Etika Dan Profesi Arsitek

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

ETIKA DAN PROFESI ARSITEK

Muh. Ruslan Raji¹

PENDAHULUAN

Dalam profesi Arsitek, etika menjadi penting, karena menyangkut


bagaimana profesi ini dihargai. Profesi mempunya akar kata “to profess” yaitu
memberikan pengakuan mempunyai keahlian yang bisa dimanfaatkan oleh orang
lain untuk mendapatkan kompensasi biaya (Harijono, 2018:19). Kompensasi
biaya buat profesional disebut honorarium, yang mempunyai akar kata “honor”,
yang berarti kehormatan. Artinya, masalah etika menyangkut bagaimana para
Arsitek menjaga moralitasnya agar tetap diakui keahliannya oleh masyarakat.

Namun pada kenyataannya, penggunaan keahlian Arsitek terkait dengan


suatu proses pembangunan. Diakui, proses pembangunan tidak berada dalam
ruang hampa, tetapi suatu gelanggang dengan banyak kepentingan dari para
pelaku pembangunan tersebut (Ekomadyo, 2009:1). Dan dalam perspektif etika
profesi, arsitek diminta untuk bisa bersikap menghindari konflik kepentingan
tersebut (Setiawan, 2018:80). Ketika, nilai-nilai yang menjadi dasar bagi para
pelaku pembangunan berbeda-beda, maka etika menjadi relatif. Atas dasar
pemikiran tersebut, artikel ini ditulis untuk mengembangkan pemikiran
bagaimana etika profesi Arsitek tetap bisa diakui dalam gelanggang pembangunan
yang penuh kepentingan.

1|Page
LANDASAN TEORI

Etika merupakan konvensi sosial tentang moralitas, mana yang dianggap


baik dan buruk oleh masyarakat. Karena konvensi sosial, maka nilai-nilai baik
buruk bisa berbeda-beda dalam suatu kelompok masyarakat tertentu (Harijono,
2018:3-10, Setiawan, 2018:5-7). masalah etika dan moralitas ini menjadi penting
untuk seseorang mendapatkan penghargaan dari masyarakatnya. Masalah etika
menyangkut penghormatan dari anggota kelompok masyarakat terhadap anggota
lain karena adanya standar moralitas yang disepakati bersama.

Dalam profesi Arsitek, etika menjadi sebuah kode, atau aturan yang
mengikat secara bersama-sama. Ketika masuk dalam masyarakat Arsitek,
misalnya asosiasi profesi Arsitek, maka Arsitek wajib standar perilaku profesional
di dalamnya, sebagai pengakuan bahwa ia merupakan anggota dari masyarakat
tersebut (Harijono, hlm.10). Banyak hal menjadi etika dasar Arsitek di Indonesia,
salah satunya adalah bagaimana mengelola dengan bijak konflik kepentingan
terutama dalam relasinya dengan pemberi tugas. Untuk menghindari konflik
kepentingan, seorang arsitek seharusnya memberikan perhatian sekelilingnya, dan
melakukan upaya-upaya pencegahan sebelum terjadi sesuatu yang tidak
diharapkan (Setiawan, hlm.80).

Kepentingan (interest) dalam pembangunan bisa dikenali melalui


keberadaan pemangku kepentingan (stakeholder). Tercatat para pemangku
kepentingan tersebut adalah Pengembang (developer), pemilik lahan, , pemilik
lahan yang bersebelahan, penyandang dana dan pemilik modal, konsultan
profesional, kontraktor, pengguna/ penghuni, sektor publik, dan komunitas/
masyarakat umum, yang secara luas memanfaatkan produk pembangunan secara
langsung maupun tak langsung sebagai bagian dari wilayah publik (Carmona et
al., 2003:219-228). Kepentingan tersebut digerakkan oleh kekuatan tertentu, yaitu
politik, merujuk penggunaan kekuasaan pemerintahan; birokrasi, merujuk
pelaksanaan prosedur pembangunan, hukum, yang menentukan jika terjadi
perselisihan; uang, yang menjedi representasi ekonomi dalam mekanisme pasar;

2|Page
dan profesionalisme, yang berperan memberikan dasar tindakan dan nilai-nilai
March dan Low (2004:56-60). Terdapat kekuatan dominan dalam memproduksi
lingkungan binaan dan saling berkorelasi: ekonomi-politik, keduanya mengatur
arus kapital: ekonomi menggerakkan, politik yang menentukan arahnya (Healey,
1991:232-234).

Dalam pengertian sehari-hari, konflik kepentingan dalam pembangunan


bermuara pada realitas struktur pasar versus kualitas lingkungan binaan yang
dicita-citakan. Kepentingan pertama merepresentasikan hasrat untuk terus hidup
berkecukupan dengan usaha minimal sedangkan kepentingan kedua
merepresentasikan hasrat untuk hidup nyaman dengan adanya komitmen. Konflik
ini tercermin dalam aneka istilah “tata ruang versus tatar uang”, atau “maju tak
gentar membela yang bayar”; atau “arsitek pragmatis versus arsitek idealis”.

Menghadapi konflik kepentingan dalam praktik pembangunan, konsep


etika yang berangkat dari filsafat idealis perlu dilengkapi dengan pemikiran dari
filsafat realis. Bourdieu (1986:17-26), misalnya menjelaskan bahwa dalam suatu
masyarakat suatu ruang sosial yang dinamakan “gelanggang” (field) di mana para
pelaku menstrukturkan tindakan strategis untuk mengontrol sumber daya dalam
aneka bentuk modal (capital). Selain modal ekonomi, Bourdieu mengidentifikasi
ada bentuk modal lain, yaitu modal budaya (cultural capital) yaitu akumulasi
tatakrama, kepercayaan, dan pengetahuan yang didapatkan melalui pendidikan
dan pengasuhan, modal sosial yang bersumber pada relasi sosial atau jejaring
keluarga, pertemanan, perkumpulan, sekolah, komunitas, dan masyarakat, serta
modal simbolis, yang disirkulasikan lewat gelanggang produksi budaya dan
wacana estetika untuk menunjukkan dominasi simbolis dari suatu kelompok
terhadap kelompok lain (Dovey, 2010:32-35).

3|Page
PEMBAHASAN

A. ETIKA

Etika, lazim diketahui secara luas, menjadi tulang punggung profesi. Ini
merupakan persetujuan bersama yang mengatur secara moral tentang bagaimana
sebuah profesi akan bertahan dan berkembang. Etika merupakan kesepakatan
tentang prinsip ahlak dan tata laku. Ia mengacu pada sistem nilai tertentu, dan
meliputi standar tata laku perorangan maupun kelompok

B. PROFESI dan PROFESIONAL


Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Sedangkan
profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau
seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu
keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut
keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi,
untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.

C. ARSITEK
Kata Arsitek berasal dari bahasa Yunani, Architekton yang merupakan
rangkaian dua kata yaitu Archi yang berarti pemimpin atau yang pertama, dan
Tekton yang berarti membangun. Jadi Arsitek adalah pemimpin pembangunan
(master builder). Sumber : Budiharjo. E.1997, Jati Diri Arsitek Indonesia.
Penerbit Alumni. Bandung. Sedangkan menurut Keputusan Direktorat Jendral
Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Nomor 023/KPTS/CK/1992, yang
disebut perencana / arsitek / konsultan perencana / konsultan ahli adalah
perorangan atau badan hukum yang melaksanakan tugas konsultasi dalam bidang
perencanaan karya bangunan atau perencanaan lingkungan beseerta
kelengkapannya. Dalam buku Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek dan
Pemberi Tugas (Ikatan Arsitek Indonesia, IAI) disebutkan bahwa Arsitek adalah

4|Page
Perorangan ataupun Badan usaha yang dengan mempergunakan keahliannya dan
berdasarkan suatu pemberian tugas mengerjakan perencanaan, perancangan dan
pengawasan pembangunan, memberikan nasehat atau jasa-jasa lain yang
berhubungan dengan perancangan dan pengawasan gedung, tata ruang dalam
pertamanan, perancangan kota, pembagian kota dan jalan-jalan dan jembatan.

D. PROFESI ARSITEK
Profesi Arsitek adalah keahlian dan kemampuan penerapan dibidang
perencanaan perancangan arsitektur dan pengelolaan proses pembangunan
lingkungan binaan yang diperoleh melalui pendidikan tinggi arsitektur dan atau
yang diakui oleh Organisasi serta dari pengalaman penerapan pengetahuan ilmu
dan seni tersebut, yang menjadi nafkah dan ditekuni secara terus-menerus dan
berkesinambungan.

E. PRAKTIK ARSITEKTUR
Arsitek bekerja melalui tahapan-tahapan pekerjaan perancangan yang lazim
dikenal, sejak konsep perancangan sampai pengawasan berkala. Dalam domain
yang lebih besar, sejak perancangan sampai renovasi atau pembongkaran.

Pada setiap tahap pekerjaan arsitek memberi perhatian tentang apa yang
harus dilakukan, mana yang lebih baik, apa manfaatnya bagi pemberi tugas,
bagaimana dampaknya bagi lingkungan, dan sebagainya. Arsitek harus
memutuskan pilihan-pilihan, bagaimana memberikan pilihan solusi dengan baik,
bagaimana mengkomunikasikan pilihan-pilihan secara adil dan terbuka.

5|Page
Karya arsitektur adalah proses kolaborasi yang melibatkan banyak pihak
dengan banyak kepentingan. Dapat dipahami bahwa dalam praktik arsitektur
banyak mengandung potensi konflik kepentingan.
Dengan demikian, berpraktik dengan baik sebagai arsitek sesungguhnya sudah
merupakan tindakan yang etis.

F. KODE ETIK ARSITEK DAN KAIDAH TATA LAKU


Panggilan Nurani Seorang Arsitek
Menyadari profesinya yang luhur, arsitek membaktikan diri kepada bidang
perencanaan, perancangan, dan pengelolaan lingkungan binaan dengan segenap
wawasan, kepakarannya, dan kecakapannya.
Arsitek, di dalam berkarya, selalu menerapkan taraf profesional tertinggi
disertai integritas dan kepeloporannya untuk mempersembahkan karya terbaiknya
kepada pengguna jasa dan masyarakat, memperkaya lingkungan, dan khasanah
budaya. Profesi arsitek mengacu ke masa depan dan bersama anggota profesi
lainnya selalu memelihara dan memacu perkembangan kebudayaan dan
peradabannya demi keberlanjutan habitatnya.
Sebagai profesional, arsitek selalu menaati perangkat etika, yang bersumber
pada nilai luhur keyakinan spiritual yang dianutnya, sebagai pedoman berpikir,
bersikap, dan berperilaku dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawab
profesionalnya. Demikianlah Ikatan Arsitek Indonesia dengan penuh kesadaran
dan tanggung jawab merumuskan kode etik dan kaidah tata laku sebagai berikut:
A. Kaidah Dasar 1
Kewajiban Umum
Para arsitek menguasai pengetahuan dan teori mengenai seni-budaya, ilmu,
cakupan kegiatan, dan keterampilan arsitektur, yang diperoleh dan dikembangkan
baik melalui pendidikan formal, informal, maupun nonformal.
Proses pendidikan, pengalaman, dan peningkatan ketrampilan yang membentuk
kecakapan dan kepakaran itu dinilai melalui pengujian keprofesian di bidang
arsitektur.

6|Page
Hal itu dapat memberikan penegasan kepada masyarakat, bahwa seseorang
bersertifikat keprofesian arsitek dianggap telah memenuhi standar kemampuan
memberikan pelayanan penugasan profesionalnya di bidang arsitektur dengan
sebaik-baiknya. Secara umum, para arsitek memiliki kewajiban dan tanggung
jawab untuk selalu menjunjung tinggi dan meningkatkan nilai-nilai budaya dan
arsitektur, serta menghargai dan ikut berperan serta dalam mempertimbangkan
segala aspek sosial dan lingkungan untuk setiap kegiatan profesionalnya, dan
menolak hal-hal yang tidak profesional.

Standar Etika 1.1


Pengabdian Diri
Arsitek melakukan tugas profesinya sebagai bagian dari pengabdiannya kepada
Tuhan Yang Maha Esa, dengan mengutamakan kepentingan negara dan bangsa.

Standar Etika 1.2


Pengetahuan dan Keahlian
Arsitek senantiasa berupaya meningkatkan pengetahuan dan keahlian serta sikap
profesionalnya sesuai dengan nilai-nilai moral maupun spiritual.
Kaidah Tata Laku 1.201
Dalam berkarya, arsitek wajib menampilkan kepakaran dan kecakapannya secara
taat asas.

Standar Etika 1.3


Standar Keunggulan
Arsitek selalu berupaya secara terus menerus untuk meningkatkan mutu karyanya,
antara lain melalui pendidikan, penelitian, pengembangan, dan penerapan
arsitektur.

7|Page
Standar Etika 1.4
Warisan Alam, Budaya dan Lingkungan
Arsitek sebagai budayawan selalu berupaya mengangkat nilai-nilai budaya
melalui karya, serta wajib menghargai dan membantu pelestarian, juga berupaya
meningkatkan kualitas lingkungan hidupnya yang tidak semata–mata
menggunakan pendekatan teknis-ekonomis tetapi juga menyertakan asas
pembangunan berkelanjutan.
Kaidah Tata Laku 1.401
Arsitek berkewajiban berperan aktif dalam pelestarian bangunan/arsitektur dan
atau kawasan bersejarah yang bernilai tinggi.
Kaidah Tata Laku 1.402
Arsitek berkewajiban meneliti secara cermat sebelum melakukan rencana
peremajaan, pembongkaran bangunan/kawasan yang dinilai memiliki potensi
untuk dilestarikan sesuai dengan peraturan yang berlaku, baik sebagian maupun
seluruhnya.
Kaidah Tata Laku 1.403
Arsitek berkewajiban memberitahukan dan memberikan saran–saran kepada
Pengurus IAI Daerah/Cabang untuk diteruskan kepada yang berwenang, apabila
mengetahui ada rencana perombakan, peremajaan, pembongkaran bangunan dan
atau kawasan yang perlu dilestarikan di daerahnya.
Kaidah Tata Laku 1.404
Arsitek mengusahakan penggunaan sumber daya secara efisien, meningkatkan
mutu sumber daya manusia, mempertahankan dan memperkaya keanekaan hayati,
serta kelestarian lingkungan, khususnya pembangunan berkelanjutan.

8|Page
Standar Etika 1.5
Nilai Hak Asasi Manusia
Arsitek wajib menjunjung tinggi hak–hak asasi manusia dalam setiap upaya
menegakkan profesinya.
Kaidah Tata Laku 1.501
Dalam menjalankan kegiatan profesionalnya, arsitek bersikap tidak membeda-
bedakan seseorang/golongan atas dasar penilaian ras/suku, agama, kebangsaan,
cacat, atau orientasi gender.

Standar Etika 1.6


Arsitektur, Seni dan Industri Konstruksi
Arsitek bersikap terbuka dan sadar untuk memadukan arsitektur dengan seni-seni
terkait dan selalu berusaha menumbuh kembangkan ilmu dan pengetahuan dalam
memajukan proses dan produk industri konstruksi.

B. Kaidah Dasar 2
Kewajiban Terhadap Masyarakat
Para arsitek memiliki kewajiban kemasyarakatan untuk mendalami
semangat dan inti hukum–hukum serta peraturan terkait, dan bersikap
mendahulukan kepentingan masyarakat umum.
Standar Etika 2.1
Tata Laku
Arsitek wajib menjunjung tinggi tatanan hukum dan peraturan terkait dalam
menjalankan kegiatan profesinya.
Kaidah Tata Laku 2.101
Dalam menjalankan kegiatan profesinya, arsitek mematuhi hukum serta tunduk
pada kode etik dan kaidah tata laku profesi, yang berlaku di Indonesia dan di
negara tempat mereka bekerja. Arsitek tidak dibenarkan bertindak ceroboh dan
mencemarkan integritas dan kepentingan profesi.

9|Page
Kaidah Tata Laku 2.102
Arsitek tidak akan menyampaikan maupun mempromosikan dirinya atau jasa
profesionalnya secara menyesatkan, tidak benar, atau menipu. Arsitek tidak
dibenarkan untuk memasang iklan atau sarana promosi yang menyanjung atau
memuji diri sendiri, apalagi yang bersifat menyesatkan dan mengambil bagian
dari kegiatan publikasi dengan imbal jasa, yang mempromosikan
/merekomendasikan bahan–bahan bangunan atau perlengkapan / peralatan
bangunan.
Kaidah Tata Laku 2.103
Arsitek tidak dibenarkan terlibat dalam pekerjaan yang bersifat penipuan atau
yang merugikan kepentingan pihak lain.
Kaidah Tata Laku 2.104
Arsitek tidak dibenarkan menawarkan/menjanjikan dan atau memberikan uang
atau pemberian lain kepada seseorang atau pihak-pihak tertentu yang bertujuan
memperoleh proyek yang diminati.
Kaidah Tata Laku 2.105
Apabila dalam proses pengerjaan proyeknya, arsitek mengetahui bahwa keputusan
yang diambil oleh pengguna jasa melanggar atau bertentangan dengan hukum
serta kaidah yang berlaku, dan mengancam keselamatan masyarakat umum, maka
arsitek wajib:
 Mengingatkan dan menyarankan pengguna jasa agar mempertimbangkan
kembali keputusannya.
 Menolak pelaksanaan keputusan tersebut.
 Melaporkan perkara ini kepada pihak berwewenang yang berfungsi sebagai
pengawas bangunan atau petugas lain yang terkait untuk meninjau kembali,
terkecuali arsitek penerima tugas dapat memberikan jalan keluar pemecahan
lain.

10 | P a g e
Standar Etika 2.2
Pelayanan Untuk Kepentingan Masyarakat Umum
Arsitek selayaknya melibatkan diri dalam berbagai kegiatan masyarakat, sebagai
bentuk pengabdian profesinya, terutama dalam membangun pemahaman
masyarakat akan arsitektur, fungsi, dan tanggung jawab arsitek.

C. Kaidah Dasar 3
Kewajiban Kepada Pengguna Jasa
Arsitek selalu menunaikan penugasan dari pengguna jasa dengan seluruh
kecakapan dan kepakaran yang dimilikinya dan secara profesional menjaga
kemandirian berpikir dan kebebasan bersikap.

Standar Etika 3.1


Kompetensi
Tugas arsitek harus dilaksanakan secara profesional dengan penuh tanggung
jawab, kecakapan, dan kepakaran.
Kaidah Tata Laku 3.101
Arsitek harus melengkapi diri dengan sertifikat profesi arsitek sesuai dengan
undang-undang yang berlaku, dan selalu memerhatikan peraturan dan
perundangan-undangan pada setiap tahap pelaksanaan tugas perencanaan dan
perancangan.
Kaidah Tata Laku 3.102
Arsitek hanya akan menerima penunjukan akan suatu pekerjaan, jika ia
mempunyai kualifikasi dan meyakini memiliki cukup kecakapan serta kepakaran,
sumber pendanaan dan sumber daya ketrampilan teknis yang mendukung
pelaksanaan setiap bagian kewajiban dari penugasan.
Kaidah Tata Laku 3.103
Arsitek harus selalu meningkatkan kecakapan dan kepakarannya dengan
mengikuti program pengembangan profesi lanjutan yang diselenggarakan atau
telah disetujui IAI.

11 | P a g e
Kaidah Tata Laku 3.104
Dengan tetap menjaga kemandirian berpikir dan kebebasan bersikap, arsitek
mempunyai kewajiban membaktikan seluruh kecakapan dan kepakarannya dengan
penuh ketekunan dan kehati-hatian, mengikuti “Baku Minimum Penyajian”
(Minimum Standard of Performance) yang direkomendasikan/dipujikan IAI, dan
berdasarkan ikatan hubungan kerja yang jelas meliputi antara lain:
 LingkupPenugasan
 Pembagian wewenang dan tanggung jawab, hak dan kewajiban
 Batas-batas wewenang dan tanggung jawab, hak dan kewajiban
 Perhitungan Imbalan Jasa
 Tata cara penyelesaian penugasan.
Kaidah Tata Laku 3.105
Arsitek tidak dibenarkan untuk mengubah atau mengganti lingkup ataupun
target/program kerja suatu penugasan tanpa persetujuan pengguna jasa.
Kaidah Tata Laku 3.106
Arsitek akan menerima imbalan jasa maupun bentuk imbalan lainnya hanya yang
sesuai dengan kesepakatan yang tertera dalam perjanjian hubungan kerja atau
penugasan, dan tidak dibenarkan menerima ataupun meminta kepada pihak lain
dalam bentuk apapun.

Standar Etika 3.2


Kerahasiaan
Arsitek wajib mengemban kepercayaan yang telah diberikan oleh pengguna jasa
kepada dirinya.
Kaidah Tata Laku 3.201
Arsitek akan menjaga kerahasiaan, kepentingan pengguna jasa, dan tidak
dibenarkan memberitahukan informasi rahasia, kecuali seijin pengguna jasa atau
yang telah memperoleh kewenangan hukum, misalnya didasarkan atas keputusan
pengadilan.

12 | P a g e
Standar Etika 3.3
Kejujuran dan Kebenaran
Arsitek wajib berlaku jujur dan menyampaikan kegiatan profesionalnya serta
senantiasa memperbaharui setiap informasi tentang penugasan yang sedang
dikerjakan kepada pengguna jasa.
Kaidah Tata Laku 3.301
Arsitek tidak dibenarkan menawarkan atau mengarahkan suatu pemberian kepada
calon pengguna jasa atau pengguna jasa untuk memperoleh penunjukan pekerjaan.
Kaidah Tata Laku 3.30
Arsitek tidak diperkenankan menyarankan pelanggaran hukum atau kode etik dan
kaidah tata laku profesi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Kaidah Tata Laku 3.303
Arsitek akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan penugasan.
Kaidah Tata Laku 3.304
Arsitek berkewajiban memberitahu pengguna jasa tentang kemajuan pelaksanaan
tugasnya dan masalah-masalah yang berpotensi mempengaruhi kualitas, biaya,
dan waktu.
Kaidah Tata Laku 3.305
Dalam menerapkan standar keprofesian dan keahlian yang terkait, arsitek akan
mengedepankan pengetahuan dan kualitas tenaga ahli, daripada kepentingan lain,
demi terbentuknya karya arsitektur, ilmu/rekayasa dan kegiatan konsultansi
arsitektur.

Standar Etika 3.4


Perbedaan Kepentingan
Arsitek wajib menghindari terjadinya pertentangan atau perbedaan kepentingan
dalam kegiatan profesinya dan senantiasa secara terbuka menyampaikan semua
konflik kepentingan.
Kaidah Tata Laku 3.401
Arsitek wajib menghindari pertentangan atau perbedaan kepentingan dengan
menolak suatu penugasan dan memberi penjelasan secara terbuka kepada

13 | P a g e
pengguna jasa, semua pertentangan kepentingan yang diperkirakan atau yang
tidak dapat dihindarkan akan merugikan pengguna jasa, masyarakat dan
lingkungan. Arsitek dapat mengadakan kerja sama dalam bentuk asosiasi
(partnership) dengan bidang jasa industri konstruksi lain selama tidak terdapat
pertentangan kepentingan.

D. Kaidah Dasar 4
Kewajiban Kepada Profesi
Arsitek berkewajiban menjaga dan menjunjung tinggi integritas dan
martabat profesinya dan dalam setiap keadaan bersikap menghargai dan
menghormati hak serta kepentingan orang lain.
Standar Etika 4.1
Kejujuran dan Keadilan
Arsitek wajib menjalankan profesinya dengan menjunjung tinggi nilai kejujuran
dan keadilan.
Kaidah Tata Laku 4.101
Arsitek yang mengetahui adanya kelalaian ataupun pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh rekan arsitek lain yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
kejujuran, kebenaran, atau kemampuan arsitek, wajib
menyampaikan/melaporkannya kepada Dewan Kehormatan IAI.
Kaidah Tata Laku 4.102
Arsitek tidak dibenarkan menandatangani atau mengesahkan gambar, spesifikasi,
laporan ataupun dokumen kerja lainnya yang tidak berada di bawah tanggung
jawab yang terkendali.
Kaidah Tata Laku 4.103
Arsitek dalam kapasitas profesionalnya, tidak boleh secara sadar membuat
pernyataan yang keliru atas fakta materiil.

14 | P a g e
Standar Etika 4.2
Citra dan Integritas
Arsitek berkewajiban meningkatkan citra dan integritas keprofesiannya melalui
tindakan-tindakan keteladannya dan memastikan agar lingkungan profesinya serta
karyawannya selalu menyesuaikan perilakunya dengan kode etik ini.
Kaidah Tata Laku 4.201
Arsitek tidak dibenarkan membuat pernyataan yang menyesatkan, keliru, atau
palsu mengenai kualifikasi keprofesian, pengalaman kerja, atau penampilan
kerjanya, serta mampu menyampaikan secara cermat lingkup dan tanggung jawab
yang terkait dengan pekerjaan yang diakui sebagai karyanya.
Kaidah Tata Laku 4.202
Arsitek wajib berusaha sewajarnya untuk menekankan agar pihak-pihak di bawah
pengawasannya memahami serta menaati kaidah dan kode etik yang dianutnya.

Standar Etika 4.3


Pengembangan Diri
Arsitek harus senantiasa mengembangkan diri.
Kaidah Tata Laku 4.301
Sebagai seorang profesional, Arsitek harus terus-menerus mengembangkan
kepakarannya, ketrampilan, dan wawasan keprofesiannya.
Kaidah Tata Laku 4.302
Arsitek dengan segala kesungguhan dan kemampuannya, berkewajiban untuk
berperan serta dalam pengembangan Ilmu dan pengetahuan, wawasan
kearsitekturan, kebudayaan, dan pendidikan.

Standar Etika 4.4


Kemitraan
Arsitek bermitra hanya dengan orang yang memiliki kompetensi yang
memadai/sepadan di bidangnya.

15 | P a g e
Kaidah Tata Laku 4.401
Arsitek tidak dibenarkan bermitra dengan seseorang yang sudah tidak terdaftar di
asosiasi profesinya atau tidak memenuhi syarat sebagai anggota organisasi profesi
arsitek yang diakui.

E. Kaidah Dasar 5
Kewajiban Terhadap Sejawat
Arsitek berkewajiban mengakui hak-hak dan menghargai aspirasi
profesional serta kontribusi dari rekan-rekan sesama arsitek dan atau pihak lain
selama proses pekerjaan maupun pada hasil-akhir karyanya.
Standar Etika 5.1
Semangat Kesejawatan
Atas dasar semangat kesejawatan, arsitek wajib saling mengingatkan dengan cara
silih asih, asuh, dan asah.
Kaidah Tata Laku 5.101
Arsitek tidak dibenarkan membeda-bedakan/diskriminatif rekan sejawat atas dasar
ras, agama, kekurangmampuan fisik, cacat badan, status pernikahan, maupun
gender.
Kaidah Tata Laku 5.102
Arsitek berkewajiban membina sesama rekan dan memberikan peluang kepada
arsitek muda untuk mengembangkan kecakapan profesinya.
Kaidah Tata Laku 5.103
Arsitek hendaknya menyediakan suatu lingkungan kerja yang layak bagi mitra
kerja dan karyawannya, memberikan kompensasi/imbalan yang wajar, serta
memfasilitasi pengembangan kecakapan profesionalnya.
Kaidah Tata Laku 5.104
Arsitek menyampaikan pengaduan pelanggaran kode etik IAI hanya kepada
Dewan Kehormatan IAI dengan itikad baik dan bukan untuk
merugikan/mencemarkan nama baik sesama rekan arsitek.

16 | P a g e
Standar Etika 5.2
Pengakuan Kesejawatan
Arsitek tidak dibenarkan akan berusaha menggusur arsitek lain dari suatu
penunjukan pekerjaan.
Kaidah Tata Laku 5.201
Arsitek apabila didekati dan ditawari oleh seorang pemberi tugas untuk
melaksanakan suatu proyek atau jasa profesional yang diketahuinya masih dalam
penunjukan arsitek lain, wajib memberi tahu arsitek yang bersangkutan.
Kaidah Tata Laku 5.202
Arsitek tidak dibenarkan untuk mengambil alih hak intelektual atau
memanfaatkan karya/kreasi atau ide dari arsitek lain tanpa ijin yang jelas dari
arsitek pemilik gagasan tersebut.
Kaidah Tata laku 5.203
Arsitek dapat/boleh melanjutkan atau menggantikan pekerjaan sesama arsitek
setelah ada penyelesaian hubungan kerja antara pengguna jasa dan arsitek yang
digantikannya.
Kaidah Tata Laku 5.204
Arsitek hendaknya membangun reputasi profesionalnya atas dasar penilaian jasa,
kinerjanya dan mengakui serta menyatakan penghargaan pada pihak lain atas hasil
kinerja profesional mereka.
Standar Etika 5.3
Imbalan Jasa Sepadan
Arsitek dihargai sesuai dengan lingkup cakupan jasa yang
diberikannya/diselesaikannya.
Kaidah Tata Laku 5.301
Arsitek pada saat menawarkan jasanya sebagai konsultan mandiri tidak akan
menyebutkan imbalan jasa apabila tidak diminta. Arsitek harus mempunyai
informasi yang cukup mengenai sifat dan lingkup pekerjaannya, untuk dapat
mengajukan suatu usulan imbalan jasa yang akan diberikan, agar pemberi tugas
dan masyarakat terlindungi dari pengurangan dan penambahan lingkup jasa yang
tidak berada di bawah tanggung jawabnya.

17 | P a g e
Kaidah Tata Laku 5.302
Arsitek saat menawarkan jasanya sebagai konsultan bebas tidak akan mengubah
usulan imbalan jasa yang telah diajukannya demi mendapatkan keuntungan
kompetitif, setelah melihat proposal imbalan jasa yang diusulkan oleh arsitek lain
untuk pekerjaan yang sama, agar pemberi tugas dan masyarakat terlindungi dari
pengurangan dan penambahan lingkup jasa yang tidak berada di bawah tanggung
jawabnya.

Standar Etika 5.4


Partisipasi Dalam Sayembara
Arsitek dibenarkan berpartisipasi dalam suatu sayembara perancangan arsitektur
hanya apabila kaidahnya adil, jujur, dan sesuai format yang diakui IAI.
Kaidah Tata Laku 5.401
Arsitek tidak dibenarkan mengikuti suatu sayembara arsitektur yang telah
dinyatakan oleh IAI sebagai tidak layak diikuti.
Kaidah Tata Laku 5.402
Arsitek apabila ditunjuk sebagai penilai dalam suatu tender atau sayembara harus
bertindak sesuai dengan kapasitasnya.

Standar Etika 5.5


Penilaian Atas Arsitek Lain
Arsitek hendaknya tidak akan melecehkan karya arsitek lain dengan tujuan untuk
menguntungkan pihak tertentu dengan cara tidak adil, dalam forum terbuka atau
media massa.
Kaidah Tata Laku 5.501
Arsitek, bila ditunjuk untuk memberikan opini mengenai pekerjaan arsitek lain,
akan memberitahu arsitek yang bersangkutan, kecuali bila hal tersebut jelas atau
kemungkinan akan mempengaruhi hasil tindakan litigasi atau tindakan litigasi
yang sedang berjalan.

18 | P a g e
PENUTUP
Bertambahnya jumlah arsitek yang berkarya dan terbatasnya jumlah
pekerjaanpembangunan yang tersedia tentunya akan meningkatkan persaingan
antar arsitek,persinggungan tentunya acapkali terjadi, kedepa tinggal bagaimana
para arsitek mensikapinya. Dengan memahami dan menerapkan kaidah tata laku
profesiarsitek diharapkan masing-masing arsitek baik secara indifidu ataupun
institusi memacu diri untuk meningkatkan kemampuan dalam menjalankan
profesiarsiteknya dengan penuh tanggung jawab dan bermartabat

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai