Ebnp - Dewi Rohmana H U - P1337420920178
Ebnp - Dewi Rohmana H U - P1337420920178
Ebnp - Dewi Rohmana H U - P1337420920178
A. Latar Belakang
Produksi Air Susu Ibu (ASI) yang kurang pada hari-hari pertama masa nifas
selalu menjadi pemicu bayi baru lahir diberikan susu formula yang akhirnya
mengakibatkan tidak tercapainya ASI eksklusif, yang mana ASI eksklusif sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Pollard, 2016).
ASI adalah nutrisi utama yang harus diberikan pada bayi. Pemberian ASI akan
mempererat hubungan antara ibu dan bayi, peningkatan kualitas bayi dan ibu serta
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Isu tentang gangguan tumbuh
kembang salah satunya adalah stunting. Anak yang mengalami stunting akan memiliki
tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih rentan terhadap
penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya tingkat produktivitas
(Maritalia, 2014).
Berdasarkan data Kemenkes tahun 2017, jumlah bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif mencapai 46.7% dan mengalami penurunan 37,3% pada tahun 2018.
Cakupan ASI ekslusif di Provinsi Riau tahun 2017 yaitu 32,7% meningkat 37% pada
tahun 2018 namun masih jauh dari target yang ditetapakan yaitu 90% (Kemenkes,
2018).
Pengeluaran ASI dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu produksi dan
pengeluaran yang diperoleh dari hisapan bayi. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon
prolaktin, hormon ini muncul setelah menyusui dan menghasilkan susu untuk proses
menyusui berikutnya sedangkan pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin yang
berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding
saluran, sehingga ASI di pompa keluar (Roito dkk, 2013).
Banyak upaya untuk meningkatkan produksi ASI salah satunya adalah pijat
oksitosin yang kegunaanya untuk mempercepat syaraf parasimpatis menyampaikan
sinyal ke otak bagian belakang untuk merangsang kerja hormon oksitosin setelah
melahirkan dalam mengalirkan ASI agar keluar, tindakan ini dapat mempengaruhi
hormon prolaktin yang berfungsi sebagai stimulus produksi ASI pada ibu selama
menyusui, selain itu juga dapat meningkatkan kenyamanan ibu (Wulandari, 2019).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Delima (2016) didapatkan hasil bahwa
pijat oksitosin mempunyai peluang lebih besar untuk meningkatkan produksi ASI.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah melalui metode komplementer. Komplementer
merupakan metode yang banyak digunakan karena bersifat alami dan tidak
mengandung bahan kimia. Salah satu metode komplementer adalah akupresur
(Ayuningtyas, 2019). Berdasarkan penelitian Seema (2019), hasil dalam penelitiannya
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Esfahani et al (2015) dimana 60 ibu
nifas mengalami peningkatan volume ASI setelah dilakukan metode akupresur dengan
rentang waktu 2 minggu dan 4 minggu.
C. Manfaat
1. Bagi Klien
Diharapkan sebagai terapi komplementer atau pendamping bagi klien untuk
meningkatkan produksi ASI
2. Pelayanan Keperawatan
Sebagai bahan kajian dan meningkatkan wawasan untuk memberi asuhan keperawatan
klien post partum menyusui dengan produksi ASI yang tidak keluar atau sedikit.
3. Institusi Pendidikan
Sebagai salah satu bacaan ilmiah penerapan evidence based nursing pada klien post
partum menyusui dengan produksi ASI yang tidak keluar atau sedikit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Post Partum
2) Laktogenesis tahap II
(Sumber:
http://brooksidepress.org)
1) Bagi bayi : ASI mengandung lebih dari 200 unsur pokok, antara lain
zat putih, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, zat kekebalan,
hormone, enzim dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara
proposional dan seimbang. ASI juga membantu melindungi bayi
dari penyakit-penyakit seperti diare, demam, kematian mendadak
dan melindungi terhadap alergi makanan ( Khasanah, 2014).
1) Makanan
2) Psikologi
3) Kesehatan
4) Alat kontrasepsi
6) Anatomi Payudara
7) Pola Istirahat
Bayi usia nol sampai enam bulan dapa dinilai mendapatkan kecukupan
ASI apabila bayi menyusu tiap dua sampai tiga jam atau dalam 24 jam
minimal mendapatkan ASI delapan sampai 10 kali pada dua sampai tiga
minggu pertama, kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan
warna menjadi lebih muda pada hari kelima setalah lahir, bayi akan
buang air kecil minimal enam sampai 8 kali sehari, payudara
terasa lebih lembek setelah menyusui, menandakan ASI telah habis,
tidur dengan nyenyak proses menelan terdengar selama menyusu
(Khasanah, 2017 & Reeder, 2012).
1) Pembengkakan Payudara
3) Mastitis
2013)
4) Infeksi Monilia
Nyeri pada puting setelah periode bayi baru lahir sering kali
merupakan akibat dari infeksi monili ( jamur). Ibu biasanya
mengeluh nyeri mendadaak pada puting susuyang berat, seperti
terbakar atau menyengat. Bayi yang terinfeksi biasanya sangat
gelisaah dan kembung. Ketika disusui bayi cenderung melepas
payudara segera setelah menyusu, menangus dan tampak kesakitan
(Lowderlik, 2013)
B. Pijat Oksitosin
Saat ibu merasa nyaman atau rileks, tubuh akan mudah melepaskan
hormon oksitosin. Hormon oksitosin diproduksi oleh kelenjar hipofisi
posterior. Setelah diproduksi oksitosin akan memasuki darah kemudian
merangsang sel-sel meopitel yang mengelilingi alveolus mammae dan
duktus laktiferus. Kontraksi sel-sel meopitel mendorong ASI keluar dari
alveolus mammae melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus dan
disana ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap puting susu, ASI
yang tersimpan di sinus laktiferus akan tertekan keluar kemulut bayi
(Widyasih, 2013).
Indikasi pijat oksitosin dalah ibu post partum dengan gangguan produksi
ASI
Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore. Pijat ini
dilakukan selama 15 sampai 20 menit (Sari, 2015). Pijat ini tidak harus
selalu dilakukan oleh petugas kesehatan. Pijat oksitosin dapat dilakukan
oleh suami atau keluarga yang sudah dilatih. Keberadaan suami atau
keluarga selain membantu memijat pada ibu, juga memberikan suport atau
dukungan secara psikologis, membangkitkan rasa percaya diri ibu serta
mengurangi cemas. Sehingga membantu merangsang pengeluaran hormon
oksitosin
1. Pengkajian
b. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat kesehatan
Data yang perlu dikaji antara lain : keluhan saat masuk rumah
sakit, faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi.
2) Riwayat kehamilan
3) Riwayat melahirkan
Data yag harus dikaji meliputi : tanggal melahirkan, lamanya
persalinan, posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah
selama melahirkan jahhitan perinium dan perdarahan
4) Data bayi
Data yang harus dikaji meliputi : jenis kelamin, berat badan bayi,
kesulitan dalam melahirkan, apgar score dan kelainan kongenital
yang tampak saat dilakukan pengkajian.
c. Pengkajian Fisiologis
1) Tanda-tanda Vital
2) Involusi Uteri
4) Eliminasi Urine
5) Perineum
6) Eliminasi Feses
7) Ekstremitas Bawah
2012).
8) Payudara
d. Pengkajian Psikologis
Pengkajian emosional, perilaku dan sosial pada masa pascapartum
dapat memungkinkan perawat mengidentifikasi kebutuhan ibu dan
keluarga terhadap dukungan, penyuluhan, dan perawatan
pascapartum. Perawat juga mengkaji tingkat pengetahuan dan
kemampuan ibu merawat diri dan bayi bari lahir (Reeder, 2012).
e. Pemeriksaan Laboratorium
BAB III
RANCANGAN SOLUSI
A. Merumuskan PICOT
P: Ibu post partum yang produksi ASInya masih belum keluar/ sedikit
I: pijat oksitosin
C: -
O: produksi asi meningkat
T:2 kali sehari Dilakukan selama 15 menit.
B. Mencari dan Mengumpulkan Bukti Penelitian
Setelah dilakukan pencari dan bukti penelitian didapatkan lima jurnal tentang teknik
genggam jari terhadap nyeri post SC. Lima jurnal tersebut terdiri dari tiga jurnal berbahasa
Indonesia dan dua jurnal berbahasa inggris.
C. Target dan Luaran
Klien untuk dijadikan responden berdasarkan kriteria inklusi yaitu;ibu post partum
yang produksi asinya belum keluar/ sedikit, mampu berkomunikasi dengan baik, dan
bersedia menjadi responden. Klien akan diberikan intervensi pijat okistosin, kemudian
dilakukan analisa.
D. Prosedur Pelaksanaan
1. Tahap Pra Interaksi
a. Mengucapkan salam
b. Menjelaskan tujuan
c. Menjelaskan prosedur
d. Melakukan kontrak waktu
e. Memberikan kesempatan bertanya
2. Tahap Intervensi
a. Posisikan tubuh senyaman mungkin, lebih baik jika klien duduk bersandar ke depan
sambil memeluk bantal. Jika tidak ada, klien juga bisa bersandar pada meja
b. Berikan pijatan pada kedua sisi tulang belakang dengan menggunakan kepalan
tangan. Tempatkan ibu jari menunjuk ke depan
c. Pijat kuat dengan gerakan melingkar
d. Pijat kembali sisi tulang belakang ke arah bawah sampai sebatas dada, mulai dari
leher sampai ke tulang belikat
e. Lakukan pijatan ini berulang-ulang selama sekitar 5 menit atau sampai ibu merasa
benar-benar nyaman
A. BIODATA
Biodata Pasien
Nama : Ny. L
Umur : 22 tahun
Alamat : Ungaran
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal Masuk : 3 Juni 2021 pukul 09.30 WIB
Diagnosa Medis : G1P0A0, dengan Pre Eklampsia Berat dan Obesitas
B. KELUHAN UTAMA
Klien Mengeluh terasa sedikit keras di daerah payudarah terasa hangat. Klien
mengatakan ASInya sangat sedikit yang keluar setelah melahirkan
C. RIWAYAT KESEHATAN
4. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Reproduksi Wanita
- Awal menstruasi : 14 tahun
- Lama Haid : ± 7 hari
- Siklus : 28 hari
c. Riwayat Persalinan
Persalinan ke Tahun Tempat Jenis Penyulit BB dan jenis Kondisi Bayi
Persalinan kelamin
bayi
d. Kondisi Bayi
Jenis Kelamin: Laki-laki, Lahir Hidup, BB: 2500 gr, PB: 46 cm, Lingkar dada: 31 cm,
Lingkar Kepala: 33 cm Apgar Score: 9-9-10
e. Nifas
TD: 150/100 mmHg, N: 84x/mnt, Suhu, 36,5oC, TFU: 2 jari dibawah pusat, Kontraksi
Kuat, Lochea Rubra ±150 cc, Klien antusias menerima bayi pertamaya. Klien
mengatakan masih butuh pendampingan mengenai Perawatan luka,managemen laktasi,
ASI eksklusif dan belum mengetahui mengenai perawatan payudarah
D. PENGKAJIAN MENGACU POLA FUNGSIONAL GORDON
1. Pola manajemen dan persepsi kesehatan
Keluarga klien mengatakan saat ada keluarga yang sakit langsung dibawa ke
pelayanan terdekat seperti puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
pengobatan lebih lanjut.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
a. Sebelum sakit : Klien dapat mengkonsumsi 3x sehari dengan sayur,daging/ikan,
tempe dan buah-buahan.
b. Saat sakit : Setelah sakit nafsu makan klien baik, makan 3x sehari dengan sayur,
ikan, tempe dan buah-buahan. Klien tidak memiliki pantangan
seperti makanan berprotein tinggi.
Antropometri
BB : 100 kg TB : 159 cm
IMT = 100kg/ (1.59x1.59)m2=39,68 (Obesitas)
Biochemical
Hb: 10 g/dl, Hematokrit: 30,5%
Clinical Sign
Klien lemas, konjungtiva tidak anemis
Dietary
Klien makan 3x sehari dengan tinggi kalori dan protein, rendah lemak dan Na
3. Pola eliminasi
a. Sebelum sakit : Klien BAB 1x/ hari dengan konsistensi lembek, berwarna kuning
kecoklatan dengan bau khas. Pasien BAK 6-10 x/ hari. Warna jernih,
Tidak ada keluhan dalam buang air kecil, tidak ada perdarahan.
b. Saat sakit : Klien BAB 1x/ hari dengan konsistensi lembek, berwarna kuning
kecoklatan dengan bau khas. Pasien BAK 6-10 x/ hari, Warna urin
keruh.
4. Pola istirahat dan tidur
a. Sebelum sakit : kebutuhan tidur klien tercukupi yaitu 6-8 jam/hari.
b. Saat sakit : klien mengatakan saat nyeri timbul, klien merasa terganggu dan
sering terbangun. Namun, setelah nyeri mereda klien dapat tidur
kembali. Setelah sakit kebutuhan tidur klien 5-7 jam/hari dan klien
terkadang bangun pada malam hari karena bayi menangis ingin di
berikan ASI.
5. Pola aktivitas dan latihan
a.Sebelum sakit : klien dapat melakukan aktifitas secara mandiri saat bekerja maupun di
rumah.
b. Saat sakit : klien memerlukan bantuan minimal karena belum boleh turun dari
tempat tidur selama 24 jam. Klien sudah dapat miring kanan-kiri dan duduk
Pengkajian ADL
Keterangan:
1. : Mampu merawat diri sendiri secara penuh
2. : Memerlukan penggunaan alat
3. : Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
4. : Memerlukan bantuan, pengawasan, dan peralatan
5. : Sangat tergantung dan tidak dapat berpartisipasi dalam perawatan
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Kesadaran : E4V5M6 composmentis
2. Tanda-tanda vital
Nadi : 90 x/ menit
Pernapasan : 20x/ menit dengan irama reguler
Suhu tubuh : 36,40 C
Tekanan darah : 140/100 mmHg
3. Kulit : Turgor kulit baik (kembali dengan cepat) kecuali bagian ektremitas
bawah, ada pitting edema pada ekstremitas bawah kembali dalam 4-
5 detik, warna kulit tidak pucat.
4. Kepala : Ukuran kepala mesochepal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
massa/benjolan, kulit kepala bersih, tidak pusing / nyeri kepala.
5. Leher : Tidak terdapat pembesaran pada leher.
6. Mata : Sklera tidak ikterik, mata simetris, konjungtiva anemis, pupil isokor
dan reflek cahaya baik.
7. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak terdapat lesi pada
hidung.
8. Telinga : Simetris, tidak terdapat sekret.
9. Mulut : mukosa bibir tidak kering
10. Dada :
a. Jantung :
I : ictus cordis tampak di IC 5,6
P : ictus cordis teraba di IC 5,6
P : redup
A : tidak terdapat bunyi jantung tambahan, Suara jantung I,II regular
b. Paru-paru :
I : expansi dada simetris, tidak ada bekas luka/luka di area dada, RR: 20x/mnt
P : pergerakan dinding dada sama, tactil fremitus teraba
P : sonor
A : vesikuler
11. Abdomen:
a. Inspeksi : simetris, datar, terdapat luka post SC melintang ±10 cm, Tidak
ada tanda perdarahan.
b. Auskultasi : bising usus 10x/menit
c. Perkusi : Involusi uterus baik
d. TFU : 2 jari di bawah pusat
e. Kontraksi Uterus : baik dan keras
f. Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada segmen perut bagian bawah pada luka
post SC dan kandung kemih kosong
12. Ekstremitas :
Atas : turgor kulit baik.
Bawah :adanya udem pada kaki kiri dan kanan (kembali dalam 4-5 detik), kekuatan otot
5 5
5 5
13. Payudara
Bentuk payudara simetris kiri dan kanan, warna sekitar areola hitam kecoklatan,
putting susu tidak tampak menonjol, payudara terasa sedikit keras, produksi ASI yang
dihasilkan masih terlalu sedikit, dan saat ditekan ada keluar colostrum.
14. Genetalia :
Tidak ada benjolan, vulva hygiene bersih, klien tidak memakai pembalut hanya
menggunakan underpath, terdapat PPV merah segar sekitar 150 cc
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
DO :
- Puting susu tidak menonjol
- Areola mamae hiperpigmentasi
- ASI belum keluar
- Payudara teraba sedikit keras dan
hangat
- Klien tidak bisa mempraktekkan
cara perawatan payudara
- Klien tampak bingung saat di beri
pertanyaan mengenai makanan
yang dapat mempercepat
penyembuhan luka dan diet tepat
untuk obesitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111)
RENCANA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal / Kode Subjektif, Objektif, Assasment, Planning, SOAP TTD
jam DX.
5 Juni 2021. 1 S: Dewi
Pukul - Klien mengatakan sudah paham mengenai edukasi yang
08.00 WIB diberikan, yaitu nutrisi yang baik untuk mempercepat proses
penyembuhan luka operasi, perawatan payudarah dan pijat
payudarah, dan diet yang tepat bagi obesitas
- Klien sudah paham mengenai cara mencegah infeksi dengan
melakukan personal hygiene yaitu cuci tangan dan mandi, tidak
memegangin daerah luka baik itu menekan atau menggaruk.
- Klien mengatakan akan rutin mempraktekan perawatan
payudarah dan pijat payudarah
- Klien antusias saat menerima edukasi perawatan payudarah dan
pijat payudarah.
- Klien memahami dan akan datang setelah 3 hari setelah pulang
dari rumah sakit unyuk konrol ke poli dan ganti balut
- Klien mengatakan akan mulai menerapkan diet untuk obesitas
setelah bayinya mendapat mpasi
O:
- Klien mengetahui nutrisi yang baik dikonsumsi untuk
mempercepat proses penyembuhan luka post operasi
- Klien mengetahui bagaimana cara merawat payudarah dan pijat
payudarah
- Klien mengetahui diet yang tepat untuk obesitas
- Klien dapat menyebutkan makana yang dapat membantu
penyembuhan luka
- Klien dapat menyebutkan cara perawatan payudarah dan pijat
payudarah
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai aplikasi pijat oksitosin untuk
meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny L.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 04 Juni 2021 dan didapatkan hasil bahwa klien
mengeluh ASI tidak keluar, bayi rewel dan tidak mau menetek, suhu bayi 37,6oC,
payudara keras , kolostrum keluar sedikit, tidak ada nyeri tekan, asi sangat sedikit
keluar. ASI yang tidak keluar akan menyebabkan pemberian ASI tidak efektif, sering
terjadinya kasus tidak keluarnya ASI pada ibu post sectio caesarea karena klien
kesulitan dalam menyusui sehingga intensitas klien untuk menyusui pun berkurang,
padahal makin sering bayi menghisap makin banyak prolaktin dilepas oleh hipofise,
makin banyak pula ASI yang diproduksi oleh sel kelenjar, sehingga makin sering
isapan bayi, makin banyak produksi ASI, sebaliknya berkurang isapan bayi
menyebabkan produksi ASI kurang .
Penurunan produksi dan pengeluaran ASI pada ibu post sectio caesarea pada
hari pertama setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan
hormone prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan dalam kelancaran produksi
ASI, karena penggunaan obat-obatan yang digunakan saat operasi maupun sesudah
operasi serta terbatasnya mobilitas ibu untuk menyusui. Hasil pengkajian tersebut
menunjukan keadaan yang terjadi pada klien yaitu tidak keluarnya ASI sesuai dengan
teori yang ada. Selain itu status gizi, nutrisi maternal dan masukan cairan merupakan
faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas ASI, ibu yang menyusui
membutuhkan 300-500 kalori tambahan selama masa menyusui (Lowdermilk, 2010).
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan masalah keperawatan yaitu “
Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplay air susu ibu tidak
adekuat” yang ditandai dengan klien mengeluh ASI tidak keluar, bayi rewel dan tidak
mau menetek, serta payudara keras, putting tidak menonjol keluar, kurang bersih,
areola hitam besar, kolostrum keluar sedikit, tidak ada nyeri tekan asi sangat sedikit
keluar. Pada hari pertama ASI belum keluar tetapi pada umumnya kolostrum secara
bertahap berubah menjadi ASI antara hari ketiga dan kelima masa nifas yang ditandai
dengan payudara mulai membesar, bayi mau menyusu, tidak menangis/rewel
(Bobak,2004). Pernyataan ini mendukung masalah yang diangkat karena keadaan
klien menunjukkan yang seharusnya hari ketiga ASI sudah keluar dan payudara mulai
membesar namun hal itu belum terjadi. Dari permasalahan keperawatan yang ada,
penulis lebih memfokuskan untuk mengatasi agar pemberian ASI menjadi efektif
sehingga perumusan perencanaan tindakan keperawatan hanya difokuskan untuk
meningkatkan produksi dan pengeluaran ASI.
Perencanaan tindakan keperawatan disusun dengan menyesuaikan teori
dengan keadaan nyata pada klien. Tujuan dari pemberian tindakan keperawatan ini
adalah diharapkan menyusui atau pemberian ASI menjadi efektif dengan kriteria hasil
tidak terjadi pembengkakan payudara, ASI keluar, payudara tidak bengkak dan tidak
nyeri saat ditekan, bayi mau menetek, ibu memahami cara memberikan ASI, proses
menyusui berjalan lancar, bayi mencapai keadaan nutrisi yang cukup ditunjukkan
dengan penurunan berat badan awal dibawah batas normal, tumbuh kembang dalam
batas normal, atau batas yang diharapkan, bayi tidak rewel. Rencana tindakan
keperawatan meliputi kaji pengetahuan pasien tentang menyusui sebelumnya, beri
informasi mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui, dan faktor-faktor yang
memudahkan atau menggangu keberhasilan menyusui,ajarkan teknik untuk
mendapatkan reflex letdown : Shower air hangat, massage (pijat oksitosin),
pengisapan bayi, mendekatkan dengan payudara, demonstrasikan tentang teknik-
teknik menyusui, anjurkan pada klien untuk menyusui bayinya secara teratur dan
sesering mungkin, anjurkan pada klien untuk tidak menggunakan bra yang terlalu
kencang.
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran
produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang
(vertebrae) sampai tulang costae kelima- keenam dan merupakan usaha untuk
merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan. Pijat oksitosin ini
dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau let down reflex. Selain untuk
merangsang let down reflex manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan
pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI,
merangsang pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu
dan bayi sakit.
Pemberian pijat oksitosin disesuaikan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Eko Mardiyaningsih, Setyowati, dan Luknis Sabri di Rumah Sakit Wilayah Jawa
Tengah mengemukakan bahwa pelaksanaan pijat oksitosin dan teknik marmet sangat
efektif dalam meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea. Tindakan ini
dapat memberikan sensasi relaks pada ibu karena massase dapat merangsang
pengeluaran hormone endorphine serta dapat menstimulasi reflek oksitosin. Setelah di
lakukan evaluasi tindakan Ny. L sudah mulai ada produksi ASI namun belum keluar
banyak. Setelah diberikan tindakan keperawatan pijat oksitosin dari tanggal 03-06
Mei 2014, hasil evaluasi yang didapat adalah Ny.S mengatakan sudah tenang tidak
cemas lagi karena bayi sudah mau menetek serta ASI keluar banyak, payudara klien
bersih, payudara tidak bengkak dan tidak nyeri, produksi ASI lancar, ASI keluar, bayi
mau menetek dengan kuat, bayi tidak rewel, suhu bayi 36,8oC, berat badan 2500
gram, putting susu menonjol sehingga bayi mudah menyusu, masalah ketidakefektifan
pemberian ASI dapat terpenuhi karena ASI sudah keluar banyak, bayi tidak rewel dan
mau menetek, rencana tindak lanjut anjurkan klien untuk merangsang produksi ASI
dan pengeluaran ASI misal dengan perawatan payudara, dan pijat oksitosin setiap
hari. B. Simpulan Dari hasil pemberian Asuhan Keperawatan yang dilakukan secara
langsung mengaplikasikan pijat oksitosin pada Ny.L dengan post sectio caesarea hari
ke-2 yang meliputi pengkajian, perumusan masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi, maka penulis dapat merumuskan kesimpulan sebagai berikut : Hasil
identifikasi keadaan payudara dan status menyusui pada Ny.L menunjukkan belum
terjadinya produksi ASI pada hari ke-2 post sectio caesarea, Ny.S mengatakan ASI
belum keluar dan belum ada pembesaran payudara. Kemudian untuk mengatasi hal
tersebut penulis mengaplikasikan pijat oksitosin sesuai dengan penelitian yang ada.
Setelah dilakukan tindakan mulai ada peningkatan produksi dan pengeluaran ASI
pada hari kedua dilakukan tindakan karena payudara membesar, ASI sudah mulai
keluar, yang kemudian disusukan pada bayi. ASI semakin lancar dan berat badan bayi
dalam batas normal karena memperoleh ASI yang cukup setelah dilakukan pijat
oksitosin sampai hari keempat. Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang telah
penulis berikan pada Ny.L dapat disimpulkan bahwa aplikasi pijat oksitosin dapat
meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan dari pembahasan atau EBNP yang telah dilakukan di Ruang Obstetri
RSUP Dr Kariadi adalah bahwa pijat oksitosin dapat digunakan sebagai acuan untuk
meningkatkan produsi asi pada ibu post partum menyusui
B. Saran
a. Institusi pendidikan
Penerapan evidence based nursing dapat memperbaruhi kurikulum
pembelajaran utamanya terkait efek pijat oksitosin yang berpedoman pada kaidah
ilmiah berdasar bukti dengan jangka waktu terupdate dan dapat diaplikasikan.
b. Pelayanan keperawatan
Penerapan evidence based nursing dapat dijadikan acuan dalam melakukan
pijat oksitosin
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PIJAT OKSITOSIN
2. Meja
b. Tahap Orientasi
1. Berikan salam
c. Tahap Kerja
1. Cuci tangan
3. Sampaikan salam
Sumber : Depkes RI (2007) dalam Trijayati (2017)
Anik Maryuni, 2012. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Ekslusif dan Manajemen Laktasi, Jakarta:
TIM
Ari Indra S, Lina R, dkk, 2015. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui, Jakarta: Erlangga
Astutik, Y, R. (2015). Asuhan kebidanan ibu nifas dan menyusui. TIM.Jakarta. , (2016).
Payudara dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika. Azizah&Yulinda (2016). Pengaruh Pijat
Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu Postpartum di BPM Pipin Heriyanti
Yogyakarta Tahun 2016. Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 1, April 2017 Cox , (2006).
ASI Eksklusif. Jakarta : Trans info Media
Darul Azhar Vol 3, No. 1, 2017. Hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi ASI
pada ibu post partum. Journal
Damai Yanti, 2014. Asuhan Kebidanan masa Nifas. Jakarta : Refika Aditama Depkes RI.
2007. Manajemen Laktasi. Jakarta : EGC
Kementrian Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta. , 2016. Data dan
Informasi Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Mardianingsih, Eko. (2010). Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin
terhadap produksi ASI.
Rukiyah, Ai.Y. dkk 2012.Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : Trans Info media Widya
Juliarti, Een Husana, 2017. Hubungan Pijat Oksitosin dengan pengeluaran ASI pada ibu
nifas BPM Yuni Fatimah, Amd.Keb Pekanbaru tahun 2017