Askep Maternitas New
Askep Maternitas New
Askep Maternitas New
Disusun Oleh:
Kelompok 5
2020-2021
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan judul “Asuhan keperawatan Hipertensi Pada Masa
Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Selatan”.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................5
C. Tujuan....................................................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................6
A. Konsep Dasar Hipertensi Dalam Kehamilan.......................................6
B. Konsep ...............................................................................................16
C. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi Dalam Kehamilan .........30
BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................60
BAB IV PENUTUP.............................................................................................92
A. Kesimpulan.............................................................................................97
B. Saran.......................................................................................................97
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................99
BAB I
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, dimana keadaan tersebut
merupakan suatu fase teristimewa dalam kehidupan seorang wanita.Beberapa ibu
hamil tersebut bisa melewatinya dengan ceria hingga melahirkan, tetapi juga tidak
jarang yang mengalami masalah kesehatan dalam kehamilannya. Masalah
kesehatan yang sering muncul pada kehamilan salah satunya adalah hipertensi
dalam kehamilan (Yohanna,Yovita, & Yessica, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan
merupakan salahsatu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu
bersalin (Prawirohardjo, 2013).
World Health Organization (WHO) tahun 2015 juga memperkirakan AKI di
negara–Negara Kawasan ASIA pada tahun 2015 sebesar 164 per 100.000
kehamilan, negara-negara ASEAN seperti Malaysia 40 (32-53) per 100.000 kelahiran
hidup, Vietnam 54 (41-74) per 100.000 kelahiran hidup serta Filipina 114 (87-175)
per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2016). Pencapaian Sustainable Development
Goals(SDGs) terkait tujuan kelima MDGs yaitu menurunkan angka kematian ibu
melahirkan, dimana target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian
per 100.000 kelahiran hidup. Namun dalam kenyataannya target tersebut masih sulit
dicapai dimanaAKI di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sebesar 305 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2017). Secara global, lima
penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan sebanyak 30,1%, hipertensi
26,9%, infeksi 5,6%, partus lama 1,8%, abortus 1,6% dan lain-lain 34,5% (Lalage,
2013). Sedangkan penyebab kematian ibu di Indonesia akibat hipertensi dalam
kehamilan (HDK) proporsinya semakin meningkat, hampir 30% kematian ibu di
Indonesia disebabkan oleh HDK (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan data UNICEF (2015), menyatakan jumlah kematian ibu dananak
setiap tahun akibat komplikasi kehamilan dan persalinan menurun dari 532.000 pada
tahun 1990 menjadi 303.000 pada tahun 2015, dan initerjadi hampir di 99% negara
berkembang. Penyebab utama kematian ibuadalah akibat komplikasi dari kehamilan
atau melahirkan. Komplikasi tersebut salah satunya adalah hipertensi dalam
kehamilan yang telahmenyumbangkan 14% penyebab kematian maternal di dunia
(UNICEF,2015).
Kematian ibu di Indonesia yang disebabkan oleh hipertensi mulai dari tahun
2010 sampai 2013 terus mengalami peningkatan. Tahun 2010 angka kematian ibu
4
mencapai 21,5 %, tahun 2011 (24,7%), tahun 2012 (26,9%), sedangkan pada tahun
2013 mencapai 27,1% (Kemenkes RI, 2015).
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas maka kami membuat
makalah hipertensi dalam kehamilan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ibu
Hamil Dengan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Leuwi Gajah Cimahi Selatan”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Klien dengan
Hipertensi Pada Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Cimahi Selatan?“
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari Makalah ini untuk memberikan Asuhan Keperawatan
Hipertensi pada Masa Kehamilan di Wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan.
2. Tujuan Khusus
1) Melaksanakan pengkajian Hipertensi pada masa Kehamilan di wilayah kerja
Puskesmas Cimahi Selatan.
2) Merumuskan/ menegakkan diagnosa keperawatan Hipertensi pada masa
Kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan.
3) Menyusun rencana tindakan Hipertensi pada masa Kehamilan di wilayah
kerja Puskesmas Cimahi Selatan.
4) Melaksanakan implementasi Hipertensi pada masa Kehamilan di wilayah
kerja Puskesmas Cimahi Selatan.
5) Melaksanakan evaluasi Hipertensi pada masa Kehamilan di wilayah kerja
Puskesmas Cimahi Selatan.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
b. Hiperplasentosis, misalnya : mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes
melitus, hidrops fetalis, bayi besar.
c. Umur
d. Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/ eklampsia
e. Penyakit- penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
f. Obesitas
4. Patofisiologi
Prawirohardjo (2013), menjelaskan beberapa teori yang mengemukakan
terjadinya hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah :
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari
cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah
tersebut menembus miometrium berupa uteri arkuarta dan memberi cabang
arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis
dan artrei basalis memberi cabang arteri spiralis.
Kehamilan normal akan terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot
arteri spiralis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga
terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar
arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan
arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Keadaan ini akan memberi
dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan
peningkatan tekanan darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya aliran
darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga
dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini sering
dinamakan dengan remodeling arteri spiralis.
Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi selsel
trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarrya.
Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen
arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi
kegagalan remodeling arteri spiralis. Sehingga aliran darah uteroplasenta
menurun, dan terjadi hipoksia dan iskemia plasenta.
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan
oksidan yang disebut juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut akan
menghasilkan oksidan penting, salah satunya adalah radikal hidroksil yang
sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah.
7
Radikal hidroksil tersebut akan merusak membran sel yang mengandung
banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.
Peroksida lemak tersebut selain akan merusak membran sel, juga akan
merusak nukleus, dan protein sel endotel. Peroksida lemak sebagai oksidan
akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak
membran sel endotel. Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak,
maka terjadi kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari
membran sel endotel.
Kerusakan membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi
endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel.
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan prakondisi
untuk terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan desidua ibu, disamping
untuk menghadapi sel natular killer. HLA-G tersebut akan mengalami
penurunan jika terjadi hipertensi dalam kehamilan. Hal ini menyebabkan
invasi desidua ke trofoblas terhambat. Awal trimester kedua kehamilan
perempuan yang mempunyai kecendrungan terjadi pre-eklampsia, ternyata
mempunyai proporsi helper sel yang lebih rendah bila dibanding pada
normotensif.
d. Teori adaptasi kardiovaskuler
Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akanhilangjika terjadi
hipertensi dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan
terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah
terhadap bahan vasopresor hilang hingga pembuluh darah menjadi sangat
peka terhadap bahan vasopresor.
e. Teori Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan
secara familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa
pada ibu yang mengalami pre-eklampsia, 2,6% anak perempuannya akan
mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu
mengalami preeklampsia.
f. Teori defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi
berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Misalnya seorang ibu
yang kurang mengkonsumsi minyak ikan, protein dan lain-lain.
g. Teori stimulus inflamasi
8
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam
sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi.
Plasenta juga akan melepaskan debris trofoblas dalam kehamilan normal.
Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas, akibar reaksi
steress oksidatif.
Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang
timbulnya proses inflamasi. Proses apoptosis pada preeklampsia terjadi
peningkatan stress oksidatif, sehingga terjadi peningkatan produksi debris
apoptosis dan dan nekrotik trofoblas. Makin banyak sel trofoblas plasenta
maka reaksi stress oksidatif makin meningkat, sehingga jumlah sisa debris
trofoblas juga makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi
inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh lebih besar dibanding reaksi inflamasi
pada kehamilan normal(Prawirohardjo, 2013).
Berdasarkan teori di atas, akan mengakibatkan terjadinya kerusakan
membran sel endotel. Kerusakan ini mengakibatkan terganggunya fungsi
endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel. Keadaan ini disebut
dengan disfungsi sel endotel. Apabila terjadi disfungsi sel endotel, maka akan
terjadi beberapa gangguan dalam tubuh, diantaranya adalah :
1. Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel
endotel adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya produksi
prostasiklin (PGE2) yang merupakan suatu fasodilator kuat.
2. Perubahan pada sel endotel kapiler glomerulus
3. Peningkatan permeabilitas kapiler
4. Peningkatan produksi bahan- bahan vasopresor, yaitu endotelin. Kadar
NO (vasodilator) menurun, sedangkan endotelin (vasokonstriktor)
meningkat
5. Peningkatan vaktor koagulasi
6. Agresi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan.
Agresi sel-sel trombosit ini untuk menutupi tempattempat di lapisan
endotel yang mengalami kerusakan. Terjadinya agresi trombosit akan
memproduksi tromboksan (TXA2) yang mana tromboksan tersebut
merupakan suatu vasokonstriktor kuat. Ibu hamil yang mengalami
hipertensi akan terjadi perbandingan kadar tromboksan (vasokonstriktor
kuat) lebih tinggi dari pada prostasiklin (vasodilator kuat), sehingga
menyebabkan pembuluh darah cendrung mengalami vasokonstriksi, dan
terjadi kenaikan tekanan darah.
9
Reeder (2011), menjelaskan patofisiologi hipertensi dalam kehamilan terjadi
karena adanya vasokonstriksi arteriol, vasospasme sistemik, dan kerusakan
pembuluh darah merupakan karakteristik terjadinya hipertensi dalam
kehamilan. Sirkulasi arteri terganggu karena adanya segmen yang
menyempit dan melebar yang berselang-seling. Kerja vasospastik tersebut
merusak pembuluh darah akibat adanya penurunan suplai darah dan
penyempitan pembuluh darah di area tempat terjadinya pelebaran. Apabila
terjadi kerusakan pada endotelium pembuluh darah, trombosit, fibrinogen,
dan hasil darah lainnya akan dilepaskan ke dalam interendotelium.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan peningkatan permeabilitas
albumin, dan akan mengakibatkan perpindahan cairan dari ruang
intravaskuler ke ruang ekstravaskuler yang terlihat secara klinis sebagai
edema (Reeder, 2011).
10
5. PathWay Hipertensi Dalam Kehamilan
12
13
6. Manifestasi Klinis
Jhonson (2014), menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari hipertensi
dalam kehamilan adalah sebagai berikut : Gejala yang timbul akan beragam,
sesuai dengan tingkat PIH dan organ yang dipengaruhi.
1) Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk dapat
mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran prematur.
2) Mengalami hipertensi diberbagai level.
3) Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.
4) Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper refleksia
mungkin akan terjadi.
5) Berpotensi gagal hati.
6) kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.
7) Meningkatnya enzim hati.
8) Jumlah trombosit menurun.
14
permeabilitas vaskular. Proses tersebut dapat menjelaskan terjadinya
proteinuria pada preeklampsi. Kadar kreatinin plasma pada
preeklampsi umumnya normal atau naiksedikit (1,0-1,5mg/dl). Hal ini
disebabkan karena preeklampsi menghambat filtrasi, sedangkan
kehamilan memacu filtrasi sehingga terjadi kesimpangan (Guyton, 2007).
b. Eklampsia
Eklampsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan
preeclampsia yang tidak dapat disebabkan oleh hal lain. Kejang bersifat
grand maL atau tonik-klonik generalisata dan mungkin timbul
sebelum,selama atau setelah persalinan. Eklampsia paling sering
terjadi pada trimester akhir dan menjadi sering mendekati aterm. Pada
umumnya kejang dimulai dari makin memburuknya preeklampsia dan
terjadinya gejala nyeri kepala daerah frontal,gangguan penglihatan, mual,
nyeri epigastrium dan hiperrefleksia. Konvulsi eklampsi dibagi menjadi 4
tingkat,yaitu (Prawirohardjo, 2013) :
a) Tingkat awal atau aura
Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik.Mata penderita terbuka
tanpa melihat,kelopak mata bergetar demikian pula tangannya dan
kepala diputar kekanan atau ke kiri.
b) Tingkat kejang tonik
Berlangsung kurang lebih 30 detik. Dalam tingkat ini seluruh otot
menjadi kaku, wajah kelihatan kaku,tangannya menggenggam dan
kaki membengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, muka terlihat
sianotik dan lidah dapat tergigit.
c) Tingkat kejang klonik
Berlangsung antara 1-2 menit, Kejang tonik menghilang. Semua otot
berkontraksi secara berulang-ulang dalam tempoyang cepat. Mulut
membuka dan menutup sehingga lidah dapat tergigit disertai bola
mata menonjol. Dari mulut, keluar ludah yang berbusa, muka
menunjukkan kongesti dan sianotik. Penderita menjadi tak
sadar.Kejang klonik ini dapat terjadi demikian hebatnya, sehingga
penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya kejang
berhenti dan penderita menarik napas secara mendengkur.
d) Tingkat koma
Lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan
penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa
sebelum itu timbul serangan baru yang berulang, sehingga penderita
15
tetap dalam koma. Selama serangan ,tekanan darah meninggi, nadi
cepat dan suhu meningkat sampai 40 C.
Kejang pada eklampsi berkaitan dengan terjadinya edema serebri.
Secara teoritis terdapat dua penyebab terjadinya edema serebri fokal
yaitu adanya vaso spasme dan dilatasi yang kuat. Teori vaso
spasme menganggap bahwa over regulation serebrovaskuler akibat
naiknya tekanan darah menyebabkan vaso spasme yang berlebihan
yang menyebabkan iskemialokal. Akibat iskemia akan menimbulkan
gangguan metabolisme energi pada membran sel sehingga akan
terjadi kegagalan ATP-dependent Na/K pump yang akan
menyebabkan edema sitotoksik. Apabila proses ini terus berlanjut
maka dapat terjadi ruptur membransel yang menimbulkan lesi
infark yang bersifat irreversible. Teoriforce dilatation
mengungkapkan bahwa akibat peningkatan tekanan darah yang
ekstrim pada eklampsi menimbulkan kegagalan vasokonstriksi
autoregulasi sehingga terjadi vasodilatasi yang berlebihan dan
peningkatan perfusi darah serebralyang menyebabkan rusaknya
barier otak dengan terbukanya tightjunction sel-sel endotel
pembuluh darah. Keadaan ini akan menimbulkan terjadinya edema
vasogenik. Edema vaso genik ini mudah meluas keseluruh sistem
saraf pusat yang dapat menimbulkan kejang pada eklampsi (Sudibjo
P,2010).
2) Hipertensi dalam kehamilan sebagai akibat dari hipertensi menahun
a. Hipertensi kronik
Hipertensi kronik dalam kehamilan adalah tekanan darah ≥ 140/90 mmHg
yang didapatkan sebelum kehamilan atau sebelum umur kehamilan
20 minggu dan hipertensi tidak menghilang setelah 12 minggu pasca
persalinan. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi kronis dibagi
menjadi dua, yaitu hipertensi primer dan sekunder. Pada hipertensi
primer penyebabnya tidak diketahui secara pastiatau idiopatik.
Hipertensi jenis ini terjadi 90-95% dari semua kasus hipertensi.
Sedangkan pada hipertensi sekunder, penyebabnya diketahui secara
spesifik yang berhubungan dengan penyakit ginjal, penyakit endokrin dan
penyakit kardiovaskular (Manuaba,2007).
b. Superimposed preeklampsia
Pada sebagian wanita, hipertensi kronik yang sudah ada sebelumnya
semakin memburuk setelah usia gestasi 24 minggu. Apabila disertai
16
proteinuria, diagnosisnya adalah superimpose preeklampsi pada
hipertensi kronik (superimposed preeclampsia). Preeklampsia pada
hipertensi kronik biasanya muncu lpada usia kehamilan lebih dini dari
pada preeklampsi murni, serta cenderung cukup parah dan pada banyak
kasus disertai dengan hambatan pertumbuhan janin (Manuaba, 2007).
3) Hipertensi Gestasional
Hipertensi gestasional didapat pada wanita dengan tekanan darah
≥140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali selama kehamilan tetapi belum
mengalami proteinuria. Hipertensi gestasional disebut transien hipertensi
apabila tidak terjadi preeklampsi dan tekanan darah kembali normal dalam 12
minggu postpartum. Dalam klasifikasi ini, diagnosis akhir bahwa yang
bersangkutan tidak mengalami preeklampsi hanya dapat dibuat saat
postpartum. Namun perlu diketahui bahwa wanita dengan hipertensi
gestasional dapat memperlihatkan tanda-tanda lain yang berkaitan dengan
preeklampsi, misalnya nyeri kepala, nyeri epigastrium atau trombositopenia
yang akan mempengaruhi penatalaksanaan (Cunningham G, 2013).
7. Pemeriksaan Daignostik
Manuaba dkk (2013) dan Purwaningsih & Fatmawati(2010) menyebutkan
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi
diantaranyana :
a. Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria
b. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan protein.
c. Fungsi hati : meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine
aminotransferase atau meningkatnya aspartate ).
d. Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit abnormal,
karena gangguan fungsi ginjal.
e. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
f. USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin
g. Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.
8. Penatalaksanaan
Manuaba dkk(2013), menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat
dilaukan pada pasien dengan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
a. Hipertensi ringan
Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat
untuk menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari dengan
posisi miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior, terjadi
peningkatan darah vena untuk meningkatkan peredaran darah menuju
17
jantung dan plasenta sehingga menurunkan iskemia plasenta, menurunkan
tekanan darah, meningkatkan aliran darah menuju ginjal dan meningkatkan
produksi urin.Pasien juga dianjurkan segera berobat jika terdapat gejala kaki
bertambah berat (edema), kepala pusing, gerakan janin terasa berkurang dan
mata makin kabur.
b. Hipertensi Berat
Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan
tirah baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan untuk
menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi, pemberian diuretik,
pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian antasida.
c. Hipertensi kronis
Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk evaluasi
menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur, pemeriksaan
kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi paru).
Penatalaksanaan terhadap hipertensi dalam kehamilan tersebut juga
dijelaskan oleh Purwaningsih dan Fatmawati (2010) dan Prawirohardjo (2013),
beberapa penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan diantaranya :
a. Anjurkan melakukan latihan isotonik dengan cukup istirahat dan tirah baring.
b. Hindari kafein, merkok, dan alkohol.
c. Diet makanan yang sehat dan seimbang, yaitu dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung cukup protein, rendah karbohidrat, garam
secukupnya, dan rendah lemak.
d. Menganjurkan agar ibu melakukan pemeriksaan secara teratur, yaitu minimal
4 kali selama masa kehamilan. Tetapi pada ibu hamil dengan hipertensi
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan yang lebih sering,
terutama selama trimester ketiga, yaitu harus dilakukan pemeriksaan setiap 2
minggu selama 2 bulan pertama trimester ketiga, dan kemudian menjadi
sekali seminggu pada bulan terakhir kehamilan.
e. Lakukan pengawasan terhadap kehidupan dan pertumbuhan janin dengan
USG.
f. Pembatasan aktivitas fisik.
g. Penggunaan obat- obatan anti hipertensi dalam kehamilan tidak diharuskan,
karena obat anti hipertensi yang biasa digunakan dapat menurunkan perfusi
plasenta dan memiliki efek yang merugikan bagi janin. Tetapi pada hipertensi
berat, obat-obatan diberikan sebagai tindakan sementara. Terapi anti
hipertensi dengan agen farmakologi memiliki tujuan untuk mengurangi
tekanan darah perifer, mengurangi beban kerja ventrikel kiri, meningkatkan
18
aliran darah ke uterus dan sisitem ginjal serta mengurangi resiko cedera
serebrovaskular.
9. Komplikasi
Purwaningsih & Fatmawati (2010) dan Mitayani (2011), menyebutkan
beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi dalam kehamilan
pada ibu dan janin.
Pada ibu :
a. Eklampsia
b. Pre eklampsia berat
c. Solusio plasenta Kelainan ginjal
d. Perdarahan subkapsula hepar
e. Kelainan pembekuan darah
f. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platellet count).
g. Ablasio retina.
Pada janin :
a. Terhambatnya pertumbuhan janin dalam uterus
b. Kelahiran prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Hiperensi dalam Kehamilan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Pengkajian pada pasien dengan kasus hipertensi dalam kehamilan meliputi :
1) Identitas umum ibu, seperti:nama, tempat tanggal lahir/umur, pendidikan,
suku bangsa, pekerjaan, agama, dan alamat rumah
2) Data Riwayat Kesehatan
a) kesehatan sekarang :
b) Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah frontal, terasa
sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi gangguan visus, mual
dan muntah, tidak nafsu makan, bisa terjadi gangguan serebral, bisa
terjadi edema pada wajah dan ekstermitas, tengkuk terasa berat, dan
terjadi kenaikan berat badan 1 kg/ minggu.
c) Riwayat kesehatan Dahulu:
Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu menderita
penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan ibu
mempunyai riwayat preeklampsia dan eklampsia pada kehamilan
19
terdahulu, biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas, ibu
mungkin pernah menderita gagal ginjal kronis.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan mempunyai riwayat kehamilan dengan hipertensi dalam
keluarga.
3) Riwayat Perkawinan
Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau
di atas 35 tahun.
4) Riwayat Obstetri
Biasanya hipertensi dalam kehamilan paling sering terjadi pada ibu hamil
primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa dan
semakin semakin tuanya usia kehamilan (Prawirohardjo, 2013).
b. Pemeriksaan Fisik
20
Keadaan umum : Biasanya ibu hamil dengan hipertensi akan mengalami
kelemahan.
Berat Badan : Biasanya akan terjadi peningkatan berat badan lebih dari
0,5 kg/minggu, dan pada ibu hamil yang mengalami
preeklampsia akan terjadi peningkatan BB lebih dari 1
kg/minggu atau sebanyak 3 kg dalam 1 bulan
22
lahir cacat ataupun meninggal dunia, sehingga ia takut untuk melahirkan
(Prawihardjo, 2013).
2. Analisa Data
1 Gejala dan tanda mayor Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005) Pola Nafas
DS: - Dipsnea Tidak Efektif
DO:
- Pernapasan pursed-lip.
- Pernapasan cuping
hidung.
- Diameter thoraks
anterior—posterior
meningkat
- Ventilasi semenit
menurun
- Kapasitas vital menurun
- Tekanan ekspirasi
menurun
- Tekanan inspirasi
menurun
- Ekskursi dada berubah
23
DO:
- Parastesia.
- Nyeri ekstremitas
(klaudikasi intermiten).
DO:
- Parastesia.
- Nyeri ekstremitas
(klaudikasi intermiten).
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis.
waspada, posisi
menghindari nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi
meningkat
- Sulit tidur
- Tekanan darah
meningkat
- pola napas berubah
- nafsu makan berubah
24
- proses berpikir
terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri
sendiri
- Diaforesis
1. Ketidaknormalan profil
darah
2. Perubahan orientasi
afektif
3. Perubahan sensasi
4. Disfungsi autoimun
5. Disfungsi biokimia
6. Hipoksia jaringan
7. Kegagalan mekanisme
pertahanan tubuh
8. Malnutrisi
9. Perubahan fungsi
psikomotor
10. Perubahan fungsi kognitif
-Dispnea saat/setelah
25
aktivitas
-Merasa tidak nyaman setelah
beraktivitas
-Merasa lemah
DO:
-Merasa bingung.
-Merasa khawatir dengan
akibat.
-Sulit berkonsenstrasi.
DO:
-Tampak gelisah.
-Tampak tegang.
-Sulit tidur
-Mengeluh pusing.
-Anoreksia.
-Palpitasi.
-Merasa tidak berdaya.
DO:
26
-Tremos.
-Muka tampak pucat.
-Suara bergetar.
-Kontak mata buruk.
-Sering berkemih.
-Berorientasi pada masa lalu.
27
4. Rencana Keperawatan (Intervensi)
1 (D.0005) Pola nafas tidak efektif Pola Nafas (L.01004) Pemantauan Respirasi (I.01014)
berhubungan dengan hipoventilasi Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan 3x24 jam inspirasi dan
1. Monitor pola nafas, monitor saturasi
ekspirasi yang tidak memberikan
oksigen
ventilasi adekuat membaik. Kriteria
2. Monitor frekuensi, irama kedalaman
hasil:
dan upaya nafas
1. Dispnea menurun (5) 3. Minitor adanya sumbatan jalan nafas
2. Penggunaan otot bantu nafas Terapeutik
menurun (5)
1. Atur interval pemantauan respirasi
3. Ortopnea menurun (5)
sesuai kondisi pasien
4. Pernafasan pursed lift menurun (5)
Edukasi
5. Pemanjangan fase ekspirasi
menurun (5) 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
6. Pernafasan cuping hidung menurun pemantauan
(5) 2. Informasikan hasil pemantauan, jika
7. Frekuensi nafas membaik (5) perlu
8. Kedalaman nafas membaik (5) Terapi Oksigen (I.01011)
9. Ekskursi dada membaik (5) Observasi
10. Ventilasi semenit membaik (5)
1. Monitor kecepatan aliran listrik
11. Kapasitas vital membaik (5)
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
28
12. Diameter thoraks anterior-posterior 3. Monitor tanda-tanda Hipoventilasi
membaik (5) 4. Monitor integitas mukosa hidung akibat
13. Tekanan ekspirasi membaik (5) pemasangan oksigen
14. Tekakan inspirasi membaik (5) Terapeutik
2 (D.0009) Perfusi perifer tidak efektif Perfusi perifer (L.02011) Perawatan sirkulasi (I.02079)
berhubungan dengan kurang suplai Setelah dilakukan tindakan Observasi
oksigen ke jaringan keperawatan selama 3x24 jam perfusi
1. Periksa sirkulasi perifer
perifer meningkat dengan kriteria hasil:
2. Identifikasi factor resiko gangguan
1. Kekuatan nadi perifer meningkat (5) sirkulasi
2. Penyembuhan luka meningkat (5) 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
3. Sensasi meningkat (5) bengkak pada ekstremitas
4. Warna kulit pucat menurun (5) Terapeutik
5. Edema perifer menurun (5)
1. Hindari pemasangan infus atau
6. Nyeri ekstremitas menurun (5)
29
7. Parastesia menurun (5) pengambilan darah di area
8. Kelemahan otot menurun (5) keterbatasan perfusi
9. Kram otot menurun (5) 2. Hindari pengukuran tekanan darah
10. Bruits femoralis menurun (5) pada ekstremitas dengan keterbatasan
11. Nekrosis menurun (5) perfusi
12. Pengisian kapiler membaik (5) 3. Hindari penekanan dan pemasangan
13. Akral membaik (5) tourniquet pada area yang cidera
14. Turgor kulit membaik (5) 4. Lakukan pencegahan infeksi
15. Tekanan darah sistolik membaik (5) 5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
16. Tekanan darah diastolok membaik 6. Lakukan hidrasi
(5) Edukasi
17. Tekanan arteri rata-rata membaik
1. Anjurkan berhenti merokok
(5)
2. Anjurkan berolahraga
18. Indeks ankle-brachial membaik (5)
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol jika perluu
5. Anjurkan menghindari penggunaan
obat penyekat beta
6. Anjurkan melakukan perawatan kulit
yang tepat
7. Anjurkan program rehabilitasi vascular
30
8. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi
9. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan.
3 (D.0077) Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
dengan agen cedera biologis. keperawatan tingkat nyeri menurun Observasi
(L.08066), dengan kriteria hasil : 1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Kemampuan menuntaskan aktivitas kualitas, intensitas nyeri
meningkat (5) 2. Identifikasi skala nyeri
2. Keluhan nyeri menurun (5) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Meringis menurun (5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat
4. Sikap protektif menurun (5) dan memperingan nyeri
5. Gelisah menurun (5) 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
6. Kesulitan tidur (5) tentang nyeri
7. Mernarik diri menurun (5) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
8. Mual menurun (5) respon nyeri
9. Muntah menurun (5) 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
10. Frekuensi nadi membaik hidup
11. Pola napas membaik (5) 8. Monitor keberhasilan terapi
12. Tekanan darah membaik (5) komplementer yang sudah diberikan
13. Nafsu makan membaik (5) 9. Monitor efek samping penggunaan
14. Pola tidur membaik (5) analgetik
Terapeutik
31
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
32
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
4 (D.0136) Resiko cedera dengan Tingkat cidera (L.141360 Pencegahan cidera (I.14537)
faktor resiko internal ( disfungsi Setelah dilakukan tindakan Observasi
integrasi sensori) keperawatan selama 3x24 jam tingkat
1. Identifikasi area lingkungan yang
cidera menurun dengan kriteria hasil:
berpotensi menyebabkan cidera
1. Toleransi aktivitas meningkat (5) 2. Identifikasi obat yang berpotensi
2. Toleransi makan meningkat (5) menyebabkan cidera
3. Kejadian cidera menurun (5) 3. Identifkasi kesesuaian alas kaki atau
4. Luka/lecet menurun (5) stoking alastis pada ekstremitas bawah
5. Ketegangan otot menurun (5) Terapeutik
6. Fracture menurun (5)
1. Sediakan pencegahan yang memadai
7. Perdarahan menurun (5)
2. Gunakan lampu tidur selama jam tidur
8. Ekspresi wajah kesakitan menurun
3. Sosialisasikan pasien dan keluarga
(5)
dengan lingkungan ruang rawat
9. Agitasi menurun (5)
4. Gunakan alas lantai jika beresiko
10. Iritabilitas menurun (5)
mengalami cidera serius
11. Gangguan mobilitas menurun (5)
5. Sediakan alas kaki antislip
12. Gangguan kognitif menurun (5)
6. Sediakan pispot atau urinal untuk
13. Tekanan darah membaik (5)
eliminasi ditempat tidur, jika perlu
14. Frekuensi nadi meningkat (5)
33
15. Frekuensi nafas meningkat (5) 7. Pastikan bel panggilam atau telepon
16. Pola istirahat/tidur meningkat (5) mudah dijangkau
17. Nafsu makan meningkat (5) 8. Pastikan barang-barang pribadi mudah
dijangkau
9. Pertahankan posisi tempat tidur di posisi
terendah saat digunakan
10. Pastikan roda tempat tidur atau kursi
roda dalm kondisi terkunci
11. Gunakan pengaman tempat tidur sesuai
dengan kebijakan fasilitas pelayanan
kesehatan
12. Pertimbangkan penggunaan alam
elektronk pribadi atau alarm sensor
pada temapt tidur atau kursi
13. Diskusikan mengenai latihan dan terapi
fisik yang diperlukan
14. Diskusikan mengenai alat bnatu
mobilitas yang sesuai
15. Diskusikan bersama anggota keluarga
yang dapat mendampingi pasien
16. Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien sesuai kebutuhan
Edukasi
34
1. Jelaskan alas an intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan keluarga
2. Anjurkan baerganti posisi secara
perlahan dan duduk selama beberapa
menit sebelum berdiri
5 (D.0056) Intoleransi aktifitas Toleransi aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (I.05178)
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
ketidakseimbangan antara suplai keperawatan selama 3x24 jam
1. Identifikasi ganggua fungsi tubuh yang
dan kebutuhan oksigen diharapkan toleransi aktivitas meningkat
mengakibatkan kelelahan
dengan kriteria hasil:
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
1. Kemudahan melakukan aktivitas 3. Monitor pola dan jam tidur
meningkat (5) 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
2. Kecepatan berjalan meningkat (5) selama melakukan aktivitas
3. Jarak berjalan meningkat (5) Terapeutik
4. Kekuatan tubuh bagian atas
1. Sediakan lingkungan nyaman dan
meningkat (5)
rendah stimulus
5. Kekuatan tubuh bagian bawah
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau
meningkat (5)
aktif
6. Toleransi menaiki tangga
3. Berikan aktivitas distraksi yang
meningkat (5)
menenangkan
7. Keluhan lelah menurun (5)
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
8. Dyspnea saat aktivitas menurun (5)
tidak dapat berpindah atau berjalan
9. Dyspnea setelah aktivitas menurun
35
(5) Edukasi
10. Aritmia saat aktivitas menurun (5)
1. Anjurkan tirah baring
11. Aritmia setelah aktivitas menurun
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
(5)
bertahap
12. Sianosis menurun (5)
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
13. Perasaan lemah menurun (5)
tanda dan gejala kelelahan tidak
14. Frekuensi nadi membaik (5)
berkurang
15. Warna kulit membaik (5)
4. Ajarkan strategi koping untuk
16. Tekanan darah membaik (5)
menggurangi kelelahan
17. Saturasi oksigen membaik (5)
Kolaborasi
18. Frekeunsi nafas membaik (5)
19. EKG iskemia membaik (5) 1. Kolaborasi deg=ngan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
36
3. Perilaku gelisah menurun (5) menumbuhkan kepercayaan
4. Perilaku tegang menurun (5) 2. Temani pasien untuk mengurangi
5. Keluhan pusing menurun (5) kecemasan, jika memungkinkan
6. Anoreksia menurun (5) 3. Pahami situasi yang membuat ansietas
7. Palpitasi menurun (5) 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
8. Diaphoresis menurun (5) 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
9. Tremor menurun (5) meyakinkan
10. Pucat menurun (5) 6. Tempat barang pribadi yang
11. Konsentrasi membaik (5) memberikan kenyamanan
12. Pola tidur membaik (5) 7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
13. Frekuensi pernafasan membaik (5) memicu kecemasan
14. Frekuensi nadi membaik (5) 8. Diskusikan perencanaan realistis
15. Tekanan darah membaik (5) tentang peristiwa yang akan datang
16. Kontak mata membaik (5) Edukasi
17. Pola berkemih membaik (5)
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
18. Orientasi membaik (5)
yang mungkin dialami
2. Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
37
persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
38
sesuai dengan topic meningkat (5) Edukasi
5. Perilaku sesuai dengan
1. Jelaskan factor resiko yang dapat
pengetahuan meningkat (5)
mempengaruhi kesehatan
6. Pertanyaan tentang masalah yang
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
dihadapi menurun (5)
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
7. Persepsi yang keliru terhadap
untuk meningkatkan perilaku hidup
masalah menurun (5)
bersih dan sehat
8. Menjalani pemeriksaan yang tidak
tepat menurun (5)
9. Perilaku membaik (5)
39
5. Implementasi Keperawatan
40
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara :
1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam lingkungan keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menilai diagnosis
keperawatan keluarga yang teratasi, teratasi sebagian, atau timbul masalah baru.
Melalui kegiatan evaluasi, perawat dapat menilai pencapaian tujuan yang di
harapkan dan tujuan yang telah di capai oleh keluarga. Bila tercapai sebagian
atau timbul masalah keperawatan baru, kita perlu melakukan pengkajian lebih
lanjut, memodifikasi rencana, atau mengganti dengan rencana yang lebih sesuai
dengan kemampuan keluarga (Sudiharto, 2007). Evaluasi keperawatan keluarga
adalah proses untuk menilai keberhasilan keluarga dalam melaksanakan tugas
kesehatannya sehingga memiliki produktivitas yang tinggi dalam
mengembangkan setiap anggota keluarga (Sudiharto, 2007).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. P
Status : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : D III
41
Alamat : Cimahi Selatan
Penanggung Jawab
Nama : Tn. H
Umur : 34 Tahun
Pekerjaan : Swasta
2. Alasan Masuk
Mengeluh sering pusing, nyeri kepala, tengkuk terasa berat, dan nyeri pada perut
dan kurang nafsu makan.
3. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. P mengeluh sering pusing, nyeri kepala, tengkuk terasa berat, dan nyeri
pada perut.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ny. P mengatakan sebelumnya ada riwayat hipertensi sejak dari kehamilan
pertama.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. P mengatakan orang tuanya ada riwayat hipertensi dan Ibu Ny. P
sebelumnya pernah melahirkan di rumah sakit karena riwayat hipertensi,
sedangkan penyakit keturunan yang lain seperti DM dan Jantung tidak ada.
4) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
Ny. P mengatakan melahirkan anak pertama pada tanggal 16 Juni 2012 di
RSUP Dr. M. Djamil Padang yaitu dengan cara operasi SC dan ditolong oleh
dokter. Jenis kelamin anak yang pertama adalah perempuan dengan PB 47
cm dan BB 4 ,6 kg saat lahir dan sekarang usia anak tersebut adalah 4,5
tahun.
5) Riwayat Kehamilan Sekarang
trimester 1 satu kali dengan keluhan mual muntah, pusing dan tidak nafsu
makan. Pada trimester II tidak pernah melakukan pemeriksaan, keluhan
sering pusing, nyeri kepala. Pada trimester III satu kali dengan keluhan,
pusing, nyeri kepala, tengkuk terasa berat, dan nyeri pada perut. Saat
dilakukan pengkajian pada protein dalam urin, berdasarkan hasil
42
pemeriksaan responden sebelumnya, tampak dalam buku KIA responden
protein dalam urin tidak ditemukan.
4. Data Psikologis
Ny. P mengatakan cemas dengan kehamilan sekarang karena Ny. P takut untuk
operasi lagi dan Ny. P tidak mempunyai kartu jaminan kesehatan, sehingga
cemas dengan biaya yang akan digunakan saat melahirkan nanti. Anak yang
akan lahir sekarang merupakan anak di luar harapan, karena Ny. P merasa
belum siap untuk hamil lagi dan Ny. P cemas akan riwayat hipertensi yang
dimiliknya. Selain itu Ny. P mengatakan sudah berusaha untuk menggugurkan
janin yang dikandungnya saat mengetahui dirinya hamil. Suami Ny. P
mendukungan anaknya nanti untuk menyusui, dan interaksi antara ibu,janin serta
suami baik.
5. Data Spritual
Ny. P mengatakan beragama islam, tetapi Ny. P mengaku sangat jarang
melaksanakan sholat dan mengaji.
6. Data sosial ekonomi
Ny. P bekerja sebagai wiraswasta, dan Tn. D bekerja sebagai buruh. Ny. P
mengatakan tidak memiliki kartu jaminan kesehatan.
7. Pemeriksaan fisik
Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada Ny. P, keadaan umum baik, kedaran
Compos Mentis (GCS :15) berat badan 61 Kg, tinggi badan 149 cm, tekanan
darah 140/90 mm Hg, suhu 37,2 0C (normal 36,50C – 37,50C), nadi 88 kali
permenit (normal 60-100 kali permenit), pernafasan 20 kali permenit (normal 16-
20 kali permenit). Pada pemeriksaan kepala didapatkan hasil kepala tampak
besih, tidak ada lesi, tidak ada rambut rontok dan berkeringat. Mata: simetris kiri
dan kanan, konjungtiva subanemis pada mata kiri dan kanan, reflek cahaya
positif pada mata kiri dan kanan, sklera tidak ikterik pada mata kiri dan kanan,
reflek pupil positif isokor pada mata kiri dan kanan, udema palpebra negatif.
Hidung: simetris, besih dan pernafasan cuping hidung tidak ada. Bibir: tidak
sianosis, mukosa mulut dan bibir lembab, dan tampak ada karies gigi. Telinga:
tampak simetris, sejajar kontus mata, dan tampak bersih Leher tidak teraba
pembesaran kelenjer getah bening dan kelenjer thyroid. Pemeriksaan jantung
ditemukan iktus kordis tidak terlihat, iktus kordis teraba,dan perkusi jantung
terdengar pekak serta irama jantung teratur. Inspeksi pada paruparu pergerakan
dinding dada tampak simetris, tidak ada tarikan dinding dada saat bernafas,
fremitus kiri dan kanan sama, perkusi paru paru redup dan terdengar bunyi
vesikuler saat paru-paru di auskultasi. Pada pemeriksaan abdomen: tampak
43
perut membesar, tampak ada bekas luka operasi, bising usus posistif, yaitu 11
kali permenit. Tidak ada nyeri saat pemeriksaan genito urinaria. Otot sendi dan
tulang tidak ada nyeri, sistem persyarafan normal, dan keadaan emosional baik.
Pemeriksaan kulit: turgor kembali cepat, lembab, warna kulit tidak pucat, capillary
refill kembali dalam dua detik, akral teraba hangat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. (D.0009) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hipertensi
2. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (iskemia)
3. (D.0080) Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
4. (D.0111) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
Diagnosis pertama: resiko perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi,
evaluasi keperawatan dapat teratasi sebagian pada kunjungan ke lima dengan
kriteria hasil: Responden mengatakan kepala kadang masih terasa sakit dan pusing,
Responden mengatakan tengkuk masih terasa sedikit berat, TD: 130/80 mmHg.
Diagnosis kedua: nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (iskemia),
evaluasi keperawatan dapat teratasi pada kunjungan kelima dengan kriteria
hasil:Responden mengatakan kepalanya kadangmasih terasa nyeri, Responden
mengatakan sudah mengerti dan melakukan teknik manajemen nyeri.
Diagnosis ketiga : ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini,
evaluasi keperawatan dapat teratasi pada kunjungan kelima dengan kriteria hasil :
responden mengatakan sudah lebih tenang, reponden mengatakan sudah mampu
melakukan manajemen ansietas, TD darah responden menurun.
Diagnosis keempat defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi,
evaluasi keperawatan teratasi sebagian pada kunjungan keempat, dengan kriteria
hasil : responden mampu menjawab pertanyaan yang diberikan, responden
mengatakan akan melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke pelayanan
kesehatan.
44
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada Ny. P dengan
hipertensi dalam kehamilan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Baru, peneliti
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut
1) Hasil pengkajian didapatkan data bahwa: Ny. P 32 tahun G2 P2 A0 H1
mengeluh pusing, sakit kepala, pundak terasa berat, nyeri perut, pandangan
seperti berkunangkunang. Dari pemeriksaan fisik ditemukan TD 140/ 90,
konjungtiva subanemis. Kehamilan pertama Ny. P juga memiliki riwayat
hipertensi dalam kehamilan. Keluarga Ny. P juga memiliki riwayat hipertensi
dalam kehamilan. Kehamilan pertama Ny. P juga memiliki riwayat hipertensi
dalam kehamilan. Keluarga Ny. P juga memiliki riwayat hipertensi yaitu ayah
Ny. P. Pada pengkajian psikologis Ny. P juga mengatakan merasa cemas,
khawatir dan takut.
2. Intervensi keperawatan yang direncakan tergantung pada masalah keperawatan
yang ditemukan. Berikut beberapa intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
kasus
1) melakukan manajemen nyeri dengan teknik nonfarmakologi seperti teknik
relaksasi, kompres hangat, dan pengalihan perhatian,
2) melakukan pengukuran TTV
3) menganjurkan responden untuk istirahat yang cukup
4) ubah posisi dengan posisi lebih sering miring kiri
5) menganjurkan responden istirahat yang cukup, bagi responden dan
meletakkan benda yang sering digunakan dalam jangkauan responden
6) pengurangan kecemasan
7) melakukan penyuluhan pada ibu hamil dengan hipertensi
8) menganjurkan responden untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara
rutin ke pelayanan kesehatan.
3. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah
disusun. Implementasi keperawatan pada Ny. P yaitu untuk diagnosa risiko
ketidakefdektifan perfusi jaringan serebral yaitu melakukan pengukuran tekanan
darah, mengajarkan manajemen stress, memberikan penkes tentang diit
45
hipertensi pada ibu hamil, menganjurkan melakukan pemeriksaan secara rutin.
Nyeri akut tindakan yang dilakukan diantaranya pengkajian nyeri secara
komprehensif, melakukan observasi petunjuk non verbal mengenai
ketidaknyamanan,mengajarkan prisipprinsip manajemen nyeri, menganjurkan
responden untuk istirahat yang cukup dengan posisi sering miring ke kiri, dan
melakukan pengukuran TTV. Untuk diagnosa resiko cedera implementasi yang
dilakukan diantaranya adalah dengan menganjurkan untuk menciptakan
lingkungan yang aman bagi responden, menganjurkan responden untuk banyak
istirahat dan menganjurkan keluarga untuk membantu responden dalam
melakukan kegiatannya. Untuk diagnosa ansietas implementasi yang telah
dilakukan diantaranya adalah mengajarkan teknik relaksasi dan pengalihan
perhatian. Untuk diagnosa defisiensi pengetahuan, implementasi yang telah
dilakukan diantaranya dengan melakukan penyuluhan tentang hipertensi dalam
kehamilan serta menganjurkan responden untuk melakukan pemeriksaan
kehamilan secara teratur ke pelayanan kesehatan.
4. Hasil evaluasi yang dilakukan pada Ny. P dengan diagnosa risiko
ketidakefdektifan perfusi jaringan serebral, Ny. P mengatakan nyeri kepala
berkurang, rasa berat pada tengkuk berkurang. Hasil evaluasi pada diagnose
defisiensi pengetahuan ditemukan Ny. P mengatakan telah memahami tentang
penyakit hipertensi dalam kehamilan, Ny. P mengatakan akan melakukan
pemeriksaan secara rutin ke pelayanan kesehatan. Hasil evaluasi yang dilakukan
pada Ny. P dengan diagnosa risiko ketidakefdektifan perfusi jaringan serebral,
Ny.P mengatakan nyeri kepala berkurang, rasa berat pada tengkuk berkurang.
Diagnosa nyeri akut dalam bentuk SOAP yaitu Ny. P mengatakan nyeri
berkurang, Ny. P tampak mampu melakukan teknik manajemen nyeri. Hasil
evaluasi pada diagnosa intoleransi aktivitas Ny. P istirahat dengan cukup,
meminta bantuan keluarga melakukan aktivitas. Hasil evaluasi pada diagnosa
ansietas ditemukan Ny. P mengatakan kecemasan sudah berkurang, Ny. P
mengatakan telah melakukan manajemen ansietas, seperti melakukan teknik
nafas dalam dan mengalihkan perhatian.
B. Saran
46
47
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiyanti, Yulrina., Dkk. 2014. Panduan Lengkap Keterampilan Dasar Kebidanan I Cetakan
1 (Ed. 1). Yogyakarta: Deepublish.
Atoilah, Elang Muhammad. & Engkus Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: In Media.
Reeder dkk. 2011.Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga: Volume 2 (
Edisi 18).Jakarta : EGC.
Setyawati dkk. 2015. Faktor Risiko Hipertensi Pada Wanita Hamil Di Indonesia (Analisis
Data Riskesdas 2013).Http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 03 Juni 2017.
48