Konsep Dasar Hipertiroid
Konsep Dasar Hipertiroid
Konsep Dasar Hipertiroid
1. Hipertiroidisme
Apa itu hipertiroidisme?
Mengapa terjadi hipertiroidisme (etiologi)?
Seberapa banyak kasus hipertiroidisme (epdemiologi)?
Bagaimana tanda dan gejala hipertiroidisme?
Bagaimana prosesterjadinya hipertiroidisme (patifisiologis)?
Klasifikasi hipertiroidisme
Pemeriksaan diagnostik ( pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya)
2. Penatalaksanaan
Bagaimana pengobatan hipertiroidisme?
Bagaimana tindakan bedah hipertiroidisme?
Prognosis dan komplikasi hipertiroidisme?
3. Proses keperawatan hipertiroidisme
Hal-hal yang perlu dikaji?
Diagnosa keperawatan yang muncul pre - intra post oprasi?
Perencanaan dan implementasi keperawatan?
Hasil akhir yang diharapkan (evaluasi)?
4. Tujuan umum: mampu menerapkan asuhan keperawatan periopratif hipertiroidisme
pada usia dewasa lansia
Tujuan khusus:
Mampu memahami pengertian, etiologi, epidemologi, gejala klinis,
patofisiologi, dan penatalaksanaan hipertiroidisme
Mampu melakukan pengkajian pasien hipertiroidisme
Mampu menegakan diagnosa keperawatan pre intra post oprasi
hpertiroidisme
Mampu merencanakan dan melaksanakan asuhan keperawatan hipertiroidisme
Mampu mengepaluasi hasil akhir yang diharapkan
1
A. KONSEP DASAR HIPERTIROID
1. Pengertian
Hipertiroidisme adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh
metabolik hormon tiroid yang berlebihan (Sylvia A. Price).
Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat produksi tiroid itu
sendiri. Tirotoksikosis berhubungan dengan suatu komplek fisiologis dan bio
kimiawiyang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid
berlebihan (Arif Mansjore)
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh
kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid
yang berlebihan di dalam darah.
2. Epidemiologi
Distribusi jenis kelamin dan umur pada penyakit hipertiroidi amat
bervariasi dari berbagai klinik. Hipertiroidisme menyerang wanita limakali lebih
sering dibandingkan laki-laki dan insidennya akan memuncak dalam dekade usia
ketiga serta keempat, keadaan ini dapat timbul setelah keadaan syok emosional,
stres, atau infeksi tetapi makna hubungan ini yang tepat belum dipahami
(Suzanne C Smeltzer). Di Ingris prevalansi hipertiroidisme pada praktek umum
adalah 25-30 kasus dalam 10.000 wanita , sedang di rumah sakit didapatkan 3
kasus dalam 10.000 pasien. Di Amerika Serikat 3 kasus dalam 10.000 wanita.
Prevalensi hipertiroidisme 10 kali lebih sering pada wanita di bandingkan pada
pria. Pada wanita ditemukan 20-27 kasus dalam 1.000 wanita, sedangkan pada
2
pria 1-5 per 1000 pria. Data dari Whickham Survey pada pemeriksaan
penyaringan kesehatan dengan menggunakan free thyroxine indek (FT4 1)
menunjukan prevalensi hipertiroidisme pada masyrakat sebanyak 2%
3. Penyebab
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan
disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap
pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan
gambaran kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik
negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan
memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan. Lebih
dari 90% hipertiroidisme adalah akibat penyakit Graves dan nodul tiriod toksik
1. Penyebab biasa
a. Penyakit Grave
b. Nodul tirod toksik: multi noduler dan mononoduler toksik
c. Tiroiditis
2. Penyebab tidak biasa
a. Hipertiroidisme neonatal
b. Hipertiroidisme faktisius
c. Sekresi TSH yang tidak tepat oleh hipofisis: tumor, non tumor
(sindrom resisternsi hormone tiroid)
d. Pemakaian yodium yang berlebihan (yodium eksogen)
3. Penyebab jarang
a. Metastasis kanker tiroid
b. Korikarsinoma dan molahidatidosa
c. Struma ovari
d. Karsinoma testikular embrional
e. Pilyostotic fibrous dysplasia (Sindrom Mc-Cune-Albrigaht)
4. Patofisiologi
Perjalanan penyakit hipertiroid biasanya perlahan-lahan dalam beberapa
bulan sampai beberapa tahun. Pada penyakit graves, hipertiroid merupakan
akibat dari antibodi reseptor thyroid-stimulating antibody (TSI) yang
3
merangsang aktivitas tiroid, sedangkan pada goiter multinodular toksik
berhubungan dengan autonomi tiroid itu sendiri. Pada penyakit graves, limfosit
T menjadi peka terhadap antigen yang terdapat dalam kelenjar tiroid dan
merangsang limfosit B untuk mensintesis antibody terhadap antigen-antigen ini.
Adanya antibodi dalam darah ini kemudian berkorelasi dengan penyakit aktif
dan kekambuhan penyakit yang diterapi dengan obat-obat antitiroid.
Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi
berlebihan dari hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
Didapatkan pula peningkatan produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil
meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan perifer.
Dalam keadaan normal hormon tiroid berpengaruh terhadap metabolisme
jaringan, proses oksidasi jaringan, proses pertumbuhan dan sintesa protein.
Hormon-hormon tiroid ini berpengaruh terhadap semua sel-sel dalam tubuh
melalui mekanisme transport asam amino dan elektrolit dari cairan ekstraseluler
ke dalam sel, aktivasi/sintesa protein enzim dalam sel dan peningkatan proses-
proses intraseluler. Pada mamalia dewasa khasiat hormon tiroid terlihat antara
lain :
a. Aktivitas lipolitik yang meningkat pada jaringan lemak
b. Modulasi sekresi gonadotropin
c. Mempertahankan pertumbuhan proliferasi sel dan maturasi rambut
d. Merangsang pompa natrium dan jalur glikolitik, yang menghasilkan
kalorigenesis dan fosforilasi oksidatif pada jaringan hati, ginjal dan otot.
4
reseptor TSH. Anti-bodi ini sering juga disebut sebagai thyroid stimulating
immuno-globulin (TSI) dan ternyata TSI ini ditemukan pada hampir semua
penderita Hipertiroid. Selain itu pada Hipertiroid sering pula ditemukan antibodi
terhadap tiroglobulin dan anti mikrosom. Penelitian lebih lanjut menunjukkan
bahwa kedua antibodi ini mempunyai peranan dalam terjadinya kerusakan
kelenjar tiroid. Antibodi mikrosom ini bisa ditemukan hampir pada 60 -70%
penderita Hipertiroid, bahkan dengan pemeriksaan radioassay bisa ditemukan
pada hampir semua penderita, sedangkan antibodi tiroglobulin bisa ditemukan
pada 50% penderita. Terbentuknya autoantibodi tersebut diduga karena adanya
efek dari kontrol immunologik (immuno-regulation), defek ini dipengaruhi oleh
faktor genetik seperti HLA dan faktor lingkungan seperti infeksi atau stress.
Pada toxic nodular goiter peningkatan kadar hormon tiroid disebabkan oleh
autonomisasi dari nodul yang bersangkutan dengan fungsi yang berlebihan
sedangkan bagian kelenjar selebihnya fungsinya normal atau menurun.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua
sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyaknya hiperplasia
dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini
lebih meningkat berapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap
sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat. Perubahan pada
kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH. Pada beberapa
penderita ditemukan adaya beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip dengan
TSH yang ada di dalam darah. Biasanya bahan-bahan ini adalah antibodi
imunoglobulin yang berikatan dengan reseptor membran yang sama degan
reseptor membran yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang
aktivasi terus-menerus dari sistem cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya
adalah hipertiroidisme
5. Klasifikasi
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) di bagi dalam 2 kategori:
5
Hipertiroidisme sentral, karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus
Hipertiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid.
6. Gejala Klinis
a. Umum: berat badan turun, keletihan apatis, berkeringat, tidak tahan panas
b. Kardiovaskuler: palpitasi, sesak napas, angina, gagal jantung, sinus
takikardi, fibrilasi atrium , nadi kolaps
c. Neuromuskuler: gugup, agitasi, tremor, korea atetosis psikosis, kelemahan
otot, miopati proksimal, paralisis periodik, miastina gravis
d. Gastrointestinal: berat badan menurun meskipun beratbadan meningkat
diare, steatore muntah
e. Repruduksi: oligomenoria, infertilitas
f. Kulit: pruritus, eritema palmaris, miksedema pretibial, rambut tipis
g. Struma : difus dengan/tanpa bising nodosa
h. Mata: lid retraction, lid lagperiorbital puffiness, lakrimasi meningkat
gritiness of eyes, kemosis (edema konjungtiva), proptosis, ulserasi kornea,
oftalmoplagia, diplopia, edema papil, penglihatan kabur
i. Pada pasien-pasien di atas 60 tahun manifestasi yang mendominasi adalah
manifestasi kardiovaskular dan miopati dengan keluhan palpitasi, diseupnea
saat latihan, tremor, gelisah, dan penurunan berat badan.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini didapatkan :
Inspeksi : kelenjar gondok membesar (struma nodosa) atau bisa juga
tidak, mata melotot (exoptalmus), berkeringat berlebihan, tremor.
6
Palpasi : kelenjar tiroid berbatas tidak tegas, peningkatan frekuensi
denyut jantung.
Perkusi :
Auskultasi : Bising usus meningkat.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fungsi tiroid T3, T4, dan TSH
Pemeriksaan fungsi tiroid T3, T4, dan TSH diperlukan untuk memastikan
diagnosis adanya keadaan hipertiroid, apabila ditemukan peningkatan
kadar T3 dan T4 disertai rendahnya kadar TSH. Peningkatan T4 atau T3
tanpa disertai kadar TSH yang rendah tidak menyokong keadaan
hipertiroid. Peningkatan kadar T3 dan T4 yang disertai peningkatan
kadar TSH mencurigakan adanya resistensi terhadap hormon tiroid.
Antibodi Antitiroid
Peningkatan anti-tiroglobulin menunjukan proses otoimun sebagai
penyebab hipertiroid.
TBI (thyroid-binding immunoglobulin) atau TSI (Thyroid stimulating
immunoglobulin)
Peningkatan TBI maupun TSI merupakan diagnosis pasti penyakit graves
namun pada kasus-kasus yang secara klinis sudah jelas tidak perlu
dilakukan pemeriksaan tersebut.
Pemeriksaan Darah Lengkap
Biasanya disertai anemia ringan dan leukopenia yang disertai
peningkatan limfosit.
CT scan
Hanya diindikasikan bila didapatkan nodul atau konsistensi yang tidak
merata pada pemeriksaan palpasi kelenjar tiroid.
Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat membantu mengetahui bentuk anatomi kelenjar
tiroid, namun tidak diindikasikan pada kasus-kasus yang secara klinis
jelas sebagai penyakit graves.
9. Therapi/Tindakan Penanganan
TERAPI UMUM
Obat antitiroid, biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya:
propil tio urasil (PTU), karbimazol.
7
a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika
dosis berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh obat
adalah sebagai berikut :
1) Thioamide
2) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
3) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 600 mg/hari, dosis
maksimal 2.000 mg/hari
4) Potassium Iodide
5) Sodium Ipodate
6) Anion Inhibitor
b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk
mengurangi gejalagejala hipotiroidisme. Contoh: Propanolol
Indikasi :
1) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi
pada pasien muda
2) dengan struma ringan sedang dan tiroktosikosis
3) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum
pengobatan atau
4) sesudah pengobatan yodium radioaktif
5) Persiapan tiroidektomi
6) Pasien hamil, usia lanjut
7) Krisis tiroid
8
10. Prognosis
Hipertiroid yang disebabkan oleh goiter multinodular toksik dan toksik
adenoma bersifat permanen dan biasanya terjadi pada orang dewasa. Setelah
kenormalan fungsi tiroid tercapai dengan obat-obat antitiroid, direkomendasikan
untuk menggunakan iodin radioaktif sebagai terapi definitifnya2,3. Pertumbuhan
hormon tiroid kemungkinan akan terus bertambah perlahan-lahan selama
diterapi dengan obat-obat antitiroid. Namun prognosisnya akan jauh lebih baik
setelah diterapi dengan iodin radioaktif.
11. Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme terjadi badai tiroid yang dapat mengancam
nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara
spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau
terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah
pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan komplikasi
terhadap jantung, termasuk fibrilasai atriumdan kelainan ventrikel/takikardia,
agitasi, tremor, hipertermia, hiperkalsemia dan nefrokalsinosis, pada pria terjadi
penurunan libido, impotensi, berkurangnya jumlah sperma, dan genikomastia.
9
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboraturium untuk
memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar
untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien.
a. Identitas: jenis kelamin, demografi (asal/alamat)
b. Keluhan utama dan alasan dirawat
c. Riwayat penyakit dahulu dan sekarang
d. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
e. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan kondisi patologis.
Pulse rate
Respiratory rate
Suhu
f. Aktivitas
Gejala: Otot lemah, gangguan koordinasi,
kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot
g. Sirkulasi
Gejala: palpitasi dan tachicardi
Tanda: Distritmia (vibrilasi atrium), penurunan curah jantung, takikardia saat
istirahat, syok (krisis tirotoksikosis).
h. Intergritas ego
Gejala: mengalami stres yang berat
Tanda: emosi labil, depresi
10
i. Makanan (nutrisi)/cairan
Gejala: kehilangan berat badan, mual atau muntah.
Tanda: goiter, , Kulit kering atau bersisik, muntah, Pembesaran thyroid
( peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula
darah ).
j. Neurosensori
Gejala: bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku,
tremor halus pada tangan, pusing atau pening, kesemutan, kebas,
kelemahan pada otot parasetia, gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma ( tahap lanjut),
gangguan memori ( baru masa lalu ) kacau mental.
k. Pernafasan
Gejala: frekuensi pernafasan meningkat, dipneu.
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
frekuensi pernapasan meningkat
l. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia), nyeri tekan abdomen,
diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat berkembang
menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine
berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif ( diare ).
m. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
n. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda :Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya
kekuatan umum / rentang gerak, parastesia atau paralysis otot
termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan
cukup tajam )
o. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria ;
11
kesulitan orgasme pada wanita, gangguan menstruasi.
Tanda : Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih. Aseton plasma
: positif secara menjolok. Asam lemak bebas : kadar lipid dengan
kolosterol meningkat
a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini didapatkan :
Inspeksi : kelenjar gondok membesar (struma nodosa) atau bisa juga
tidak, mata melotot (exoptalmus), berkeringat berlebihan, tremor.
Palpasi : kelenjar tiroid berbatas tidak tegas, peningkatan frekuensi
denyut jantung.
Perkusi : -
Auskultasi : Bising usus.
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fungsi tiroid T3, T4, dan TSH
Pemeriksaan fungsi tiroid T3, T4, dan TSH diperlukan untuk memastikan
diagnosis adanya keadaan hipertiroid, apabila ditemukan peningkatan
kadar T3 dan T4 disertai rendahnya kadar TSH. Peningkatan T4 atau T3
tanpa disertai kadar TSH yang rendah tidak menyokong keadaan
hipertiroid. Peningkatan kadar T3 dan T4 yang disertai peningkatan kadar
TSH mencurigakan adanya resistensi terhadap hormon tiroid.
Antibodi Antitiroid
Peningkatan anti-tiroglobulin menunjukan proses otoimun sebagai
penyebab hipertiroid.
TBI (thyroid-binding immunoglobulin) atau TSI (Thyroid
stimulating immunoglobulin)
Peningkatan TBI maupun TSI merupakan diagnosis pasti penyakit graves
namun pada kasus-kasus yang secara klinis sudah jelas tidak perlu
dilakukan pemeriksaan tersebut.
12
Pemeriksaan Darah Lengkap
Biasanya disertai anemia ringan dan leukopenia yang disertai
peningkatan limfosit.
CT scan
Hanya diindikasikan bila didapatkan nodul atau konsistensi yang tidak
merata pada pemeriksaan palpasi kelenjar tiroid.
Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat membantu mengetahui bentuk anatomi kelenjar
tiroid, namun tidak diindikasikan pada kasus-kasus yang secara klinis
jelas sebagai penyakit graves.
2. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien yang mengalami
hipertiroidisme yang disusun berdasarkan prioritas adalah sebagai berikut:
a. Cemas (Anxiety) berhubungan dengan Ancaman atau perubahan pada status
kesehatan ditandai dengan gelisah, takikardi, gugup
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan beban kerja
jantung akibat hipermetabolisme ditandai dengan tachicardi, gelisah,
mudah lelah.
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan produksi kalor akibat
hipermetabolisme ditandai dengan peningkatan suhu tubuh diatas 37,8 C
per oral, kulit hangat, tachicardi, berkeringat.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya asupan disbanding kebutuhan metabolisme tinggi
sekunder akibat laju hipermetabolik ditandai dengan penurunan berat
badan 10 % dari berat badan ideal, kelemahan otot.
e. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energy akibat
hipermetabolik ditandai dengan mudah lelah, tidak mampu
mempertahankan rutinitas biasa, letargi .
f. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltic usus sekunder akibat
hipermetabolik ditandai dengan nyeri abdomen, frekuensi bising usus
meningkat, feses lunak/cair, peningkatan frekuensi defekasi.
13
g. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada lambung ditandai dengan
mengeluh nyeri, tachicardi, wajah tampak meringis, mual dan muntah.
h. Nausea berhubungan dengan peningkatan asam lambung ditandai dengan
mengalami mual muntah.
i. kurang pengetahwan berhubungan dengan kurangyna informasi tentang
penyakitnya
3. PERENCANAAN
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam, klien menyatakan peningkatan
kenyamanan psikologis dan fisiologis, tujuan yang disarankan (NOC)
Ansietas klien terkontrol dengan KE: klien menggunakan tehnik relaksasi, mengunakan
coping strtegi yang efektif, klien menunjukan dapat berkonsentrasi dengan baik
Rencana intervensi yang disarankan NIC
- Tetap berada didekat klien, R/. Untuk memberi rasa aman dan mengurangi rasa
takut
- Kolaborasi pemberian obat anticemas dan obat antitiroid R/. Menanggulangi rasa
cemas yang tidak bisa ditangani dengan terapi nonfarmakologis dan mengurangi
gejala-gejala hipertiroidisme dan kecemasan
14
Tehnik ketenangan
- Gunakan tehnik distraksi. R/. Untuk mengalihkan perhatian klien yang terfokus
pada rasa cemasnya
- Anjurkan klien bernapas pelan dan dalam. R/ memberi rasa rileks dan
meningkatkan oksigenasi klien
Tujuan :
Setelah diberikan askep selama ... x 24 jam diharapkan klien tidak mengalami
hipertemi dengan kriteria hasil :
thermoregulation
- suhu tubuh klien dalam batas normal ( 36 36,5oC ),
- kulit tidak teraba hangat
- melaporkan nyaman dengan suhu tubuhnya.
Intervensi :
- Pantau suhu pasien (derajat dan pola); perhatikan menggigil/
diaphoresis
Rasional: Suhu 38,90-41,10C menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Pola
demam dapat membantu dalam diagnosis; misalnya, kurva demam lanjut
berakhir lebih dari 24 jam menunjukkan pneumonia pneumokokal, demam
scarlet ataupun tipoid.
- Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur,
sesuai indikasi.
Rasional: Suhu ruangan/ jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan
suhu mendekati normal.
- Berikan kompres mandi hangat; hindari penggunaan alkohol.
15
Rasional: Dapat membantu mengurangi demam. Catatan: Penggunaan air
es/alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara actual.
Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.
Kolaborasi
- Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen
(Tylenol).
Rasional: Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme, dan menigkatkan autodestruksi dari sel-sel yang
terinfeksi.
Tujuan :
Setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan
kriteria hasil :
- tidak terjadi penurunan berat badan sebesar 10% dari
berat awal
- tidak terjadi kelemahan otot
- tidak adanya mual-muntah
Intervensi :
- Pertahankan kebersihan mulut dengan baik sebelum dan sesudah mengunyah
makanan.
Rasional : Mulut yang tidak bersih dapat mempengaruhi rasa makanan dan
meninbulkan mual.
- Tawarkan makanan porsi kecil tetapi sering untuk mengurangi perasaan tegang
pada lambung.
16
Rasional : Makan dalam porsi kecil tetapi sering dapat mengurangi beban
saluran pencernaan. Saluran pencernaan ini dapat mengalami
gangguan akibat hidrocefalus.
- Atur agar mendapatkan nutrien yang berprotein/ kalori yang disajikan pada saat
individu ingin makan.
Kolaborasi
- Konsultasikan dengan ahli gizi mengenai kebutuhan kalori harian yang realistis
dan adekuat.
Rasional : Konsultasi ini dilakukan agar klien mendapatkan nutrisi sesuai indikasi dan
kebutuhan kalorinya.
- Koolaborasi pemberian obat anti thyroid
Rasional : Menjaga agar terjadi metabolism yang optimal
4. EVALUASI :
a. Cemas (Anxiety) berhubungan dengan Ancaman atau perubahan pada status
kesehatan ditandai dengan gelisah, takikardi, gugup
Evaluasi:
klien menggunakan tehnik relaksasi,
mengunakan coping strtegi yang efektif,
klien menunjukan dapat berkonsentrasi dengan baik
b. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan produksi kalor akibat
hipermetabolisme
Evaluasi :
suhu tubuh klien kembali normal ( 36 36,5oC ),
kulit tidak teraba hangat
melaporkan nyaman dengan suhu tubuhnya.
17
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurangnya asupan dibanding kebutuhan metabolisme tinggi sekunder
akibat laju hipermetabolik
18
Evaluasi :
tidak terjadi penurunan berat badan sebesar 10% dari berat awal
tidak terjadi kelemahan otot
tidak adanya mual-muntah
19
DAFTAR PUSTAKA
Mansjore, A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Media Auskulapius, Edisi Tiga, Jilid
I, FK UI, Jakarta
Mosby, Philadelphia.
EGC. 1995.
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
20
21