Biopsikologi
Biopsikologi
Biopsikologi
NEUROPSIKOLOGI
Anggota
(201410230311305 /
Angkatan 2014)
Suchi Nurjahnah
(201410230311314 /
Angkatan 2014)
Asalisa Haresmaningrum
(201410230311320 /
Angkatan 2014)
Samudera Baiaturridwan
(201410230311328 /
Angkatan 2014)
Istianah Fauziah Laily
(201410230311344/
Angkatan 2014)
Andryka Devy P
(201410230311350 / Angkatan 2014)
Veronica Dwi Sanda
(201410230311361 /
Angkatan 2014)
Rahma Caesar Damayanti
/ Angkatan 2014)
(201410230311366
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat,
Idayah,
Taufik
dan
Hinayah-Nya
sehingga
kami
dapat
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Neuropsikologi
atau
yang
lebih
sering
disebut
psikologi
syaraf
Rumusan Masalah
Apa pengertian Autis?
Faktor apa saja yang menyebabkan penyakit autis?
Bagaimana cara penyembuhan penderita autis ?
Bagaimana kajian neuropsikologi terhadap penderita autis?
Tujuan:
Mengetahui pengertian Autis
Mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan penyakit autis
Mengetahui bagaimana cara penyembuhan penderita autis
Mengetahui bagaimana kajian Neuropsikologi terhadap penderita autis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Autis
Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks pada fungsi otak
yang disertai dengan defisit intelektual dan perilaku dalam rentang
keparahan yang luas. Autisme juga merupakan gangguan perkembangan
saraf yang kompleks dan ditandai dengan kesulitan dalam interaksi sosial,
komunikasi, dan perilaku terbatas, berulang-ulang dan karakter stereotip.
Autisme dimanisfestasikan selama masa bayi dan awal masa kanak-kanak
terutama sejak usia 18-30 bulan. Autisme terjadi pada 1:2500 anak, sekitar
empat kali lebih sering pada lelaki dibanding perempuan (meskipun
perempuan biasanya terkena lebih parah) dan tidak berhubungan dengan
tingkat sosial ekonomi, ras atau gaya hidup orang tua.
Menurut Ginanjar (2001), autisme adalah gangguan perkembangan
yang kompleks yang disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak, sehingga
mengakibatkan
gangguan
pada
perkembangan
komunikasi,
perilaku,
stereotip.
Fungsi yang abnormal ini biasanya telah muncul sebelum usia 3 tahun.
Lebih dari dua per tiga mempunyai fungsi di bawah rata-rata.
Deteksi dan terapi sedini mungkin akan menjadikan si penderita lebih
dapat menyesuaikan dirinya dengan yang normal. Kadang-kadang terapi
harus dilakukan seumur hidup, walaupun demikian penderita Autisme yang
cukup cerdas, setelah mendapat terapi Autisme sedini mungkin, seringkali
dan
rekan
sekerja
seringkali
dibutuhkan,
misalnya
tidak
kualitatif,
kesulitan
dalam
berkomunikasi
secara
kualitatif,
hubungan
yang
erat
dengan
retardasi
mental
(7580%),
gangguan kejang (25%), dan adanya beberapa kondisi medis serta genetik
yang mempunyai hubungan dengan gangguan ini. Hingga sekarang ini
diyakini bahwa gangguan autisme merupakan suatu sindrom perilaku yang
dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi sistem saraf
pusat. Namun demikian, sampai saat ini belum diketahui dengan pasti letak
abnormalitasnya. Hal ini diduga karena adanya disfungsi dari batang otak
dan mesolimbik. Namun, dari penelitian terakhir ditemukan kemungkinan
adanya keterlibatan dari serebelum. Berbagai kondisi tersebut antara lain:
1. Faktor genetik
Hasil penelitian terhadap keluarga dan anak kembar menunjukkan
adanya faktor genetik yang berperan dalam perkembangan autisme. Pada
anak kembar satu telur ditemukan sekitar 36-89%, sedang pada anak
kembar dua telur 0%. Pada penelitian terhadap keluarga ditemukan 2,53%
autisme pada saudara kandung, yang berarti 50--100 kali lebih tinggi
dibanding pada populasi normal. Penelitian terbaru menemukan adanya
peningkatan gangguan psikiatrik pada anggota keluarga dari penyandang
autisme berupa peningkatan insidens gangguan afektif dan ansietas, juga
peningkatan gangguan dalam fungsi sosial.
Selain itu, juga telah ditemukan adanya hubungan antara autisme
dengan sindrom fragile-X, yaitu suatu keadaan abnormal dari kromosom X.
Pada sindrom ini ditemukan kumpulan berbagai gejala, seperti retardasi
mental dari yang ringan sampai yang berat, kesulitan belajar pada yang
ringan, daya ingat jangka pendek yang buruk, fisik yang abnormal pada 80%
laki-laki dewasa, clumsiness, serangan kejang, dan hiperefleksi. Sering
tampak pula gangguan perilaku seperti hiperaktif, gangguan pemusatan
perhatian, impulsif, dan ansietas. Gambaran autisme seperti tidak mau
bertukar pandang, stereotip, pengulangan kata-kata, dan perhatian/minat
yang terpusat pada suatu benda/objek sering ditemukan. Diduga terdapat 020% sindrom fragile-X pada autisme. Walau demikian, hubungan kedua
kondisi tersebut masih diperdebatkan.
2. Faktor perinatal
waktu
bersalin
seperti
terlambat
menangis,
gangguan
dan
perilaku
abnormal
pada
orang
dewasa
yang
diketahui
antibodi ibu dapat secara langsung merusak jaringan saraf otak janin yang
menjadi penyebab timbulnya autisme.
d. Infeksi Virus
Peningkatan frekuensi yang tinggi dari gangguan autisme pada anakanak
dengan
congenital
rubella,
herpes
simplex
encephalitis,
dan
(hadiah/pujian)
kepadanya
atas
pencapaian-pencapaian
tertentu. Dengan metode ini orang tua bisa mengukur sejauh mana
perkembangan anak autis. Terapi ini dikenal juga dengan istilah terapi
perilaku. Tujuan dari terapi ini adalah mengurangi agresivitas pada anak
autis, karena anak autis cenderung hiperaktif dan mudah mengamuk. Selain
itu terapi ini juga bertujuan menambahkan perilaku yang kurang pada anak
autis.
6. Terapi okupasi (occupational therapy)
Biasanya anak penderita autis mengalami kesulitan dalam ketrampilan
dan gerakannya. Hal ini dikarenakan anak autis memiliki keterlambatan
dalam perkembangan motorik halus. Nah, sebagai salah satu solusi untuk
meningkatkan ketrampilan anak autis anda bisa menggunakan terapi
okupasi ini. Terapi okupasi ini mampu meningkatkan kemampuan anak dan
memperbaiki
kualitas
hidup
mereka,
baik
di
rumah
maupun
di
kekuatannya
dan
tingkat
perkembangannya,
dan
kemudian
gangguan saraf pada otak. Bagian otak yang mengalami gangguan adalah
bagian otak di daerah korteks prefrontal. Korteks prefrontal adalah bagian
lapisan terluar kortikal otak yang terdiri dari satu-pertiga dari semua materi
abu-abu kortikal.
Sebuah studi dari para peneliti, menunjukan bahwa pertumbuhan otak
pada anak penderita autis melibatkan jumlah neuron yang berlebihan di area
otak yang berhubungan dengan sosial, komunikasi dan perkembangan
kognitif. Menurut Courchesne, penelitian pencitraan otak pada anak-anak
yang menderita autisme telah menunjukan pertumbuhan yang berlebihan
dan disfungsi pada korteks prefrontal serta area otak lainnya. Penelitian yang
lain juga menyebutkan bahwa anak-anak penderita autis memiliki kelebihan
neuron hingga 67 % pada korteks prefrontal. Otak anak-anak autis akan lebih
berat dibandingkan anak-anak yang normal pada usia yang sama.
Gangguan saraf otak ini menyebabkan perilaku penderita autis menjadi
terhambat. Ada beberapa permasalahan yang dialami anak autis yaitu: anak
autis memiliki hambatan kualitatif dalam interaksi sosial, artinya bahwa anak
autistik memiliki hambatan dalam kualitas berinteraksi dengan individu
disekitarnya.
Sekitar
50%
anak
autis
memiliki
keterlambatan
dalam
Anak
autis
sering
mengulang
kata
tanpa
bermaksud
untuk
Daftar Pustaka
http://tempo.co.id/medika/arsip/072002/hor-1.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme
http://penyebabautis.com/penyebab-autis-menurut-para-ahli/
http://www.jevuska.com/2012/12/29/autisme-pengertian-penyebab-gejalaciri-terapi/
http://www.constiti.com/2013/05/terapi-untuk-penyembuhan-autisme.html
http://terapiautis.org/
http://www.academia.edu/4574225/MAKALAH_AUTISME
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196101051983032OOM_SITI_HOMDIJAH/MAKALAH_A_AUTIS.pdf