151-Article Text-238-1-10-20180227

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kedokteran Unram 2017, 6 (4): 7-13

ISSN 2301-5977, e-ISSN 2527-7154

Karakteristik Penyakit Kulit pada Geriatri di


Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Provinsi
Nusa Tenggara Barat Periode 2012-2014
Dedianto Hidajat, Yunita Hapsari, I Wayan Hendrawan

Abstrak
Pendahuluan: Angka harapan hidup manusia Indonesia yang terus meningkat sehingga terjadi
kenaikan substansial dari populasi lanjut usia. Pada lanjut usia terjadi perubahan struktur dan fungsi
kulit yang menyebabkan berbagai kelainan pada kulit. Karakteristik penyakit kulit pada geriatri di
RSUD Provinsi NTB (RSUDP NTB)belum pernah dilaporkan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui karakteristik penyakit kulit pada geriatri di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUDP NTB.
Metode: Metode deskriptif retrospektif yaitu mengambil data dari rekam medis pasien geriatrik yang
berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUDP NTB pada periode Januari 2012-Desember 2014
Hasil: Selama 3 tahun, terdapat 418 (57,8%) pasien geriatri baru dari 723 total pasien geriatri. Dari
418 pasien baru tersebut, didapatkan pasien pria berjumlah 248 (59,3%) dan wanita 170 (40,7%). Lima
kategori penyakit kulit terbanyak adalah dermatosis inflamasi (42,1%), infeksi jamur (15,8%), infestasi
parasit (12,9%), eritropapuloskuamosa (6,9%) dan infeksi bakteri (6,2%). Jenis dermatosis inflamasi
yang terbanyak adalah xerosis kutis (27,8%) diikuti oleh neurodermatitis (18,2%) dan dermatitis kontak
alergik (15,3%).
Kesimpulan: Pasien geriatri baru yang berkunjung ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUDP Provinsi
NTB sebanyak 418 orang didominasi oleh pria dan jenis penyakit kulit yang terbanyak adalah xerosis
kutis.
Katakunci
penyakit kulit, geriatri, Nusa Tenggara Barat
1 Bagian/SMFIlmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/ RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat
*e-mail: [email protected]

kungan. 2,3
1. Pendahuluan Pada kulit menua, terjadi melambatnya laju turnover
epidermis, berkurangnya kemampuan reepitelisasi se-
Angka harapan hidup manusia Indonesia yang sema- telah luka, gangguan biosintesis lipid stratum korneum
kin meningkat dan mencapai rata-rata 65,5 tahun dan yang berakibat pada meningkatnya transepidermal wa-
perkiraan meningkat menjadi 69,8 tahun pada tahun ter loss (TEWL) dan gangguan sawar kulit. Hal ini akan
2005-2010 dan 71,5 tahun pada tahun 2010-2015. 1 Hal berdampak terhadap berkurangnya kemampuan kulit un-
ini berdampak pada kenaikan substansial dari populasi tuk menahan air dan kerentanan kulit terhadap bahan
orang-orang yang berumur lebih dari 60 tahun, yang iritan maupun alergen. Selain itu terjadi penurunan se-
biasa disebut kelompok usia lanjut (lansia). Kelompok rat elastin, ujung-ujung saraf, mikrosirkulasi, sintesis
ini merupakan segmen populasi yang rentan yang me- vitamin D, kapasitas memperbaiki asam deoksiribonu-
merlukan perhatian, termasuk salah satunya masalah kleat (DNA) dan jumlah kelenjar minyak pada dermis
kulit. 2 Selama proses menua, terjadi perubahan pada kulit menua beserta fungsinya. Respon imun kulit pun
kulit terkait dengan proses degeneratif dan metabolik. mengalami gangguan yang menyebabkan berkurangnya
Beberapa faktor yang memberikan kontribusi terhadap reaksi inflamasi berdasar imunitas yang diperantarai sel
terjadinya kelainan kulit pada lansia yaitu adanya kelain- (cell mediated immunity/CMI) sehingga memudahkan
an sistemik, neurologik, status hygiene, sosial ekonomi, terjadinya infeksi mikroorganisme pada kulit. 3–5
nutrisi, iklim, jenis kelamin, kebiasaan merokok dan Berbagai penelitian di berbagai pusat rujukan dan
sebagainya. Penuaan adalah proses degenerasi yang me- pendidikan baik di luar dan dalam negeri menunjukk-
nyebabkan penurunan fungsi dan kapasitas menyeluruh an adanya perbedaan karakteristik penyakit kulit yang
sistem tubuh. Selama proses penuaan, terjadi perubahan terjadi pada populasi lansia dibandingkan pada popu-
struktur dan fungsi kulit. Penuaan kulit pada dasarnya lasi umum yang lebih muda, oleh karena pasien lansia
terbagi menjadi dua yaitu penuaan intrinsik yang terja- yang seringkali menderita berbagai masalah medis dan
di secara alamiah sesuai dengan penambahan usia dan mendapat banyak obat-obatan. 3,5,6 RSU Provinsi NTB
penuaan ekstrinsik yang diakibatkan oleh pengaruh ling- merupakan rumah sakit rujukan di Provinsi NTB dan
8 Hidajat, dkk.

sebagai rumah sakit pendidikan utama Fakultas Kedok- 1. Dari 418 pasien tersebut, didapatkan pasien pria ber-
teran Universitas Mataram. Data tentang karakteristik jumlah 248 (59,3%) dan wanita 170 (40,7%). Lima
penyakit kulit pada geriatri di RSU Provinsi NTB belum kategori penyakit kulit terbanyak adalah dermatosis in-
pernah dilaporkan sebelumnya. Untuk itu dilakukan flamasi (42,1%), infeksi jamur (15,8%), infestasi parasit
penelitian untuk mengetahui karakteristik penyakit kulit (12,9%), eritropapuloskuamosa (6,9%) dan infeksi bak-
pada geriatri di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD teri (6,2%). Distribusi penyakit masing-masing kategori
Provinsi NTB penyakit kulit berurutan dari yang paling sering dijum-
pai pada pasien geriatri baru disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik di bawah ini. Dermatosis inflamasi
2. Metode merupakan kategori gerodermatosis yang paling sering
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dijumpai pada penelitian ini, yaitu 176 orang (42,1%).
deskriptif retrospektif yaitu mengambil data dari rekam Dari kategori ini, xerosis kutis (27,8%) merupakan di-
medis pasien geriatrik berusia ≥ 60 tahun ke atas yang agnosis yang paling sering dijumpai, diikuti neuroder-
berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Pro- matitis (18,2%) dan dermatitis kontak alergik (15,3%).
vinsi NTB pada periode Januari 2012-Desember 2014. Dermatomikosis pada geriatri (15,8%) merupakan kasus
Diagnosis penyakit kulit ditegakkan berdasarkan anam- baru yang juga sering dijumpai pada pasien geriatri di
nesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. penelitian ini. Tinea kruris, tinea korporis dan kandidia-
Data tersebut dikelompokkan menjadi kelompok pasien sis intertriginosa merupakan 3 diagnosis kerja terbanyak.
baru dan lama. Distribusi jumlah pasien baru dikelom- (tabel 2) Infestasi parasit (12,9%) merupakan kategori
pokkan berdasarkan tahun kunjungan, jenis kelamin dan kasus baru terbanyak ketiga dari seluruh gerodermatosis.
kategori penyakit kulit yang dimodifikasi sesuai dengan Skabies merupakan kasus terbanyak yang dilaporkan,
klasifikasi gerodermatosis yang ada. Hasil penelitian yaitu 92,6%. Diagnosis psoriasis vulgaris dan eritroder-
disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. ma (31%) merupakan diagnosis terbanyak dari kategori
dermatosis eritropapuloskuamosa yang dijumpai pada
penelitian ini. Furunkel dan selulitis (15,4%) masing-
masing merupakan diagnosis dari kategori penyakit kulit
3. Hasil dan Pembahasan
akibat infeksi bakteri yang paling sering dijumpai pada
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari catatan penelitian ini. Kasus baru MH tipe BT dan MH tipe LL
rekam medik pasien di Poliklinik Kulit dan Kelamin dengan ENL juga dilaporkan. (Tabel 3) Penyakit kulit
RSUD Provinsi NTB selama periode Januari 2012 sam- akibat infeksi virus pada penelitian ini yang terbanyak
pai Desember 2014, terdapat total kunjungan pasien adalah herpes zoster sebanyak 16 kasus baru (64%).
sebanyak 8316 orang dengan diagnosis penyakit kulit Dari 22 kasus baru tumor kulit pada penelitian ini,
dan/atau kelamin. Selama periode tersebut didapatkan keratosis seboroik (31,8%) merupakan diagnosis yang
total pasien geriatri sebanyak 723 orang, terdiri atas 418 paling sering dijumpai, diikuti oleh kasus karsinoma sel
orang pasien baru (57,8%) dan 305 orang pasien lama basal dan xanthelasma (18,2%). Dari 13 kasus kelainan
(42,2%). Distribusi pasien geriatri baru berdasarkan vaskular pada kulit pasien geriatri di penelitian ini, der-
tahun dapat dilihat pada gambar 1. matitis stasis (46,1%) merupakan diagnosis terbanyak
diikuti oleh hematoma dan purpura (15,4%).
200
Tahun Pada Gambar 2 dan 3 dapat dilihat bahwa dari ka-
tegori dermatosis vesiko-bulosa kronik dan kelainan pi-
gmen pada pasien geriatri yang paling banyak dijumpai
150 adalah pemfigus vulgaris (50%) dan hiperpigmentasi
paska inflamasi (66.7%).
Pada penelitian ini terdapat jumlah pasien geriatrik
pria 248 (59,3%) lebih banyak dibandingkan dengan
100 perempuan yang berjumlah 170 (40,7%). Beberapa
penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang seru-
pa walaupun belum dapat dijelaskan mengapa terdapat
perbedaan jenis kelamin ini. Penelitian di India menun-
50
jukkan pasien pria lebih banyak daripada perempuan
dengan rasio 2.44:1. 7 Di Bali, dari 1180 pasien geriatri
didapatkan 60,76% pria dan 39,24% perempuan begitu-
0 pula dengan penelitian di Solo menunjukkan dari 260
2012 2013 2014 pasien kunjungan baru terdapat 56,92% pasien pria dan
Gambar 1. Distribusi Berdasarkan Tahun Pasien Geriatri 43,08% pasien perempuan. 6,8
Baru di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Provinsi NTB Berdasarkan kategori penyakit kulit yang sering di-
jumpai pada penelitian ini didapatkan dermatosis infla-
Distribusi pasien geriatri baru berdasarkan kategori masi (42.1%) merupakan kategori penyakit kulit yang
penyakit kulit dan jenis kelamin disajikan pada Tabel terbanyak. Dermatosis inflamasi merupakan entitas ca-

Jurnal Kedokteran Unram


Karakteristik Penyakit Kulit pada Geriatri 9

Tabel 1. Distribusi Pasien Geriatri Baru berdasarkan Kategori Penyakit Kulit dan Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan Total
Kategori Penyakit
n (%) n (%) n (%)
Infeksi Bakteri 13 (5,2) 13 (7,6) 26 (6,2)
Infeksi Virus 13 (5,2) 12 (7,1) 25 (5,9)
Infeksi Jamur 34 (13,7) 32 (18,8) 66 (15,8)
Infestasi Parasit 32 (12,9) 22 (11,8) 54 (12,9)
Dermatosis Inflamasi 115 (46,4) 61 (35,9) 176 (42,1)
Tumor 12 (4,8) 10 (5,9) 22 (5,2)
Vesiko-Bulosa Kronik (VBK) 1 (0,5) 3 (2,9) 4 (1,2)
Eritro-Papulo-Skuamosa (EPS) 19 (7,7) 10 (5,9) 29 (6,9)
Kelainan vaskular 7 (2,8) 6 (3,5) 13 (3,1)
Kelainan pigmen 2 (0,8) 1 (0,6) 3 (0,7)

Gambar 2. Dermatosis Vesiko-Bulosa Kronik (VBK) pada pasien geriatri

kupan kategori penyakit kulit yang sangat luas dimana penggunaan pelembab. Adanya penyakit sistemik yang
termasuk didalamnya penyakit kulit yang paling sering mendasari seperti penyakit ginjal stadium akhir, diabetes
dijumpai pada lansia, terutama xerosis kutis dan derma- mellitus, tiroid, atau sedang dalam terapi diuretika, penu-
tosis yang memberikan gejala pruritus kronis (pruritus run kolesterol, antiandrogen dan sebagainya. Gambaran
dengan durasi lebih dari 6 minggu). Pruritus kronis klinis kulit menjadi kering, kasar dan menyerpih (fla-
sendiri merupakan gejala yang paling sering dikeluhk- kes). Kelainan ini lebih jelas terjadi pada tungkai bawah,
an oleh lansia, terkait dengan penyakit kulit, sistemik tetapi juga dapat terjadi pada badan dan tangan. Pasi-
maupun neuropsikiatri. 4 en xerosis umumnya mengeluh gatal. Akibat garukan
Xerosis kutis merupakan jenis dermatosis inflama- yang berulang, dapat terjadi erosi, ekskoriasi sehingga
si yang terbanyak dijumpai pada penelitian ini. Sei- patogen atau bahan kimia mudah masuk ke dalam kulit
ring dengan pertambahan usia, insidens dan keparahan dan ini akan meningkatkan risiko infeksi atau timbulnya
xerosis kutis meningkat. Prevalensi bervariasi antara dermatitis kontak. 4,10 Derajat xerosis yang berat dimana
29,5%-85%. 9 Pada penelitian ini menunjukkan xerosis kulit menjadi retak dan mudah berdarah pada dermatitis
kutis (27,8%) merupakan kasus terbanyak dari derma- asteatotik dijumpai pada 3 kasus pada penelitian ini.
tosis inflamasi. Peningkatan transepidermal water loss Insidens neurodermatitis dan dermatitis kontak yang
(TEWL), berkurangnya kadar sebum, aktifitas kelenjar cukup tinggi pada penelitian ini setelah insidensi xero-
keringat dan natural moisturizing factor dapat menye- sis kutis serupa dengan penelitian Raveendra L (2014).
babkan kekeringan pada kulit. Selain itu, longgarnya Peningkatan insidens neurodermatitis kemungkinan ber-
korneosit akibat maturasi dan adhesi keratinosit yang kaitan dengan xerosis dan pruritus yang juga insidens-
abnormal memberikan gambaran klinis kulit yang kasar nya cukup tinggi pada penelitian ini. 7 Neurodermatitis
dan bersisik. Faktor lain yang dapat memicu xerosis ada- termasuk salah satu kelainan psikokutan pada lansia
lah faktor lingkungan seperti kelembaban yang rendah, yang mengenai area tubuh yang mudah dijangkau ta-
sinar matahari, pemakaian sabun mandi tanpa diikuti ngan. Peran faktor psikis seperti stres dan kelelahan

Jurnal Kedokteran Unram


10 Hidajat, dkk.

Gambar 3. Kelainan pigmen pada pasien geriatri

Tabel 2. Penyakit Kulit Akibat Infeksi Jamur pada Pasien Tabel 3. Penyakit Kulit Akibat Infeksi Bakteri pada Pasien
Geriatri Geriatri

Jenis Penyakit N Persentase Jenis Penyakit N Persentase


(%) (%)
Tinea Kruris 16 24.2 Furunkel 4 15.4
Tinea Korporis 15 22.7 Selulitis 4 15.4
Kandidiasis Intertriginosa 9 13.6 Morbus Hansen (MH) tipe BL 3 11.5
Tinea Pedis 6 9.1 Ulkus Kruris 3 11.5
Tinea Korporis + Tinea Kruris 5 7.6 Erisipelas 2 7.7
Tinea unguium 3 4.6 Folikulitis 2 7.7
Balanitis kandida 2 3.0 Ektima 1 3.8
Kandidiasis Kutis 2 3.0 Impetigo bulosa 1 3.8
Tinea inkognito 2 3.0 Intertigo 1 3.8
Kandidiasis Oral 1 1.5 Karbunkel 1 3.8
Kromoblastomikosis 1 1.5 MH tipe BT 1 3.8
Pitiriasis Versikolor 1 1.5 MH tipe LL + ENL 1 3.8
Tinea Korporis + Tinea Kruris + 1 1.5 Skrofuloderma 1 3.8
Tinea Fasialis TB kutis verukosa 1 3.8
Tinea Kruris + Pedis 1 1.5 Total 26 100.0
KVV (Kandidiasis Vulvovaginalis) 1 1.5
Total 66 100.0
Perlu adanya penelitian lebih lanjut yang mengkaji riwa-
yat kontak dan pemeriksaan uji tempel terkait dugaan
sangat penting sebagai penyebab dan pemicu progresi- alergen penyebab yang sering menjadi penyebab DKA
vitas lesi. 10 Pasien geriatri sering menderita dermatitis pada pasien geriatri.
kontak alergi (DKA), disebabkan oleh berkurangnya sel Berbagai jenis infeksi kulit sering dijumpai pada pa-
langerhans, meningkatnya sel T, dan kepekaan vaskular sien geriatri. 3 Dampak imunosenesens, yaitu penurunan
yang menurun serta dipengaruhi pula oleh penggunaan dan disregulasi fungsi imun berkaitan dengan penambah-
bahan tertentu sebagai alergen yang sering yaitu lanolin, an usia, berkontribusi terhadap peningkatan kerentanan
paraben ester, pewarna, tanaman, balsam, karet, nikel lansia terhadap infeksi. 11 Pada penelitian ini dermatomi-
dan terapi topikal. 1,6,8 Penelitian di Denpasar menun- kosis (15,8%) merupakan jenis infeksi kulit yang paling
jukkan insiden DKA tertinggi (41,77%) pada pasien sering dijumpai. Pola serupa ditemukan pada penelitian
geriatri di antara 419 pasien geriatri dengan dermatitis, di Menado dimana didapatkan dermatomikosis sejumlah
diduga dipicu salah satunya karena pengolesan obat- 19,77% dari total 1.022 pasien geriatri dan di Solo yai-
obatan tradisional yang biasa dilakukan oleh lansia di tu sebesar 8,84%. 1,8 Dermatofitosis merupakan infeksi
Bali. 6 Neurodermatitis (8,84%) merupakan jenis derma- jamur pada kulit yang mengenai epidermis dan dermis
titis terbanyak yang dilaporkan pada penelitian di Solo. 8 yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Pada

Jurnal Kedokteran Unram


Karakteristik Penyakit Kulit pada Geriatri 11

penelitian ini, dermatofitosis (74,2%) merupakan infek- usia 60-75 tahun, dimana 14,28% berkaitan dengan dia-
si jamur pada kulit yang paling sering dijumpai diikuti betes mellitus. 1 Selulitis merupakan infeksi bakteri kulit
oleh kandidiasis, pitiriasis versikolor dan kromoblas- yang tersering pada lansia. Perlu diperhatikan adanya
tomikosis. Tinea kruris dan tinea korporis merupakan penyakit yang memperberat seperti diabetes mellitus
dermatofitosis tersering yang dijumpai pada penelitian dan adanya resistensi terhadap penggunaan antibiotika
ini. Diagnosis dermatofitosis yang digunakan berda- yang akan mempengaruhi morbiditas, mortalitas dan
sarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dana yang harus dikeluarkan. 2,4 Kusta atau Morbus han-
penunjang serta lokasi terjadinya infeksi. Pada pene- sen (MH) adalah infeksi kronik yang disebabkan Myco-
litian ini diperinci berdasarkan banyaknya lokasi yang bacterium leprae yang dapat menyerang semua umur
terkena infeksi dermatofita. Dermatofitosis merupakan termasuk lansia. Pada penelitian ini dijumpai MH tipe
infeksi dermatofita pada kulit, rambut dan kuku. Tinea BL sebanyak 3 kasus, kemudian MH tipe BT dan MH
korporis merupakan infeksi jamur golongan dermatofita tipe LL dengan ENL masing-masing 1 kasus. Peneliti-
yang berlokasi pada kulit yang tidak berambut kecuali te- an Raveendra menemukan 12 kasus MH. Penelitian di
lapak tangan, telapak kaki dan inguinal sedangkan tinea Denpasar menemukan 89 kasus baru dengan tipe MH
kruris merupakan infeksi dermatofita yang mengenai da- paling banyak adalah tipe borderline lepromatosa (BL)
erah inguinal, pubis, perineum dan perianal. 12 Jafferany diikuti tipe BT dan tipe LL. Faktor-faktor yang perlu
menyebutkan tinea kruris, tinea pedis dan kandidiasis dipertimbangkan adalah perubahan imunitas, patoge-
merupakan infeksi jamur paling sering dijumpai pada nitas kuman penyebab, cara penularan, keadaan sosial
pasien geriatri. 3 Penelitian di Denpasar menunjukkan ti- ekonomi, lingkungan dan varian genetik. 6,7
nea kruris (31,93%) merupakan infeksi jamur terbanyak Herpes zoster (HZ) merupakan jenis infeksi virus
yang ditemukan. 6 Kandidiasis kutis dapat mengenai se- yang tersering dijumpai pada penelitian ini. Hal serupa
mua usia namun kejadian meningkat terutama pada bayi dijumpai pada penelitian di Denpasar yaitu 119 pasien
dan orang tua. 13 Tingginya insiden infeksi jamur pada (9,26%). Herpes zoster merupakan infeksi virus yang
pasien geriatri pada penelitian ini diduga karena wila- paling sering mengenai lansia. Infeksi ini sering terjadi
yah NTB merupakan wilayah dengan iklim yang cukup akibat gangguan fungsi imun dan reaktivasi virus varise-
panas dengan kelembaban yang tinggi. Kasus tinea kor- la zoster. Insidens HZ meningkat secara dramatis seiring
poris maupun tinea kruris banyak dijumpai di daerah dengan bertambahnya usia. Insidens pada usia 20-50
beriklim tropis dan sering dieksaserbasi oleh pengguna- tahun sebesar 2,5 per 1000 orang meningkat menjadi 7,8
an pakaian yang oklusif serta kelembaban udara yang per 1000 orang berumur lebih dari 60 tahun dan men-
tinggi. 12,14 Perlu diperhatikan adanya penyakit sistemik capai 10 per 1000 orang per tahun pada umur 80 tahun.
yang mendasari seperti diabetes mellitus pada pasien Bukti menunjukkan bahwa stres fisik dan mental berper-
geriatri dengan infeksi dermatofit maupun kandida. 6,8 an dalam memicu timbulnya HZ. 15 Pada pasien geriatri,
Skabies dan pedikulosis merupakan infestasi parasit HZ sering menimbulkan penyulit berupa neuralgia pas-
yang paling sering dijumpai pada lansia terutama yang ka herpetika (NPH). Kelainan ini sering menetap selama
bertempat tinggal di panti wreda. Sebuah penelitian di beberapa bulan sampai tahun setelah lesi kulit sembuh.
Kanada mengungkap 20% dari 130 panti wreda berha- Insidens NPH berkisar 10-70% dari kasus HZ. 3 Pada
dapan dengan masalah skabies dalam periode 1 tahun. penelitian ini dijumpai kasus NPH sebanyak 8 pasien
Pada penelitian ini, skabies merupakan infestasi parasit (32%).
terbanyak yang ditemukan. Skabies merupakan infeksi Dermatosis eritropapuloskuamosa yang paling ba-
kulit yang menular yang disebabkan oleh tungau Sar- nyak dijumpai pada penelitian ini adalah psoriasis vul-
coptes scabiei. Penularan dapat berlangsung melalui garis, eritroderma dan dermatitis seboroik. Penelitian
kontak langsung maupun kontak dengan bahan pakaian Raveendra menemukan 14 pasien (7%) menderita psori-
yang terdapat tungaunya. Gambaran klinis skabies pada asis vulgaris dan penelitian di Denpasar menunjukkan
pasien geriatri sangat bervariasi. Banyak pasien yang 29 pasien geriatri dengan psoriasis vulgaris. 6,7 Eritro-
tidak didiagnosis secara adekuat karena tidak menun- derma merupakan kelainan kulit yang ditandai dengan
jukkan gejala yang khas. Sebagian pasien geriatri juga adanya eritema yang meliputi lebih dari 90% permukaan
menderita dermatitis asteatotik dan xerosis kutis dan kulit, biasanya disertai skuama. Diperkirakan insidens-
mengalami gatal yang bertambah hebat karena terinfek- nya 1-2 per 100.000 penduduk dengan awitan usia 40-60
si skabies. Sebagian pasien mengabaikan hal ini dan tahun. Evaluasi eritroderma di Menado dari 32 pasien
menganggapnya hanya efek psikologis dari gatal saja. 3 kelompok usia yang paling banyak adalah pada usia 60-
Infeksi bakteri superfisial pada kulit akibat kuman 74 tahun dengan dermatitis seboroik sebagai pencetus
Staphylococcus dan Streptoccocus dapat dijumpai pada terbanyak. 1 Dermatitis seboroik merupakan salah satu
pasien geriatri dengan gambaran yang atipikal. Pioder- dermatosis yang sering dijumpai pada lansia. Prevalen-
ma (73,1%) merupakan infeksi bakteri terbanyak dijum- sinya diperkirakan sekitar 31% dari seluruh populasi
pai pada penelitian ini diikuti infeksi mikobakterium geriatri. Dermatitis seboroik pada lansia biasanya ber-
dan infeksi bakteri lainnya. Dua bentuk pioderma yang kaitan dengan penyakit sistemik lainnya seperti epilepsi,
sering dijumpai adalah furunkel dan selulitis (15,4%). penyakit susunan saraf pusat, parkinsonisme dan trau-
Penelitian di Menado melaporkan pioderma primer yang ma. 3
paling banyak ditemukan adalah furunkel terutama pada Tumor kulit baik jinak maupun ganas mengalami pe-

Jurnal Kedokteran Unram


12 Hidajat, dkk.

ningkatan frekuensi seiring dengan bertambahnya usia.


Lesi proliferatif jinak meningkat jumlah dan ukurannya Daftar Pustaka
seiring pertambahan usia dan harus dibedakan dengan 1. Warouw WFTh. Manifestasi penyakit sistemik pada
lesi pra kanker dan kanker. Tumor jinak yang biasa kulit usia lanjut. Dalam : Legiawati L, Kanya LA,
dijumpai pada pasien geriatri antara lain keratosis se- Budianti WK, Resvita FI. Problematika Dermato-
boroik, skin tags, lentigo solaris dan cherry angioma logi Geriatri dan Penanganannya. Jakarta: Balai
sedangkan tumor ganas kulit yang sering dijumpai yaitu Penerbit FKUI. 2009;p. 26–57.
karsinoma sel basal. 3,4,9 Keratosis seboroik dan karsino-
ma sel basal masing-masing merupakan tumor jinak dan 2. Kabulrachman. Perubahan struktur dan fisiologik
ganas yang frekuensinya paling banyak pada penelitian pada kulit menua Dalam : Legiawati L, Kanya LA,
ini. Budianti WK, Resvita FI. Problematika Dermato-
Proses perjalanan imunologi sistem kulit pada lansia logi Geriatri dan Penanganannya. Balai Penerbit
dapat mengakibatkan peningkatan penyakit autoimun. FKUI, Jakarta. 2009;p. 1–10.
Penyakit autoimun yang sering dijumpai pada lansia 3. Jafferany M, Huynh TV, Silverman MA, Zaidi Z.
yaitu pemfigus vulgaris, pemfigoid bulosa, dan sebagai- Geriatric dermatoses: a clinical review of skin dise-
nya. Pemfigus vulgaris termasuk penyakit bula yang ases in an aging population. International journal
cukup serius pada lansia karena merupakan penyakit of dermatology. 2012;51(5):509–522.
kronis dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang
tinggi sebagai akibat dari imbalans elektrolit dan infeksi 4. Wey SJ, Chen DY. Common cutaneous disorders
sekunder. 1 Pada penelitian ini dijumpai dermatosis ve- in the elderly. Journal of Clinical Gerontology and
sikobulosa kronik yang paling banyak adalah pemfigus Geriatrics. 2010;1(2):36–41.
vulgaris.
5. Khurshid K, Paracha MM, Amin S, Pal SS, et al.
Dermatitis stasis merupakan kelainan vaskular yang Frequency of Cutaneous Diseases in Geriatric po-
paling banyak dijumpai pada penelitian ini. Proses penu- pulation of type IV and V Skin. Journal of Pos-
aan pada kulit disertai dengan regresi dan kelainan pada tgraduate Medical Institute (Peshawar-Pakistan).
kapiler dan pembuluh-pembuluh kecil yang berakibat 2012;26(1):39–42.
pada penurunan densitas pembuluh darah. Dermatitis
stasis merupakan akibat insufisiensi vena dan hipertensi 6. AAIA Nyndia Sari, IGAM Sri Widyastuti, Fran-
vena yang berkaitan dengan inkompetens katup vena. siska Sylvana K, Made Swastika Adiguna, Luh
Faktor yang berperan antara lain herediter, berdiri terla- Mas Rusyati. Profil Penyakit Kulit pada Geria-
lu lama, obesitas dan trombosis vena dalam. Pada lansia tri di RSUP Sanglah, Denpasar Tahun 2009-2011.
yang biasanya sudah mengalami kelainan vaskular terka- Dalam : Indah Julianto, Prasetyadi Mawardi dkk
it berbagai penyakit sistemik seperti aterosklerosis dan ed. Kumpulan Makalah Lengkap PIT XII Perdoski.
diabetes mellitus akan lebih rentan terhadap dermatitis Surakarta: ITA. 2012;p. 42–48.
stasis ini. 1,4
7. Raveendra L. A clinical study of geriatric dermato-
Adanya gangguan pigmentasi pada kulit disebabkan
ses. Our Dermatol Online. 2014;5(3):235–9.
karena perubahan pada distribusi pigmen melanin dan
proliferasi melanosit, serta fungsi melanosit menurun se- 8. Mira Rahmanita R, Sri Agustina, Endra Yustin, Nu-
hingga penumpukan melanin tidak teratur dalam sel-sel grohoaji Darmawan, Prasetyadi Mawardi. Peneli-
basal epidermis. Disamping itu epidermal turn over me- tian retrospektif: Pola penyakit kulit pada geriatri
nurun sehingga lapisan sel-sel kulit mempunyai banyak di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam : Indah
waktu untuk menyerap melanin yang mengakibatkan ter- Julianto, Prasetyadi Mawardi dkk ed. Kumpulan
jadinya bercak pigmentasi pada kulit. 2 Kelainan pigmen Makalah Lengkap PIT XII Perdoski. Surakarta:
yang dilaporkan pada penelitian ini adalah hiperpigmen- ITA. 2012;p. 829–831.
tasi paska inflamasi dan pitiriasis alba.
9. Legiawati L. Penyakit kulit yang sering ditemukan
pada usia lanjut. Dalam : Kumpulan Abstrak dan
Makalah Lengkap National Symposium and Work-
4. Kesimpulan shop Geriatric Dermatology: Challenge and Update.
Bali: Udayana Press. 2013;p. 42–48.
Pasien geriatri baru yang berkunjung ke Poliklinik Ku-
lit dan Kelamin RSUD Provinsi NTB sebanyak 418 10. Norman RA. Common Skin Conditions in Ge-
orang (57,8%) didominasi oleh pria (59,3%). Lima riatric Dermatology. Annals of long term care.
kategori penyakit kulit terbanyak adalah dermatosis in- 2008;16(6):40. Available from: http://www.
flamasi (42,1%), infeksi jamur (15,8%), infestasi parasit annalsoflongtermcare.com/issue/58.
(12,9%), eritropapuloskuamosa (6,9%) dan infeksi bak-
11. Sundaru H. Imunitas pada usia lanjut. Dalam : Le-
teri (6,2%). Dari kategori dermatosis inflamasi, jenis
giawati L, Kanya LA, Budianti WK, Resvita FI.
penyakit kulit yang terbanyak adalah xerosis kutis dii-
Problematika Dermatologi Geriatri dan Penanga-
kuti oleh neurodermatitis dan dermatitis kontak alergik.
nannya. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009;p. 11–
21.

Jurnal Kedokteran Unram


Karakteristik Penyakit Kulit pada Geriatri 13

12. Schieke SM, Garg A. Superficial fungal infection.


Fitzpatrick’s dermatology in general medicine 8th
edn New York: McGraw-Hill. 2012;p. 2284–2287.
13. Ramali L. Ramali LM. Kandidiasis Kutan dan Mu-
kokutan. Dalam : Bramono K, Suyoso S, Indriatmi
W, Ramali LM, Widaty S, Ervianti E. Dermatomi-
kosis Superfisialis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2013;p. 100–119.
14. Siswati AS, Ervianti E. Tinea Korporis dan Tinea
Kruris. Dalam : Bramono K, Suyoso S, Indriatmi W,
Ramali LM, Widaty S, Ervianti E. Dermatomikosis
Superfisialis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2013;p.
58–69.
15. Pusponegoro EHD. Herpes Zoster pada Usia Lanjut
Permasalahan dan Terapi. Dalam : Legiawati L,
Kanya LA, Budianti WK, Resvita FI. Problematika
Dermatologi Geriatri dan Penanganannya. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. 2009;p. 58–63.

Jurnal Kedokteran Unram

Anda mungkin juga menyukai