Lapres Hipertiroid - Kelompok 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FORMAKOTERAPI DASAR


“HIPERTIROID”

Dosen Pengampu :
Rizki Nur Azmi, M. Farm., Apt
Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Irmawati 1911102415048
Jati Pratiwi 1911102415047
Parida Aprina 1911102415041
Rabiatul Demiati 1911102415054
Reni Selviana Devi 1911102415049
Reni Yolanda 1911102415034
Sri Wulandari 1911102415037

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2021
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Hipertiroidisme adalah kondisi klinis yang disebabkan oleh peningkatan
konsentrasi hormon tiroid dalam jaringan akibat peningkatan sintesis hormon oleh
kelenjar tiroid berupa peningkatan pelepasan hormon tiroid endogenous atau sumber
ekstratiroidal eksogen. Sedangkan tirotoksikosis mengacu pada manifestasi klinis akibat
sirkulasi yang berlebihan dari hormone tiroid (Kravets, 2016)
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap pengaruh
metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson, 2005)
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid
bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam
darah. Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat
terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin,
2009)
B. ETIOLOGI
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan
TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH
yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH.
Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi
disertai TSH dan TRH yang berlebihan (Anggraini dan Hasian, 2019)
Menurut Tarwoto, dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma
hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan
pengobatan hipotiroid.
1. Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi

2. Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang
disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut
thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI merinu
tindakan TSH dan merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu
banyak. Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid
atau (goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot).

3. Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan
oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus
pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid,
kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum,
dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid
dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis
pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan.
Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut,
tiroiditis wanita dengan posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum
kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga
karna autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi
pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis
permanen.

4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis


hormon tiroid.

5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi


hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah
hormon tiroid.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung.
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
Katekolamin.
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebihan.
4. Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak taahan panas
9. Cepat lelah
10. Pembesaran kelenjar tiroid
11. Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat penimbunan xat dalam orbit
mata. (Anggraini dan Hasian, 2019)

D. FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan penyakit gangguan tiroid adalah : (Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI, 2015)
1. Umur
Usia diatas 60 tahun maka semakin beresiko terjadinya hipotiroid dan hipertiroid
2. Jenis Kelamin
Perempuan lebih beresiko terjadi gangguan tiroid
3. Genetik
Di antara banyak faktor penyebab autoimunitas terhadap kalenjar tiroid, genetik
dianggap merupakan faktor pencetus utama
4. Merokok
Merokok dapat menyebabkan kekurangan oksigen diotak dan nikotin dalam rokok
dapat memacu peningkatan reaksi inflamasi
5. Stres
Stres juga berkolaborasi dengan antibodi terhadap antibodi TSH-reseptor
6. Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan autoimun
Riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan autoimun merupakan faktor
resiko hipotiroidisme tioriditis autoimun
7. Zat kontras yang mengandung iodium
Hipertiroidisme terjadi setelah mengalami pecintraan menggunakan zat kontras
yang mengandung iodium
8. Obat-obatan yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit tiroid
Amiodaron, lithium karbonat, aminuglutethimide,interferon alfa, thalidomide,
betroxine, stavudine.
9. Lingkungan
Kadar iodium dalam air kurang

E. PATOFISIOLOGI
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika, dan
tiroiditis. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua
sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-
lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat
beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan
kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada
normal. (Anggraini dan Hasian, 2019)
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi
TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar
tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.
Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior. (Anggraini dan Hasian, 2019)
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga
diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau
diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah
jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
(Anggraini dan Hasian, 2019)
BAB II
JALANNYA PERCOBAAN

A. KASUS
Hipertiroid
B. PHARMACIST’S PATIENT DATA BASE
Identitas Pasien :

Nama Pasien : Tn. BMW


Jenis Kelamin : Laki-laki
Ruang :
Umur : 47 tahun
BB/TB : 56kg
Tanggal MRS : 26 Mei 2021
Diagnosa : Hipertiroid
Alergi :-

Subjektif :
a. Keluhan Utama
Tn. BMW merasa lemah, dada berdebar, nafas terengah-engah, pusing dan lemas.
Nafsu makan pasien meningkat (sering merasa lapar) akan tetapi mengalami
penurunan berat badan hingga 5kg dalam waktu 1 bulan terakhir
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Hipertiroid
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Hipertiroid sejak 6 bulan yang lalu, dan mengalami thyrotoxicosis sekitar 1 bulan
yang lalu, kemudian menjalani operasi pengangkatan kalenjar tiroid.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien pernah mengalami hipertiroid saat hamil (mengandung Tn. BMW)
e. Riwayat Sosial
Pasien kurang teratur meminum obat, sering malas minum obat karena merasa
penyakitnya sudah teratasi dengan pembedahan

Objektif :
a. Pemeriksaan Fisik
Tangan sedikit tremor, kulit kering, turgor menurun, mata cekung dan kesadaran
menurun.
Tekanan darah : 125/70 mmHg
Suhu : 39,5℃
Nadi : 120x/menit
Laju pernapasan : 45x/menit
b. Pemeriksaaan Laboratorium
-
c. Pemeriksaan Penunjang Lain
-

Assessment : ( Penilaian terkait terapi pasien -> DRPs)


- Dosis obat yang diberikan tidak tepat
- Indikasi tidak diterapi (seharusnya pasien diberikan iodium dikarenakan akan
menjalankan operasi)

Planning (Rekomendasi) :
Rekomendasi Farmakologi :
- Infus NaCl – propanolol diberikan secara intravena 2-4 mg/ 4jam
- Propylthiouracil diberikan secara oral 50 mg (3x sehari 1 tab)
- Parasetamol 500 mg diberikan secara oral 3x sehari 1 tab.
- Iodium diberikan 8-10 tetes tiap 8 jam
Rekomendasi Non-Farmakologi :
- Pasien harus banyak istirahat
Monitoring :
Adapun monitoring yang harus dilakukan adalah pada penggunaan propanolol
dapat menimbulkan efek samping mual, muntah dan lelah yang berlebihan. Pada
penggunaan Propylthiouracil dapat menimbulkan efek samping seperti mual dan muntah,
rambut rontok serta sakit perut. Pada penggunan paracetamol efek samping yang dapat
muncul adalah tubuh terasa lemah, nyeri punggung dan sakit tenggorokkan. Pada
penggunaan infus NaCL efek samiping yang dapat timbul adalah detak jantung cepat,
iritasi, ruam dan dada sesak.

C. KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI (KIE)


- Infus NaCl – propanolol diberikan secara intravena 2-4 mg/ 4 jam
- Propylthiouracil diberikan secara oral 50 mg 3x sehari 1 tab (setiap 8 jam) sesudah
makan
- Parasetamol 500 mg diberikan secara oral 3x sehari 1 tab (setiap 8jam). Sesudah
makan
- Iodium diberikan 8-10 tetes tiap 8 jam pada luka bekas operasi
BAB III
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Y dan Hasian, L. 2019. Modul Keperawatan Medikal Bedah II. Fakultas Vokasi.
Universitas Kristen Indonesia.
Corwin, Elizabeth J. 2009.Patofisiologi : buku saku. Alih bahasa, Nike Budhi Subekti; editor
edisi bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha.Ed.3.Jakarta:EGC
Kravets, Hipertiroidisme: Diagnosis and Treatment. Stony Brook University School of
Medicine, Stony Brook, New York. Volume 93, Number 5. 2016
Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses – Proses
Penyakit . Jakarta : EG
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. (2015). Situasi dan Analisis Penyakit Tiroid. Jurnal
pekan Tiroid sedunia , 1-8 : ISSN : 2442-7659.
Tarwoto dan wartonah. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan .
Jakarta: Sagung Seto

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai