Laporan Praktikum IR

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

PEMBUATAN SPEKTRUM IR DARI KAFEIN DAN KBr

SERTA PENENTUAN KADAR KAFEIN DALAM TEH


Feni Priyatiningtyas (G44170033) 1, Nabilah Saifanah S. 1, Zulhan Arif1
1
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
IPB University, Kampus IPB Dramaga, Bogor 16680, Indonesia

ABSTRAK
Penentuan spektrum IR kafein menggunakan alat spektrofotometer FTIR
dengan pelet KBr. Spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared) merupakan
spektroskopi inframerah yang dilengkapi dengan transformasi Fourier untuk
deteksi dan analisis hasil spektrumnya. Kafein adalah salah satu jenis alkaloid
yang banyak terdapat dalam biji kopi, daun teh dan biji coklat. Analisis gugus
fungsi suatu sampel dilakukan dengan membandingkan pita absorbsi yang
terbentuk pada spektrum infra merah menggunakan tabel korelasi dan
menggunakan spektrum senyawa pembanding (yang sudah diketahui). Penentuan
Intensitas puncak kafein pada bilangan gelombang 1600-1700 cm-1. Gugus fungsi
yang terbentuk antara lain C-H, C=O, OH, dan gugus aromatik.

Kata Kunci : FTIR, Inframerah, Kafein, KBr, Spektrum

PENDAHULUAN

Infra merah (infra red) ialah sinar elektromagnet yang panjang


gelombangnya lebih daripada cahaya tampak yaitu diantara 700 nm dan 1 mm
(Priyulida & Rianto 2017). Panjang gelombang infra merah antara 102 nm sampai
106 nm dan mempunyai frekuensi antara 1011 Hz sampai 1014 Hz (Ginta et al.
2013). Prinsip kerja spektroskopi IR adalah setiap benda yang dipancarkan infra
merah akan memantulkan dan atau menyerap infra merah sehingga detektor
menangkap panjang gelombang yang berbeda sesuai suhu yang dikeluarkan
benda. Jumlah frekuensi yang melewati senyawa diukur sebagai transmitasi dan
mempunyai panjang gelombang tertentu (Utomo 2012). Praktikum bertujuan
membuat spektrum IR dari kafein dan KBr serta menentukan kadar kafein dalam
teh.

METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain spektrofotometer IR, neraca analitik, dan
pembuat pelet. Bahan yang digunakan antara lain KBr dan kafein.
Prosedur Percobaan
Pembuatan pelet KBr dan penentuan kadar kafein dilakukan dengan 2 g
KBr dan 1 g kafein ditimbang dengan neraca analitik. Kemudian 2 g KBr di
masukan dalam oven selama 1 jam. Setelah itu, KBr ditutup dengan kertas
alumunium foil dan dimasukan dalam deskalator. KBr di ukur dengan FTIR
dengan cara dibuat pelet terlebih dahulu kemudian di ukur. Setelah itu kafein dan
KBr dicampur dan dibentuk pelet kemudian diukur spektrumnya dengan FTIR.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Spektroskopi FTIR (Fourier Trasform Infrared) merupakan spektroskopi


inframerah yang dilengkapi dengan transformasi Fourier untuk deteksi dan
analisis hasil spektrumnya (Silviyah et al. 2015). FTIR merupakan salah satu
instrumen yang banyak digunakan untuk mengetahui spektrum vibrasi molekul
yang dapat digunakan untuk memprediksi struktur senyawa kimia. Terdapat tiga
teknik pengukuran sampel yang umum digunakan dalam pengukuran spektrum
menggunakan FTIR yaitu Photo Acoustic Spectroscopy (PAS), Attenuated Total
Reflectance (ATR), dan Difuse Reflectance Infrared Fourier Transform (DRIFT).
Setiap teknik memiliki karakteristik spektrum vibrasi molekul tertentu (Sulistyani
& Huda 2017). Spektroskopi inframerah berguna untuk identifikasi senyawa
organik karena spektrumnya yang sangat kompleks yang terdiri dari banyak
puncak-puncak (Silviyah et al. 2015). FTIR (Fourier Trasform Infrared) memiliki
banyak keunggulan dibanding spektroskopi inframerah diantaranya yaitu lebih
cepat karena pengukuran dilakukan secara serentak (simultan) serta mekanik optik
lebih sederhana dengan sedikit komponen yang bergerak (Suseno et al. 2009).
Kafein (1,3,7-trimetilxantin) adalah alkaloid alami yang ditemukan dalam
biji kopi, daun teh, biji kakao, biji cola, dan tanaman lainnya (Suryani et al. 2016).
Kafein berfungsi untuk menghilangkan rasa kantuk dan sebagai zat penenang
sehingga kafein dijadikan sebagai pelengkap obat-obat penawar rasa sakit, kafein
juga dapat memberikan kebugaran dan kesegaran pada. Kafein merupakan
alkaloid putih dengan rumus senyawa kimia C 8H10N4O2 dan rumus bangun 1,3,7-
trimethylxanthine (Novita & Aritonang 2017). Kafein memiliki bilangan
gelombang 1658 cm-1.

Gambar 1 struktur kimia kafein (Novita & Aritonang 2017)


Penentuan spektrum kafein menggunakan alat spektrofotometer FTIR
dengan menggunakan bahan berupa padatan pelet KBr dan kafein. Penentuan
kafein menggunakan KBr karena KBr tidak dapat menyerap sinar IR sehingga
sinar IR hanya dapat menyerap sampel yaitu kafein. KBr tidak aktif IR karena
molekul KBr saat bervibrasi tidak memiliki perubahan momen dipol (Pavia 2009).
Pembuatan pelet KBr dilakukan dengan cara di oven selama 1 jam bertujuan
untuk menghilangkan air yang terikat dengan KBr karena sifat KBr yang
higroskopis (Khopkar 2003). KBr ditutup dengan menggunakan alumunium foil
bertujuan agar tidak terkontaminasi dengan lingkungan atau air sehingga tidak
mempengaruhi hasil spektrum FTIR.
Percobaan analisis kafein menggunakan FTIR didapatkan spektrum FTIR
berikut :
395

345

295

245
Absorban

195

145

95

45

-5
3900 3400 2900 2400 1900 1400 900 400

Bilangan gelombang (cm-1)

Slope warna biru pada spektrum diatas menunjukan spektrum KBr sedangkan
slope warna orange menunjukan spektrum campuran KBr dan kafein. KBr
memiliki penyerapan lebih besar dibandingkan dengan campuran KBr dan kafein.
Spektrum campuran kafein dan KBr menunjukan intensitas puncak pada bilangan
gelombang 400 cm-1 menunjukan adanya gugus O-H. Intensitas puncak pada
daerah 1600-1700 cm-1 menunjukan adanya kafein. Hal ini sesuai dengan literatur
bahwa kafein intensitas puncaknya berada pada daerah bilangan gelombang 1600-
1700 cm-1 (Sundalian & Nugrahani 2018). Intensitas puncak pada bilangan sekitar
3400 cm-1 menunjukan adanya gugus aromatik. Gugus C-N tidak diserap pada
spektrum diatas. Serapan pada kafein memilki gugus fungsi yang bervariasi
karena kafein memiliki rumus kimia C8H10N4O2.
Spektrum KBr menunjukan intensitas puncak pada bilangan gelombang 400
-1
cm menunjukan adanya gugus O-H. Intensitas puncak pada bilangan gelombang
1650 cm-1 menjukan gugus fungsi C=O. Intensitas puncak pada bilangan
gelombang 3400 cm-1 menunjukan serapan gugus fungsi OH. Gugus fungsi yang
terbentkuk pada serapan KBr maupun campuran Kbr dengan kafein antara lain C-
H, C=O, OH, dan gugus aromatik. Perbandingan hasil spektrum dengan literatur
berbeda pada bilangan gelombang tiap gugus fungsi. Perbedaan hasil ini
disebabkan oleh karakteristik ikatan yang selalu berubah akibat adanya interaksi
antar atom atau preparasi yang tidak baik sehingga terjadi perubahan pada
penyerapannya. Faktor kesalahan lainnya antara lain terjadi kontaminasi pelet
KBr dengan air dan pelet KBr tidak terbentuk dengan baik.

SIMPULAN

Penentuan spektrum IR kafein menggunakan alat spektrofotometer FTIR


dengan menggunakan bahan KBr. Intensitas puncak serapan kafein pada bilangan
gelombang 1600-1700 cm-1. Gugus fungsi yang terbentuk antara lain C-H, C=O,
OH, dan gugus aromatik.

DAFTAR PUSTAKA

Ginta P, Utami F, Cheng E. 2013. Penerapan infrared remote control dalam


mengoperasikan aplikasi pada sistem operasi windows xp. Jurnal Media
Infotama. 9(1): 26.
Khopkar SM. 2003. Kimia Analitik. Jakarta (ID): UI Press .
Novita L, Aritonang B. 2017. Penetapan kadar kafein pada minuman berenergi
sediaan sachet yang beredar di sekitar pasar Petisah Medan. Jurnal Kimia
Saintek dan Pendidikan. 1(1): 37.
Pavia. 2009. Introduction to Spectroscopy. Belmont (US): Cole.
Priyulida F, Rianto Y. 2017. Penggunaan alat terapi stimulator integrasi dengan
infrared berbasis simulasi. Jurnal Mutiara Elektromedik. 1(1): 2.
Silviyah S, Chomsin, Widodo, Masruroh. 2015. Penggunaan metode FTIR
(fourier transform infrared) untuk mengidentifikasi gugus fungsi pada
proses pembaluran penderita mioma. Jurnal kimia. 2(1): 1.
Sundani M, Nugrahani I. 2018. Determinasi kadar kafein produk teh hitam
Indonesia dengan menggunakan spektrofotometer fourier transform
infrared. Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology.
7(1): 43.
Sulistyani M, Huda H. 2012. Optimasi pengukuran spektrum vibrasi sampel
protein menggunakan spektrofotometer fourier transform infrared (FTIR).
Indonesian Journal of Chemical Science. 6(2): 174.
Suryani N, Yupizer, Sasmita E. 2016. Kadar kafein pada kopi kemasan dan uji
organoleptis terhadap aroma serta rasa. Jurnal Pharmatologi. 2(2): 10.
Suseno J, Firdaus S. 2009. Rancang Bangun Spektroskopi FTIR (Fourier
Transform Infrared) untuk Penentuan Kualitas Susu Sapi. Jurnal Fisika
Berkala. 11(1): 23.
Utomo B. 2012. Rancang bangun aplikasi sistem parkir mobil menggunakan
sensor infrared di rumah sakit aminah Blitar. Jurnal Jitika. 6(2): 2.

Anda mungkin juga menyukai