Annisa Nurallya I - 1903346 - JUPRAK 2 Mikrobio

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

PEMBUATAN MEDIA BAKTERI DAN JAMUR

JURNAL PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi
Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Any Fitriani, M.Si.
Dr. Hj. Peristiwati, M.Kes.

Oleh:
Annisa Nurallya I (1903346)
Kelompok 12
Biologi C 2019

PROGRAM STUDI BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
I. JUDUL
Pembuatan Media Bakteri dan Jamur.
II. TUJUAN
Untuk mengetahui fungsi dan cara pembuatan media yang digunakan
dalam praktikum mikrobiologi.
III. PRINSIP DASAR
Dalam praktikum mikrobiologi, upaya pembiakan mikroorganisme
tentunya memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai agar bakteri dapat
berkembang dengan baik. Kebutuhan akan kondisi lingkungan serta
nutrient yang sesuai tersebut didapatkan dari media. Menurut Sujaya
(2016), media merupakan substrat yang diperlukan untuk menumbuhkan
dan mengembangbiakkan mikroorganisme. Media terdiri dari campuran
zat-zat hara atau nutrient yang dapat digunakan untuk isolasi,
perbanyakan, pengujiam sifat-sifat fisiologis, maupun perhitungan jumlah
mikroba. Sebelum dipakai dalam percobaan, media perlu disterilkan
terlebih dahulu, supaya tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme yang tidak
dikehendaki atau biasa disebut kontaminan. Supaya mikroba yang kita
kultur dapat tumbuh dengan baik, maka persyaratan yang harus dipenuhi
oleh suatu media adalah:
a. Didalamnya harus terkandung bahan-bahan yang diperlukan oleh
mikroba yang akan ditumbuhkan. Bahan-bahan tersebut meliputi
unsur-unsur makro, mikro, trace elemen, serta zat pengatur
tumbuh.
b. Media harus memiliki tekanan osmosis, tegangan permukaan, dan
pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan dikultur.
c. Media harus pula berada dalam keadaan yang steril sebelum
digunakan dalam pembiakkan mirkoba.

Bahan nutrisi yang tersedia dalam media dapat berupa bahan alami,
dan dapat pula berupa bahan sintetis. Bahan nutrisi yang digunakan
mikroorganisme biasanya berupa senyawa sederhana yang tersedia secara
langsung atau berasal dari senyawa yang kompleks yang kemudian
dipecah oleh mikroorganisme menjadi senyawa yang sederhana melalui
proses enzimatik. Bahan nutrisi ini dapat berupa cairan atau padatan
setengah padat, (Utami dkk., 2018). Maka dari itu, media pun dibedakan
ke dalam beberapa jenis menurut penggolongannya masing-masing.
Berikut jenis-jenis media beserta penggolongannya menurut Sujaya
(2016):

a. Penggolongan media berdasarkan bahan yang digunakan dalam


pembuatannya
 Media alami: media yang komponen pembentuknya terdiri
dari bahan-bahan alami seperti kentang, tauge, daging, nasi,
dsb.
 Media semi sintetik: media yang bahan pembentuknya
terdiri dari campuran antara bahan alami dan bahan sintetik.
Contohnya seperti agar tauge, agar kentang dekstrosa, dan
lain sebagainya.
 Media sintetik: media yang bahan pembentuknya secara
keseluruhan terbuat dari bahan-bahan sintetik, seperti agar
czapek dox, agar sabouraud, dan lain-lain.
b. Penggolongan media berdasarkan bentukmya
 Media cair: media yang tidak ditambahkan zat pemadat
seperti agar, sehingga media ini berada dalam keadaan
encer/cair. Contohnya yaitu nutrient broth dan lactose
broth.
 Media semi padat: media yang mengandung bahan yang
sama dengan media cair, tetapi ditambah sedikit agar
dengan setengah konsentrasi, sehingga konsistensinya
menjadi agak padat. Media ini umumnya dipakai untuk
emnumbuhkan mikroba yang banyak memelrukan air dan
hidup dalam lingkungan yang anaerob atau anaerob
fakultatif. Media ini juga dipakai untuk uji motilitas suatu
bakteri.
 Media padat: media cair yang kemudian ditambah agar-
agar sehingga menjadi padat. Contohnya yaitu nutrient agar
(NA), potato dextrose agar (PDA), dan lain sebagainya.
c. Penggolongan media berdasarkan kegunaannya
 Media umum: media yang digunakan untuk menumbuhkan
satu atau lebih kelompok mikroba secara umum. Contohnya
seperti media nutrient agar untuk menmbuhkan kelompok
bakteri, atau media potato dextrose agar untuk
menumbuhkan kelompok jamur.
 Media pengaya: media yang dipakai untuk emnyuburkan
mirkoba tertentu sebelum ditumbuhkan pada media yang
dipakai dalam penelitian, seperti Selenite Broth yang
digunakan untuk menyuburkan pertumbuhan bakteri
Salmonella.
 Media selektif: media yang dipakai untuk menumbuhkan
spesies tertentu dari mikroba, dengan menghambat
pertumbuhan spesie slain yang tidak dikehendaki.
Contohnya media SS agar (Salmonella dan Shigella Agar)
untuk bakteri Salmonella dan Shigella.
 Media perhitungan: media yang dipakai untuk menghitung
jumlah mikroba suatu bahan. Media ini dapat berupa media
umum dan media selektif.
IV. CARA KERJA
A. Beef Ekstrak
Daging
Daging sapi Daging diiris
dimasukkan ke
tanpa lemak dengan ukuran
dalam beaker
dicuci bersih 1x1 cm2
dan ditambah
500 ml aquades

Rebusan daging disaring Daging lalu direbus selama


sehingga diperoleh air 25 menit hingga lunak (jaga
kaldu agar volume air tetap)

Bagan Alur I Pembuatan Beef Extract.


B. Kaldu Nutrisi Agar

Beef ekstrak Aquades Campuran


dicampur ditambahkan dipanaskan
dengan 5 gram hingga kembali, diaduk
pepton, 15 gram mencapai 1000 hingga
agar ml homogenkan,
dan dididihkan

Media
Tabung ditutup dimasukkan ke Setelah
dengan kapas dalam tabung mendidih,
yang telah reaksi masing- didinginkan
dibungkus oleh masing 10 ml pada suhu
kain kasa, lalu untuk media ruang. pH dicek
disterilkan tegak, dan 5-7 dan diatur
dengan autoklaf. ml untuk media hingga 7
miring

Bagan Alur II Pembuatan Kaldu Nutrisi Agar.


C. Tauge Ekstrak

Tauge Tauge
Tauge dicuci dimasukkan ke
ditimbang
hingga bersih dalam
hingga
dan dibuang Erlenmeyer dan
mencapai berat
ujungnya ditambah
20 gram
aquades

Setelah Tauge dan


mendidih, aquades lalu
disaring hingga dididihkan
diperoleh selama 15
ekstrak tauge menit

Bagan Alur III Pembuatan Tauge Ekstrak.


D. Tauge Agar
Disiapkan 12 Ekstrak tauge Disiapkan 12
gram sukrosa ditambahkan gram sukrosa
dan 3 gram sukrosa dan dan 3 gram
agar-agar agar, lalu agar-agar
dihomogenkan

Erlenmeyer Ditambahkan Campuran


lalu disumbat aquades hingga tersebut
dengan tutup volume dimasukkan ke
kapas mencapai 200 dalam
ml Erlenmeyer

Media Media didinginkan dan


disterilkan disimpan dalam kulkas.
dengan Setelah 2 hari
autoklaf pada penyimpanan, warna dan
121°C selama bentuk diamatii lalu
15 menit dicatat.

Bagan Alur IV Pembuatan Tauge Agar


E. Potato Dextrose Agar (PDA)

Kentang Kentang
Alat dan bahan dipotong direbus dengan
disiapkan dengan ukuran 500 ml aquades
1x1 cm lalu hingga
dicuci bersih mendidih

Botol lalu Didihkan Setelah


dibungkus kembali mendidih,
dengan plastic sembari kentang
kaca, lalu diaduk, setelah disaring lalu
disterilisasi mendidih ditambah
dengan media aquades hingga
autoclave dimasukkan ke mencapai 1000
121°C selama dalam botol ml
30 menit scott

Bagan Alur V Pembuatan Potato Dextrose Agar


V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kaldu Nutrisi Agar
Gambar Media Kaldu Nutrisi Agar
(Dok. Somasundaram, 2019)
Kaldu Nutrisi Agar (KNA) merupakan media yang
umumnya digunakan dalam praktik isolasi bakteri, pengamatan
pertumbuhan mikroba, atau pengamatan motilitas bakteri.
Berdasarkan kegunaannya, media KNA digolongkan ke dalam
media umum karena dapat digunakan untuk membiakkan satu atau
lebih kelompok mikroba, contohnya yaitu digunakan untuk isolasi
serta media pertumbuhan bakteri streptococcus mutans pada cewan
petri. pH dari kaldu nutrisi agar berkisar antara 6,8 – 7,3.
B. Tauge Agar

Gambar Media Tauge Agar


(Dok. Lili, 2017)
Media Tauge Agar digunakan sebagai media pertumbuhan
jamur, digunakan untuk mengetahui dan mengamati pertumbuhan
mikroba, serta sebagai media untuk isolasi jamur. Umumnya,
media tauge agar yang ditumbuhi oleh mikroorganisme
menunjukkan warna cream. Berdasarkan bentuknya, media ini
termasuk ke dalam media padat (solid). Berdasarkan fungsinya,
media tauge agar termasuk ke dalam media penguji, karena dapat
digunakan untuk praktik pengujian vitamin, asam amino, dan
lainnya. pH dari media ini berkisar antara 5,6 – 6,0.
C. Kaldu Laktosa
Gambar Media Kaldu Laktosa
(Dok. R. V. Ferreira dkk., 2020)
Kaldu Laktosa dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya Coliform pada air, makanan, maupun produk susu, serta
digunakan untuk mempelajari fermentasi laktosa olehh bakteri.
Kaldu laktosa merupakan penyedia nutrient (pre-enrichment) bagi
bakteri Salmonella. Hasil positif dari uji yang menggunakan media
ini ditandai dengan adanya pembentukan gas, terbentuknya asam
dilihat dari kadar kekeruhan pada mesia dan gas yang dihasilkan
dapat dilihat dalam tabung durham. pH kaldu laktosa berkisar
antara 7,0-7,2.
D. Eosin Metilen Blue Agar (EMB)

Gambar Media Eosin Metilen Blue Agar


(Dok. Paghdar dkk., 2020)
Eosin Metilen Blue Agar (EMB) berguna dalam praktik
menumbuhkan bakteri gram negatif serta membedakan bakteri
Coliform yang dapat memfermentasikan laktosa. Adanya koloni
bakteri Klebsiella pneumoniae pada media ini ditandai dengan
adanya penebalan, mucoid, serta warna merah muda. Media ini
mengandung eosin dan metilen blue yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri gram positif sehingga pertumbuhan bakteri
gram negatif lebih banyak. Warna hijau metalik menandakan
adanya E.coli. Media ini memiliki pH 7,1-7,2.
E. Manitol Salt Agar (MSA)

Gambar Media Manitol Salt Agar


(Dok. Khalaf dkk., 2015)
Media Manitol Salt Agar (MSA) merupakan media
pertumbuhan selektif dan diferensial yang umum digunakan dalam
praktik mikrobiologi. Media ini mengandung garam (NaCl) dalam
konsentrasi tinggi yakni sekitar 7,5%-10% sehingga hanya dapat
ditumbuhi oleh bakteri yang dapat mentoleransi kadar garam tinggi
dan menjadikannya selektif terhadap bakteri gram positif seperti
Staphylococcus an Micrococcaceae. MSA memiliki fungsi untuk
mengisolasi bakteri yang mampu mengfermentasikan manitol dan
tahan terhadap kadar garam yang tinggi. Media ini memiliki pH
yaitu 7,4.
F. Mueller Hinton Agar (MHA)

Gambar Media Mueller Hinton Agar


(Dok. Rivera, 2018)
Media Mueller Hinton Agar (MHA) merupakan media
yang umumnya digunakan dalam pemeriksaan uji sensitivitas
bakteri menggunakan metode Kirby-Bauer pada bakteri non
fastidious baik aerob maupun aerob fakultatif. Media ini memiliki
komposisi yang terdiri dari ekstrak daging, acid hydrolysate of
casein, pati, agar, dan aquades. pH media ini berkisar antara 7,2 -
7,4.
Hampir semua bakteri dapat tumbuh karena media ini
bukan merupakan media selektif, dan media diferensial. Terdapat
pati yang berfungsi untuk meyerap racun yang dikeluarkan bakteri,
sehingga tidak mengganggu antibiotic. Media ini biasa digunakan
untuk mengisolasi serta menumbuhkan Neisseria dan Moraxella.
G. Potato Dextrose Agar (PDA)

Gambar Media Potato Dextrose Agar


(Dok. Gwa dan Akombo, 2016)
Potato Dextrose Agar (PDA) umumnya digunakan sebagai
media pertumbuhan jamur karena cenderung memiliki pH yang
rendah yaitu berkisar antara 4,5-5,6 sehingga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Berdasarkan bentuknya, media ini dapat
digolongkan ke dalam media padat (solid). Setelah inkubasi dalam
waktu tertentu, koloni mikroba yang terisolasi dapat terlihat pada
area yang bergaris-garis. Keberadaan Aspergillus flavus
ditunjukkan dengan adanya spora berwarna kuning kehijauan di
permukaan atas dan warna emas kemerahan pada permukaan
bawah. Sementara keberadaan Penicillium chrysogenum ditandai
dengan adanya warna kehijauan dengan tepian putih steril pada
permukaan atas dan warna oranye kemerahan yang berkerut pada
permukaan bawah. Koloni Candida albicans memiliki ciri-ciri
terbentuknya koloni kecil, bulat, lembab, berwarna putih dengan
tepian halus dan rata.
H. Czapek Dox Agar
Gambar Media Czapek Dox Agar
(Dok. Fushimi dkk., 2014)
Media Czapek Dox Agar merupakan media semi sintetik
yang berbentuk padat (solid). Media ini digunakan sebagai media
umum pada budidaya jamur baik kapang maupun khamir dari
sampel air yang memanfaatkan kandungan natrium nitrat sebagai
sumber nitrogen dan sukrosa sebagai sumber karbon, magnesium
sulfat, kalium sulfat, kalium klorida, dan besi sulfat yang berfungsi
sebagai ion esensial. Media ini dapat digunakan untuk mengisolasi
Aspergillus, Penicillium, Paecilomyces, Candida albicans, serta
beberapa jamur lainnya.
Media ini memiliki pH antara 7,1-7,5. Czapek Dox Agar
harus disimpan pada suhu sekitar 10-30°C dengan wadah yang
tertutup rapat. Media ini baik digunakan pada suhu 20-30°C, ketika
gel berwarna kuning muda, sedikit keruh, dan terdapat endapan
pada tempat media di simpan, misalnya pada cawan petri. Indikator
akan adanya Aspergillus miselium ditandai dengan warna putih
atau kuning dengan spora berwarna hitam, sedangkan keberadaan
Candida albicans menunjukkan koloni yang berwarna hitam.
I. MacConkey Agar

Gambar Media MacConkey Agar


(Dok. Srikumar dan Fuchs, 2010)
Media MacConkey Agar merupakan media yang selektif
dan diferensial yang biasa digunakan untuk mengisolasi bakteri
gram negatif berdasarkan kemampuannya untuk
mengfermentasikan laktosa atau tidak. Media ini dapat digunakan
pada praktikum isolasi Coliform dan patogen usus pada air, produk
susu, maupun specimen biologis. MacConkey Agar memiliki pH
antara 6,9-7,2.
Indikator adanya bakteri yang mengfermentasikan laktosa
pada media ini ditandai dengan adanya warna merah atau merah
muda dengan adanya indikator neutral red media. Hal tersebut
terjadi karena adanya produksi asam dari fermentasi laktosa,
penyerapan warnaa merah netral, dan terdapat penurunan pH
medium di bawah 6,8, yang dapat mengindikasikan adanya E. colii
(berwarna merah atau merah muda, tanpa lendir), Aerobacter
aerogenes (merah mudah dan berlendir), serta Staphylococcus
(merah muda dan nampak buram). Yang kedua apabila bakteri
tidak dapat memfermentasikan laktosa maka koloni dan media
tidak akan berwarna, transparan, dan tidak mengubah penampilan
medium. Hal ini terjadi karena bakteri tidak bisa
memfermentasikan laktosa menjadi asam. Contoh dari bakteri
tersebut adalah Salmonella sp dan Shigella sp.
J. Yeast Mannitol Agar

Gambar Media Yeast Mannitol Agar


(Dok. Tyagi dkk., 2017)
Yeast Mannitol Agar digunakan untuk mendeteksi
pertumbuhan atau mengkultur organisme pengikat nitrogen
simbiosis pada spesies Rhizobium. Ekstrak ragi berfungsi untuk
sumber asam amino yang mengandung vitamin B kompleks yang
berfungsi untuk pertumbuhan Rhizobium. Hal tersebut juga
bermanfaat sebagai potensi untuk reduksi oksidasi medium dan
sebagai pemberi hidrogen pada proses respirasi. Sedangkan
mannitol berfungsi sebagai sumber sugar alcohol yang dapat
difermentasi dan sebagai pengikat nitrogen simbiosis. Terdapat
pula kalsium dan magnesium yang menghasilkan kation yang juga
membantu dalam pertumbuhan Rhizobium.
Media ini memiliki kadar pH antara 6,6-7,0. Spesies yang
menggunakan medium ini mengkultur dan meningkatkan
pertumbuhannya adalah Rhizobium leguminosarum dan Rhizobium
meliloti. Hasil dari penggunaan medium ini untuk media kultur
harus diinkubasi pada suhu 25-30 C sampai 5 hari. Indikator yang
terlihat setelah pemakaian Yeast Mannitol Agar pada sampel yang
diuji adalah terdapat pertumbuhan yang subur.
K. Kaldu Selenit

Gambar Media Kaldu Selenit


(Dok. Bongo, 2020)
Media Kaldu Selenite merupakan media yang dapat
digunakan untuk isolasi selektif Salmonella dan beberapa spesies
Shigella. Prinsip dasar penggunaan media ini yaitu pencernaan
enzimatik kasein menyediakan asam amino, nitrogen, karbon,
vitamin, dan mineral untuk pertumbuhan organisme. Laktosa
adalah karbohidrat yang dapat difermentasi. Natirum fosfat sebagai
buffer/penyangga. Sodium selenite sebagai agen selektif yang
menghambat beberapa spesies bakteri gram-positif dan gram-
negatif seperti Enterococci dan Coliforms. Kekeruhan pada media
menunjukkan adanya pertumbuhan mikroba. Media ini memiliki
pH yang berkisar antara 6,8-7,2.
L. Salmonella Shigella Agar

Gambar Media Salmonella Shigella Agar


(Dok. Samad dkk., 2018)
Media Salmonella Shigella Agar (SSA) umumnya
digunakan dalam isolasi mikroba golongan Salmonella dan
Shigella. Selain digunakan sebagai media selektif dan diferensial
untuk isolasi, SSA pun dikembangkan untuk membantu dalam uji
diferensiasi laktosa dan non laktosa fermenter dari specimen klinis,
makanan yang dicurigai, dan sampel lainnya. Media ini memiliki
pH yang berkisar antara 6,8-7,2.
Indikasi keberadaan Salmonella enteriditis dan Salmonella
typhi dalam media ini yaitu koloni tidak berwarna dengan bagian
tengah berwarna hitam.
M. Darah Agar

Gambar Media Blood Agar


(Dok. Al-Qodah dan Alananbeh, 2013)
Media Blood Agar atau Darah Agar umumnya dapat
digunakan untuk menumbuhkan Haemophilus influenza,
Streptococcus pneumoniae, dan spesies dari Neisseria. Media ini
merupakan media diferensial yang diperkaya dengan penambahan
darah, umumnya darah domba, dapat pula diganti dengan darah
manusia golongan O, karena tidak memiliki antigen. Media ini
memiliki pH yang berkisar antaa 7,2-7,6. Media ini berfungsi
untuk membedakan Staphylococcus golongan hemolitik dan non
hemolitik yang dilihat dari kemampuannya dalam melisiskan
darah. Kemampuan hemolitik khususnya untuk kuman
Staphylococcus dapat dibedakan menjadi hemolysis beta,
hemolysis alfa, dan hemolysis gamma. Hemolysis pada media ini
ditandai dengan adanya pembentukan zona bening yang berada di
sekeliling koloni mikroba.
N. Medium Agar Lipid & Pati
1) Medium Tribityrin Agar

Gambar Media Tributyrin Agar


(Dok. Cappuccino, 2019)

Media Tributyrin Agar umumnya digunakan untuk


mendeteksi ada tidaknya bakteri lipolitik dan kapang pada
bahan makanan dan bahan lainnya. Media ini terdiri dari
homogenat yang stabil dari agar nutrien dan tributirin,
sering digunakan untuk deteksi aktivitas organisme lipolitik
tertentu seperti Staphylococci, Clostridia, Pseudomonas,
dan Flavobacteria. Prinsip dari penggunaan media ini
dalam praktikum adalah untuk mengetahui kemampuan
organisme yang mampu menghasilkan eksoenzim lipase
dalam menghidrolisis lipid.
Formula atau komposisi dalam pembuatan media ini
umumnya terdiri dari pepton, ekstrak ragi, tributyrin
(glyceryl tributyrate), dan agar dengan hasil pH media
berkisar antara 7,3 - 7,7. Tributyrin Agar dibuat sebagai
emulsi sehingga Agar akan nampak buram. Ketika platelet
diinokulasi dengan organisme lipase-positif, zona being
akan muncul di sekitar wilayah pertumbuhan organisme
tersbut sebagai bukti adanya aktivitas hidrolisi lipase. Jika
zona bening tidak muncul, maka organisme tersebut bisa
disebut sebagai lipase-negatif. Medium ini sebaiknya
disimpan pada tempat yang terhindar dari cahaya matahari
langsung, pada suhu antara 10-25°C.
2) Medium Agar Pati

Gambar Medium Agar Pati


(Dok. Cappuccino, 2019)

Medium Agar Pati dapat digunakan untuk


mendeteksi keberadaan mikroorganisme yang memiliki
enzim amilase sehingga dapat menghidrolisis pati. Bakteri
yang dapat dideteksi dengan medium ini adalah bakteri
amilolitik seperti Bacillus, Arthrobacter, Lactobacillus
sporogenes, Chromobacterium, Micrococcus roseus, dan
Pichia anomala. Medium ini memiliki pH 7.
Uji aktivitas hidrolisis pati dari mikroorganisme
tersebut pada prinsipnya dilakukan dengan melihat
diameter zona bening di sekitar koloni mikroorganisme
yang telah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 50°C dan
kemudian ditetesi iodin. Pati yang bereaksi dengan iodium
akan menghasilkan senyawa kompleks yang berwarna
keunguan atau kebiruan. Zona bening yang terbentuk pada
sekitar koloni organisme termofilik menunjukkan bahwa
isolat organisme tersebut mampu menghidrolisis pati,
sedangkan media yang berwarna biru kehitaman
menandakan pati yang belum terhidrolisis. Zona bening
yang terbentuk menjadi senyawa yang lebih sederhana,
yaitu glukosa.
O. Medium Gelatin

Gambar Media Gelatin


(Dok. Ettadili, 2021)

Medium Gelatin merupakan medium padat yang


diperuntukkan dalam pengujian atau deteksi ada tidaknya
mikroorganisme yang dapat menghidrolisis gelatin, seperti bakteri
gram-negatif. Beberapa bakteri memproduksi gelatinase yaitu suatu
enzim proteolitik yang dapat menghidrolisis gelatin menjadi asam
amino penyusunnya dan menghilangkan tekstur gel dari gelatin
tersebut. Produksi atau adanya aktivitas gelatinase merupakan
karakteristik yang digunakan untuk mengidentifikasi ada atau
tidaknya bakteri gram-negatif Bacilli dan bakteri gram-negatif non-
fermentative.
Prinsip kerja dari medium ini yaitu, pepton dan ekstrak
daging memasok asam amino dan nutrien esensial lainnya untuk
mendukung pertumbuhan dari bakteri nonfastidious atau bakteri
yang pertumbuhannya cenderung cepat pada media agar tanpa
suplemen atau kondisi nutrisi tertentu. Kandungan gelatin pada
media ditujukan untuk mendeterminasi kemampuan
mikroorganisme untuk memproduksi enzim proteolitik gelatinase.
Medium ini memiliki kadar pH yang berkisar antara 6,6 - 7.
Interpretasi uji menggunakan medium ini menghasilkan liquifikasi
(pencairan) gelatin setelah dimasukkan ke dalam kulkas
menandakan uji positif, sedangkan solidifikasi (pemadatan) gelatin
setelah dimasukkan ke dalam kulkas menandakan uji negatif.
P. Medium Susu Litmus

Gambar Media Susu Litmus


(Dok. Ramirez Lopez dan Vélez-Ruiz, 2016)

Medium Susu Litmus merupakan media berbahan dasar


susu yang digunakan dalam uji determinasi berbagai spesies
bakteri. Medium ini berada pada pH yang berkisar antara 6,6 -7.
Laktosa (gula dalam susu), litmus (indikator pH), dan kasein
(protein pada susu) yang terkandung dalam medium ini dapat
dimetabolisme oleh berbagai jenis bakteri yang berbeda-beda.
Media susu litmus pun dapat digunakan dalam praktik perbanyakan
bakteri asam laktat. Prinsip penggunaan medium ini yaitu untuk
membedakan bakteri berdasarkan aktivitas fermentasi laktosa,
hidrolisis kasein dan koagulasi, produksi gas, dan reduksi litmus.
Hal tersebut berguna dalam diferensiasi spesies dalam genus
Clostridium, serta untuk membedakan Streptococcus bovis dari
Streptococcus equinus.
Litmus merupakan indikator pH dan potensi oksidasi-
reduksi medium. Dalam larutan asam, litmus berwarna merah,
sedangkan dalam suasana basa, litmus berwarna biru. Ketika suatu
organisme memfermentasi laktosa, asam laktat dihasilkan dan
media akan berubah menjadi warna kemerahan (merah muda).
Beberapa bakteri dapat bekerja pada substrat nitrogen di dalam
susu, melepaskan amonia, dan akan menghasilkan warna biru
keunguan. Organisme lain dapat menyebabkan reduksi litmus yang
akan meninggalkan basa leuco (berwarna putih). Enzim proteolitik
yang dihasilkan oleh organisme tertentu akan menghidrolisis proein
susu dan menghasilkan pembentukan gumpalan.
Berikut interpretasi dari uji yang menggunakan medium susu
litmus:
Tabel Interpretasi Uji Mikroba dengan Media Susu Litmus
A Merah muda Reaksi asam, fermentasi laktosa
ALK Biru Reaksi alkalin, tidak ada fermentasi,
organisme menyerang substansi
nitrogen pada medium
C Terdapat Koagulasi protein susu
gumpalan
D Peptonisasi Protein susu dicerna, menjernihkan
medium
G CO2 dan H2 Terdapat gelembung, gumpalan bisa
saja terpecah
NF Biru Keunguan Tidak terjadi fermentasi, tidak ada
perubahan indikator
RED Putih Reduksi litmus yang dikendalikan oleh
enzim reduktase
SF Terdapat Pemadatan asam terganggu oleh
koagulum, serta produksi gas yang melimpah
gelembung gas
yang terperangkap

Q. Medium Susu Agar

Gambar Media Susu Agar


(Dok. Alias dkk., 2014)

Medium Susu Agar merupakan medium nutrisi yang


digunakan untuk pencacahan bakteri yang terdapat dalam susu atau
produk susu lainnya. Susu yang disekresikan oleh sapi tidak
terinfeksi bersifat steril. Medium ini memiliki komposisi yang
terdiri dari pepton, ekstrak ragi, padatan susu, dan agar. pH untuk
medium susu agar berkisar pada 7 hingga 7,4.
Kontaminasi pada susu dapat terjadi ketika proses
pemerahan, pendinginan, serta penyimpanan. Susu merupakan
media yang sangat baik bagi bakteri, ragi, maupun jamur untuk
tumbuh, contohnya adalah bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Pertumbuhan mikroorganisme yang cepat dapat menyebabkan
kerusakan pada susu. Pepton dari jaringan hewan dan ekstrak ragi
memberikan nutrisi esensial, sementara susu merupakan sumber
kasein. Dekstrosa adalah sumber karbon dan energi. Bakteri
proteolitik akan teridentifikasi dengan adanya zona bening akibat
konversi kasein menjadi senyawa nitrogen larut.
VI. KESIMPULAN
Dalam praktikum mikrobiologi terutama pada saat pembiakkan
maupun isolasi mikroorganisme, tentunya diperlukan media yang dapat
menjaga kondisi lingkungan maupun nutrisi untuk mikroorganisme yang
dikehendaki dengan baik. Pemilihan penggunaan media tentunya dapat
beragam menyesuaikan dengan mikroorganisme yang hendak diamati.
Pemilihan media tersebut dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
sifat media melalui penggolongan berdasarkan komposisi atau bahan yang
terkandung di dalamnya, bentuknya, serta kegunaannya.
Beberapa media yang telah dipelajari dalam praktikum kali ini
beserta fungsi, jenis, dan cara pembuatannya yaitu meliputi media Kaldu
Agar Nutrisi (KNA), Tauga Agar, Kaldu Laktosa, Eosin Metilen Blue
Agar (EMB), Mannitol Salt Agar (MSA), Mueller Hinton Agar (MHA),
Potato Dextrose Agar (PDA), Czapek Dox Agar, MacConkey Agar, Yeast
Mannitol Agar, Kaldu Selenite, Salmonella Shigella Agar, Darah Agar,
Tributyrin Agar, Pati Agar, Gelatin, Susu Litmus, dan Susu Agar.
Mengetahui dan memahami berbagai jenis media penting demi
terlaksananya praktikum mikrobiologi yang rapi dan cermat sehingga
dapat mencapai tujuannya.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Sujaya, I Nengah. (2016). Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Program
Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. Badung: Universitas Udayana.
Utami, Ulfah., Harianie, Liliek., Kusmiyati, Nur., dan Fitriasari, Prilya
Dewi. (2018). Panduan Praktikum Mikrobiologi Umum. Jurusan
Biologi Fakultas Sains dan Teknologi. Malang: Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
DAFTAR PUSTAKA GAMBAR
Alias, Norsyuhada & Ahmad Mazian, Muadz & Salleh, Abu & Basri,
Mahiran & Rahman, Raja. (2014). Molecular Cloning and
Optimization for High Level Expression of Cold-Adapted Serine
Protease from Antarctic Yeast Glaciozyma antarctica PI12. Enzyme
research. 2014. 197938. 10.1155/2014/197938.
Bongo, G.N.. (2020). Microbiological Analysisand Identificationof
Pathogenic Microorganismson Currency Notes(Congolese Francs) in
Kinshasa, Democratic Republic of the Congo. 20. 16-30.
Cappuccino, James G., Sherman, Natalie. 2013. Manual Laboratorium
Biologi. Jakarta: EGC.
Ettadili, Hamza. (2021). Re: How to perform a Gelatin liquefaction test for
bacterial cultures. Retrieved from:
https://www.researchgate.net/post/How_to_perform_a_Gelatin_liquef
action_test_for_bacterial_cultures/6011ea9a43890347300463e7/citati
on/download.
Fushimi, Yasuo & Takagi, Mitsuhiro & Uno, Seiichi & Kokushi, Emiko &
Nakamura, Masayuki & Hasunuma, Hiroshi & Shinya, Urara &
Deguchi, Eisaburo & Fink-Gremmels, J.. (2014). Measurement of
Sterigmatocystin Concentrations in Urine for Monitoring the
Contamination of Cattle Feed. Toxins. 6. 3117-3128.
10.3390/toxins6113117.
Gwa, V. & Akombo, R.. (2016). Studies on the Antimicrobial Potency of
Five Crude Plant Extracts and Chemical Fungicide in in vitro Control
of Aspergillus flavus, Causal Agent of White Yam (Diosc...
Khalaf, Sahar & Al-gburi, Nagham & Jafar, Karim & Mahmood Khalaf,
Jenan. (2015). Isolation of Methicillin Resistant Staphylococcus
aureus (MRSA) from Rattus rattus from Adhamiyah district in
Baghdad governorate. Mirror of Research in Veterinary Sciences and
Animals. 4. 9-23.
Lili, Nita Rezkiana A A P . (2017). Praktik Pembuatan Medium SDA
Sintetik, SDA, PDA, PDB, dan TEA. Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Farmasi. Laporan. Makassar: Universitas Muslim Indonesia.
Paghdar, Dhara & Mathakiya, R & Gida, Harpal & Bhavsar, Prakrutik &
Nayak, J.B. & Parmar, Bhupendra. (2020). Isolation and Molecular
Characterization of Extended Spectrum Beta Lactamase Producing
Escherichia coli from Milk. Journal of Animal Research. 10. 1-6.
Rivera, Antonio. (2018). ARPN Journal of Agricultural and Biological
Science BACTERIAL ISOLATIONS OF PLOTS WITH
DIFFERENT AGRICULTURAL MANAGEMENT, METABOLIC
EVALUATION AND VIABILITY WITH DIFFERENT
PESTICIDES. 13.
R.V. Ferreira, & L. Cruz, C. & Castro, G. & M. Freitas, K. & De Paula, N.
& B. Nogueira, L. & B. Gil, C. & D.M. Freitas-Silva,. (2020).
Reticulated PVA Foams: Preparation, Characterization and in vitro
Evaluation for Potential 3D Microbiological Culture. Materials
Research. 23. 10.1590/1980-5373-mr-2020-0228.
Samad, Dr & Abbas, Ferhat & Tanveer, Zunera & Ahmad, Zafar &
Ahmad, Irshad & Nawaz, Nighat & Asmat, Muhammad & Raziq,
Abdul & Ullah, Asad & Sheikh, Irfan & Naeem, Muhammad &
Pokryshko, Olena & Mustafa, Mohammad. (2018). Prevalence of
Salmonella spp. in chicken meat from Quetta retail outlets and typing
through multiplex PCR. Romanian Biotechnological Letters.
10.26327/RBL2018.210.
Somasundaram, Chitradevi. (2019). Incidence of Avian Leukosis Virus
Infection in Commercial Broiler Chicken.
Srikumar, Shabarinath & Fuchs, Thilo. (2010). Ethanolamine Utilization
Contributes to Proliferation of Salmonella enterica Serovar
Typhimurium in Food and in Nematodes. Applied and environmental
microbiology. 77. 281-90. 10.1128/AEM.01403-10.
Tyagi, Ankur & Kumar, Vijay & shottam, Puru & Tomar, Akash. (2017).
Isolation, Identification, Biochemical and Antibiotic Sensitivity
Characterization of Rhizobium Strains from Vigna mungo (L) Hepper,
Cicer arietinum L and Vigna radiata (L) R Wilczek in Muzaffarnagar,
Uttar Pradesh, India. International Journal of Current Microbiology
and Applied Sciences. 6. 2024-2035. 10.20546/ijcmas.2017.612.233.

Anda mungkin juga menyukai