Laporan Skripsi Bab 1-3 Duti

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 67

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

FORGIVENESS PADA MAHASISWA UNIVERSITAS HKBP

NOMMENSEN MEDAN

Proposal Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen


Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

DUTINOVITA SIAHAAN

17900056

Dosen Pembimbing 1 : Freddy Butar butar, M.Psi., Psikolog

Dosen Pembimbing 2 : Dr. Nenny Ika Putri Simarmata, M.Psi., Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas

segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

tugas akhir skripsi yang berjudul “Hubungan antara Kecerdasan Emosional

dengan Forgiveness pada Mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Medan”

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S-1 di Fakultas Psikologi

Universitas HKBP Nommensen Medan.

Penulis menyadari bahwa dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti

mendapat bantuan yang sangat besar dari berbagai pihak baik langsung maupun

tidak langsung. Karena bantuan berbagai pihak karya ini dapat selesai dan semoga

bermanfaat. Dalam kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan dengan tulus

dan rendah hati rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Nenny Ika Putri Simarmata, M.Psi., Psikolog selaku Dekan

Fakultas Psikologi Universitas HKBP Nommensen Medan.

2. Bapak Freddy Butar-butar, M.Psi., Psikolog selaku Dosen Pembimbing I

atas bimbingan, pengarahan, serta dukungan yang berarti kepada penulis

selama penyusunan skripsi.

3. Ibu Dr. Nenny Ika Putri Simarmata, M.Psi., Psikolog selaku Dosen

Pembimbing II atas bimbingan, pengarahan, serta dukungan yang berarti

kepada penulis selama penyusunan skripsi.

i
4. Kedua orang tuaku yang terkasih atas semua kasih sayang, dukungan

moril maupun materil serta doa tulus yang selalu menyertai penulis.

Terkhusus untuk Bapak yang sudah tenang di surga.

5. Saudara ku yang tersayang Dwisa, Michael, Vanessa, Agatha dan Nikita

yang sabar banyak memberikan doa, waktu, perhatian serta dukungan

yang sangat besar kepada penulis

6. Sabrina, Revilza, Wardah, Devina, Jimmy atas segala doa, dukungan,

perhatian, serta canda tawa selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

7. Yohana, Ernita, Catherine, Grescia yang selalu menjadi teman tukar

pikiran terkait suka duka dalam penyelasaian skripsi.

8. Rekan-rekan Fakultas Psikologi’17 yang telah memberikan doa, dukungan

dan masukan yang berguna untuk skripsi ini.

9. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu per satu.

10. Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in

me, I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for

having no days off, I wanna thank me for never quitting, for just being me

at all times.

Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini, penulis sangat

mengharapkan masukan, kritikan, dan saran yang bersifat membangun ke arah

perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini, agar dalam penyusunan karya tulis

selanjutnya dapat lebih baik.

ii
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak dan

semoga segala amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan

dari Tuhan Yesus Kristus

Medan, Juni 2021

Penulis

Dutinovita Siahaan

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
I.1. Latar Belakang Masalah............................................................................1
I.2. Rumusan Masalah.....................................................................................9
I.3. Tujuan Penelitian.......................................................................................9
I.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................9
A. Manfaat Praktis..........................................................................................9
B. Manfaat Teoritis........................................................................................9
BAB II 11
TINJAUAN PUSTAKA 11
II.1. Mahasiswa..................................................................................................11
II.1.1.Pengertian Mahasiswa...........................................................................11
II.2.2. Aspek-aspek Forgiveness....................................................................13
II.2.3. Faktor yang mempengaruhi Forgiveness.............................................14
II.3. Kecerdasan Emosional................................................................................16
II.3.1. Pengertian Kecerdasan Emosional.......................................................16
II.3.2.Aspek-aspek Kecerdasan Emosional....................................................17
II.3.3. Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional............................18
II.4. Hasil penelitian terdahulu...........................................................................19
BAB III 24
METODE PENELITIAN 24
III.1. Identifikasi Variabel Penelitian...........................................................................24
III.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian..................................................24
III.2.1. Kecerdasan Emosional........................................................................24
III.2.2. Forgiveness.........................................................................................25
III.3. Subjek Penelitian.......................................................................................25
III.4. Populasi dan Sampel.................................................................................25
III.4.1. Populasi...............................................................................................25

iv
III.4.2. Sampel................................................................................................26
III.5. Teknik Pengumpulan Data........................................................................27
III.5.1. Skala Kecerdasan Emosional..............................................................28
III.5.2. Skala Forgiveness...............................................................................29
III.6. Analisa Data..............................................................................................29
III.6.2. Uji Hipotesa........................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA 31

v
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah


Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antar

sesamanya (Nashori, 2008). Kebutuhan akan interaksi dan komunikasi dengan

sesama merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Interaksi sosial merupakan sebuah aktivitas manusia yang saling berhubungan

satu dengan lainnya. Dalam berinteraksi sosial manusia dapat saling mengenal,

memahami, dan bekerjasama. Interaksi sosial membawa manusia pada sebuah

kebahagiaan, rasa senang, bermakna, marah, sedih, tersakiti bahkan hingga

terjadinya konflik (Nashori, 2016).

Konflik tidak hanya terjadi pada masyarakat awam, kalangan pelajar yang

terdiri dari remaja juga sering kali mengalami konflik bahkan disertai dengan

tindakan agresif, hal ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ariyanto

(Latipun 2010). Remaja merupakan masa perubahan dari anak-anak menuju

dewasa. Hurlock (2010) menmbagi usia remaja yaitu remaja awal usia 13-17

tahun dan usia 17-21 tahun memasuki usia remaja akhir. Tidak hanya

pertumbuhan secara fisik saja, namun juga dalam hal intimasi, kompetensi,

kognitif, dan emosi. Salah satu tugas perkembangan remaja akhir yaitu mencapai

kematangan berhubungan sosial dengan teman sebaya baik laki-laki, perempuan,

orang tua hingga masyarakat (Santrock, 2002).

Mahasiswa di Indonesia merupakan tahapan perkembangan remaja akhir,

yang dimana individu telah mengalami suatu proses penyempurnaan pertumbuhan

1
fisik dan perkembangan aspek psikis yang mengarah pada kesempurnaan

kematangan (Utami, 2005). Mahasiswa dikenal sebagai tingkat pendidikan paling

tinggi dalam dunia pendidikan karena sudah memiliki kematangan kognitif dan

kematangan psikologis. Hal tersebut memungkinkan mahasiswa untuk berpikir

logis dan realistis, serta mengatasi masalah dengan pemecahan masalah yang baik

ketika mengalami suatu konflik (Puspasari, Rostiana & Nisfiannor, 2005).

Mahasiswa yang berada pada tahap masa remaja akhir adalah masa

dimana emosinya sering tidak stabil, sangat kuat, tampak irasional, tidak

terkendali, dan mudah berubah. Mereka akan sakit hati dan kecewa apabila orang

lain mengecewakannya atau jika ia tidak berhasil mencapai suatu tujuan yang

ingin dicapainya sendiri (Hurlock, 1980). Sehingga ketika ada yang membuatnya

sakit hati atau kecewa maka emosi mereka akan meningkat.

Hal ini terlihat pada beberapa konflik yang sering kali melibatkan

mahasiswa, seperti kasus yang terjadi di Medan, yaitu aksi demonstrasi yang

dilakukan oleh mahasiswa dengan pihak keamanan (Siringoringo, 2012). Dikutip

dari Inews Sumut pada 23 November 2019 terdapat bentrok antar sesama

mahasiswa yang menimbulkan korban jiwa dan luka-luka. Bentrok antar kedua

kubu tersebut bermula dari pertandingan futsal. Diduga ada ketidaksenangan saat

pertandingan hingga memicu perselisihan (Harahap, 2019). Perilaku yang

dimunculkan dalam konflik tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa mudah

terpancing amarahnya, sehingga masih banyak mahasiswa yang kurang mampu

melapangkan dada untuk memaafkan orang lain (Lidia, 2015).

2
Dalam upaya mencegah terjadinya konflik, mahasiswa seharusnya dapat

menjaga hubungan dengan cara memaafkan kesalahan yang dilakukan oleh orang

lain (Ariyanti, 2017). Perilaku memaafkan merupakan cara yang efektif dan

penting untuk mengatasi permasalahan antar individu (Nashori, 2014).

Mahasiswa yang dapat memaafkan akan melepaskan beban penderitaan seperti

stres, menyimpan dendam, dan perasaan sakit (Kusprayogi & Nashori, 2016).

Namun pada kenyataannya, mahasiswa tidak jarang menunjukkan perilaku yang

tidak sejalan dengan nilai intelektual sebagai masyarakat (Sumiati, 2013).

Salah satu nilai penting agar hubungan tetap positif adalah memaafkan

kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Forgiveness adalah salah satu kualitas

pribadi terpenting yang dimiliki setiap orang dan digunakan untuk membangun

hubungan yang baik (Vansteenwegen, 2006). Dalam situasi sosial, memaafkan

merupakan cara yang efektif dalam mengatasi konflik interpersonal, karena

permintaan maaf merupakan sebuah pernyataan tanggung jawab atas kesalahan

dan sebuah komitmen untuk memperbaikinya.

Pentingnya Forgiveness pada mahasiswa sejalan dengan fenomena yang

ditemukan pada mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Medan melalui hasil

wawancara dengan beberapa mahasiswa:

“permasalahan ya? lumayan sih de.. tapi yang paling sering ya


karna masalah sepele aja cuman. kau juga mungkin tau soal itu,
kalo bukan karna futsal ya cewek bahkan kadang karna mata aja
bisa jadi pemicu pertengkaran disini.. kadang jadi masalah besar
sampe tawuran gitu tapi bisa juga jadi damai kalau misal udah
senior antar senior yang ngomong gitu..lucu sih kadang apapun di

3
taroknya asalla ribut. tapi sekarang udah berkuranglah semenjak
kejadian tahun lalu belum lagi karna daring inikan”

(R, 10 Mei 2021)

“kalo masalah individu kurang tau ya kak tapi lebih ke yang umum
aja kali ya.. karna pergaulan, percintaan, pertemanan temasuk
juga nggak sih? Soalnya kan sering itu kejadian antar mahasiswa
kayak kita ini begado sama kawannya sendiri terus diam diaman
abis itu jelek jelekin satu sama lain. kayak aku pribadi sih lebih ke
menarik diri aja kalo ada masalah gitu, karna stelah dipikir pikir
kek gada gunanya gituloh buat dendam gajelas malah rugi yang
ada di kita gitu sih kak”

(E, 13 Mei 2021)

Sehubungan dengan hasil wawancara di atas, Enright (2003) menyebutkan

untuk memunculkan perilaku memaafkan pada individu dibutuhkan kemampuan

untuk mengontrol emosi negatif seperti kebencian, kemarahan penolakan dan

keinginan untuk membalas dendam. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara

mengelola emosi positif seperti berprilaku yang baik, memunculkan empati

maupun rasa cinta. Hargrave (Hadriami, 2008) memaafkan merujuk pada

terlepasnya seseorang dari kemarahan terhadap pencidera, terbangun kembali

hubungan interpersonal dan saling percaya serta sembuhnya luka-luka di hati, dan

tidak ada balas dendam.

Forgiveness merupakan kemampuan seseorang untuk menurunkan atau

menghilangkan perasaan dan penilaian negatif terhadap seseuatu yang telah

menyakitinya sehingga merubah respon seseorang terhadap pelaku, peristiwa, dan

akibat dari peristiwa tersebut diubah dari negatif menjadi netral atau positif, serta

membuat seseorang menjadi lebih nyaman berada di lingkungannya (Setiyana,

2013).

4
Pada penelitian yang dilakukan oleh Baumeister (Setyawan, 2007) di

Universitas Florida pada tahun 2002, menunjukkan terdapat beberapa hambatan

besar bagi terbentuknya proses forgiveness. Salah satu hambatan memaafkan

adalah karena adanya ketidakmampuan individu melihat potensi yang ada dalam

dirinya untuk melakukan sesuatu yang tidak seharusnya terhadap individu lain.

Ketidakmampuan memahami bahwa individu mungkin saja melakukan kesalahan

yang dilakukan oleh individu lain berkaitan dengan penilaian yang tidak matang

dan kesiapan yang rendah untuk memaafkan.

Berdasarkan fenomena diatas, dapat menunjukkan bahwa ada beberapa

mahasiswa mengatakan tetap berbuat baik meskipun orang lain telah menyakiti

hatinya, membalas kejahatan dengan kebaikan karena membalas kejahatan dengan

kejatahan juga belum tentu menyelesaikan masalah dan mengingat sakit hati dan

kemarahan akan menambah beban dan merugikan diri sendiri. Ada juga sebagian

mahasiswa mengatakan tidak mau memaafkan karena tingkat kesalahan yang di

perbuat, alasan luka hati yang terlalu dalam, harga diri, butuh waktu menjadi

alasan untuk tidak memaafkan.

Tidak semua orang memiliki keinginan dan mampu secara tulus

memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain demikian halnya mahasiswa.

Apalagi jika kesalahan yang dilakukan oleh orang tersebut sangat besar tentunya

akan meninggalkan luka yang mendalam pada mereka. Forgiveness adalah pusat

untuk membangun manusia yang sehat dan merupakan salah satu proses yang

paling penting dalam pemulihan hubungan interpersonal setelah konflik.

5
Untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain banyak faktor yang

mempengaruhinya. Worthington dan Wade (1999), menyebutkan bahwa salah

satu faktor yang mempengaruhi forgiveness adalah kecerdasan emosional. Melalui

kecerdasan emosional manusia belajar mengelola perasaannya sehingga dapat

mengekspresikan secara tepat dan efektif.

Forgiveness dan kecerdasan emosional memiliki peran penting dalam

mencapai sebuah kesuksesan. Gejolak perasaan yang mempengaruhi cara pandang

dan cara pikir dalam menentukan sikap dan tindakan untuk mengambil sebuah

keputusan didasari oleh kecerdasan emosional. Kemampuan mengelola gejolak

perasaan dapat meningkatkan kedewasaan berpikir dalam menyikapi suatu

permasalahan yang terjadi pada diri seseorang. Kemampuan untuk mengatasi

gejolak perasaan dan frustrasi serta kesanggupan memotivasi diri dan mengatur

suasana hati merupakan gambaran kecerdasan emosional yang dimiliki oleh

individu.

Berdasarkan pemaparan diatas bahwa peran forgiveness dan kecerdasan

emosi sangat penting dimiliki oleh individu dalam kehidupannya. Goleman,

(2004) menegaskan bahwa kecerdasan emosi yang dimiliki oleh individu dapat

memotivasi diri dan mengatur keadaan jiwa agar mampu mengendalikan emosi

pada saat mengalami kegagalan dan frustasi. Mahasiswa sebagai masyarakat

memiliki peran umum untuk membangun masa depan bangsa. Mahasiswa yang

memiliki kecerdasan emosi mampu memetakan permasalahan yang terjadi pada

medan pelayanannya secara rasional dan bijaksana.

6
Goleman (2002) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai

kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan

memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri

sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Sementara menurut Salovey dan

Mayer (Shapiro, 1997), kecerdasan emosional merupakan kemampuan memantau

perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, mampu

memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk membimbing

pikiran dan tindakan.

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara peneliti dengan beberapa

mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Medan terkait Kecerdasan emosional:

“emosi pastilah pernah emosi de, siapa coba yang ga pernah


emosi kan hahaha.. karna aku ga gampang baper jadi aku lebih
sering diamin aja cari tempat yang tenang kecuali misalnya udah
sampe main fisik nih ya,barulah.. biasa aku buat ngendalikannya
paling pelariannya minum sampe mabuk”

(R, 10 Mei 2021)

“pernah aku ka emosi sejadi jadinya sama kawan karna selisih


paham, setelah kejadian itulah aku makanya sekarang mulai bisa
untuk mencoba memaafkan.. karna kek menyesal aja gadak
untungnya kalau kita melakukannya dgn emosi, skrg jadi lebih
taulah buat ngatur diri kita gimana baiknya”

(E, 13 Mei 2021)

Kecerdasan emosional bagi mahasiswa yang berada pada tahap remaja

merupakan unsur yang penting untuk memasuki masa dewasa. Kecerdasan

emosional akan membantu mereka untuk mengendalikan perilaku dalam

7
menyesuaikan dirinya memasuki pintu kedewasaan. Remaja yang cerdas

emosinya akan dapat mengatasi permasalahan, baik yang berasal dari dalam

dirimaupun lingkungannya (Kurniati, 2009). Adanya dukungan kecerdasan

emosional berpengaruh dalam sosialisasi dengan orang lain yang ditunjukkan

dengan adanya perilaku menerima dan mengerti terhadap orang lain atau

kelompok lain, dan hal ini akan memudahkan remaja untuk memaafkan kesalahan

orang lain.

Hasil penelitian Worthington dkk (dalam Setiyana, 2013) menunjukkan

bahwa pada diri pemaaf terjadi penurunan emosi, kekesalan, rasa benci,

permusuhan, perasaan khawatir, marah dan depresi, hal ini membuktikan bahwa

memaafkan terkait erat dengan kemampuan seseorang mengendalikan dirinya.

Dalam sepuluh tahun terakhir ini, sejumlah psikolog di negara maju telah

melakukan penelitian tentang memaafkan dan di dapatkan hasil bahwa mereka

yang mampu memaafkan ternyata lebih sehat jasmani maupun rohani, seperti

susah tidur, sakit punggung, dan sakit perut akibat stres sangat berkurang pada diri

pamaaf, Jamal & Thoif (dalam Setiyana, 2013). Penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Lidia (2016) mengatakan bahwa adanya hubungan antara

Kecerdasan Emosi dan Forgiveness.

Berdasarkan uraian-uraian di atas peneliti merasa penting untuk

melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara Kecerdasan

Emosional dengan Forgiveness pada Mahasiswa Universitas HKBP Nommensen

Medan.

8
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, agar memudahkan penulis dalam

menjawab masalah tersebut, maka peneliti merumuskan sebagai berikut : “Apakah

ada hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Forgiveness pada mahasiswa

Universitas HKBP Nommensen Medan?”

I.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Forgiveness pada mahasiswa

Universitas HKBP Nommensen Medan.

I.4. Manfaat Penelitian


A. Manfaat Praktis

1. Bagi Pihak Universitas

Agar pihak universitas lebih mengetahui mengenai hubungan antara

Kecerdasan Emosional dengan Forgiveness pada mahasiswa Universitas

HKBP Nommensen Medan.

2. Bagi Subjek Penelitian

Lewat penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

pemahaman kepada mahasiswa mengenai hubungan Kecerdasan

Emosional dengan Forgiveness.

B. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

bermanfaat bagi ilmu psikologi khususnya psikologi industri organisasi

dan psikologi klinis serta dapat menjadi masukan yang berguna dan dapat

9
sebagai tambahan bahan referensi penelitian lebih lanjut dengan menggali

lebih dalam tentang hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan

Forgiveness pada mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Medan

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Mahasiswa
II.1.1.Pengertian Mahasiswa
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, mahasiswa merupakan peserta

didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi

(Poerwardaminta, 2005). Mahasiswa merupakan satu golongan dari

masyarakat yang mempunyai dua sifat, yaitu manusia muda dan calon

intelektual, dan sebagai calon intelektual, mahasiswa harus mampu

untuk berpikir kritis terhadap kenyataan sosial, sedangkan sebagai

manusia muda, mahasiswa seringkali tidak mengukur resiko yang akan

menimpa dirinya (Djojodibroto, 2004) Mahasiswa dalam tahap

perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal yaitu

usia 18-24 tahun (Monks, dkk, 2002).

Menurut Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian

Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, sebagai mahasiswa yang

cerdas dan memiliki intelektual, mahasiswa juga memiliki tugas yang

dilakukan agar dapat menjadi harapan baik bagi bangsa dimasa yang akan

datang. Mahasiswa diharapkan untuk menjadi seorang yang memahami arti

pentingnya pendidikan yang akan ditempuhnya, memahami pendidikan

karakter bagi pembangunan bangsa, dan terciptanya persahabatan

antarmahasiswa, pendidik dan tenaga kependidikan. Disamping itu,

1
mahasiswa diharapkan dapat menanamkan dan membina sikap cinta tanah air,

kepedulian terhadap lingkungan dalam rangka menciptakan generasi yang

berkarakter jujur, cerdas, peduli, bertanggungjawab dan tangguh.

II.2. Forgiveness

II.2.1.Pengertian Forgiveness

McCullough (1997) mengemukakan bahwa memaafkan merupakan

serangkaian motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas

dendam dan meredakan dorongan untuk memelihara kebencian terhadap pihak

yang menyakiti serta meningkatkan dorongan untuk konsiliasi hubungan

dengan pihak yang menyakiti.

McCullough, Worthington dan Rachal (1998) menyatakan bahwa perilaku

memaafkan merupakan sebagai perubahan perilaku untuk menurunkan

motivasi atau dorongan negatif seperti dendam, dan penghindaran yang muncul

setelah adanya perselisihan, kemudian individu tersebut akan meningkatkan

motivasi yang positif untuk mengarah kepada perbaikan hubungan atau

berdamai dengan pelaku. Walton (dalam Setiyana, 2013) mengungkapkan

bahwa memaafkan menghasilkan kebaikan hubungan interpersonal dengan

berbagai situasi permasalahan.

Sementara itu, Nashori (2012) mengungkapkan bahwa forgiveness adalah

kesediaan untuk meninggalkan suatu hal yang tidak menyenangkan yang

berasal dari hubungan interpersonal dengan orang lain dan kemudian

2
membangkitkan pikiran, perasaan yang positif dengan orang lain yang

melakukan pelanggaran secara tidak adil.

Perilaku memaafkan merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi

permasalahan antar individu (Nashori, 2014). Mahasiswa yang dapat

memaafkan akan melepaskan beban penderitaan seperti stres, menyimpan

dendam, dan perasaan sakit (Kusprayogi & Nashori, 2016). Mahasiswa yang

dilatih memaafkan akan memiliki sosial yang baik seperti bisa mengendalikan

emosi marah, tidak mudah merasa tersinggung, dan juga dapat membina

hubungan yang lebih baik dengan sesama, dapat diketahui bahwa orang yang

mampu memaafkan akan sedikit mengalami suatu konflik dengan diri sendiri

maupun dengan orang lain ( Nasution, 2008).

Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

forgiveness adalah mendorong keinginan individu untuk tidak membalas

perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang, tidak ada kebencian, rasa

dendam dalam diri individu dan kemudian membangkitkan pikiran, perasaan

yang positif dengan orang lain.

II.2.2. Aspek-aspek Forgiveness


McCullough (1997) menyatakan ada beberapa aspek Forgiveness yaitu:

1. Avoidance Motivation

Motivasi untuk menghindari pelaku. Memaafkan ditunjukkan

dengan menurunnya motivasi untuk menghindari perilaku ditandai

dengan membuang keinginan untuk menjaga jarak dengan orang yang

3
telah menyakitinya dan individu menarik diri dari pelaku pelanggaran.

Perilaku memaafkan ditunjukkan jika korban tidak lagi menjaga jarak

dan menarik diri dengan orang yang telah menyakitinya.

2. Revenge Motivations

Motivasi untuk membalas dendam. Memaafkan ditunjukkan

dengan membuang keinginan untuk membalas dendam terhadap orang

yang telah menyakiti.

3. Benevolence Motivations

Motivasi melakukan niat baik dan keinginan untuk berdamai

dengan pelaku meskipun pelanggarannya termasuk tindakan

berbahaya. Memaafkan ditunjukkan dengan meningkatkan motivasi

melakukan niat baik dan berdamai dengan pelaku yang telah

menyakiti.

II.2.3. Faktor yang mempengaruhi Forgiveness


Menurut Worthington dan Wade (1999), factor-faktor yang mempengaruhi

memaafkan adalah:

1. Kecerdasan Emosi

Kemampuan untuk memahami keadaan emosi diri sendiri dan

orang lain. Mampu mengontrol emosi, memaafkan emosi dalam

membuat keputusan, perencanaan, memberikan motivasi.

2. Respon Pelaku

Dimana respon pelaku meminta maaf dengan tulus. Permintaan

maaf yang tulus berkorelasi positif dengan forgiveness.

4
3. Munculnya Empati

Empati mempengaruhi hubungan antara permintaan maaf dengan

forgiveness. Munculnya empati ketika pelaku meminta maaf sehingga

mendorong korban untuk memaafkannya.

4. Kualitas Hubungan

Perilaku memaafkan paling sering terjadi pada hubungan yang

dimulai oleh kedekatan, komitmen, dan kepuasan. Memaafkan juga

berhubungan positif dengan seberapa penting hubungan tersebut antara

pelaku dan korban.

5. Merenung dan Mengingat (rumination)

Semakin sering individu merenung dan mengingat tentang

peristiwa dan emosi yang dirasakan akan semakin sulit forgiveness

terjadi. Rumination dan usaha menekan dihubungkan dengan motivasi

penghindaran (avoidance) dan membalas dendam (revenge).

6. Komitmen Agama

Pemeluk agama yang komitmen dengan ajaran agamanya akan

memiliki nilai tinggi pada forgiveness dan nilai rendah pada

unforgiveness.

7. Faktor Personal

Sifat pemarah, pencemas, introvert dan kecenderungan merasa

malu merupakan faktor penghambat munculnya forgiveness.

Sebaliknya sifat pemaaf, extrovert merupakan faktor pemicu terjadinya

forgiveness.

5
II.3. Kecerdasan Emosional
II.3.1. Pengertian Kecerdasan Emosional
Goleman (2001), mendefinisikan kecerdasan emosional (emotional

intelligence) sebagai kemampuan untuk mengendalikan perasaan diri sendiri

dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan

mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan

orang lain. Kecerdasan emosi bertumbuh pada hubungan antara perasaan,

watak, dan naluri moral. Kecerdasan emosi juga mencakup pada pengendalian

diri, semangat, ketekunan serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri

(Goleman, 1999). Individu dengan kemampuan pengendalian diri yang baik

memiliki kecerdasan emosi yang baik pula (Goleman, 2006).

Kecerdasan emosional bertumpu pada hubungan antara perasaan, watak,

dan juga naluri moral. Kemudian kecerdasan emosi mencakup pada

pengendalian diri, semangat, ketekunan serta kemampuan untuk memotivasi

diri sendiri ( Goleman, 1999)

Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 2001) mendefinisikan kecerdasan

emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri

dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu

pikiran dan tindakan. Cooper dan Sawaf (dalam Goleman 20002)

mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai suatu kemampuan untuk

mengindra, memahami dengan efektif, menerapkan kekuatan dan ketajaman

emosi sebagai sumber energi, informasi, dan pengaruh.

6
Dengan demikian, dapat dikatakan kecerdasan emosional merupakan

kemampuan merasakan dan memahami secara efektif terhadap kepekaan emosi

yang mencakup kemampuan memotivasi diri sendiri atau orang lain,

pengendalian diri, mampu memahami perasaan orang lain, mampu mengelola

emosi.

II.3.2.Aspek-aspek Kecerdasan Emosional


Goleman (2001) dalam risetnya mengenai kecerdasan emosional

menemukan lima komponen pendukung kecerdasan emosional, yaitu:

1. Kesadaran diri

Kemampuan untuk mengetahui dan mengenali apa yang dirasakan oleh

diri sendiri dari waktu ke waktu. Orang yang memiliki tolak ukur yang

realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

2. Pengaturan diri

Kemampuan untuk menangani emosi sendiri, perasaan sendiri, serta

peka terhadap kata hati dan seseorang yang pandai dalam hal ini akan jauh

lebih cepat bangkit dari keterpurukan dan kejatuhan dalam kehidupan.

3. Motivasi

Kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dengan menggunakan

hasrat untuk menggerakkan dan menuntut seseorang menuju tujuannya.

Seseorang yang memiliki keterampilan ini akan cenderung lebih produktif

dan efektif dalam mengerjakan suatu hal.

7
4. Empati

Kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain atau

memahami perasaan orang lain. Individu dengan empati yang tinggi lebih

cepat untuk menangkap sinyal-sinyal social yang tersembunyi yang

mengisyaratkan apa yang dibutuhkan oleh orang lain.

5. Keterampilan Sosial

Kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan

dengan orang lain dan dapat membina dengan cermat membaca situasi dan

jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, mampu mempengaruhi orang

lain, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan.

II.3.3. Faktor yang mempengaruhi Kecerdasan Emosional


Menurut Goleman (Casmini, 2007: 23-24) ada faktor yang mempengaruhi

kecerdasan emosional antara lain :

1. Faktor internal

Faktor yang ada dalam diri seseorang. Setiap manusia akan

memiliki otak emosional yang di dalamnya terdapat sistem saraf

pengatur emosi atau lebih dikenal dengan otak emosional. Otak

emosional meliputi keadaan amigdala, neokorteks, sistem limbik,

lobus prefrontal dan keadaan lain yang lebih kompleks dalam otak

emosional

8
2. Faktor Eksternal

Faktor pengaruh yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor

eksternal kecerdasan emosi adalah faktor yang datang dari luar dan

mempengaruhi perubahan sikap. Pengaruh tersebut dapat berupa

perorangan atau secara kelompok. Perorangan mempengaruhi

kelompok atau kelompok mempengaruhi perorangan. Hal ini lebih

memicu pada lingkungan.

II.4. Hasil Penelitian terdahulu


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kumiati (2009) mengatakan bahwa

ada hubungan yang positif signifikan antara pengelolaan emosi dan

memaafkan. Dimana kemampuan untuk mengelola emosi (emotion

management skill) merupakan komponen pada tingkat yang lebih tinggi dari

apa yang seringkali disebut sebagai kecerdasan emosional, Mayer dkk ( dalam

Kumiati, 2009), yang meliputi kemampuan untuk mengenali, mengasimilasi,

memahami, dan meregulasi emosi.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lidia (2016)

mengatakan bahwa adanya hubungan antara Kecerdasan Emosi dan

Forgiveness. Frederic Luskin, pemimpin Stanford forgiveness di Universitas

Stanford Amerika dalam penelitian yang telah dilakukannya Luskin

menunjukkan hasil adanya efek memaafkan secara total terhadap kesehatan

emosional. Mahasiswa yang dilatih memaafkan akan memiliki sosial yang

baik seperti bisa mengendalikan emosi marah, tidak mudah merasa

9
tersinggung, dan juga dapat membina hubungan yang lebih baik dengan

sesame ( Nasution, 2008).

Hasil penelitian Worthington dkk (dalam Setiyana, 2013) menunjukkan

bahwa pada diri pemaaf terjadi penurunan emosi, kekesalan, rasa benci,

permusuhan, perasaan khawatir, marah dan depresi, hal ini membuktikan

bahwa memaafkan terkait erat dengan kemampuan seseorang mengendalikan

dirinya. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, sejumlah psikolog di negara maju

telah melakukan penelitian tentang memaafkan dan di dapatkan hasil bahwa

mereka yang mampu memaafkan ternyata lebih sehat jasmani maupun rohani,

seperti susah tidur, sakit punggung, dan sakit perut akibat stres sangat

berkurang pada diri pamaaf, Jamal & Thoif (dalam Setiyana, 2013). Penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Lidia (2016) mengatakan bahwa adanya

hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Forgiveness.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, kecerdasan emosional

mempunyai hubungan yang erat terhadap memaafkan. Orang yang memiliki

kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih mudah memaafkan dari pada

orang yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Semakin tinggi

tingkat kecerdasan emosi yang dimiliki oleh seseorang maka semakin baik juga

tingkat untuk memaafkannya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat

kecerdasan emosi yang dimiliki oleh seseorang maka akan semakin rendah

juga tingkat untuk memaafkan yang dimiliki oleh individu tersebut.

10
Tabel 2.1
TELAAH LITERATUR
No Penulis Judul Gap/ Topik/ fokus/ Konsep/ Variabel Metode Settings/ Temuan Keterbata
Jurnal penelitian masalah tujuan theoretical (teknik konteks/ saran un
penelitian framework analisis, alat sample peneli
ukur yang selanjut
digunakan,
dll)
1. Nini Hubungan Seperti Untuk Tidak semua Variabel Teknik Penelitian ini Hasil Keterbata
Sriwahyuni antara fenomena mengetahui orang mau dan bebas: analisis dilakukan di analisis 1. Adanya
Kecerdasan yang seberapa jauh mampu secara Kecerda- data: Universitas menunjukk faktorfakto
Emosional ditemukan hubungan tulus san Analisis Medan an: yang dapat
dengan peneliti, antara memaatkan Emosional product Area dengan Terdapat mempenga
Memaafkan dimana kecerdasan dan Moment jumlah hubungan memaafka
pada tuntutan tugas emosional melupakan Variabel populasi 432 yang sangat tidak dikon
mahasiswa di kuliah yang dengan kesalahan terikat: Metode mahasiswa signifikan oleh
fakultas semakin kecenderunga orang lain Memaaf- pengumpula umlah antara peneliti sep
psikologi banyak yang n memaafkan demikian kan n data yang sampelnya kecerdasan empati, ku
universitas harus pada halnya digunakan 108 emosional hubunngan
medan area diselesaikan mahasiswa mahasiswa. sebagai alat mahasiswa, dengan komitmen
tepat waktu Fakultas Apalagi ukur dalam pengumpula memaafkan. agama, res
menyebabkan Psikologi jika kesalahan penelitian ini n sampel pelaku,
mereka Universitas yang adalah menggunaka Implikasi: merenunng
mengalami Medan Area. dilakukan oleh menggunaka n teknik Semakin mengingat
tekanan. orang tersebut n random tinggi dan faktor
Orang yang sangat besar metode sampling. kecerdasan personal.
dalam tentunya skala. emosional 2.Kemung

1
keadaan akan Penggunaan maka dikarenaka
tertekan meninggalkan skala semakin dimana
mudah marah, Iuka yang pengukuran tinggi sebagai
sehingga mendalam kecerdasan tingkat mahasiswa
ucapannya pada mereka. emosional memaafkan, psikologi y
kadang Penyelesaian dan sebaliknya sudah
membuat konflik antar memaafkan. semakin mempelaja
orang pribadi rendab beberapa m
lain merasa dan kecerdasan kuliah sepe
tersinggung membangun emosional psikologi
bahkan sakit hubungan maka perkemban
hati. yang semakin dan psikolo
Selain itu telah hancur rendab pula kepribadia
perbedaan bukanlah hal memaafkann yang mem
pendapat, yang ya. mereka
kritikan teman sederhana. lebih meng
tentang fisik Dalam situasi Terdapat tentang sif
atau sosial, 71,3% karakter or
penampilan memaatkan pengaruh lain sehing
yang merupakan dari faktor mereka
menyinggung cara yang lain lebih muda
& efektif dan memaafkan untuk men
sikap teman penting untuk yang dalam keadaan or
yang cuek mengatasi penelitian ini Iain.
terkadang permasalahan tidak
menyebabkan antar individu terlihat.
mereka sakit (Nashori,2008 Faktor lain
hati. ). tersebut

2
diantaranya:
respon
pelaku,
empati,
kualitas
hubungan,
komitmen
agama,
merenung
dan
mengingat,
dan
faktor
personal.

Secara
umum
para
mahasiswa
dinyatakan
memiliki
kecerdasan
emosional
yang
tergolong
tinggi, sebab
mean
empirik

3
(94,24)
dengan
nilai rata-
rata
hipotetik
(75)
memiliki
selisih yang
melebihi
bilangan SB
atau SD nya,
yaitu
11,513,
kemudian
kemampuan
memaafkan
para
mabasiswa
juga
tergolong
tinggi, sebab
mean
empirik (97 ,
82) dengan
nilai
rata-rata
hipotetik
(85) yang

4
melebihi
selisih
bilangan SB
atau SD nya,
yaitu 12,577.
2. Anselma Hubungan Putus cinta Mengetahui Banyak Variabel Jenis Sampel: Hasil: Saran:
Tesalonika antara akibat hubungan remaja yang bebas: penelitian Partisipan Hubungan Peneliti
Demosta Kecerdasan perselingkuha antara tidak Kecerdas- yang dalam kecerdasan memberika
Beloved Emosional n merupakan kecerdasan bisa an Emosi digunakan penelitian ini emosi saran kepa
Purba, dengan salah satu emosional mengontrol adalah berjumlah dengan subjek pen
Ratriana Forgiveness kasus dengan dirinya ketika penelitian 137 orang. forgiveness dan kepada
Y.E pada Remaja mengapa Forgiveness sedang kuantitatif pada remaja peneliti
Kusumawa yang putus remaja sulit pada Remaja putus cinta, dengan yang putus selanjutnya
ti cinta akibat untuk yang putus adanya rasa Variabel desain Teknik cinta Kepada su
perselingkuh- memberikan cinta marah dan terikat: korelasional pengambilan akibat penelitian
an pemaafan dendam dalam Forgive- . sampel yang perselingkuh diharapkan
pada orang hati, juga ness digunakan an, mampu me
yang telah membutuhkan Teknik adalah didapatkan hubungan
menyakitinya. kecerdasan analisis snowball hasil sosial yang
emosi dalam data: sampling, adanya nilai membangu
Tidak semua menyelesaikan - Analisis dimana korelasi seperti
remaja permasalahan. deskriptif partisipan positif yang lingkungan
mampu - Teknik diambil signifikan keagamaan
berpikir Seseorang correlation sesuai antara organisasi
rasional dan yang product dengan kecerdasan dapat berd
memiliki mengalami Moment kriteria emosi positif bag
pertimbangan unforgiveness yang sudah dengan memiliki
matang serta seyogyanya Alat Ukur: ditentukan forgiveness kecerdasan

5
pemikiran mempertimba 1. Skala sebelumnya dengan emosi yang
yang jernih ngkan untuk kecerdasan yaitu: demikian stabil
dalam melakukan emosi (a) pernah hipotesis dan lebih
menghadapi forgiveness 2. Untuk mengalami diterima. mengharga
suatu sebagai upaya mengukur putus cinta Kepada pe
masalah. melepaskan forgiveness akibat Hasil selanjutnya
unforgiveness adalah Perselingkuh hipotesis dapat
Remaja yang dan berdamai Transregres -an menunjukka mengemba
pernah dengan sion-Related (b) berusia n koofisien metode sel
diselingkuhi orang yang Interpersona 18-24 tahun, korelasi kuantitatif.
tentunya telah l (c) rentang (r)=0,305 Dapat pula
merasakan menyakitinya. Motivation usia putus dengan ditambahk
kesedihan Oleh (TRIM) cinta selama sig.0,000 variabel be
yang karena itu inventory 1 – 3 tahun. (p<0,05),ini yang dapat
mendalam, remaja (TRIM-18) menunjukan mempenga
sulit memerlukan bahwa forgivenes
menerima proses semakin Selain itu,
kenyataan, penyembuhan tinggi perlunya
merasa luka dengan kecerdasan observasi t
menderita, melakukan emosi pada pengambil
tidak merasa forgiveness seseorang, data, misal
bahagia, terhadap orang semakin hanya dala
sedih, tidak yang telah mampu ia satu tempa
dapat menyakitinya memaafkan atau satu k
berfikir jernih. agar orang lain saja, agar
Hal tersebut memunculkan yang penyebaran
membuat rasa damai menyakiti- angket pen
remaja dan bahagia. nya merata dan

6
melakukan subjek yan
tindakan- Kecerdasan Berdasarkan digunakan
tindakan emosi hasil uji adalah sela
negatif yang membantu korelasi, remaja.
tidak remaja yang adapun
diharapkan putus cinta sumbangan
dan lain untuk efektif yang
memahami diberikan
dirinya kecerdasan
sendiri, emosi
memahami terhadap
perasaan forgiveness
orang lain sebesar
serta dapat 9,4%.
mempertangg Artinya,
ungjawabkan masih ada
segala 90,6%
perbuatannya faktor-faktor
sehingga luar yang
remaja yang mempenga-
putus ruhi
cinta yang forgiveness
memliki
kecerdasan
emosi
akan
mengatasi
permasalahan

7
dengan
baik yang
datang dalam
diri ataupun
dari
luar diri.
3. Putri Hubungan Mahasiswa Bertujuan Dalam upaya Variabel Teknik Sampel: Hasil: Saran:
Lestari, antara dikenal untuk mencegah bebas: analisis Sebanyak Hipotesis untuk
Indra Ratna Kecerdasan sebagai kaum mengetahui terjadinya Kecerdasa data: 130 orang. ada mahasiswa
Kusuma Emosi dengan akademisi lebih lanjut konflik, n emosi Korelasi Mahasiswa hubungan senantiasa
Wardani, perilaku yang mengenai mahasiswa Product Universitas positif antara meningkat
Angelina Memaafkan menduduki kecerdasan seharusnya Variabel Moment Mercu kecerdasan kecerdasan
Dyah pada strata emosi dapat menjaga terikat: (Pearson Buana emosi emosi deng
Aruan Mahasiswa pendidikan tersebut hubungan Perilaku Correlation) Yogyakarta dengan cara
paling tinggi kaitannya dengan cara memaafka Kolomograv dengan perilaku menyelesa
dalam dunia dengan memaafkan n -Smirnov rentang usia memaafkan setiap
pendidikan perilaku kesalahan (K-SZ) 17-21 tahun pada permasalah
karena memaafkan yang mahasiswa mengguna
memiliki pada dilakukan oleh Alat ukur: diterima. pikiran yan
kematangan mahasiswa orang lain 1. Skala Besar positif dan
kognitif dan (Ariyanti, kecerdasan sumbangan melapangk
kematangan 2017). emosi kecerdasan dada untuk
psikologis. Perilaku 2. Skala emosi memaafka
Hal tersebut memaafkan perilaku dengan kesalahan
memungkinka merupakan memaafkan perilaku lain.
n mahasiswa cara yang memaafkan
untuk berpikir efektif dan pada Untuk pen
logis dan penting untuk mahasiswa selanjutnya

8
realistis, mengatasi sebesar sebaiknya
melihat permasalahan 14,6% meneliti fa
hubungan antar individu. sisanya faktor lain
sebab-akibat, sebanyak berhubung
serta Salami dan 85,4% dengan per
mengatasi Ogundokum memiliki memaafka
masalah (2009) hubungan mahasiswa
dengan mengungkapk dengan Terdapat f
pemecahan an bahwa sejumlah lain yang b
masalah yang seseorang faktor lain. dilibatkan
baik ketika dengan penelitian
mengalami kecerdasan Semakin Peneliti
konflik. emosi tinggi tinggi berikutnya
memiliki kecerdasan dapat
Mahasiswa motivasi yang emosi maka mengguna
tidak jarang tinggi untuk semakin metode
menunjukkan menggapai tinggi penelitian
perilaku yang suatu tujuan perilaku kualitatif
tidak sejalan dan keinginan memaafkan, ataupun
dengan nilai dalam sebaliknya penelitian
intelektual hidupnya, semakin eksperimen
sebagai mampu rendah memberika
masyarakat mengontrol kecerdasan sudut pand
intelektual. diri dan tidak emosi maka lain terkait
berperilaku semakin perilaku
Mahasiswa menyimpang. rendah memaafka
mudah perilaku mahasiswa
terpancing Ketika memaafkan

9
amarahnya, individu pada
sehingga mampu seseorang.
masih banyak mengelola
mahasiswa emosionalnya Mahasiswa
yang kurang maka akan yang
mampu mudah menunjukka
menahan dan melapangkan n kontrol
melapangkan dada untuk emosi baik
dada untuk memaafkan akan mampu
memaafkan kesalahan mengendalik
orang lain orang lain. an
amarahnya,
sehingga
perilaku
memaafkann
ya menjadi
tinggi.
4. Mark S. The Dua elemen Tujuan dari Pengampunan Variabel Teknik Sampel: Hasil Keterbata
Mugrage Relationship utama dalam penelitian ini adalah bebas: analisis Total 300 penelitian ini 1. Situs we
Between psikoterapi adalah untuk fenomena Kecerdasa data: responden tidak Mind Gard
Emotional analitik adalah memahami multidimensi n - Analisis dan 129 memberikan tidak
Intelligence memberikan sejauh mana yang emosional varians peserta bukti yang menawark
and bahasa kepada hubungan melibatkan Variabel (ANOVA) menyelesaik berkorelasi opsi untuk
Forgiveness pengaruh antara EI dan pikiran, terikat: an survei positif menentuka
emosional dan pengampunan tindakan, dan Tingkat Alat ukur: hubungan pada titik m
resolusi . perasaan pengampu Dalam studi antara peserta mu
kebencian seseorang di nan korelasional kecerdasan telah pergi
masa lalu, Mengingat mana ini, emosional & sebelum

10
terutama bahwa kebencian kuesioner pengampuna menyelesa
pengalaman kecerdasan terhadap orang kecerdasan n. survei.
awal dalam emosional yang berbuat emosional Namun, data 2. Ada
keluarga asal dan pemaafan salah sifat-bentuk memang kemungkin
individu. adalah berkurang. singkat memberikan bahwa pan
intervensi Orang yang (TEIQue- bukti survei mun
Ada sejumlah kuratif dalam dizalimi tidak SF) dan hubungan menimbulk
faktor yang kesehatan mengingkari inventaris antara faktor batasan, ka
diidentifikasi mental haknya untuk pengampuna kesejahteraa calon pese
dalam model seseorang, ini perasaan n Enright n TEIQue- mungkin ti
sifat studi mereka, tetapi (EFI) SF dan sabar deng
kecerdasan menyelidiki secara aktif diberikan subskala dari persyaratan
emosional hubungan menganggap secara EFI. waktu untu
yang dapat antara kedua pelaku online. menyelesa
memiliki intervensi. kesalahan Sebuah Ada satu semua
pengaruh pada dengan belas kuesioner faktor kuesioner.
kesehatan kasih, demografis kecerdasan 3. Singkat
mental yang kebaikan, atau diberikan emosional bentuk TE
positif. Selain cinta. untuk dan yang digun
itu, menentukan pengampuna dalam pene
pengampunan apakah usia n terkait ini hanya
tampaknya Seperti teori peserta dan yaitu mengukur
berhubungan hubungan afiliasi bermanfaat faktor
dengan objek, banyak agama dalam kecerdasan
peningkatan aspek mempengaru bidang emosional
fungsi kecerdasan hi hasil. kesehatan sedangkan
psikologis. emosional jiwa, sebagai bentuk pan
bergantung individu mengukur

11
pada dapat dilatih aspek terte
apa yang untuk 4. Pertany
dipelajari meningkatka yang diaju
dalam n kecerdasan dalam
perkembangan emosinya. Inventarisa
awal Pengampu
seseorang. ANOVA Enright (E
Salovey dan dilakukan melibatkan
Mayer pada bagaimana
menyatakan faktor peserta
bahwa Kesejahteraa menanggap
perkembangan n TEIQue- penghinaan
kecerdasan SF untuk emosional,
dan menguji pelanggara
kemampuan korelasi atau masal
emosional dengan skor lain. Pertan
individu akan pengampuna mungkin
dipengaruhi n total dari memiliki
secara negatif EFI, serta menyebabk
oleh tiga subskala ketidaknya
menggagalkan EFI. Kedua n emosiona
lingkungan” analisis peserta, ya
(dikutip dalam korelasi dan mungkin
Stanton & ANOVA tercermin d
Franz, 1999, mendukung fakta bahw
hlm. 92). hipotesis 300
Orang yang bahwa responden
mendapat nilai komponen survei, teta

12
tinggi Kesejahteraa hanya 129
pada n TEIQue- kuesioner
kecerdasan SF diisi.
emosional berdampak
lebih pada Saran:
cenderung (a) pengampuna Masalah in
dibesarkan n yang mungkin d
dalam rumah diukur dihindari j
tangga yang oleh EFI dan survei telah
adaptif secara subkompone host di situ
biososial, (b) nnya. yang tidak
tidak defensif, Analisis terkait den
(c) mampu korelasi EFI.
membingkai ditemukan
ulang emosi ringan tetapi
secara efektif . jelas
. . (d) memilih signifikan
peran asosiasi
emosional dengan tidak
yang baik hanya Total
model, (e) EFI, tetapi
mampu juga dengan
berkomunikasi semua
dan komponen-
mendiskusika nya.
n perasaan, Studi ini
dan menemukan
(f)mengemban bahwa

13
gkan mereka yang
pengetahuan diidentifikas
ahli dalam i memiliki
bidang skor EI yang
emosional lebih tinggi
tertentu. tidak
(Mayer, memiliki
Salovey, & skor yang
Caruso, 2002 jauh lebih
hal.400) tinggi pada
pengampuna
Mengembang n. Namun,
kan studi yang tampaknya
berfokus pada ada
komponen hubungan
kecerdasan antara faktor
emosional dari kesejahteraa
kesejahteraan n sifat EI
dapat dan
menawarkan pengampuna
informasi n.
yang berharga Ditemukan
kepada terapis bahwa
tentang mereka yang
bagaimana diidentifikas
memperlakuka i sebagai
n mereka yang memiliki
berjuang skor yang

14
dengan lebih tinggi
gangguan pada skala
tersebut. kesejahteraa
membingungk n EI sifat
an dunia memang
emosi dan memiliki
proses sulit skor yang
mengatasi lebih tinggi
kebencian. secara
signifikan
pada
pengampuna
n. Selain itu,
ada korelasi
positif yang
signifikan
antara
mereka yang
mencetak
tinggi pada
skala sifat EI
kesejahteraa
n dan
subkompone
n skala
pengampuna
n.
Selain itu,

15
temuan
bahwa
setidaknya
satu faktor
EI dan
pengampuna
n terkait
berguna
di bidang
kesehatan
mental,
sebagai
individu
dapat dilatih
untuk
meningkatka
n EI mereka.
Meskipun
ada
tidak ada
cara untuk
memprediksi
berapa lama
waktu yang
dibutuhkan
seseorang
untuk
memaafkan,

16
telah
ditemukan
bahwa
individu
dapat dididik
dalam model
proses
pemaafan
dan
umumnya
akan menuai
manfaat.
Penelitian
Freedman
dan Enright
(1996)
mengguna-
kan
rancangan
acak,
eksperimen-
tal, dan
kelompok
kontrol.
5. Lourdes Positive Pertemuan Tujuan dari Dalam Variabel Teknik Sampel: Orang Keterbata
Rey, psychological sosial pasti penelitian ini konteks ini, bebas: analisis Pesertanya dengan Salah satu
Natalio characteristics melibatkan ada dua. konsep Pemaafan data: adalah 535 kemampuan batasannya
Extremera and risiko kecerdasan - Analisis mahasiswa yang sangat adalah

17
interpersonal menjaditersin emosional (EI) deskriptif sarjana (165 berkembang penggunaa
forgiveness: ggung oleh telah muncul - nalisis laki-laki dan untuk desain cros
Identifying orang lain. Tujuan dalam Variabel regresi 367 menggunaka sectional,y
the unique pertama penelitian terikat: hierarkis perempuan; n dan mencegah
contribution Salah satu adalah untuk terbaru Kecerdasa 3 tidak bernalar dari menar
of emotional penelitian memeriksa sebagai psiko- n Alat ukur: dilaporkan) tentang kesimpulan
intelligence yang semakin kontruksi sumber daya emosional, - Tes terdaftar di emosi, kausal defi
abilities, mendapat hubungan logis yang Big five, Kecerdasan University setelah Jadi,perlu
Big Five perhatian saat ini antara terdiri dari rasa Emosional of Málaga disakiti bahwa
traits, adalahpemerik kemampuan seperangkat syukur, Mayer yang dengan cara persentase
gratitude and saan EI, ciri kemampuan optimisme Salovey berpartisipas yang mereka varians yan
optimism determinan kepribadian, yang berkaitan Caruso versi i secara anggap dijelaskan
afektif dan rasa syukur, dengan 2.0 sukarela dan menyakitkan EIkemamp
kognitif dari optimisme, pemprosesan - Lima Besar menerima , mungkin pada motiv
interper- dan motivasi informasi inventaris-44 psikologi mengemban balas dend
pengampunan interpersonal yang relevan (BFI-44; kredit kursus gkan dibandingk
anak (Riek & terkait dengan emosi, Benet- untuk orientasi dengan cir
Mania, 2012 ) pelanggaran. yang mungkin Martinez & mengambil fundamental kepribadia
Kedua, memainkan John, 1998) bagian menuju at sederhan
kemampuan karena ini peran-peran - Kuesioner dalam pelarian dan (menjelask
orang untuk adalah penting dalam rasa syukur penelitian penghindara sekitar 2%
memaafkan konstruksi mendorong (GQ-6; ini. Usia n. Satu varians).
akan yang lebih pertumbuhan McCullough rata-rata penjelasan
mempengaruh baru, tidak dan et al. 2002 adalah21,97 yang masuk Ada
isebagian ada yang pemeliharaan - Tes tahun ( SD = akal adalah kemungkin
didorong oleh sebelumnya pribadi orientasi 5,71). bahwa bahwa
kemampuan penelitian hubungan hidup yang Semua mata setelah kekuranga
emosional telah meneliti yang saling direvisi pelajaran pelanggaran, lebih besar

18
mereka untuk hubungan mendukung - Skala diinformasik korban danhubung
berhasil kemampuan (Mayer & motivasi an di kelas dengan yang lebih
mengelola EI (dinilai Salovey, interpersonal bahwamerek kemampuan dengan mo
emosi negatif dengan 1997). terkait a akan EI yang interperson
setelah ukuran pelanggaran diminta tinggi dapat bisaberasa
pelanggaran. kinerja) untuk Di antara (TRIM;McC untuk berubahsing batasan
dua aspek empat ullough berpartisipas kirkan jangkauan
yang berbeda kemampuan dkk., 1998 ) i dalam studi kemarahan variabilitas
dari inti EI yang penelitian mereka dari terbatas da
pelanggaran diusulkan oleh personal-dan balas kemampua
motivasi Mayer dan emosi, dan dendam dan EIkarena
interpersonal Salovey informed gunakan itu pemilihan
yang (1997) , consent untuk bahan relatif mud
berhubungan kemampuan diperoleh bakar yang terdidik da
dengan di luar mengelola lebih besar-samp
apa yang emosi adalah sosialreaksi mahasiswa
diperhitung- diharapkan yang sarjana
kan karena paling kuat disesuaikan perempuan
pengaruh terkait dengan seperti
sifat-sifat pelanggaran penghindara Saran:
kepribadian, terkait n ( Crossley,
Studi lebih
rasa syukur motivasi 2009 ). lanjut haru
dan interpersonal, secara emp
optimisme. sesuai dengan Hasil ini mengujida
temuan memberikan hubungan
sebelumnya bukti awal khusus ant
dengan bahwa sensitivitas
kriteria fungsi hubunganant emosional

19
sosial yang ara rasa danmotiva
relevan syukur dan interperson
( Mayer, optimisme pada orang
Roberts, & dan motivasi sangat cerd
Barsade,2008 untuk secara
) membalas emosional,
dendamjelas kus pada
Badan berkurang dimensi EI
penelitian setelah terpisah.
yang baru kemampuan
muncul telah EI Studi harus
menunjukkan diperhitungk memeriksa
bahwa orang an, sejauh man
yang cerdas saranbahwa kemampua
secara beberapa menjelaska
emosional variasi unik ans spesifi
(terutama dalam tidak tump
mereka yang motivasi tindih dala
dengan skor untuk fungsi
mengelola membalas interperson
emosi yang dendam kator yang
lebih tinggi) adalahditent mengendal
melaporkan ukan oleh potensi lain
interaksi yang keterampilan relevan dan
lebih positif yang lebih bany
tindakan dan berhubungan lagidimens
lebih sedikit dengan baru-baru
konflik emosi orang. seperti rasa

20
dengan teman syukur atau
dibandingkan emuan optimisme
dengan mendukung Memberik
mereka yang gagasan bukti empi
memiliki EI bahwa yang
yang lebih karakter menjanjika
rendah( Mayer psikologis e untuk
et al., 2008 ), positif kontribusi
yang initeristik karakterist
seharusnya (yaitu psikologis
menghasilkan kemampuan positifdala
peningkatan EI, rasa kaitannya
disposisi syukur dan dengan
untuk optimisme) pengampu
memaafkan. mungkin interperson
melibatkan beberapa b
hubunganber harus diaku
bagi proses
emosional Mengenda
dan kognitif karakterist
secara aktif, psikologis
untuk positif
beberapating lainnya,ora
kat, dengan sko
beberapa tinggi dala
varians mengelola
tumpang mungkin le
tindih baik mamp

21
konseptual. mengontro
Sedangkan reaksi afek
masalahapak mereka dal
ah menanggap
kemampuan hubungan
EI memiliki interperson
validitas pelanggara
tambahan di (yaitu
atas Lima mengurang
Besarsifat motivasi b
telah dibahas
dendam) d
panjang karena itu,
lebar. intervensi
pelatihan
Di luar keterampil
variabel emosional
yang bertujuan u
diketahui, mengurang
ciri-ciri motivasi d
kepribadian untuk mem
dan dendam se
mengelola interperson
emosi masih pelanggara
penting mungkin h
dalam menekanka
memprediksi keterampil
motivasi yang berka
balas dengan

22
dendam, manajemen
menunjuk- emosi.
kan bahwa
sementara
karakteristik
disposisional
dapat
mempengaru
hi proses
pengampun-
an,bagaiman
a orang
memproses
informasi
afektif dan
menggunaka
nnya dalam
pertemuan
pribadi juga
patut
dipertimb-
angkan.
6. Lisa K. Does good Sebagian Memeriksa Pengampunan Variabel Teknik Sampel: Hasil Keterbata
Hodgson & emotion besar multi dimensi dapat bebas: analisis Ada 110 analisis: Pertama,
Eleanor H. management hubungan model peran didefinisikan manajeme data: responden Temuan sementaram
Wertheim aid forgiving? akhirnya yaitu sebagai n emosi Regresi yang laporan diri menunjukka teoritis dib
Multiple menghadapi kemampuan kecenderunga dan dilaporkan (34 laki-laki, n bahwa secara beru
dimensions of konflik mengelola n untuk pengampu dalam artikel 76 kemampuan dengan

23
empathy, tertentu, di emosi dan terlibat dalam nan diri ini adalah perempuan;u untuk manajemen
emotion mana salah empati prosesmelepas sendiri dan dilakukan sia rata-rata mengelola emosiment
management satupihak kecenderung- kan emosi, orang lain pada set data = 38,73, SD dan mempenga
and merasa bahwa an bermain pikiran, dan peserta = 15,39) memperbaik empati yan
forgiveness of pihak lain dalam perilaku Variabel penuh ( N = i emosi pada gilira
self and telah disposisi negatif terikat: 110), meramalkan mempenga
others berperilaku untuk terhadap Efek namun, itu disposisi pengampu
dengan cara memaafkan pelanggar(mu Mediasie harus yang lebih studi ini
yang orang lain ncul sebagai empati mencatat besar untuk sebenarnya
menyakitkan yang telah respons multidi- bahwa memaafkan, i pada satu
atau tidak bertindak terhadap luka mensi analisis dan waktu, seh
adil.Dalam dalam cara interpersonal), berjalan pengambilan hubungan
beberapa yang dan hanya perspektif tersebut be
kasus menyakitkan mengubahnya menggunaka itu korelasion
pelanggaran dan dalam menjadiemosi, n peserta memediasi h karena it
dapat disposisi pikiran, dan yang orang hubungan diperlukan
menyebabkan untuk perilaku yang penting antara penelitian
keluhan yang memaafkan lebih positif lainnya data manajemen lanjut deng
kuat yang diri sendiri (Thompson et yang emosi dan mengguna
antar-lebih setelah al., 2005). disediakan pengampuna metode
dengan seseorang ( N = 104) n orang lain. eksperimen
hubungan. bermusuhan Salah satu mereplikasi dan
terhadap teori yang semua analisis prospektifm
Disposisi orang lain. berpengaruh temuan yang korelasional e untuk
untuk formulasi signifikan. individu memungki
memaafkan Menguji telah menjadi yang kesimpulan
diri sendiri apakah model proses Alat ukur: mendapat lebih kuat
tampaknya temuan Enright dan - Skala skorlebih dicapai ten

24
bergunahasil; berdasarkan Fitzgibbons Meta-Mood tinggi pada perintah
misalnya, laporan diri (2000) dari Sifat langkah- efek.Misal
telah responden pengampunan, (TMMS; langkah penelitian
berkorelasi akan yang Salovey, memperhati melacak ar
dengan dikonfirmasi menjelaskan Mayer, kan emosi, alami dari
kepuasan oleh laporan apa yang perlu Goldman, menjadi tanggapan
hidup yang signifikan terjadi agar Turvey,& jelas tentang individupe
lebih orang lain. pengampunan Palfai, 1995) mereka aran
besar,depresi dapat diambil - Indeks emosi, dan interperson
dan tempat. Model Reaktivitas menjadi mana tingk
kecemasan empat fase ini Interpersonal lebih mampu dasar
yang lebih mencakup fase (IRI; Davis memperbaik manajemen
rendah pengungkapan et al., 1983) i atau emosidan e
yang mencakup mengatur dapat digu
Fokus artikel melibatkan: tigasubskala emosi untuk
ini adalah menghadapi empati . mereka, juga mempredik
pada rasa sakit - Skala Sifat skor lebih peningkata
tanggapan emosional Pemaaf tinggi pada pengampu
individu yang akibat (TFS; Berry, disposisi ataswaktu.
merasa pelanggaran; Worthington untuk Selain itu,
terluka,khusus sebuah fase , O'Connor, memaafkan penting un
nya tentang keputusan di Parrott, & orang lain. menilai ap
bagaimana mana korban Wade, 2005) Selain itu, peningkata
kemampuan menyadari menilai ini hubungan ambilan
individu bahwa disposisi prediktif perspektif
dalam keputusan untuk dikonfirmasi terhadap p
mengelola untuk memaafkan. ketika diikuti oleh
emosinya memaafkan - Subskala menggunaka peningkata

25
danempati mungkin Diri dari n data memaafka
berhubungan secara pribadi Skala berdasarkan atau apaka
dengan bermanfaat; Pengampuna signifikan- sebaliknya
memaafkan suatu fase n Heartland laporan lain adalah kas
orang lain. pekerjaan di (SHFS; tentang Kedua, sam
mana Thompsonet peserta, perlu diper
Fokus kedua reframing al., 2005) sangat ke keragam
adalah pada memfasilitasi menilai mendukung budaya yan
memaafkan- perspektif pengampuna hubungan lebih luasd
ness diri, taking,empati n diri setelah ini. kelompok
untuk dan kasih pelanggaran
memeriksa sayang; dan Data Saran:
apakah fase hasil di partisipan mengekspl
variabel mana korban dan data makna
disposisi yang memperoleh signifikan memaafka
sama beberapa lainnya juga sendiridari
memprediksip kelegaan keduanya perspektif
emaafan diri emosional, menunjukka individu da
dan lebih jauh dan yang n bahwa pengamat,
apakah dapat disposisi memeriksa
pemaafan diri meningkatkan untuk ngan antar
mendorong relasi terhadap memaafkan pengampu
pemaafandari orang lain. orang lain diri dan or
yang lain. dikaitkan lain, dan u
Kemampuan dengan dua lebih
Sebagian untuk bentuk mengekspl
besar studi mengelola empati: ubungan ti
pengampunan emosi Pengambilan balik antar

26
telahhanya seseorangmew perspektif manajemen
berdasarkan akili yang lebih emosi, emp
laporan diri, komponen besar dan dan
yang mungkin tingkat tinggi kecenderung pengampu
bias karena dari apa yang an yang am hubung
keinginan kadang- lebih rendah antar priba
sosialatau kadang untuk
pelaporan disebutkecerd menjadi
yang tidak asan secara
akurat; bias emosional pribadi
ini mungkin (Mayer, tertekan
secara khusus Salovey, & tentang
diharapkan Caruso, 2004), kesulitan
untukterjadi yang orang lain.
jika seorang melibatkanke
individu tidak mampuan Sehubungan
memiliki untuk dengan
kesadaran diri mengenali, pemaafan
dari mengasimilasi diri, temuan
pengalaman , memahami, korelasi
emosional dan mengatur menunjukka
mereka. emosi. Ituyang n bahwa
merupakan untuk baik
Mengingat manajer emosi partisipan
peran penting yang terampil maupun
yang pertama-tama kumpulan
dimainkan memperhatika data penting
emosi dalam n pengalaman lainnya,

27
pengampunan, emosional perhatian
itu,tampaknya mereka.ence, pada emosi,
kemampuan yang dapat dan ke
umum untuk menyebabkan tingkat yang
mengelola kejelasan lebih besar,
emosi tentang emosi kejernihan
mungkin yang sedang emosi dan
pentingdalam dialami.Akhir kemampuan
proses nya, manajer untuk
pengampunan. emosi yang memperbaik
Kemampuan terampil i emosi
untuk mampu adalah
mengelola mengatur dan terkait
emosi bekerja dengan
seseorangmew melaluiemosi pengampuna
akili mereka n diri yang
komponen bukannya lebih besar.
tingkat tinggi kewalahan
dari apa yang oleh mereka
kadang-
kadang disebu

28
II.5. Kerangka Konseptual

Mahasiswa merupakan masa dimana individu semakin memperluas

hubungan sosial mereka dengan dunia luar selain dengan keluarganya. Namun

terkadang kesalahpahaman dan konflik seringkali terjadi di dalam interaksi

mereka, tentunya mereka pemah mengalaminya yaitu mendapatkan perlakuan dan

situasi yang mengecewakan ataupun menyakitkan. Tidak semua orang mau dan

mampu secara tulus memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain demikian

halnya mahasiswa.

Memaafkan bisa dikatakan sebagai motivasi perubahan pada seseorang

menjadi semakin menurun dalam melakukan pembalasan dendam terhadap orang

yang telah menyakiti, semakin menurunya motivasi dalam menghindari pelaku

atau berusaha untuk mengembalikan hubungan baik kembali, semakin

termotivasi dalam niat baik, dan keinginan untuk berdamai dengan pelanggar,

meskipun pelanggar tersebut sudah melakukan tindakan yang menyakitkan

(McCullough, dkk 1997). Memperbaiki hubungan dengan orang lain bisa

membina hubungan dengan orang lain yang berarti sanggup berinteraksi dengan

baik, mampu memahami emosi orang lain dengan baik, dan mengelola emosi hal

tersebut merupakan aspek dalam kecerdasan emosi.

Menurut Worthington dan Wade (1999), salah satu faktor yang

mempengaruhi memaafkan adalah kecerdasan emosional, dimana seseorang

mampu untuk memahami emosi diri sendiri dan orang lain, mampu mengontrol

emosi dengan baik, memanfaatkan emosi dalam membuat keputusan,

perencanaan, dan motivasi. Orang yang memiliki kecerdasan emosional mampu

1
memahami emosi diri sendiri dan orang lain, sehingga hal ini akan memudahkan

mereka untuk memaafkan kesalahan orang lain.

Kecerdasan emosional bertumpu pada hubungan antara perasaan, watak,

dan juga naluri moral. Kemudian kecerdasan emosi mencakup pada pengendalian

diri, semangat, ketekunan serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri

(Goleman, 1999). Segal mengatakan individu yang memiliki kecerdasan emosi

tinggi akan menjaga hubungan baik, sehingga dapat menanggulangi emosi mereka

sendiri dan merespon dengan benar emosinya untu orang lain. Kemudian

kecerdasan emosi yang rendah mengakibatkan emosi negatif yang berlebihan,

misalnya permusuhan, ketakutan dan hal tersebut juga akan berakibat pada

individu dalam proses memaafkan.

Menurut Worthington & Wade (1999) pengalaman emosi yang marah,

benci, dan meledak-ledak yang terjadi pada orang yang telah mengalami peristiwa

yang perih, mengiris, dan melukai hati disebut dengan unforgiveness. Seseorang

yang mengalami unforgiveness sebagaimana mempertimbangkan untuk

melakukan forgiveness berbagai cara melepaskan unforgiveness dan berdamai

dengan orang yang telah menyakitinya. Oleh karena itu remaja memerlukan

proses penyembuhan luka dengan melakukan forgiveness terhadap orang yang

telah menyakitinya agar memunculkan rasa damai dan bahagia.

2
Kecerdasan Emosional Forgiveness

Aspek Kecerdasan Emosional : Aspek Forgiveness :

1. Kesadaran diri 1. Avodiance Motivations


2. Pengaturan diri 2. Revenge Motivations
3. Motivasi 3. Benevolence Motivasions
4. Empati
5. Keterampilan sosial

II.6. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini ialah :

Ha: Ada hubungan positif antara Kecerdasan Emosional dengan Forgiveness

pada mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Medan.

Ho: Tidak ada hubungan Kecerdasan Emosional dengan Forgiveness pada

mahasiswa Universitas HKBP Nommensen Medan.

3
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Identifikasi Variabel Penelitian


Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010). Variabel juga dapat

didefenisikan sebagai konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat

pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif atau secara

kualitatif (Azwar, 2011). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Variabel Bebas (X) : Kecerdasan Emosional

Variabel Terikat (Y) : Forgiveness

III.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian


III.2.1. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki dalam

menggali, mngelola, dan mengendalikan emosi pada diri sendiri, memahami

perasaan orang lain, memecahkan masalah serta berpikir realistis sehingga

mampu merespon secara positif terhadap setiap kondisi yang merangsang

munculnya emosi tersebut.Variabel kecerdasan emosi diukur dengan

berpedoman oleh kajian teori mengenai aspek kecerdasan emosi dan

disesuaikan dengan teori Goleman (2000) yang mengacu pada aspek (a)

mengenali emosi diri, (b) mengelola emosi, (c) memotivasi diri sendiri, (d)

mengenali emosi orang lain, (e) membina hubungan.

1
III.2.2. Forgiveness
Sikap memaafkan merupakan terlepas dan terciptanya hubungan yang

baik, yang berarti adanya perbuatan memulihkan hubungan pada keadaan

semula dengan munculnya kepercayaan, sembuhnya luka, dan kehilangan

motivasi untuk balas dendam. Yang akan diukur menggunakan konsep teori

menurut McCullough yang mengacu pada aspek (a) Avoidance Motivations, (b)

Revenge Motivations, (c) Beneviolence Motivations.

III.3. Subjek Penelitian


Adapun subjek penelitian ini adalah mahasiswa di Universitas HKBP

Nommensen Medan.

III.4. Populasi dan Sampel


III.4.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2010) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya.Populasi merupakan objek atau subjek yang berada dalam suatu

wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah

penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i

Universitas HKBP Nommensen Medan. Berdasarkan data yang diperoleh dari

Pusat Sistem Informasi Universitas HKBP Nommensen Medan, jumlah

mahasiswa/i Universitas HKBP Nommensen Medan Tahun Ajaran 2020/2021

berjumlah 8377 orang.

2
III.4.2. Sampel
Menurut Sugiyono (2019) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel yang dilakukan

dengan pertimbangan bahwa populasi yang ada sangat besar jumlahnya,

sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti seluruh populasi yang ada.

Dalam menentukan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan tabel

penentuan sampel yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael, dengan tingkat

kesalahan 10%. Adapun pedoman tersebut peneliti gunakan dalam menentukan

jumlah sampel dikarenakan jumlah populasi yang besar. Maka jumlah sampel

yang digunakan berdasarkan table adalah sebesar 263 orang. Jumlah ini

diharapkan dapat mewakili karakteristik dan sifat-sifat populasi.

Untuk teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah proportionate stratified random sampling. Menurut Sugiyono (2019)

proportionate stratifie random sampling adalah teknik pengambilan sampel

bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata

secara proporsional. Alasan peneliti menggunakan teknik ini dikarenakan

berbedanya jumlah mahasiswa disetiap fakultas. Untuk mengetahui jumlah

sampel dari tiap fakultas menggunakan alokasi proportional:

Keterangan :

ni= jumlah sampel tiap fakultas

3
Ni= jumlah populasi tiap fakultas

n= jumlah sampel keseluruhan

N= jumlah populasi keseluruhan

Tabel 3.1 Tabel Populasi dan Sampel

No Fakultas Populasi Sampel


1. Bahasa dan Seni 296 9
2. Ekonomi 2241 70
3. Hukum 1133 36
4. Kedokteran 227 7
5. FKIP 2215 70
6. Pertanian 581 18
7. FISIPOL 388 12
8. Psikologi 352 11
9. Peternakan 144 5
10. Teknik 800 25
Jumlah 8377 263

III.5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan skala psikologi, dimana responden

diminta untuk memilih salah satu jawaban sesuai dengan karakteristik dirinya

dengan cara memberi tanda silang (x). Skala psikologi adalah suatu prosedur

pengambilan data yang mengungkapkan konstrak atau konsep psikologi yang

menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 2008). Skala psikologi yang

digunakan adalah Kecerdasan Emosionaldan Forgiveness.

III.5.1. Skala Kecerdasan Emosional

4
Pengukuran kecerdasan emosional menggunakan skala model Likert yang

disusun berdasarkan aspek kecerdasan emosional menurut Goleman (2001).

Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur tanggapan positif

dan negatif terhadap suatu pernyataan (Mulyatiningsih, 2012). Skala Likert

dalam pengukuran kecerdasan emosional memiliki 4 kategori pemilihan

jawaban yang dipisahkan menjadi pernyataan favorable dan unfavorable, yaitu

Sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Distribusi skor jawaban responden dapat diuraikan sebagai berikut :

Pilihan Jawaban Bentuk Pernyataan


Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4

5
III.5.2. Skala Forgiveness
Pengukuran forgiveness menggunakan skala model Likert yang

disusun berdasarkan aspek forgiveness menurut McCullough (1997).

Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur tanggapan

positif dan negatif terhadap suatu pernyataan (Mulyatiningsih, 2012).

Skala Likert dalam pengukuran forgiveness memiliki 4 kategori pemilihan

jawaban yang dipisahkan menjadi pernyataan favorable dan unfavorable,

yaitu Sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak

Setuju (STS). Distribusi skor jawaban responden dapat diuraikan sebagai

berikut :

Pilihan Jawaban Bentuk Pernyataan


Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
III.6. Analisa Data
Data penelitian ini diolah dan dianalisis menggunakan analisis deskriptif

dan statistic inferensial. Analisis deskriptif dilakukan dengan mendeskripsikan

data yang telah terkumpul tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum

sedangkan analisis inferensial dilakukan dengan menguji hipotesis penelitian

dengan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Sebelum dilakukan

pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yakni uji normalitas dan

uji linearitas dan dilanjutkan dengan uji hipotesis data.

6
III.6.1. Uji Asumsi

Uji asumsi yang digunakan dalam penelitian ialah :

a. Uji Normalitas yaitu untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi

berdasarkan prinsip kurva normal. Uji normalitas untuk data kedua

variabel diperoleh dari nilai Kolmogorov-Smirnov Z (K-S Z), apabila

nilainya lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa distribusi data

normal. Untuk melakukan uji ini, peneliti juga menggunakan program

SPSS for Windows 26.

b. Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah data Kecerdasan

Emosional memiliki hubungan yang linear dengan data forgiveness. Uji

linearitas dilakukan dengan menggunakan Test for linearity dengan

bantuan SPSS for Windows 26. Kedua variabel dikatakan berhubungan

linear jika p>0,05.

III.6.2. Uji Hipotesa


Uji hipotesa, penelitian ini menggunakan Pearson Product Moment,

apabila hasil uji normalitas dan uji linearitas signifikan

Jika Sig >0,05 maka Ho diterima

Jika Sig <0,05 maka Ho ditolak

7
DAFTAR PUSTAKA

Alentina, C. (2017). Memaafkan (Forgiveness) Dalam Konflik Hubungan


Persahabatan. Jurnal Psikologi, 9(2).
Ali, Mohammad & Mohammad Asrori.(2011). Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi
Aksara
Arikunto.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Ariyanti, S. L. (2017). Hubungan antara Forgiveness dan Kecerdasan Emosi
dengan Psychological Well-Being pada Mahasiswa.Skripsi.
Surakarta: Fakultas Psikologi UMS.
Azwar, Saifuddin. (2012). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Chaplin, J. P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Dariyo, Agoes. (2015). Keterampilan Organisasi, Kecerdasan Emosi, dan
Persahabatan.Jurnal Psikologi dan kemanusiaan.
Desy Waningrum.(2016). Perilaku Memaafkan pada Korban Bulying, UMP.
Goleman.(2000). Emotional Intelegence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Harahap, Adi P. (2019). Identitas Mahasiswa Tewas dan Terluka dalam Tawuran
di Universitas HKBP Nommensen Medan. iNews.id. Diakses dari
https://sumut.inews.id/berita/identitas-mahasiswa-tewas-dan-terluka-
dalam-tawuran-di-universitas-hkbp-nomensen-medan
Hodgson, L. K., & Wertheim, E. H. (2007). Does good emotion management aid
forgiving? Multiple dimensions of empathy, emotion management and
forgiveness of self and others. Journal of Social and Personal
Relationships, 24(6), 931-949.
Hurlock, B. E. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Khotimah, H. (2020). Forgiveness Mahasiswa Ditinjau dari Dukungan Sosial.
Jurnal Psikologi Tabularasa, 15(1).
King, A. L. (2010). Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika.
Kurniati, M.T. (2009). Memaafkan Kaitannya Dengan Empati dan Pengelolaan
Emosi. (jurnal PESAT, vol. 3, ISSN: 1885-2559). Depok:
Universitas Gunadarma.

1
Kusprayogi, Y., & Nashori, F. (2017). Kerendahhatian dan pemaafan pada
mahasiswa. Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi, 1(1), 12-29.
Lestari, P., Wardani, K. R. I., & Arum D., A. (2020).Hubungan antara
Kecerdasan emosi dengan Perilaku Memaafkan pada Mahasiswa.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Mercu Buana
Manik, R. (2017). Teknik Cognitive Restructuring Untuk Meningkatkan
Kecerdasan Emosi dan Forgiveness. Jurnal Masalah Pastoral, 5(2), 9-9.
McCullough, M. E., Luna, L. R., Berry, J. W., Tabak, B. A., & Bono, G.
Transgression-Related Interpersonal Motivations Inventory--Revised.
Emotion.
McCullough, M. E., Worthington, Everentt L., Rachal, Kenneth. (1997).
Interpersonal forgiving in close relationship.Journal of personality and
social psychology.
McCullough, M.E., Rachal, K.C., Sandage, S.J., Worthington, E.L., Brown, S.W,
& Hight, T.L. (1998). Interpersonal Forgiving in Close Relationship: II.
Theoritical Elaboration and Measurement. Journal of Personality and
Social Psychology, 75(6), 1586-1603.
Mugrage, M. S. (2014). The relationship between emotional intelligence and
forgiveness (Doctoral dissertation, The Chicago School of Professional
Psychology).
Munthe, R, U, N. (2013). Perbedaan Forgiveness Ditinjau Dari Tipe Kepribadian
Remaja yang Orang Tuanya Bercerai di Kecamatan Medan
Timur.Skripsi Universitas Medan Area.
Nashori, F. (2016). Meningkatkan kualitas hidup dengan pemaafan. Unisia, (75),
214-226.
Nashori.F. (2008).Psikologi Sosial Islami. Bandung: PT Refika Aditama.
Paramitasari, R., & Alfian, I. N. (2012).Hubungan antara kematangan emosi
dengan kecenderungan memaafkan pada remaja akhir.Jurnal psikologi
pendidikan dan perkembangan, 1(2), 1-7.
Purba, Anselma Tesalonika D.B, & Kusumawati Ratriana Y.E, (2019). Hubungan
antara Kecerdasan Emosi dengan Forgiveness pada Remaja yang Putus
Cinta Akibat Perselingkuhan.Jurnal Psikologi Konseling, 14(1).
Rey, L., & Extremera, N. (2014). Positive psychological characteristics and
interpersonal forgiveness: Identifying the unique contribution of emotional
intelligence abilities, Big Five traits, gratitude and optimism. Personality
and Individual differences, 68, 199-204.
Santrock, W. J. (2003). Adolescence, perkembangan remaja. Jakarta: Erlaangga.

2
Siringoringo, Suryono B. (2012). Demonstrasi yang berujung Anarkis tidak
dibenarkan tapi tidak bisa disalahkan. Kompasiana.com. Diakses dari
https://www.kompasiana.com/suryono.briando/550f36e0813311bb2cbc68
20/demonstrasi-yang-berujung-anarkis-tidak-dibenarkan-tapi-tidak-bisa-
disalahkan.
Sugiyono, (2013).Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, V. W. (2014). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sumiati I.,& Sandjaja S.S. (2013). Hubungan antara Memaafkan dengan
Kematangan Diri pada Remaja Akhir.Jurnal NOETIC Psychology,
3(2).
Utami, Deassy Arifianti. (2015). Kepercayaan Interpersonal dengan Pemaafan
Dalam Hubungan Persahabatan.Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol. 03,
No. 01
Wahyuni, N. S. (2015). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan
Memaafkan Pada Mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Medan
Area (Doctoral dissertation, Universitas Medan Area).
Widasuari, D., & Laksmiwati, H. (2018). Hubungan antara Kematangan Emosi
dengan Forgiveness pada Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri
Surabaya. Character: Jurnal Penelitian Psikologi., 5(2).
Worthington, E.L, Wade. (1999). The Pyramid Mode of Forgiveness. Some
Interdeplinary Speculation about Forgiveness.Philadelphia : Templetion
Press.
Wulandari, I., & Megawati, F. E. (2020, January). The role of forgiveness on
psychological well-being in adolescents: A review. In 5th ASEAN
Conference on Psychology, Counselling, and Humanities (ACPCH 2019)
(pp. 99-103).Atlantis Press.

Anda mungkin juga menyukai