APK 3 PP-KONVEKSI Sistem Silindrik
APK 3 PP-KONVEKSI Sistem Silindrik
APK 3 PP-KONVEKSI Sistem Silindrik
Alat Penukar
Kalor
Perpindahan Panas KONVEKSI
pada sistem silindrik
Abstract Kompetensi
Perpindahan energy panas pada sistem Mahasiswa mampu :
silindrik secara KONVEKSI juga merupakan -Menjelaskan konsep perpindahan panas
salah satu mekanisme proses perpindahan konveksi pada system silindrik
panas yang banyak ditemui pada beragam -Menjelaskan konsep Tahanan termal
instalasi industry, dan sering berlangsung konveksi
berbarengan dengan perpindahan panas -Menerapkan konsep perpindahan panas
konduksi. Modul ini akan membahas kombinasi konveksi-konduksi pada system
prinsip dasar perpindahan panas konveksi termal silindrik
pada sistem-sistem termal tersebut.
Perpindahan panas KONVEKSI pada system
silindrik
Latar Belakang
Pada beragam peralatan atau komponen utama instalasi industry, baik pada jenis industry
proses, industry energy, ataupun pada jenis industry lainnya banyak ditemui
perpindahanpanas konveksi pada sistem-sitem termal dengan geometri yang berbentuk
silindrik, baik melalui pipa atau tube peralatan penukar panas (heat exchangers), bahkan
mekanisme perpindahan panas tersebut sering sekali berkombinasi dengan perpindahan
panas konduksi. Peralatan penukar kalor yang dipergunakan kebanyakan adalah yang
berjenis shell & tube, di mana komponen utamanya adalah tube atau pipa-pipa yang
berbentuk silindrik.
Efektivitas pemakaian bahan bakar pada instalasi industri sangat ditentukan oleh kinerja
peralatan-peralatan penukar kalornya. Oleh karena itu pemahaman tentang konsep dan
prinsip-prinsip perpindahan panas konveksi pada sistem-sistem termal berbentuk silindrik
menjadi hal yang sangat penting. Modul ini membahas konsep dan prinsip-prinsip
perpindahan panas konveksi di dalam sistem termal yang melibatkan bahan berbentuk
silindrik.
Tujuan Pembelajaran
Setelah memahami materi yang disajikan pada modul ini diharapkan anda mampu :
Sistematika Pembahasan
Pada bagian pertama modul ini kita akan membahas prinsip-prinsip perpindahan panas
konveksi system silindrik satu dimensi. Tujuan pokoknya adalah agar anda mampu
menerapkan prinsip-prinsip perpindahan panas tersebut untuk mengevaluasi atau
memperkirakan seberapa cepat perpindahan panas konveksi dapat berlangsung pada suatu
Salah satu peralatan penukar kalor yang berjenis shell & tube, di mana komponen utamanya
adalah tube atau pipa-pipa yang berbentuk silindrik, diperlihatkan pada gambar 5.1 di bawah
ini.
Pada gambar tersebut terlihat bahwa komponen utamanya adalah berupa seberkas tupe
atau pipa yang terpasang di dalam alat dan berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
Gambar 5.2. perpindahan panas konveksi dari aliran fluida panas ke permukaan tube
Selanjutnya, pada Gambar 5.2 diperlihatkan sebuah ilustrasi apabila kita tinjau pada satu
komponen tube yang berasal dari alat penukar kalor. Dari gambar di atas kita dapat amati
bahwa energi panas dari aliran fluida kerosene yang panas dipindahkan ke arah aliran fluida
air di dalam tube, pertama-tama melalui perpindahan panas konveksi ke permukaan luar
tube. Kemudian, dari permukaan luar tube energi panas dipindahkan pada dinding tube
dengan ketebalan tertentu ke arah permukaan dalam tube secara konduksi. Selanjutnya,
sejumlah energi panas yang sama kemudian dipindahkan dari permukaan dalam tube ke
aliran air di dalam tube secara konveksi.
Untuk lebih memahami konsep perpindahan panas konveksi pada sistem silindrik yang
melibatkan aliran fluida yang mengalir di dalam pipa dengan aliran fluida lainnya yang
mengalir di luar pipa maka kita tinjau sistem yang diperlihatkan pada gambar 5.3.
Sejumlah energi panas tersebut kebanyakan ditransmisikan dalam arah radial dari fluida
yang ada di dalam pipa ke arah fluida yang ada di luar pipa. Laju perpindahan panas dalam
arah panjang pipa pada umumnya jauh lebih kecil daripada perpindahan panas dalam arah
radial sehingga karena beda temperatur arah radial jauh lebih tinggi daripada beda
temperatur dalam arah panjang pipa. Oleh karena itu yang menjadi pokok bahasan kita di
sini adalah perpindahan panas dalam arah radial saja.
Untuk sampai ke aliran fluida yang berada di luar pipa energi panas musti mengalami tiga
proses perpindahan panas dengan mekanisme yang berbeda-beda.
Pertama-tama sejumlah energi panas dari aliran fluida panas di dalam pipa akan dilepaskan
ke permukaan bagian dalam pipa secara konveksi dari aliran fluida di dalam pipa ke
permukaan pipa bagian dalam pipa. Dalam hal ini temperatur permukaan dalam pipa
dianggap merata, dan memiliki harga yang sama.
Kemudian, sejumlah energi panas tersebut akan ditransmisikan secara konduksi dari
permukaan dalam pipa ke permukaan luar pipa melewati dinding pipa dengan ketebalan
tertentu secara radial. Di sini juga kita anggap bahwa temperatur permukaan luar pipa sama
dan merata.
Setelah itu, energi panas yang sampai di permukaan luar pipa yang memiliki temperatur
yang sama kemudian dilepaskan ke fluida yang ada di luar pipa secara konveksi dalam arah
radial juga karena temperatur aliran fluida tersebut lebih rendah daripada temperatur
permukaan luar pipa.
Laju peprpindahan panas dari aliran fluida yang lebih panas di dalam pipa ke permukaan
pipa bagian dalam secara konveksi bergantung ke pada luas permukaan perpindahan panas
konveksi, dalam hal ini luas permukaan bagian dalam pipa berdiameter di dan panjang pipa
L yaitu :
Ai d i L
Sedangkan perpindahan panas konveksi dari permukaan luar pipa ke fluida yang mengalir di
luar pipa yang berkontak dengan permukaan luar pipa bergantung kepada luas permukaan
perpindahan panasnya. Permukaan luarnya berdiameter do dan panjangnya L sehingga luas
permukaannya adalah :
Ao d o L
Sekarang mari kita tinjau proses perpindahan panas pada satu garis arah radial dari fluida
yang mengalir di dalam pipa ke arah fluida yang mengalir di luar pipa (Gambar 5.4.)
Berkat adanya beda temperatur antara temperatur fluida di dalam pipa sebesar T 1 dan
temperatur fluida yang berada di luar pipa yang besarnya sama dengan T 4 maka akan ada
sejumlah tertentu energi panas yang berpindah dar T1 ke T4 melewat dinding pipa yang
memiliki ketebalan tertentu.
Tingkat keadaan (1) adalah tingkat keadaan fluida panas yang mengalir di dalam pipa.
Temperatur rata-rata fluidanya adalah sebesar T1. Aliran fluidanya memiliki koefisien
perpindahan panas konveksi sebesar hi. Sementara itu luas permukaan perpindahan panas
konveksi yang berkontak dengan aliran fluida di dalam pipa adalah sebesar Ai. Permukaan
inilah yang menjadi tempat berlangsungnya perpindahan panas konveksi
Q12 hi Ai (T1 T2 )
Coba anda ingat lagi dan bandingkan dengan perpindahan panas konveksi pada sebuah
sistem termal yang terdiri dari sebuah pelat datar yang diletakkan diam pada posisi tertentu,
kemudian pada permukaan atasnya dilewatkan suatu aliran fluida tertentu.
Gambar 5.6. Perpindahan panas konveksi pada sistem aliran fluida dengan pelat datar
Qo ho Ao (Tw T f )
Dengan,
Ao adalah luas permukaan perpindahan panas konveksi, yaitu luas permukaan padat yang
berkontak dengan aliran fluida
Persamaan laju perpindahan panas konveksi dapat juga kita tulis dalam bentuk seperti di
bawah ini :
(T1 T2 )
Q12
1
hi Ai
Sementara itu, tahanan termal konveksi aliran di dalam pipa atau tube (R hi) diberikan oleh
persamaan berikut :
1
Rhi
hi Ai
Sehingga persamaan bagi laju perpindahan panas konveksi di dalam pipa dapat kita tulis
dalam bentuk seperti berikut :
(T1 T2 )
Q12
Rhi
Tingkat keadaan (2) adalah tingkat keadaan termodinamika permukaan pipa bagian dalam.
Temperatur rata-rata permukaan dalamnya adalah sebesar T2. Sementara itu Temperatur
rata-rata permukaan luarnya adalah sebesar T3. Pipa dengan diameter dalam sebesar di
dan diameter luar sebesar do tersebut memiliki konduktivitas termal sebesar k.
Energi panas yang berasal dari aliran fluida panas di dalam pipa kemudian ditransmisikan
dalam arah radial secara konduksi dari permukaan dalam ke permukaan luar pipa, karena
adanya beda temperatur antara (T2 – T3).
Laju perpindahan panas konduksi sistem radial seperti di atas dapat diperkirakan harganya
dari persamaan :
Q23
T2 T3
d
ln o
di
2kL
Kemudian, bagi konduksi sistem silindrik hubungan antara laju perpindahan panas konduksi
dengan tahanan termalnya dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
Q23
T2 T3
Rw
d
ln o
d
Rw i
2kL
Perpindahan panas konveksi dari permukaan luar pipa ke aliran fluida di luar pipa
Tingkat keadaan (3) adalah tingkat keadaan termodinamika permukaan luar pipa.
Temperatur rata-rata permukaanya adalah sebesar T3. Sementara itu aliran fluidanya
memiliki temperatur T4 yang harganya lebih rendah dari T3. Koefisien perpindahan panas
konveksinya sebesar ho dan luas permukaan perpindahan panas konveksi yang berkontak
dengan aliran fluida di luar pipa adalah sebesar Ao. Permukaan inilah yang menjadi tempat
berlangsungnya perpindahan panas konveksi.
Q34 ho Ao (T3 T4 )
(T3 T4 )
Q34
1
ho Ao
Dalam kasus ini, tahanan termal koveksi aliran di luar pipa (Rho ) diberikan oleh persamaan :
1
Rho
ho Ao
Untuk membahas topik ini marilah kita tinjau kembali sistem termal silindrik yang
diperlihatkan pada gambar 5.8. di bawah ini. Pada sistem tersebut fluida panas tertentu
mengalir di bagian dalam pipa, sementara itu fluida lain mengalir di bagian luar pipa memiliki
temperatur yang lebih rendah sehingga akan menerima sejumlah energi panas yang berasal
dari fluida panas di dalam pipa.
Laju perpindahan panas dalam arah panjang pipa, karena umumnya jauh lebih kecil
daripada perpindahan panas dalam arah radial, diabaikan. Oleh karena itu yang menjadi
pokok bahasan kita di sini adalah perpindahan panas dalam arah radial saja.
Pertama-tama sejumlah energi panas dari aliran fluida panas di dalam pipa akan dilepaskan
ke permukaan bagian dalam pipa secara konveksi dari aliran fluida di dalam pipa ke
permukaan pipa bagian dalam pipa dengan laju perpindahan panas yang dapat diperkirakan
menggunakan persamaan :
(T1 T2 )
Q12
Rhi
Di mana,
1
Rhi
hi Ai
Kemudian, sejumlah energi panas tersebut akan ditransmisikan secara konduksi dari
permukaan dalam pipa ke permukaan luar pipa melewati dinding pipa dengan ketebalan
tertentu secara radial, dengan laju perpindahan panas yang dapat diperkirakan
menggunakan persamaan :
Di mana,
d
ln o
d
Rw i
2kL
Setelah itu, energi panas tersebut sesampainya di permukaan luar pipa yang memiliki
temperatur yang sama kemudian dilepaskan ke fluida yang ada di luar pipa secara konveksi
dalam arah radial juga dengan laju perpindahan panas yang dapat diperkirakan
menggunakan persamaan :
(T3 T4 )
Q34
Rho
Dengan,
1
Rho
ho Ao
Perlu kita catat di sini bahwa energi panas yang dipindahkan secara konveksi oleh aliran
fluida panas di dalam pipa ke permukaan bagian dalam pipa kemudian akan dipindahkan ke
permukaan luar pipa dengan laju perpindahan panas yang sama. Setelah itu energi panas
yang sama kemudian dipindahkan lagi ke fluida yang ada di luar pipa dengan laju
perpindahan panas yang sama juga. Oleh karena itu kita memiliki persamaan :
Kemudian, apabila kita tinjau perpindahan panas total (Q 14) berkat adanya beda temperatur
antara fluida yang ada di dalam pipa dengan fluida yang berada di luar pipa maka energi
panas yang dipindahkannya juga akan berharga sama yaitu :
Dan laju perpindahan panas totalnya dapat juga diperkirakan harganya menggunakan
persamaan :
Untuk lebih memahami konsep-konsep perpindahan panas yang telah kita bahas pada
modul ini maka anda dipersilahkan mengerjakan soal-soal di bawah ini.
Soal No. 1
Sebuah silinder system termal memiliki diameter luar 50 mm, tinggi 15 cm, dan temperatur
permukaan luarnya 227 oC. silinder tersebut berada di dalam lingkungan udara atmosfir
yang bertemperatur rata-rata 27 oC di mana udara bersirkulasi dengan koefisien
perpindahan panas konveksi 50 W/m2K.
Perkirakan besarnya laju transmisi energy panas dari permukaan silinder ke udara di
sekitarnya, dan tentukan besarnya tahanan termal konveksinya.
Soal No. 2
Air panas bertemperatur rata-rata 92 oC dengan koefisien perpindahan panas konveksi 1961
W/m2K mengalir di dalam pipa 2 in standar (diameter dalam 5,25 cm, diameter luar 6,03 cm)
dengan kecepatan 25 cm/s. Panjang pipa adalah 3,5 m.
Apabila temperatur permukaan dalam pipa 78 oC, dan pipanya adalah pipa baja dengan
konduktivitas termal bahan 50 W/mK, maka perkirakan besarnya :
b. Temperatur udara di sekeliling-luar pipa, bila koefisien perp. panas konveksi udara luar 58
W/m2K.
Soal No. 3
Soal sama dengan soal No.1 di atas, tetapi sekarang pipa diisolasi dengan bahan (k = 0,05
W/mK) setebal 4 cm, maka perkirakan besarnya :
Daftar Pustaka
1. Incropera, F.P and De Witt, D.P, 1990, “Fundamentals of Heat & Mass Transfer”, 3th
ed., John Wiley & Sons, New York
Soal No. 1
Sebuah silinder system termal memiliki diameter luar 50 mm, tinggi 15 cm, dan temperatur
permukaan luarnya 227 oC. silinder tersebut berada di dalam lingkungan udara atmosfir
yang bertemperatur rata-rata 27 oC di mana udara bersirkulasi dengan koefisien
perpindahan panas konveksi 50 W/m2K.
Perkirakan besarnya laju transmisi energy panas dari permukaan silinder ke udara di
sekitarnya, dan tentukan besarnya tahanan termal konveksinya.
Pembahasan
Pertama-tama yang musti kita lakukan adalah memberikan gambar sistem bagi persoalan di
tatas, dan gambar sistemnya dapat seperti di bawah ini.
Tujuan pokok soal di atas adalah memperkirakan besarnya laju transmisi energy panas dari
permukaan silinder ke udara di sekitarnya, dan besarnya tahanan termal konveksinya.
Pada bagian di bawah ini akan dibahas prindip-prinsip perhitungannya saja, sementara
rincian perhitungan untuk memperoleh hasil numeriknya anda dipersilahkan melakukannya
sendiri.
Dalam persoalan ini, kita anggap bahwa energy panas dari permukaan silinder ke udara di
sekitarnya ditransmisikan secara konveksi. Sementara itu perpindahan panas radiasi
dianggap kecil sehingga diabaikan. Temperatur permukaan luar silinder juga kita anggap
seragam sebesar 227 oC.
Q34 ho Ao (T3 T4 )
(T3 T4 )
Q34
1
ho Ao
Di sini,
ho koefisien perpindahan panas konveksi aliran udara yang berkontak dengan permukaan
luar silinder, diketahui sebesar 50 W/m2K
Sementara itu, luas permukaan luar silinder dapat dihitung menggunakan persamaan :
Ao d o L
Di sini,
Langkah 3 : Perhitungan
Sekarang, dengan menggunakan data-data tersebut di atas maka kita dapat dengan mudah
menghitung besarnya laju perpindahan panas konveksi.
Begitu pula dengan besarnya tahanan termal koveksi aliran fluida yang bersirkulasi pada
permukaan luar silinder (Rho ), dapat dengan mudah dihitung menggunakan persamaan :
1
Rho
ho Ao
Soal No. 2
Air panas bertemperatur rata-rata 92 oC dengan koefisien perpindahan panas konveksi 1961
W/m2K mengalir di dalam pipa 2 in standar (diameter dalam 5,25 cm, diameter luar 6,03 cm)
dengan kecepatan 25 cm/s. Panjang pipa adalah 3,5 m.
Apabila temperatur permukaan dalam pipa 78 oC, dan pipanya adalah pipa baja dengan
konduktivitas termal bahan 50 W/mK, maka perkirakan besarnya :
b. Temperatur udara di sekeliling-luar pipa, bila koefisien perp. panas konveksi udara luar 58
W/m2K.
Pembahasan
b. Temperatur udara di sekeliling-luar pipa, bila koefisien perpindahan panas konveksi udara
luar 58 W/m2K.
Pada bagian di bawah ini akan dibahas prindip-prinsip perhitungannya saja, sementara
rincian perhitungan untuk memperoleh hasil akhir numeriknya anda dipersilahkan
melakukannya sendiri.
Di dalam persoalan ini, air panas bertemperatur rata-rata 92 oC mengalir di pipa bagian
dalam, dan temperatur permukaan dalam pipa 78 oC. Oleh karena itu pada tahap pertama
energi panas dipindahkan secara konveksi dari aliran air panas ke permukaan pipa bagian
dalam. Setelah itu energi panas dengan laju yang sama ditransmisikan dari permukaan
dalam pipa ke permukaan bagian luar pipa secara konduksi. Dan akhirnya, energi panas
yang sama kemudian ditransmisikan dari permukaan luar pipa ke udara yang mengalir dan
berkontak dengan permukaan luar pipa secara konveksi.
Besarnya energi panas dipindahkan secara konveksi dari aliran air panas ke permukaan
pipa bagian dalam dapat dihitung menggunakan persamaan :
Dengan tahanan termal konveksi aliran di dalam pipa atau tube (Rhi) diberikan oleh
persamaan berikut :
1
Rhi
hi Ai
Setelah itu energi panas dengan laju yang sama ditransmisikan dari permukaan dalam pipa
ke permukaan bagian luar pipa secara konduksi. Besarny anergi panas tersebut dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
Q23
T2 T3
Rw
d
ln o
d
Rw i
2kL
Dan akhirnya, besarnya energi panas yang kemudian ditransmisikan dari permukaan luar
pipa ke udara yang mengalir dan berkontak dengan permukaan luar pipa dapat dihitung
menggunakan persamaan :
(T3 T4 )
Q34
Rho
Dengan Rho tahanan termal konveksi aliran udara di luar permukaan pipa bagian luar :
1
Rho
ho Ao
Perhitungan tahap pertama adalah tentang besarnya energi panas dipindahkan secara
konveksi dari aliran air panas ke permukaan pipa bagian dalam pipa dengan menggunakan
persamaan :
Di sini,
Sementara itu, tahanan termal konveksi aliran di dalam pipa atau tube (R hi) musti dihitung
terlebih dahulu menggunakan persamaan berikut :
1
Rhi
hi Ai
Di sini,
hi adalah koefisien perpindahan panas konveksi aliran di dalam pipa, diketahui sebesar =
1961 W/m2K
Ai luas permukaan bagian dalam pipa yang dapat dihitung menggunakan persamaan :
Ai d i L
Dengan, di diameter dalam pipa yang diketahui = 5,25 cm, dan L panjang pipa = 3,5 m.
Dengan data-data seperti tersebut di atas maka anda dengan mudah dapat menghitung Q12
Besarnya Temperatur permukaan luar pipa (T3) dapat dihitung melalui persamaan :
Q23
T2 T3
Rw
Atau,
T3 = T2 – (Q23 Rw)
Di sini, kita anggap tidak ada panas yang hilang ke sekeliling, atau sistem dianggap
adiabatik, sehingga : Q23 = Q12
d
ln o
d
Rw i
2kL
do = 6,03 cm
di = 5,25 cm
k = 50 W/mK
L = 3,5 m
Langkah 5 : Perhitungan temperatur rata-rata udara yang berkontak dengan permukaan luar
pipa
Di sini, besarnya koefisien perpindahan panas konveksi aliran udara luar (ho ) diketahui
sebesar = 58 W/m2K.
Temperatur rata-rata udara yang berkontak dengan permukaan luar pipa (T4 ) dapat dihitung
melalui persamaan :
(T3 T4 )
Q34
Rho
Di sini, kita anggap juga tidak ada panas yang hilang ke sekeliling, atau sistem dianggap
adiabatik, sehingga : Q23 = Q12 = Q34
Dan Rho tahanan termal konveksi aliran udara di luar permukaan pipa bagian luar dihitung
terlebih dahulu menggunakan persamaan :
1
Rho
ho Ao
Dengan ho = 58 W/m2K
Ao d o L
Yaitu dengan :
do = 6,03 cm = 0,603 m
dan L = 3,5 m
Soal No. 3
Soal sama dengan soal No.2 di atas, tetapi sekarang pipa diisolasi dengan bahan (k = 0,05
W/mK) setebal 4 cm, maka perkirakan besarnya :
Pembahasan
Gambar sistem :
Air panas bertemperatur rata-rata 92 oC dengan koefisien perpindahan panas konveksi 1961
W/m2K mengalir di dalam pipa 2 in standar (diameter dalam 5,25 cm, diameter luar 6,03 cm)
dengan kecepatan 25 cm/s. Panjang pipa adalah 3,5 m.
Temperatur permukaan dalam pipa 78 oC, dan pipanya adalah pipa baja dengan
konduktivitas termal bahan 50 W/mK
Apabila sekarang pipa diisolasi dengan bahan (k = 0,05 W/mK) setebal 4 cm, maka (lihat
gambar di atas) kita memiliki data-data dimensi sebagai berikut :
Diameter luar pipa adalah sama dengan diameter dalam isolasi yaitu : d3 = do = 6,03 cm
SOAL LAIN :
Soal A
Sebuah pipa penyalur aliran fluida air panas bertemperatur 80 oC memiliki diameter dalam 5
cm, diameter luar 8 cm dan panjang pipa 4,8 m dan konduktivitas termal bahan pipa 50
W/mK. Pipa tersebut dilapisi bahan isolasi setebal 3 cm dengan konduktivitas termal 0,17
WmK.
Pipa tersebut terletak di dalam suatu media di mana aliran udara sekeliling bertemperatur
rata-rata 30 oC di mana koefisien perpindahan panas konveksinya 178 W/m2K. Sementara
itu aliran air panas di dalam pipa memiliki koefisien perpindahan panas konveksi 1960
W/m2K.
Soal B
Sebuah pipa penyalur aliran fluida air panas bertemperatur 80 oC memiliki diameter dalam 5
cm, diameter luar 8 cm dan panjang pipa 4,8 m dan konduktivitas termal bahan pipa 50
W/mK. Pipa tersebut dilapisi bahan isolasi setebal 6 cm dengan konduktivitas termal 0,17
WmK.
Pipa tersebut terletak di dalam suatu media di mana aliran udara sekeliling bertemperatur
rata-rata 30 oC di mana koefisien perpindahan panas konveksinya 178 W/m2K. Sementara
itu aliran air panas di dalam pipa memiliki koefisien perpindahan panas konveksi 1960
W/m2K.
Perkirakan besarnya :