Makalah Kel 3 SPI
Makalah Kel 3 SPI
Makalah Kel 3 SPI
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan dan
kesehatan kepada kita semua, sehingga kita dapat menjalani rutinitas kita sehari-
hari. Shalawat beriringkan salam marilah kita hadiahkan kepada Rasulullah SAW.
Ucapan terima kasih kepada bapak dosen pembimbing dan kawan-kawan yang
turut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas
kelompok dari dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Namun demikian, bukan berarti masyarakat Arab pada waktu itu sama sekali
tidak memiliki peradaban. Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam dikenal sebagai
bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Makkah misalnya pada waktu
itu merupakan kota dagang bertaraf internasional. Hal ini diuntungkan oleh
posisinya yang sangat strategis karena terletak di persimpangan jalan penghubung
jalur perdagangan dan jaringan bisnis dari Yaman ke Syiria.
Dilihat dari silsilah keturunan dan cikal bakalnya, para sejarawan membagi
kaumkaum Bangsa Arab menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang sejarahnya tidak bisa
dilacak secara rinci dan komplit, seperti Ad, Tsamud, Thasn, Judais,
Amlaq dan lain-lainnya
2. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan Ya’rub
bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
3. Arab Musta’ribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari keturunan
Isma’il, yang disebut pula Arab Adnaniya
Rentetan peristiwa yang melatar belakangi lahirnya Islam merupakan hal yang
sangat penting untuk dikaji. Hal demikian karena tidak ada satu pun peristiwa di
dunia yang terlepas dari konteks historis dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya.
Artinya, antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya terdapat hubungan yang
erat dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan Islam dengan situasi
dan kondisi Arab pra-Islam
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sistem Politik Kemasyarakatan Arab Pra Islam?
2. Bagaimana Sistem Kepercayaan Arab Pra Islam?
3. Bagaimana Sistem Kebudayaan Arab Pra Islam?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan bagaimana Sistem Politik Kemasyarakatan Arab Pra
Islam
2. Untuk menjelaskan Sistem Kepercayaan Arab Pra Islam
3. Untuk menyelesaikan Sistem Kebudayaan Arab Pra Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Latif Osman, Ringkasan Sejarah Islam, Jakarta: Widjaya, 2000
3
Menurut Nicholson, tidak terbentuknya Negara dalam struktur masyarakat
Arab pra-Islam, disebabkan karena konstitusi kesukuan tidak tertulis. Sehingga
pemimpin tidak mempunyai hak memerintah dan menjatuhkan hukuman pada
anggotanya. Namun dalam bidang perdagangan, peran pemimpin suku sangat
kuat. Hal ini tercermin dalam perjanjian-perjanjian perdagangan yang pernah
dibuat antara pemimpin suku di Mekkah dengan penguasa Yaman, Yamamah,
Tamim, Ghassaniah, Hirah, Suriah, dan Ethiopia.2
4
perantara antara mereka dengan Tuhan. Adapun keadaan masyarakat sebelum
datangnya Islam mereka tenggelam dalam adat jahiliyah. Seperti membunuh anak
perempuan, sistem jual beli yang banyak mengandung unsur tipu dan merugikan,
percaya akan sebuah ramalan dan lain-lain. Meskipun demikian bangsa Arab
dikenal bangsa pemberani yang memiliki rasa kesukuan tinggi.
Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan mereka
ditempat-tempat tertentu, seperti:
1. Manat, mereka tempatkan di Musyallal ditepi laut merah dekat Qudaid
2. Lata, mereka tempatkan di Tha’if
3. Uzza, mereka tempatkan di Wady Nakhlah
Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih
kecil bertebaran disetiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari
kemusyrikan bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada pada
agama Ibrahim. Selain itu, orang-orang Arab juga mempercayai dengan
pengundian nasib dengan anak panah dihadapan berhala Hubal. Mereka juga
percaya kepada perkataan peramal, orang pintar dan ahli nujum. Sekalipun
masyarakat Arab jahiliyah seperti itu, namun masih ada sisa-sisa dari agama
Ibrahim dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti pengagungan
terhadap Ka’bah, Thawaf disekelilingnya, haji, umrah, Wufuq di Arafah dan
Muzdalifah. Memang ada hal-hal baru dalam pelaksanaannya.
Masyarakat Arab pra-Islam memeluk berbagai macam agama, di antaranya
Paganisme, Yahudi, Kristen dan Hanifiyah. Agama-agama ini merupakan agama
warisan dari pendahu-pendahulunya. Keadaan tersebut masih terus berlangsung
sampai datangnya Islam sebagai agama yang hak, serta penyempurna dari
agamaagama sebelumnya. Orang-orang Yahudi berubah menjadi orang-orang
yang angkuh dan sombong. Pemimpin-pemimpin mereka menjadi sesembahan
selain Allah. Para pemimpin inilah yang membuat hukum ditengah manusia dan
menghisab mereka menurut kehendak yang terbetik didalam hati mereka. Ambisi
mereka hanya tertuju kepada kekayaan dan kedudukan, sekalipun berakibat
musnahnya agama dan menyebarnya kekufuran serta pengabaian terhadap ajaran-
ajaran yang telah ditetapkan Allah kepada mereka, dan yang semua orang
dianjurkan untuk mensucikannya. Sedangkan agama Nasrani berubah menjadi
5
agama paganisme yang sulit dipahami dan menimbulkan pencampuran antara
Allah dan Manusia. Kalaupun ada bangsa Arab yang memeluk agama ini, maka
tidak ada pengaruh yang berarti. Karena ajaran-ajarannya jauh dari model
kehidupan yang mereka jalani, dan yang tidak mungkin mereka tinggalkan.
Semua agama dan tradisi bangsa Arab pada masa itu, keadaan para pemeluk
dan masyarakatnya sama dengan keadaan orang-orang Musyrik. Musyrik hati,
kepercayaan, tradisi dan kebiasaan mereka hampir serupa. Lahirnya peradaban
Islam menumbangkan peradaban jahiliyah yang ada.
Lahirnya peradaban Islam dimulai sejak lahirnya Rasulullah saw. Berita
tentang lahirnya seorang nabi akhir zaman yang dijanjikan terdengar di seluruh
negeri Arab. Dikatakan oleh Qâdli ‘Iyâd bahwa, menjelang lahirnya nabi yang
dikatakan Isa as dengan nama Ahmad, banyak sekali orang Arab yang memberi
nama anaknya yang baru lahir dengan nama Ahmad dan Muhammad, dengan
harapan kelak dia yang akan menjadi nabi yang dinantikan. Negara Arab adalah
tempat pertama kali Islam disyiarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sejarawan
menuliskan bahwa ketika Nabi melaksanakan dakwah Islam di Arab banyak
sekali tantangan dan rintangan dan bahkan sampai terjadinya peperangan.
Ada sebuah pengamatan menarik yang dilakukan oleh seorang penulis tanah
air, Mansour Fakih melalui tulisannya yang berjudul “Mencari Teologi untuk
Kaum Tertindas”. Ia beranggapan bahwa perlawanan Quraisy Mekkah terhadap
Muhammad saw tidak sebatas karena teologi, akan tetapi perlawanan akan paham
egalitarianisme yang dibawakan oleh Rasulullah saw untuk menandingi dan
membebaskan masyarakat Makkah dari sistem kapitalis. Karena saat itu Makkah
merupakan pusat perekonomian kapitalis yang terbangun atas koorporasi suku-
suku penguasa perdagangan kawasan Bizantium.3
C. Sistem Kebudayaan Arab
3
Badri, Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008
6
Salah satu buktinya ialah bahwa seni bahasa Arab (syair) merupakan suatu seni
yang paling indah yang amat dihargai dan dimuliakan oleh bangsa tersebut.
Mereka amat gemar berkumpul mengelilingi penyair-penyair untuk
mendengarkan syair-syairnya. Ada beberapa pasar tempat penyair-penyair
berkumpul yaitu pasar Ukaz, Majinnah, dan Zul Majaz. Di pasar-pasar itulah
penyair-penyair memperdengarkan syairnya yang sudah disiapkan untuk itu.
Bilamana penyair memuji orang yang tadinya hina, maka dengan mendadak
orang hina itu menjadi mulia, demikian pula sebaliknya. Jika penyair mencela
seseorang yang tadinya mulia, orang tersebut mendadak menjadi orang yang hina.
Sebagai contoh, ada seorang yang bernama Abdul Uzza ibnu Amir. Dia adalah
seorang yang mulanya hidupnya melarat. Putri-putrinya banyak, akan tetapi tidak
ada pemuda-pemuda yang mau memperistrikan mereka. Kemudian dipuji-puji
oleh Al Asya seorang penyair ulung.Syair yang berisi pujian itu tersiar ke mana-
mana.Dengan demikian, menjadi masyhurlah Abdul Uzza itu, dan akhirnya
kehidupannya menjadi baik, dan berebutlah pemuda-pemuda meminang putri-
putrinya.
7
kemuliaannya. Dengan demikian, potret seluruh kebudayaan bangsa Arab telah
tertuang dan tergambar di dalam karya syair-syair mereka.4
Masyarakat Arab sangat cinta dan setia pada adat dan tradisi kabilahnya
masing-masing yang tercermin dalam kegemarannya menjamu tamu-tamunya atas
nama kabilah. Meskipun demikian, seperti diungkapkan oleh Ibnu Khaldun bahwa
pada masa jahiliyah masyarakat Arab adalah masyarakat yang sangat tidak
beradab. Gemar melakukan perampasan dan perusuhan, tidak memiliki skill dan
ilmu, tetapi pembawaan mereka sebenarnya murni, pemberani dan sanggup
berkorban untuk hal–hal yang dipandangnya baik.
Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka lakukan,
seperti :
4
Badri Yatim dan H. D. Sirojuddin AR, Sejarah Kebudayaan Islam , Jakarta: Departemen Agama
RI.
8
2) Mereka menunaikan Haji dan Thawaf disekeliling berhala, merunduk dan
bersujud dihadapannya.
3) Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut
namanya.
4) Banyak lagi tradisi penyembahan yang mereka lakukan terhadap berhala-
berhalanya, berbagai macam yang mereka perbuat demi keyakinan mereka
pada saat itu. Bangsa Arab berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya,
dengan disertai keyakinan bahwa hal itu bisa mendekatkan mereka kepada
Allah dan menghubungkan mereka kepada-Nya, serta memberikan
manfaat di sisi-Nya.
5) Selain itu, Orang-orang Arab juga mempercayai dengan pengundian nasib
dengan anak panah dihadapan berhala Hubal. Mereka juga percaya kepada
perkataan Peramal, Orang Pintar dan Ahli Nujum.
6) Dikalangan mereka ada juga yang percaya dengan Ramalan Nasib Sial
dengan sesuatu. Ada juga diantara mereka yang percaya bahwa orang yang
mati terbunuh, jiwanya tidak tentram jika dendamnya belum dibalaskan,
ruh nya bisa menjadi burung hantu yang berterbangan di padang seraya
berkata,”Berilah aku minum, berilah aku minum”!jika dendamnya sudah
dibalaskan, maka ruh nya akan menjadi tentram.
Sekalipun masyarakat Arab jahiliyah seperti itu, toh masih ada sisa-sisa dari
agama Ibrahim dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti
pengagungan terhadap ka’bah, thawaf disekelilingnya, haji, umrah, Wufuq di
Arafah dan Muzdalifah. Memang ada hal-hal baru dalam pelaksanaannya.
Semua gambaran agama dan kebiasaan ini adalah syirik dan penyembahan
terhadap berhala menjadi kegiatan sehari-hari, keyakinan terhadap hayalan dan
khurafat selalu menyelimuti kehidupan mereka. Begitulah agama dan kebiasaan
mayoritas bangsa Arab masa itu. Sementara sebelum itu sudah ada agama Yahudi,
Masehi, Majusi, dan Shabi’ah yang masuk kedalam masyarakat Arab. Tetapi itu
hanya sebagian kecil oleh penduduk Arab. Karena kemusyrikan dan penyesatan
aqidah terlalu berkembang pesat.
9
Itulah agama-agama dan tradisi yang ada pada saat detik-detik kedatangan
islam. Namun agama-agama itu sudah banyak disusupi penyimpangan dan hal-hal
yang merusak. Orang-orang musyrik yang mengaku pada agama Ibrahim, justru
keadaannya jauh sama sekali dari perintah dan larangan syari’at Ibrahim. Mereka
mengabaikan tuntunan-tuntunan tentang akhlak yang mulia. Kedurhakaan mereka
tak terhitung banyaknya, dan seiring dengan perjalanan waktu, mereka berubah
menjadi para paganis (penyembah berhala), dengan tradisi dan kebiasaan yang
menggambarakan berbagai macam khurafat dalam kehidupan agama, kemudian
mengimbas kekehidupan social, politik dan agama.
BAB III
5
Effat al-Sharqawi,Filsafat Kebudayaan Islam, Bandung: Pustaka, 1986
10
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara sosiologis, bangsa Arab sebelum Islam merupakan bangsa yang hidup
secara kesukuan. Mereka hidup berpindah-pindah. Hal ini disebabkan kondisi
geografis yang tidak mendukung, seperti model tanah yang tandus, berbatu,
padang pasir luas serta beriklim panas dan jarang turun hujan. Dalam keadaan
semacam ini, wajar jika mereka memiliki watak keras, suka berperang,
merampok, berjudi, berzina, sehingga terkesan jauh dari nilai-nilai moral
kemanusiaan. Demikian ini seakan-akan menjadi tradisi masyarakat Arab sebelum
Islam. Keadaan semacam inilah yang menjadikan zaman tersebut disebut zaman
jahiliyyah.
DAFTAR PUSTAKA
11
Hasan, Abul. 2008. Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW.Yogyakarta:
Mardhiyah Press.
Badri Yatim dan H. D. Sirojuddin AR. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Departemen
Agama RI.
12