bangsa. pengantin wanita dihadang oleh jawara
Dalam konteks ketahananan (pendekar) kampung setempat yang
nasional, seni beladiri ini dapat dikisahkan juga menaruh hati kepada
dipergunakan sebagai filter budaya dari pengantin wanita. Maka terjadilah
luar yang masuk ke Indonesia. Pencak silat pertarungan silat di tengah jalan antara
sebagai seni beladiri lokal menjadi salah jawara-jawara penghadang dengan
30
pendekar-pendekar pengiring pengantin dari derap aktivitas manusia. Bila pada
pria yang tentu saja dimenangkan oleh tingkat perseorangan Pencak Silat
para pengawal pengantin pria. membina agar manusia bisa menjadi
Dari dulu Pencak Silat beladiri teladan yang mematuhi norma-norma
mempunyai peran penting di masyarakat masyarakat, sedangkan pada tingkatan
kita. Kepulauan Nusantara ini, yang koletif atau sosial Pencak Silat besifat
didiami berbagai macam suku bangsa kohesif yang dapat merangkul individu-
dengan karakteristik biologis, sosial, dan individu dan mengikat mereka dalam suatu
kebudayaan yang berbeda-beda, namun hubungan sosial yang menyeluruh.
mereka sama-sama mempunyai tradisi Dalam hal ini, fakta tersebut
mempelajari Pencak Silat sebagai alat menyatakan bahwa pencak silat di
pembela diri dalam usaha bertahan, dan Indonesia memiliki beberapa nilai positif
menghadapi alam, binatang, maupun yaitu, meningkatan kesehatan dan
manusia. kebugaran, membangkitkan rasa percaya
Pencak silat memiliki peranan diri, melatih ketahanan mental,
cukup penting dalam meningkatkan sikap mengembangkan kewaspadaan diri yang
mental dan kualitas diri generasi muda. tinggi, membina sportivitas dan jiwa
Hal ini tentu saja akan terkait dengan ksatria, disiplin dan keuletan yang lebih
tujuan pengembangan generasi muda yang tinggi.
berkesinambungan, sehingga pencak silat
menjadi suatu peluang bagi lembaga- C. RANGKUMAN
lembaga pendidikan untuk ikut membantu
Pencak silat merupakan salah satu
meningkatkan kualitas peserta didik
olahraga tradisional bangsa Indonesia yang
melalui pelatihan sikap mental dan
harus dilestarikan. Pengertian pencak silat
kedisiplinan sehingga akan mencetak
memiliki suatu pengertian yang sangat luas
generasi muda yang berjiwa kesatria.
dan memiliki fungsi yang jelas,
Pencak Silat yang tumbuh dan
diantaranya adalah bahwa Pencak Silat
berkembang di Negara kita ini adalah buah
sebagai alat untuk berolah raga, sebagai
karya manusia, sekaligus pedoman
alat untuk beladiri, sebaga wahana
orientasi kehidupan bagi dirinya. Sebagai
spiritualitas, sebagai pertunjukan atau
refleksi dari nilai-nilai masyarakat, Pencak
kesenian, dan sebagai sarana untuk
Silat merupakan sebuah sistem budaya
membela bangsa.
yang saling mempengaruhi dengan alam di
lingkungannya dan tidak dapat terpisahkan
31
Pencak silat sebagai salah satu seni taekwondo atau karate di jepang dan
budaya asli Indonesia mampu memberikan korea, yang pada akhirnya seni beladiri ini
peranan penting bagi bangsa Indonesia lah yang menjadikan salah satu bukti ke-
untuk meningkatkan eksistensinya di mata eksistensian mereka di negara lain,
dunia. Hal ini dapat dilihat dari taekwondo dan karate telah membawa
perkembangan Pencak Silat dewasa ini nama korea dan jepang ke seluruh dunia.
khususnya perkembangan di negara Kini, pencak silat pun kian diminati
tetangga, seperti Malaysia, Brunei. oleh masyarakat, baik masyarakat
Singapura. Filipina dan Thailand Selatan, Indonesia, ataupun masyarakat
tepatnya di provinsi Pattani. Di samping internasional. Di Amerika dan beberapa
perkembangan di beberapa Negara, saat ini negara di eropa, beberapa perguruan
Pencak Silat telah dipertandingkan dalam pencak silat telah menerima murid-murid
event-event resmi seperti SEA Games, di negara-negera itu. Pencak silat kini bisa
Asian Games dan Kejuaraan Dunia. disejajarkan dengan seni beladari lain
Dengan telah dipertandingkannya Pencak semacam taekwondo, karate, judo, kempo,
Silat dalam event-event resmi otomatis muay thai, dan lain sebagainya. Di
olahraga pencak Silat semakin diminati Universitas Diponegoro sendiri, juga ada
dan dikenal banyak orang, sehingga dapat beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa
mengangkat harkat dan martabat bangsa (UKM) yang berjenis pencak silat, dan
Indonesia. memiliki persatuan yang berbeda pula,
Dahulu para pahlawan seperti Persatuan Setia Hati Terate,
menggunakan pencak silat sebagai cara Merpati Putih, dan lain sebagainya. Ini
untuk melawan penjajah asing, setelah juga menjadi bukti bahwa pencak silat
kemerdekaan pencak silat menjadi bagian merupakan salah satu kunci eksistensi
dari budaya dan kini pencak silat telah banga, bahwa bangsa ini masih ada,
menjadi olahraga, menjadi salah satu budaya bangsa ini masih ada, salah
lifestyle, salah satu pilihan untuk satunya masih banyaknya animo
merefleksikan diri dan juga melatih masyrakat untuk melestarikan keberadaan
kebugaran fisik untuk pertahanan diri. seni beladiri pencak silat ini.
Tanpa kita sadari, pencak silat ini telah
menjadi identitas nasional, dimana DAFTAR PUSTAKA
olahraga ini, kebudayaan ini, telah muncul
di mana-mana dalam masyarakat kita. M., Saleh. 1991. Pencak Silat (Sejarah
Perkembangan, Empat Aspek,
Pencak silat di negara kita, tak ubahnya
32
Pembentukan Sikap dan Gerak). Internet:
Bandung: IKIP. www.156tribuana.wordpress.com/sekelum
Maryono, O‟ong. 2000. Pencak Silat: it-peranan-pencak-silat/
Merentang Waktu. Yogyakarta: www.trisukmajatipurworejo.blogspot.com/
Galang. 2012/06/apa-itu-pencak-silat.html
Subroto, Joko, dan Moh. Rohadi. 1996. www.syahazis-
Kaidah-Kaidah Pencak Silat Seni nangin.blogspot.com/2012/07/pencak-
yang Tergabung dalam IPSI. Solo: silat-wadah-pemersatu-bangsa.html
CV Aneka. www.id.wikipedia.org/wiki/pencak silat
www.id.wikipedia.org/wiki/Ikatan Pencak
Silat Indonesia
33
BAHASA POLITIK DALAM PERSPEKTIF
FILSAFAT BAHASA LUDWIG WITTGENSTEIN
Oleh
Sri Rahayu Wilujeng
Pengajar Jurusan Sastra dan Bahasa Jepang
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
ABSTRACT
37
merupakan representasi manusia sebagai bahasa, sementara hewan hanya
homo luden (binatang yang suka bermain). mengeluarkan suara atau bunyi. Bahasa
Olah raga ski bisa merupakan selalu berkembang, sedangkan bunyi atau
penggambaran gerak politik. Dalam olah suara tidak. Munculnya bahasa
raga ski dibutuhkan elastisitas yang tinggi menampilkan suatu transformasi mendasar
agar bisa bergerak cepat, luwes dan total dari taraf kebinatangan ke taraf
menghindari dan menghadapi hambatan kemanusiaan. Bahasa merupakan
dan tantangan, sehingga bisa mencapai kemampuan reflektif manusia. Berkat
tujuan tepat pada waktunya. adanya bahasa manusia menjadi objek
Senjata yang dibutuhkan dalam potensial bagi dirinya sendiri. Ia menjadi
dunia politik adalah diplomasi dan persoalan pokok pemahaman dirinya
persepsi. Diplomasi dibutuhkan dalam sendiri. Manusia bukanlah makhluk yang
hubungan horisontal sedangkan sudah tercetak sekali jadi secara natural
pembentukan persepsi dalam kaitannya melainkan produk kultural dalam konstruk
dengan hubungan vertikal. Baik diplomasi linguistik (idem).
maupun pembentukan persepsi Bahasa mempunyai peran yang
membutuhkan kemampuan berkomunikasi. sangat penting bagi kehidupan manusia
Kemampuan berkomunikasi ini tidak baik secara pribadi maupun dalam hidup
hanya komunikasi verbal, tetapi juga bersama. Kemampuan berbahasa sangat
komunikasi non verbal. Peranan bahasa penting dalam pergaulan. Bahasa
sangat penting dalam politik sebagai media merupakan sarana untuk menyelesaikan
komunikasi. Bahasa (lama arti luas) yang konflik, namun bahasa juga bisa
tepat dibutuhkan dalam rangka diplomasi menimbulkan konflik (Panggabean, xvii).
maupun pembentukan persepsi. Diplomasi Dalam masalah ini pengunaan bahasa
dan pembentukan persepsi merupaka dalam berpolitik membutuhkan seni
sarana untuk melicinkan jalan mencapai tersendiri agar dapat bermain lincah.
tujuan. Politik itu sendiri merupakan suatu
Dalam pandangan Yunani Kuno permainan dalam pertarungan. Dalam
manusia dipandang sebagai zoon logon pertarungan ini aktor harus pandai
echon. Manusia adalah makhluk (binatang) memerankan peranannya. Bermain dengan
yang berbicara, pengada yang memiliki menggunakan bahasa yang tepat untuk
logos (bahasa). (Sugiharto, 95) Yang mencapai tujuan yaitu kemenangan.
menbedakan manusia dengan binatang Secara singkat alur hubungan
adalah bahasa. Manusia menggunakan manusia bahasa dan permainan adalah
38
sebagai berikut. Manusia pada hakekatnya sebelumnya yang berasumsi bahwa bahasa
adalah homo luden (binatang yang itu netral sebagaimana pendangan
bermain), politik adalah permainan. Dalam kelompok lingkaran Wina seperti penganut
permainan ini dibutuhkan sarana yaitu Positivisme Logis dan Atomisme logis
bahasa. Dalam terminologi Wittgenstein (pandangan Wittgenstein tahap I). Bahasa
dalam penggunaaan bahasa terdapat lewat struktur logis mampu
permainan bahasa. Penggunaan bahasa menggambarkan realitas dan makna tidak
dalam politik dengan sendirinya lain daripada penggambaran suatu keadaan
merupakan permainan, yaitu permainan faktual dalam realitas melalui bahasa
bahasa (language games). Sebagian besar (Bertens, 43). Sebagaimana pemikiran
tindakan manusia, termasuk tindakan filsuf-filsuf lingkaran Wina menggunakan
politik dilakukakn lewat dan dipengaruhi landasan logis untuk menyusun suatu
oleh penggunaan dan artikulasi pemahaman dan kebanaran yang pasti.
kebahasaan. Dalam telaah ilmu politik Wittgenstein mendasarkan pemikirannya
bahasa menempati posisi penting terutama dengan menggunakan logika bahasa,
setelah munculnya postmodernisme dan dengan konsepnya tentang teori gambar
poststrukturalisme dalam epistemologi (picture theory) dan state of affair.
modern. Bahasa dalam dirinya sendiri Pemikiran Wittgenstein tahap I ini
tampil sebagai representasi dari pagelaran pada akhirnya dikoreksi oleh pemikitran
(deployment). Bahasa pada akhirnya tahap II. Ia menolak terutama dalam tiga
dipahami sebagai salah satu space suatu hal yang dulu menjadi landasan pemikiran
ruang dimana konflik berbagai tahap I. Pertama, bahwa bahasa dipakai
kepentingan, kekuatan, proses hegemoni hanya untuk satu tujuan saja yaitu
dan counter-hegemony terjadi (Hikam, menetapkan state of affair. Kedua, bahwa
179). kalimat-kalimat mendapatkan maknanya
Bahasa tidak lagi dipahami sebagai dengan satu cara saja yaitu
medium netral yang berada di luar menggambarkan suatu keadaan faktual.
pembicara. Apabila dikaitkan dengan Ketiga, setiap jenis bahasa dapat
wacana politik bukan alat atau medium dirumuskan dalam bahasa logika yang
netral, melainkan merupakan representasi sempurna, biarpun pada pandangan
dirinnya dalam hubungan-hubungan politis pertama barangkali sukar untuk dilihat
tetapi merupakan ruang bagi pertarungan (Bertens, 48). Dalam Philosophical
kuasa-kuasa tertentu (Hikam, 186-187). Investigation Wittgenstein
Pandangan ini menentang pandangan memperkenalkan istilah language games
39
(permainan bahasa). Suatu permainan menyembunyikan sesuatu. Hal ini senada
dapat dilukiskan sebagai aktivitas dengan peribahasa Perancis yang
dilakukan menurut aturan tertentu berbunyi: “La parole a ete donne a l
(Bertens, 49). Setiap bidang mempunyai ‘homme pour deguiser sa pense” bahasa
aturan sendiri. Menurut Wittgenstein diberikan kepada manusia untuk
makna sebuah kata adalah tergantung menyembunyikan pikirannya. Versi lain
penggunaanya dalam suatu kalimat, peribahasa tersebut berbunyi: “Les paroles
adapun makna kalimat adalah tergantung sont faites pour cacher nos pensees”,
penggunaannya dalam bahasa, sedangkan bahasa-bahasa dibuat untuk
makna bahasa adalah tergantung menyembunyikan pikiran kita
penggunaannya dalam hidup (Kaelan, 149) (Panggabean, vii). Para tokoh politik
Pada pemikiran tahap II terlihat mempergunakan bahasa bukan saja untuk
jelas unsur relativitas bahasa. Tingkat menyatakan pendapat atau pikirannya,
relativitas dan subjektifitas dalam bahasa melainkan untuk menyembunyikannnya.
yang digunakan dalam komunikasi politik Ia harus menyembunyikan pikirannya
sangat tinggi jika dibandingkan dengan karena ada kepentingan yang harus
penggunaan bahasa di bidang lain. Hal ini dipertahannkan yang selayaknya tidak
tidak ada aturan yang mengatur dalam diketahui orang lain.
penggunaan bahasa politik. Di samping itu Semua orang yang melancarkan
dalam politik sarat dengan kepentingan, aksi berbahasa politik cenderung (untuk
motif, dimana tujuan komunikasi menjadi tidak mengatakan selalu) memanipulasi
utama. Pameo bahwa dalam politik tidak proses kerjasama dan menggiring
ada kawan atau lawan yang abadi, yang pendengarnya untuk menyetujui sesuatu
ada adalah kepentingan yang abadi hal yang menurutnya paling benar dan
merupakan suatu yang tidak berlebihan. tidak memberikan mereka kesempatan
Bahasa politik membawa untuk mempertanyakan kebenaran itu
ideologinya sendiri yaitu kepentingan (Purwoko, 13). Bahasa politik tidak
penuturnya. Bahasa politik seringkali mementingkan state of fact tetapi lebih
berwayuh arti (multi interpretations), mementingkan implikasi dari suatu
ambiguous, bahkan menipu. Apa yang pernyataan. Seorang politikus yang hati-
terjadi bisa jadi merupakan apa yang hati akan menggunakan kalimat yang
sebaliknya dari yang diungkapkan. Bahasa bersayap dimana pendengar tergiring
politik tidak hanya digunakan untuk untuk membuat kesimpulan seperti apa
mengungkapkan sesuatu, tetapi juga untuk yang dimaksudkan walaupun apa yang
40
diucapkan belum tentu benar dari segi kognitif bagi pendengar agar memiliki
fakta (Purwoko, 13). Berkaitan dengan hal interpretasi seperti yang telah direkayasa
ini Austin mengatakan bahwa tindakan (Purwoko, 17).
bahasa (speech Act) terdiri dari tiga hal:
yaitu tindakan lokusi (locutionary act) C. PERMAINAN BAHASA DALAM
yaitu apa yang diucapkan penutur, SISTEM DEMOKRASI
tindakan ilokusi (illocutionary act) adalah Di atas telah diuraikan bagaimana
makna atau arti di balik suatu pernyataan, model dan pola-pola bahasa yang
dan tindakan perlokusi (perlocutionary digunakan dalam politik. Dalam perpektif
act) yaitu dampak dari apa yang diucapkan Wittgenstein, bahasa yang digunakan
penutur. dalam politik mengandung unusr
Bahasa politik lebih mementingkan permainan. Bermain di sini adalah bermain
tindakan perlokusi yaitu dampak dari suatu dengan kata-kata. Selayaknya sebuah
ucapan. Dalam hal ini sikap kritis sangat permainan orang harus memilih kata yang
dibuhkan dalam memahami bahasa politik. tepat, mengatur strategi bahkan harus
Menurut Wilson yang juga dikutip berpura-pura, kapan menyerang, kapan
Herudjati mengatakan bahwa ada yang mengalah yang terbungkus dalam
khas dari bahasa politik yaitu menyentuh kamuflase sehingga tampak seperti
perasaan (emotive). Bahasa politik ini memenuhi aturan. Sistem politik (baca
mengandung empat argumentasi: pertama pemerintahan) mengalami perkembangan
correct interpretation (pendengar atau yang sangat beragam terutama setelah
pembaca harus menginterpretasikan bahwa dunia Barat memasuki zaman Aufklarung
apa yang dinyatakan penutur selalu benar), yang merupakan pintu gerbang memasusi
kedua exception, bahwa apa yang zaman modern. Pada zaman romantisme
diucapkan harus diterima oleh pendengan sistem yang umum berlaku adalah
sebagai kekecualian yang sudah benar dan monarkhi, oligarkhi. Demokrasi mulai
tidak perlu dikritisi, ketiga chauvinism, berkembang setelah memasuki zaman
yang diajukan bukan fakta kebenaran modern bersamaan dengan sistem-sistem
tetapi point maksud/tujuan yang sesekali lama yang masih berjalan, termasuk sistem
kelihatan arogan, kalau perlu dengan kata pemerintahan diktator.
bersayap (doubletalk), keempat controlled Di antara beberapa sistem politik
cognitive environment, yaitu premis dari yang berjalan, sistem demokrasilah yang
wacana politik bukan memberikan pesan paling banyak menggunakan unsur
melainkan menciptakan lingkungan permainan dalam penggunaan bahasa yang
41
dalam istilah Wittgenstein Language yang digunakan dalam pidato, ceramah,
Games. Permainan dalam bahasa politik kampanye merupakan selubung bagi suatu
ini tidak dapat dilihat sebagai suatu yang kepentingan. Penutur harus pintar bermain
negative atau positif. Permainan ini memilih bahasa yang tepat agar bisa
selayaknya dilihat sebagai suatu fakta yang mempengaruhi orang lain. Dengan bahasa
terjadi dalam fenomena pelaksanaan yang tepat penutur akan bisa
demokrasi yang harus disikapi secara mempengaruhi orang lain untuk
cerdas dan kritis. Permainan bahasa dalam menyamakan pikiran atau ide. Ada suatu
politik (untuk selanjutnya baca: istilah menyamakan “bahasa” yang artinya
demokrasi) adalah suatu kebutuhan. menyamakan persepsi, menyatukan
Demokrasi adalah suatu sistem persepsi. Janji-janji atau pidato yang indah
pemerintahan yang kedaulatannya berada dan ideal sering dilontarkan untuk
di tangan rakyat. Rakyat yang memiliki mencapai tujuan. Pada masa kampanye
kekuasaan, memiliki suara. Kekuasaan ini banyak sekali muncul statemen yang
akan didelegasikan, diwakilkan, diberikan pantas diragukan kebenarannya yang
kepada pihak lain. Di awal proses politik membuat bingung orang banyak. Dalam
terjadi transaksi antara rakyat pemilik terminologi Austin tindakan berbahasa ini
kuasa dengan yang mewakili pemilik disebut tindakan perlokusi, yaitu pengaruh
kuasa. Pihak yang mewakili baik atau dampak yang ditimbulkan oleh isi
perorangan maupun lembaga pernyataan. Di sini terkandung unsur
membutuhkan dukungan rakyat, semakin kesengajaan dari penutur untuk
banyak dukungan diperoleh semakin baik. mempengaruhi pendengar secara maksimal
Komunikasi politik yang intens perlu melalui tuturan yang dilontarkan,
dilakukan. Disinilah peran bahasa sangat (Mustamsyir, 118-119)
penting sebagai media komunikasi untuk Bahasa juga mempunyai fungsi
meyakinkan, mengambil hati, menarik mengancam. Dalam politik internasional
simpati agar rakyat memberikan suaranya. dikenal berberapa jenis ancaman dengan
Bahasa dalam hal ini mempunyai bahasa tersendiri: detterent policy (siasat
dua fungsi penting: pertama fungsi menakutkan), ppembalasan secara masif
persuasi, kedua fungsi mengancam. (massive retaliation), siasat tepi jurang
Bahasa menjalankan fungsi persuasi jika (escalation policy), siasat untuk
bahasa itu digunakan untuk mempengaruhi melakukan serangan ke dua (second-strike
pikiran dan mengubah sikap audiens capability policy), siasat untuk mencapai
seperti apa yang diinginkannya. Bahasa keseimbangan teror (balance of terror
42
policy) (Panggabean, ix). Bahasa yang personofikasi. Politik baik dalam skala
digunakan baik persuasif maupun bahasa besar maupun kecil selalu berkaitan
mengancam pada dasarnya untuk dengan kepentingan. Sebagaimana kata
mengamankan kepentingan penutur. Jurgen Habermas bahwa bahasa adalah
Dalam politik penutur sering terkondisi kepentingan. Kepentingan dari siapa yang
dalam situasi dimana ia harus melakukan memakainya. Mereka yang memiliki
kebohongan, menutupi sesuatu kekuasaan selalu membangun bahasanya
merupakann suatu siasat mengalahkan sendiri untuk mengamankan bahkan
pihak lain. memperbesar kekuasaannya. Hal ini
Seorang empiris Inggris Thomas senada dengan para penganut Max Weber
Hobbes mengajukan keberatan penting yang memandang bahwa inti kekuasaan
tentang demokrasi. Demokrasi selalu adalah dominasi, yaitu menguasai siapa
membutuhkan retorika. Retorika hanya saja dan apa saja dengan segala cara.
mengutamakan “efek” bukan isi. Retorika Mereka yang dikuasai berada dalam
mengakibatkan keputusan yang ditentukan subordinasi dari yang berkuasa (Sugiharto,
oleh penyalahgunaan pikiran (impetus 45).
animi) dari pada penalaran yang benar Permainan bahasa dalam
(recta ratione) (Sugiharto, 116-117). komunikasi politik adalah suatu
Retorika memburu kemenangan daripada kebutuhan. Sejauh mana permainan ini
kebenaran, sehingga bahasa yang dilakukan oleh para aktor-aktor politik
digunakan mempunyai efek persuasi yang tergantung dari seberapa besar
berfungsi pragmatis mempengaruhi ketergantungan pada pihak lain atas
pendengarnya kekuasaannya. Suatu kekuasaan semakin
Hal ini terjadi bukan semata-mata tergantung pada pihak lain (dukungan
kesalahan penutur. Dalam kenyataannya rakyat) semakin akan semakin besar
orang yang tidak bersikap kritis karena melakukan permainan bahasa. Pada negara
keterbatasannya mudah terbius dengan dengan sistem monarkhi di mana
orasi yang memukau sehingga melupakan kekuasaan diwariskan secara turun-
apa yang diungkapkan itu benar atau salah. temurun lebih menggunakan bahasa yang
Dunia politik memang tidak dapat lugas, apa adanya tanpa harus banyak
dipahami semata-mata secara rasional. menyampaikan kebohongan-kebohongan
Terdapat unsur-unsur lain yang dominan dalam menyampaikan informasi.
dalam kehidupan politik, seperti ideologi, Demikian juga sistem pemerintahan
emosi, psikologi, komunikasi dan juga dictator, mereka tidak mau sibuk dengan
43
permainan bahasa. Mereka membangun komunikatif (suka humor), apa adanya,
kekuasaan tidak lewat persuasi tetapi lewat luwes, otoriter. Dalam berkomunikasi
kekuatan. terkesan alami dan apa adanya. Ia tidak
Sebaliknya dalam pemerintahan perduli apakah dicap demokratis apa tidak,
demokrasi atau pemerintahan yang ia tidak mempedulikan citra, yang
mengecap dirinya demokrasi intensitas terpenting adalah mengusung idealisme.
permainan bahasa sangat tinggi. Gaya bicaranya yang bombastis, mampu
Pemerintahan semacam ini dibutuhkan membangkitkan semangat rakyat
kemampuan permainan bahasa yang Indonesia. Ia tidak takut adanya musuh-
sangat tinggi. Permainan ini dibutuhkan musuh dari gaya keterbukaannya,
dalam rangka mengalang simpati, meraih walaupun musuh itu negara besar seperti
dukungan, meyakinkan dan mempengarui Amerika.
orang sehingga orang percaya dan tunduk Yang kedua pemerintahan
pada kemauan penguasa. Dalam Soeharto. Pemerintahan ini secara yuridis-
pemerintahan demokrasi pembentukan formal adalah pemerintahan demokratis,
citra kadangkala lebih penting dari pada tetapi secara substasial tidak menerapkan
tindakan nyata. Upaya membentuk kesan prinsip-prinsip demokrasi. Pada dasarnya
ini bisa dianalogkan dengan sebuah iklan pemerintahan ini bersifat otoriter, namun
parfum yang berbunyi “Kesan pertama berusaha menampilkan sosok wajah
begitu menggoda, selanjutnya terserah demokratis. Kebijakan-kebijakan
Anda”. Dalam dunia politik fenomenanya otoriternya dikemas dalam dalam koridor
berbunyi “Kesan pertama begitu hukum, sehingga segala kebijakannya
menggoda, selanjutnya terserah saya secara formal tidak melanggar hukum,
setelah berkuasa”. namun secara substansial tidak sesuai
Di bagian akhir tulisan ini ada dengan semangat demokrasi dan rasa
baiknya kita tengok praktek gaya bahasa keadilan. Gaya berbahasa Soeharto
beberapa presiden Indonesia dalam tertutup, santun, halus, tidak to the point,
komunikasi politiknya. Pertama simbolis, terkendali, formal. Beberapa
pemerintahan Soekarno. Pada kurun waktu istilah dipergunakan untuk memoles
ini walaupunn ada beberapa unsur-unsur beberapa kebijakan pemerintah
pemerintahan demokrasi, tetapi pada otoriternya. Istilah diamankan untuk
dasarnya pemerintahan ini adalah menunjuk pada tindakan menangkap
pemerintahan otoriter. Gaya berbahasa musuh-musuh politiknya. Tuduhan
Soekarno itu lugas (to the point), terbuka, tindakan subversif dikenakan pada orang-
44
orang yang membahayakan kekuasaannya Demikianlah gaya berbahasa
walaupun kekuatannya sangat kecil. Masa beberapa presiden Indonesia menurut
mengambang dipakai untuk mobilisasi analisa penulis. Kualitas kepemimpinan
masa untuk pemenangan pemilu. Istilah tidak ditentukan oleh demokratis atau
pembangunan menggantikan program tidaknya suatu pemerintahan, juga tidak
yang sarat kepentingan kelompok tertentu, ditentukan kepandaian seorang menarik
dan masih banyak lagi istilah lain. simpati lewat kemampuannya
Presiden B.J. Habibie menampilkan gaya berkomunikasi, tetapi ditentukan oleh hasil
berbahasa yang terbuka, meledak-ledak nyata yang dirasakan oleh rakyat.
kadang tidak terkontrol, to the point.
Abdurahman Wakhid E. PENUTUP
menampilkan gaya berbahasa yang santai
Terdapat hubungan yang erat
kadang seenaknya, terbuka, to the point,
antara politik dan bahasa. Wacana politik
mempunyai selera humor, otoriter.
tidak bisa dipisahkan dengan bahasa.
Sementara Megawati lebih menampilkan
Dalam kehidupan politik terutama dalam
bahasa tubuh (tersenyum, menggeleng,
era demokrasi dibutuhkan komunikasi
mengangkat bahu), tidak banyak
yang intens baik secara vertikal maupun
berkomentar, to the point, kurang
horizontal. Bahasa dipergunakan sebagai
komunikatif. Dalam beberapa kesempatan
media dalam komunikasi politik. Di dalam
ia memilih diam. Kekurangmampuan
penggunaan bahasa politik terdapat
berkomunikasi ini menjadi salah satu
permainan bahasa. Di antara berbagai
sebab orang meragukan kapasitasnya
sistem politik sistem demokrasilah yang
sebagai presiden. Anggapan ini ternyata
paling banyak membutuhkan permainan
tidak tepat, ketika pilihan dijatuhkan pada
bahasa. Dalam demokrasi pemilik suara
sosok yang komunikatif dan kadang terlalu
adalah rakyat. Kedaulatan ada ditangan
banyak omong ternyata permasalahan
rakyat. Pelaksana kedaulatan rakyat ini
justru banyak muncul. Sementara Susilo
berusaha mencari simpati dan kepercayaan
Bambang Yudhoyono menampilkan baya
untuk menyerahkan kewenangannya.
berbahasa yang santun, halus, terkendali,
Dalam hal ini diperlukan bahasa persuasif
tidak to the point, menyentuh perasaan,
untuk meyakinkan rakyat.
formal. Ia berusaha membangun citra yang
baik, sangat menghindari konflik dan
musuh. Menghindari kesalahan persepsi
dengan menggunakan kalimat bersayap
45
DAFTAR PUSTAKA Peranan Para Tokohnya. Jakarta:
Rajawali Pers.
Bakker, Anton dan Charis Zubair. 1990.
Nasir, Haedar. 1999. Pragmatisme Politik
Metodologi Penelitian Filsafat.
Kaum Elit. Yogyakarta: Pustaka
Yogyakarta: Kanisius.
Pelajar.
Bertens, Kees. 1983. Filsafat Barat Abad
Panggabean, Maruli. 1981. Bahasa
XX: Inggris-Jerman. Jakarta:
Pengaruh dan Peranannya. Jakarta:
Gramedia.
Gramedia.
Hikam, AS. 1999. Demokrasi dan Civil
Purwoko, Herudjati. 2011. Kaitan Bahasa
Society. Jakarta: LP3ES.
dan Politik dalam Perspektif
Kaelan. 1998. Filsafat Bahasa, Masalah
Budaya. Makalah dalam Seminar
dan Perkembangannya. Yogyakarta:
Nasional FIB UNDIP, Semarang.
Paradigma.
Sugiharto, Bambang. 1996.
Mustamsyir, Rizal. 1987. Filsafat Analitik:
Postmodernisme: Suatu Tantangan
Sejarah dan Perkembangan dan
dalam Filsafat. Yogyakarta:
Kanisius.
46