Kelompok 4 - Organisasi Dan Kepemimpinan - A
Kelompok 4 - Organisasi Dan Kepemimpinan - A
Kelompok 4 - Organisasi Dan Kepemimpinan - A
Disusun oleh :
Kelompok 4 / Agribisnis A
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga paper
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih atas
bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan materi maupun
pikirannya dalam penyusunan paper yang berjudul “Manajemen Mutu Terpadu (MMT)”.
Harapan kami, semoga paper ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi kami
penulis maupun para pembaca sekalian. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam paper ini,. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
paper ini.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
3
1.1 Latar Belakang........................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Definisi MMT (Manajemen Mutu Terpadu)........................................3
2.1.1 Konsep dasar Manajemen Mutu terpadu......................................4
2.1.2 Prinsip – prinsip manajemen mutu terpadu dalam pendidikan. 5
2.2 Pengertian Mutu......................................................................................6
2.3 Dimensi Mutu..........................................................................................7
2.4 Peningkatan Mutu...................................................................................9
BAB III..................................................................................................................16
PENUTUP..............................................................................................................16
3.1 Kesimpulan............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan, mutu menjadi kata
kunci bagi perkembangan suatu perusahaan. Keberhasilan dalam memenangkan kompetisi
banyak ditentukan oleh kemampuan dalam mengelola dan meningkatkan sumber daya yang
dimiliki, tidak terkecuali dalam sektor jasa konstruksi. Penerapan manajemen mutu
diperlukan dalam mewujudkan peningkatan mutu produk/layanan yang dihasilkan,
mengontrol biaya-biaya, mengurangi kerusakan dan cacat pada produk, meningkatkan
kepuasan konsumen, dan meningkatkan keuntungan bagi perusahaan. Sebuah perusahaan
harus menyadari bahwa untuk bersaing di pasar global, perusahaan harus dapat menunjukkan
kemampuannya dalam memenuhi tuntutan pasar. Jika tingkat kepuasan pelanggan terhadap
4
pemakaian produk dan layanan cukup tinggi, maka perusahaan tersebut dapat bertahan dalam
ekonomi pasar global. Penerapan sistem manajemen mutu dapat memberikan berbagai nilai
tambah bagi perusahaan, antara lain, meminimalkan produk yang tidak memenuhi
persyaratan yang berarti pula mengurangi pekerjaan ulang yang akhirnya mengoptimalkan
marjinal keuntungan, dan meningkatkan produktivitas kerja yangdapat meningkatkan
efisiensi perusahaan (Suardi, 2001).
Sistem Manajemen Mutu berbasiskan ISO 9001:2008 dalam jasa konstruksi Indonesia
pada saat ini merupakan prioritas utama dalam kegiatan konstruksi mengingat penerapan
sistem manajemen mutu ISO telah menjadi kebijakan Departemen Pekerjaan Umum yang
ditetapkan sejak tahun 2001. Tujuan kebijakan tersebut adalah mengupayakan dan
mewujudkan kualitas produk hasil pekerjaan konstruksi sesuai harapan dan kebutuhan
masyarakat. Disamping itu, penerapan sistem manajemen mutu ISO dan sertifikasinya bagi
parapenyedia jasa telah menjadi tuntutan dalam menghadapi pasar global yang semakin
kompetitif (Garpenz, 2001).
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Manajemen Mutu Terpadu (MMT)?
b. Apakah pengertian dari mutu?
c. Apa yang menjadi dimensi mutu?
d. Bagaimana cara peningkatan mutu?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi dari Manajemen Mutu Terpadu (MMT)
b. Untuk mengetahui pengertian dari mutu
c. Untuk mengetahui dimensi mutu
d. Untuk mengetahui cara peningkatan mutu
BAB II
PEMBAHASAN
5
gaya kepemimpinan dan pengikut. Keterpaduan factor-faktor ini akan mengakibatkan kualitass
pelayanan menjadi lebiih meningkat dan bermakna.
bahwa semua fungsi manajemen yang ada dan semua tenaga untuk berpartisipasi dalam proses
perbaikan.
Dengan peningkatan sistem kualitas dan budaya kualitas, proses MMT bermula dari pelanggan
dan berakhir pada pelanggan pula. Proses MMT memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan
dan harapan pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam organisasi untuk memproduksi
barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada pelanggan (output). konsep
MMT pada dasarnya adalah menekankan pada kepuasan pelanggan dan pelayanan yang bermutu.
Dalam dunia pendidikan, manfaat penerapan MMT adalah perbaikan, pelayanan, pengurangan, biaya,
dan kepuasan pelanggan. Perbaikan progresif dalam system manajemen dan kualitas pelayanan
menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan. Sebagai tambahan, manfaat lain yang bisa dilihat
adalah peningkatan keahlian, semangat dan rasa percaya diri di kalangan staff pelayanan public,
perbaikan hubungan antara pemerintah dan masyarakatnya, peningkatan akuntabilitas dan
transparansi pemerintah serta peningkatan produktivitas dan efisiensi pelayanan publik.
6
sebagai setiap orang dalam lembaga apa pun yang status, posisi, dan perannya adalah manajer
dari tanggung jawab yang dimilikinya. MMTP menyangkut filosofi dan metodologi.
Filosofinya ialah pola pikir untuk mengadakan perbaikan terusmenerus, dan metodologinya
ialah menjelaskan alat-alat dan teknik-teknik seperti curah pendapat dan analisis medan
kekuatan yang digunakan sebagai sarana untuk melakukan perbaikan terus-menerus.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa MMTP ialah budaya peningkatan mutu
pendidikan secara terusmenerus, fokus pada pelanggan sekolah, keluarga, masyarakat, dan
pemerintah.
Untuk menghasilkan mutu, menurut Slamet (dalam Bresman, 2009: 79) terdapat empat
usaha mendasar yang harus dilakukan dalam suatu lembaga pendidikan, yaitu:
7
dan misi yang jelas, sehingga keduanya dapat dituangkan dalam kebijakan yang akan
diambil.
3. Keterlibatan seluruh partisipan organisasi (People Organization) Seluruh komponen di
dalam suatu organisasi harus dilibatkan. Artinya seluruh sitivitas organisasi harus selalu
berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Perbaikan bukan hanya dari pihak
kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, tetapi semua sivitas sekolah harus memiliki
komitmen untuk melakukan perbaikan. Dengan kata lain semua sivitas sekolah harus
dilibatkan dalam upaya memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada para pelanggan.
4. Pendekatan yang menekankan pada perbaikan proses (Process Approach) Kurangnya
dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan MMT berasumsi bahwa output akhir
suatu organisasi tidak semata-mata dilihat secara parsial, tetapi suatu proses yang panjang.
Proses tersebut dilakukan secara sadar oleh setiap individu. Kegiatan tersebut juga dilakukan
saling terkait satu dengan lainnya sehingga menghasilkan outputorganisasi. Jelassnya tamatan
atau lulusan bukan semata-mata produk tenaga akademik, atau karyawan sajak, tetapi
menyangkut proses yang melibatkan tenaga akademik, karyawan, kepala sekolah, murid,
orang tua, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat luas, yang tentu saja proporsinya berbeda
satu sama lainnya.
5. Penerapan manajemen dengan menggunakan pendekatan sistem (System Approach)
Dalam konteks organisasi, upaya menyempurnakan proses tertentu harus dikaitkan dengan
proses lainnya. Oleh karena pihak-pihak yang terkait dengan proses tersebut merupakan
tangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Tuntutan peningkatan kualitas pembelajaran tidak
dapat dilakukan oleh tenaga pengajar semata, tetapi harus pula melibatkan aspek
ketatausahaan, kepemimpinan, fassilitas, dan penciptssn organisasi yang optimal atau
mendukung.
6. Langkah perbaikan yang dilakukan secara terus menerus (Continual Improvement atau
Kaizen) Inti perbaikan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan adalah adanya
human resources empowerment baik bagi tenaga edukatif maupun administratif. Realitas
menunjukkan belum seluruhnya pemimpin organisasi menyadari arti pentingnya
pemberdayaan tenaga akademik dan administratif. Para pimpinan sering lebih mementingkan
pengembangan fasilitas atau pegembangan fasilitas. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
anggaran pendidikan dan pelatihan untuk kedua tenaga tersebut tidak setidak-tidaknya kurang
berimbang dibandingkan dengan anggaran pembangunan fisik.
Di samping pendapat tersebut para pakar mutu telah mencoba mendefinisikan mutu sebagai
berikut (Tjiptono dan Diana, 2003):
8
1. Menurut Joseph Juran, mutu adalah kecocokan pengguna produk (fitness for use) untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
2. Menurut Philip B. Crosby, mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan
standar yang disyaratkan atau distandarkan.
4. Menurut Garvin, mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan atau konsumen. Berdasarkan uraian di atas terdapat beberapa elemen yang
membahas mengenai definisi mutu/kualitas yang diterima secara universal dan dari definisi
yang telah ada dapat dilihat beberapa persamaannya diantaranya adalah:
1. Performa (performance), yaitu dimensi mutu tentang funngsi utama dari produk/jasa yang
dimilikinya. Sebagai contoh, mobil gampang distarter, dapat jalan dengan normal, dapat di
rem dengan baik. Dengan kata lain, semua konponen dasar mobil dapat berfungsi dengan
baik sehingga mobil berjalan dan berhenti sesuai dengan yang diinginkan pengemudinya.
9
Di bidang pendidikan, misalnya lulusan berkerja di perusahaan dengan tanggung jawab
dan disiplin yang tinggi, gaji yang memadai, dan kenaikan karir yang lancar. Di bidang
pendidikan dimensi mutu tentunya merujuk pada output satuan pendidikan. Dalam
spektrum nasional, maka dimensi pendidikan tentunya merujuk kepada Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 31 ayat 3, output pendidikan adalah manusia yang beriman dan takwa
serta berakhlak mulia, cerdas dalam berkehidupan dan berbangsa. Secara operasional
produk mutu pendidikan adalah output dari satuan pendidikan, yaitu standar kompetensi
lulusan (SKL) sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia, Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
untuk setiap jalur dan jenjang satuan pendidikan dasar dan menengah.
2. Tambahan fitur (features ), yaitu dimensi mutu tentang tambahan fungsi-fungsi dasar
sehingga produk/jasa tersebut menjadi lebih nyaman, praktis, dan ekonomis. Contoh dari
dimensi ini adalah AC, power steering, power window, remote control dalam mobil. Di
satuan pendidikan, tambahan fitur dapat berupa antara lain, ketrampilan menari tarian
daerah sebagai hasil dari kegiatan ekstra kurikuler, kemampuan berbahasa Mandarin
secara lisan dan tertulis dengan sertifikat dari Lembaga bahasa yang terakreditasi.
3. Keandalan (reliability), yaitu dimensi mutu tentang tetap berfungsinya produk/jasa walau
dalam keadaan sulit, misalnya mobil tetap jalan dengan baik, tidak mogok walau di jalan
berliku, nanjak, berbatu-batu. Andal dapat juga berarti dapat dipercaya. Di satuan
pendidikan contohnya antara lain, proses belajar di sekolah termasuk nilai ujian sekolah
atau hasil evaluasi sekolah handal atau dapat dipercaya. Pengguna lulusan percaya nilai
raport dan ujian termasuk ujian kompetensinya untuk sekolah kejuruan mencerminkan
kompetensi yang dipunyai lulusan dan dapat diandalkan untuk memprediksi kemampuan
lulusan di tempat kerja.
4. Konformitas (conformance to requirement), yaitu memenuhi kebutuhan atau harapan
pelanggan dan bahkan memenuhi standar produk/jasa yang berlaku, misalnya ukuran
karakteristik produk/jasa sesuai standar internasional sehingga produk tersebut compatible
dengan produk lain. Misalnya, printer merek X dapat digunakan untuk berbagai jenis
komputer. Contoh di bidang pendidikan, antara lain kompetensi lulusan SMK sesuai
dengan kebutuhan pengguna dan standar industri, sedangkan untuk lulusan SMA dasar-
dasar matematika yang dikuasai memadai untuk bekal mengikuti kuliah matamatika di
perguruan tinggi.
5. Daya tahan (durability), yaitu mutu yang berhubungan dengan lamanya masa bertahan
suatu produk/jasa. Misalnya bola lampu dapat menyala selama satu bulan terus menerus.
Dalam bidang pendidikan, dimensi mutu daya tahan ini dapat jadi berupa kegigihan, daya
juang lulusan unutk sukses dalam bekerja atau kuliah. Dapat juga, misal lulusan dari
sekolah di bawah Yayasan Ma’arif, Muhammadiyah, Kanisius dan sebagainya, mampu
memegang teguh nilai-nilai ajaran agamanya masing-masing terhadap pengaruh nilai asing
yang tidak sesuai nilai-nilai kebangsaan walau tetap mengakomodasi nilai-nilai yang baik
dari luar.
6. Kemampuan pelayanan (service ability), yaitu dimensi mutu dalam hal kecepatan,
ketepatan, kepraktisan pelayanan, misalnya teknisi mendatangi ke lokasi dimana mobil
mengalami mesin mogok untuk, gratis servis selama satu tahun. Di satuan pendidikan
dimensi ini dapat berupa kelengkapan dan pelayanan perpustakaan yang baik dalam proses
10
belajar mengajar. Dapat juga, sekolah atau perguruan tinggi mampu mengemas program
sesuai yang dibutuhkan masyarakat atau bahkan mengarahkannya menuju masyarakat
yang madani.
7. Estetika (aesthetics), yaitu dimensi mutu produk/jasa dalam hal keindahan, keanggunan,
seni. Di satuan pendidikan yang bermutu dalam dimensi ini dapat berupa komplek
pendidikan yang bersih, indah, dan berkesenian.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu spesifikasi produk/jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan sama atau bahkan melebihi spesifikasi yang dipersepsikan oleh
pengguna. Perbedaan persepsi terhadap mutu antara pihak pelanggan/klien dan institusi
produsen/penyedia biasanya disebabkan oleh kriteria dan permintaan klien yang sangat
tinggi, padahal produsen belum dapat menghasilkan produk sesuai dengan kriteria yang
diminta.
Peningkatan Mutu terpadu disini dapat melalui salah satu mutu yaitu dalam
mutu pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan perlu dilihat dari banyak sisi.
Telah banyak pakar pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang faktor penyebab dan
solusi mengatasi kemerosotan mutu pendidikan di lndonesia. Hadis dan Nurhayati
(2010:3) menjelaskan dalam persfektif makro banyak faktor yang mempengaruhi mutu
pendidikan, diantaranya faktor kurikulum, kebijakan pendidikan, fasilitas pendidikan,
aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
kegiatan proses belajar mengajar, aplikasi metode, strategi dan pendekatan pendidikan
yang mutakhir dan modern, metode evaluasi pendidikan yang tepat, biaya pendidikan
yang memadai, manajement pendidikan yang dilaksanakan secara profesional,
sumberdaya manusia para pelaku pendidikan yang terlatih, berpengetahuan,
berpengalaman dan professional.
Mutu adalah hal yang esensial sebagai bagian dalam proses pendidikan. Proses
pembelajaran adalah tujuan organisasi pendidikan. Mutu pendidikan adalah mutu lulusan
dan pelayanan yang memuaskan pihak terkait pendidikan. Mutu lulusan berkaitan dengan
lulusan dengan nilai yang baik (kognitid, apektif, dan psikomotorik) diterima melanjutkan
ke jenjang yang lebih tinggi yang berkualitas dan memiliki kepribadian yang baik.
Sedangkan mutu pelayanan berkaitan dengan aktivitas melayani keperluan peserta didik,
guru dan pegawai serta masyarakat secara tepat dan tepat sehingga semua merasa puas
atas layanan yang diberikan oleh pihak sekolah.
Taylor, West dan Smith (2006) pada lembaga CSF (Central for the School of the
Future) Utah State University mengungkapkan indikator sekolah bermutu adalah: 1)
dukungan orang tua, 2) kualitas pendidik, 3) komitmen peserta didik, 4) kepemimpinan
sekolah, 5) kualitas pembelajaran, 6) manajemen sumber daya di sekolah 7) kenyamanan
sekolah. Di samping kriteria diatas, Sitompul (2006: 57) menambahkan kualitas
pendidikan yang berhasil ditandai dari :
11
2. Tercapainya target kurikulum pengajaran,
3. Pembinaan yang sangat baik terhadap spiritual, moral, social dan pengembangan
budaya pengajar,
4. Tidak ada murid yang bermasalah dalam kejiwaan atau resiko emosional
5. Tidak ada pertentangan antara hubungan murid dengan para guru/ staf.
Dari berbagai pandangan, kriteria serta indikator yang di paparkan diatas maka dapat
kita ambil kesimpulan bahwa pendidikan/ sekolah yang bermutu dapat ditingkatkan
apabila sekolah memiliki : 1) dukungan dari pemerintah, 2) Kepemimpinan Kepala
sekolah yang efektif, 3) Kinerja guru yang baik, 4) kurikulum yang relevan, 5) lulusan
yang berkualitas, 6) dukungan masyarkat dan orang tua siswa. Untuk lebih jelasnya
berikut ini di paparkan masing-masing indikator tersebut.
1. Dukungan Pemerintah
Salah satu amanat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa Pemerintah Negara Indonesia
harus dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa adalah dengan cara meningkatkan mutu pendidikan serta pemerataanya pada
setiap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tidak dapat dipungkiri
sebenarnya telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha peningkatan
mutu pendidikan. Misalanya peningkatan anggran pendidikan 20% dari APBN dan
APBD, bantuan operasional sekolah (BOS), sertifikasi guru dan peningkatan
kesejahteraannya, standarisasi dan akreditasi sekolah serta berbagai kebijakan lainnya.
Pemerintah memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan
Indonesia, mulai dari ketersediaan sarana dan prasarana sampai pada guru-guru yang
berkualitas. Pemerintah baik pusat maupun daerah memiliki perannya masing-masing.
Sagala (2011:83) mengungkapkan adanya dukungan pemerintah pusat kaitannya dengan
standarisasi, dukungan pemerintah provinsi dan kabupaten/ kota kaitanyya dengan
pelayanan anggaran dan fasilitas sekolah. Selain penyediaan sarana dan sumberdaya
manusia, peranan lainnya dari pemerintah yang tak kalah pentingnya ialah memastikan
bahwa penyelenggaran pendidikan bebas dari kepentingan, intervensi serta hal-hal lainya
yang dapat menggangu dan menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang bermutu.
Untuk itu maka diperlukan komitmen yang kuat dan dan berkelanjutan dari pemerintah
baik pemerintah pusat, provinsi maupun daerah.
12
zaman serta tuntutan stakeholder pendidikan sehingga menciptakan lulusan-lulusan
terbaik. Sebagaimana yang diungkapakan oleh Bush (2008: 1) “there is great interest in
educational leadership in the early part of the twentyfirst century. This is because of the
widespread belief that the quality of leadership makes a significant difference to school
and student outcomes. In many parts of the world, including both developed and
developing countries, there is recognition that schools require effective leaders and
managers if they are to provide the best possible education for their students and
learners”.
3. Kinerja Guru
Guru merupakan ujung tombak dalam pendidikan (proses pembelajaran), karena
guru orang yang berhadapan langsung dengan peserta didik. Untuk itu guru harus mampu
bekerja dengan baik sehingga peserta didik yang dihasilkan akan memilki kompetensi
yang sesuai dengan harapan. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
13
Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan
baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya adalah
kompetensi.
Dalam proses pendidikan guru memiliki peranan sangat penting dan strategis
dalam membimbing pesserta didik kearah kedewasaan, kematangan dan kemandirian,
sehingga guru sering dikatakan ujung tombak pendidikan. Dalam melaksanakan tugasnya
seorang guru tidak hanya menguasai bahan ajar dan memiliki kemampuan teknis edukatif
tetapi memiliki juga kepribadian dan integritas pribadi yang dapat diandalkan sehingga
menjadi sosok panutan bagi peserta didik, keluarga maupun masyarakat (Sagala, 2011:
99).
Dalam undang-undang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 pasal 8, guru yang
baik dituntut memiliki empat (4) kompetensi yakni kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
Kinerja guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah sistem mulai
dari input, proses dan output, dalam upaya pencapaian tujuan suatu lembaga pendidikan.
Oleh karena itu, upaya peningkatan kinerja guru dari segi profesionalisme sebagai tenaga
pendidik mutlak diperlukan.
Pentingnya kurikulum yang baik dan relevan sebagai salah satu upaya dalam
peningkatan mutu pendidikan. Namun dalam penggunaaan/ pengembangannya kurikulum
tidak dapat diadopsi secara keseluruhan dari tempat/ Negara lainnya walaupun Negara
tersebut memiliki pendidikan yang sangat bermutu. Hal ini dikarenakan berbedanya
harapan dan tujuan tentang pendidikan yang bermutu dari masing-masing Negara.
Sudarsyah dan Nurdin (2010:191) mengungkapkan landasan pokok dalam pengembangan
kurikulum dikelompokkan dalam empat jenis yaitu landasan filosofis, landasan
psikologis, landasan sosiologis, dan landasan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
14
Pengembangan kurikulum merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan
dalam upaya pencapain tujuan pendidikan. Hal ini dilakukan guna merelevansikan/
menyelarasakan antara mutu lulusan dengan perkembangan/ tuntutan zaman.
15
pendidikan untuk itu masyarakat dan orang tua memiliki peranan penting dalam kemajuan
pendidikan. Tanpa dukungan masyarakat pendidikan tidak akan berhasil dengan maksimal.
Selain dalam UU Sisdiknas di atas, dalam Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 1992
tentang Peranserta Masyarakat dalam pendidikan pada pasal 3 disebutkan bahwa partisipasi
masyarakat dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk seperti: a) pendirian dan
penyelenggaraan pendidikan; b) pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan; c)
pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli; c) pengadaan dan/ atau penyelenggaraan
program pendidikan yang belum dilaksanakan pemerintah menunjang pendidikan nasional;
d) pengadaan dana dan pemberian bantuan lainnya; e) pengadaan dan pemberian bantuan
sarana belajar; e) pemberian kesempatan untuk magang; f) pemberian pemikiran dan
pertimbangan; g) pemberian bantuan manajemen dan; h) pemberian bantuan dalam bentuk
kerjasama.
Secara umum dapat dilihat bahwa tujuan adanya kerjasama orangtua dan masyarakat
dengan sekolah adalah usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan. Besarnya peranan yang
harus dilakukan/ diambil oleh masyarakat dan orangtua tentu bermaskud untuk pencapain
mutu pendidikan. Hal ini tentunya harus terus diupayakan dan terus ditingkatkan oleh pihak
sekolah. Sekolah harus mampu menjaga hubungan bak dan harmonis dengan masyarakat dan
orangtua guna membantu usaha-usaha sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
MMT ialah suatu sistem manajemen yang menyangkut mutu sebagai strategi usaha dan
berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. MMT
adalah totalitas yang memerintahkan setiap orang dalam organisasi dilibatkan dalam upaya
16
melakukan peningkatan atau perbaikan. Penerapan konsep manajemen mutu terpadu ini
berarti mengutamakna pelayanaan terhadap pelajar dalam meningkatkan mutu lulusan, atau
upaya perbaikan sekolah secara komprehensif. Didalamnya tentu harus ada upaya terpadu
dalam meperbaiki kultur sekolah dan hal itu dimulai dari tindakan manajemen. Penerapan
manajemen mutu terpadu dalam pendidikan melewati beberapa proses sejak dari persiapan,
perencanaan, dan pelaksanaan mutu jasa layanan pendidikan yang diharapkan para pelanggan
pendidikan. Pemenuhan harapan pelanggan pendidikan menjadi paradigma manajemen mutu
yang harus terpenuhi , sehingga mereka yang putus sekolah dan pengangguran bisa diperkecil
dalam dunia pendidikan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka Pelajar Ahmad Tafsir, 2011. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sutrisno & Muhyidin Albarobis, 2012. Pendidikan
Islam Berbasis Problem Sosial. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Husaini Usman, 2014.
Manajemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
17
PT Remaja Rosdakarya. Erra Yusmina. (2014). IMPLEMENTASI MANAJEMEN
MUTU TERPADU DALAM PENINGKATAN KINERJA SEKOLAH PADA SMK
NEGERI 1 BANDA ACEH. Pedadogi, 4(2), 11. Retrieved from
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JAP/ article/view/2520/2367
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=526228&val=10768&title=MANAJEMEN%20PENINGKATAN%20MUTU
%20PENDIDIKAN
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/a122eebb367a032a441c26d607b74176.pdf
18