Mereview Pemikiran George Ritzer

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

Mereview Pemikiran George Ritzer

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah teori sosiologi klasik

DosenPengampu:

Dra. Hj. Siti Komariah, M.Si., Ph.D

Puspita Wulandari, M.PdDosen

Disusun oleh :

Fadia Zahra

1905558

5B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2021
Sekilas tentang George Ritzer

George Ritzer adalah tokoh teoretisi sosiologi yang banyak berkarya dalam
bidang metateoretis yang lahir 14 Oktober 1940. Sebagai seorang yang tidak
memiliki gelar di bidang sosiologi, maupun latar belakang formal di bidang
sosiologi, beliau telah mengajar di jurusan sosiologi di berbagai negara selama
lebih dari tiga puluh tahun. Selain itu, beliau telah menulis banyak tentang
sosiologi, dan telah memberi kuliah di seluruh dunia (BAKRI, 2020).

Teori Sosiologi menurut George Ritzer

Karya pertama beliau, Sociology: A Multiple Paradigm Science152, tidak hanya


berusaha menata paradigma sosiologi yang dapat dipisahkan satu sama lain, dan
seringkali berbenturan, namun juga mengarah pada pengaitan, lompatan,
penjembatanan, dan perintegrasian berbagai paradigm tentang topik tersebut.
Ritzer memaparkan tiga paradigma sosiologi sebagai ilmu sosial, yakni paradigma
fakta sosial, definisi sosial dan perilaku sosial. Paradigma adalah pokok persoalan
yang mestinya dipelajari atau diselidiki oleh satu cabang ilmu pengetahuan.
Ketiga paradigma tersebut menegaskan bahwa sosiologi bukanlah ilmu yang
berpandangan tunggal terhadap suatu pokok persoalan. Sosiologi adalah ilmu
berparadigma multiple.

Pertama paradigma fakta sosial, menurut Ritzer paradigm fakta sosial ialah cara
pandang yang meletakkan fakta sosial sebagai sesuatu yang nyata ada di luar
individu, di luar self, di luar subjek. Penekanannya ialah fakta sosial memiliki
realitasnya sendiri. Garis besar paradigma ini terbagi menjadi dua, yaitu struktur
sosial dan institusi sosial.Struktur sosial dapat dicontohkan seperti kelas, kasta dan
strata sosial. Institusi sosial misalnya, nilai, norma, peran dan posisi sosial. Secara
terperinci fakta sosial itu adalah kelompok-kelompok, organisasi-organisasi,
sistem sosial, keluarga, pemerintahan, insitutisi politik, kebiasaan, hukum,
undang-undang, nilai-nilai, normanorma, adat-istiadat dan lain-lain. Teori
struktural-fungsional dan teori konflik dikategorikan oleh Ritzer ke dalam
paradigma ini. Sosiolog yang mewakilinya, antara lain Durkheim dan Marx
(Raho, 2016).
 Teori Fungsionalisme-Struktural, teori ini memandang masyarakat sebagai
suatu system yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu
sama lain di mana bagian yang satu tidak bisa berfungsi tanpa ada
hubungan dengan bagian yang lain. Kemudian perubahan yang terjadi
pada satu bagian akan menyebabkan ketidak-seimbangan dan pada
gilirnya menciptakan perubahan pada bagian-bagian lain.
 Teori Konflik, teori ini merupakan reaksi atas teori fungsionalisme
struktural yang mengabaikan soal-soal konflik yang ada di dalam
masyarakat. Karena itu sebagaimana halnya dengan teori fungsionalisme
struktural, teori konflik juga melihat masyarakat sebagai terdiri dari
komponenkomponen atau elemen-elemen tertentu.

Kedua, paradigma definisi sosial. Paradigma definisi sosial ialah cara pandang
yang menekankan bahwa realitas sosial bersifat subjektif. Eksistensi realitas sosial
tidak terlepas dari individu sebagai aktor yang melakukan suatu tindakan. Struktur
sosial dan institusi sosial dengan demikian dibentuk oleh interaksi individu.
Melalui paradigma ini, tindakan sosial berusaha untuk dipahami dan
diinterpretasikan secara subjektif. Weber sebagai pelopor dari paradigma ini
mengartikan sosiologi sebagai studi atau ilmu yang berusaha menafsirkan dan
memahami (interpretative understanding) tentang tindakan sosial. Bagi Weber,
perbuatan menjadi suatu tindakan sosial sepanjang tindakan itu mempunyai arti
bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain. Sebaliknya tindakan yang diarahkan
kepada benda mati bukanlah suatu tindakan sosial kecuali tindakan terhadap
benda mati dilakukan untuk memancing reaksi dari orang lain. Jadi pokok
persoalan yang mesti diselidiki oleh sosiologi menurut paradigma ini adalah
tindakan sosial, yakni tindakan yang penuh arti dari seorang individu. Teori
tindakan Weber, teori interaksionisme simbolik, dramaturgi dan fenomenologi
masuk dalam kategori paradigma ini.

 Teori Tindakan, teori ini sepenuhnya mengikuti karya Weber tetapi


dewasa ini tidak mengalami perkembangan. Teori ini menjadi penting
karena ia meletakkan dasar bagi teori-teori yang lebih berkembang
kemudian hari yakni interaksionisme simbolik dan fenomenologi.
 Teori Interaksionisme Simbolik, istilah interaksionisme simbolik
menunjuk kepada jenis interaksi yang sangat khusus antara individu-
individu. Kekhususan interaksi itu nampak dalam kenyataan bahwa dalam
berinteraksi, manusia tidak cuma memberikan reaksi terhadap aksi atau
tindakan sesamanya melainkan terlebih dahulu menafsirkan atau
memberikan interpretasi terhadap tindakan tersebut sebelum dia
memberikan tanggapan
 Teori Fenomenologi, sebagai teori yang bernaung di bawah paradigma
definisi sosial, fenomenologi berargumentasi bahwa kenyataan sosial itu
tidak bergantung kepada makna yang diberikan oleh individu sebagaimana
diutarakan oleh teori interaksionisme simbolik melainkan pada kesadaran
subyektif si actor
 Ethnometodologi, teori ethnometodologi adalah salah satu bentuk dari
fenomenologi. Menurut teori ini, bukan Cuma para ilmuan atau sosiolog
yang bisa memberi arti kepada perbuatan manusia atau fenomena sosial.
Orang awam,Bernard Raho, SVD 51 yakni yang tidak terlatih di dalam
ilmu sosiologi pun bisa memberikan makna kepada dunia sosialnya. Tugas
seorang sosiolog adalah mempelajari bagaimana orang ‘awam’ itu
memberi makna kepada dunia sosialnya.

Ketiga, paradigma perilaku sosial menyatakan bahwa obyek studi sosiologi yang
konkrit dan realistis adalah perilaku manusia yang nampak dan kemungkinan
perulangannya. Paradigma ini memusatkan perhatiannya pada hubungan antara
pribadi dan hubungan pribadi dengan laingkungan. Menurut paradigma ini
tingkah-laku seorang individu mempunyai hubungan dengan lingkungan yang
mempengaruhi dia dalam bertingkah-laku. Jadi ada hubungan antara perubahan
tingkah laku dengan perubahan lingkungan yang dialami seorang individu. Teori
ini berangkat dari asumsi do ut des, saya memberi supaya engkau memberi.
Menurut Simmel, salah satu peletak dasar teori ini, semua kontak di antara
manusia bertolak dari skem memberi dan mendapatkan kembali dalam jumlah
yang sama. “All contacts among men rest on the scheme of giving and returning
the equivalence”. Dengan asumsi seperti itu, para pendukung teori ini berpendapat
bahwa ada banyak pertukaran atau tingkahlaku yang dipertukarkan dalam
kehidupan sosial. Mereka percaya bahwa tingkah laku manusia didasarkan pada
pertimbangan untung dan rugi atau costs and rewards (Tualeka, 2017).

Berdasarkan uraian tersebut, disini kita bisa melihat bahwa George Ritzer
mengelompokkan teori-teori sosiologi di bawah tiga paradigma itu. Paradigma
fakta sosial membawahi teori fungsionalisme struktural dan teori konflik.
Kemudian, paradigma definisi sosial membawahi teori interaksionime simbolik,
dramaturgi, fenomenologi, dan ethnometodologi. lalu, paradigma prilaku sosial
membawahi sosiologi prilaku dan teori pertukaran sosial (Raho, 2016).

Contoh Kasus

Kasus yang akan saya angkat mengenai dampak dari globalisasi yang dapat dikaji
dengan pemikiran dan teori-teori George Ritzer. Salah satunya adalah fenomena
ojek online, serta berbagai fasilitasnya. Perkembangan dunia digital dapat
dikatakan selalu berinovasi dan melahirkan berbagai kemudahan bagi
penggunanya. Begitu juga dengan aplikasi ojek online yang didalamnya terdapat
berbagai fasilitas selain penyedia jasa ojek antar jemput. Jika dulu, ojek hanya ada
di pangkalan saja, tetapi kini semkain berkembang mengikuti perkembangan
zaman. Aplikasi Go-Jek dan Grab yang sudah tidak asing di telinga masyarakat
Indonesia, terkenal dengan jasanya sebagai penyedia layanan antar – jemput
transportasi dan kini berkembang menjadi penyedia jasa layanan antar makanan,
obat, keperluan rumah, bahan makanan, dan masih banyak lagi. Hanya dengan 1
aplikasi saya masyarakat bisa mendapatkan berbagai kemudahan di dalam
hidupnya.

Sosiologi yang bekerja dengan paradigma fakta sosial mengakui bahwa pokok
persoalan yang harus menjadi pusat perhatian dari penyelidikan sosiologi adalah
fakta sosial. Fakta sosial itu adalah barang sesuatu ( a thing) yang berada di luar
individu dan berbeda dari ide-ide tetapi bisa mempengaruhi individu di dalam
bertingkah laku. Fenomena ojek online ini terbukti dapat mempengaruhi individu
dalam bertingkah laku, jika dahulu membeli makanan, obat, keperluan rumah
harus membelinya sendiri, kini bisa saja dengan 1 aplikasi dan memanfaatkan jasa
para ojek online. Selain itu dalam fenomena ini juga terjadi teori konflik yaitu,
konflik antara ojek online dan ojek pangkalan yang seringkali terjadi berbagai
keributan karena memperebutkan customer.

Dilihat dari paradigma fefinisi sosial yang menekankan kenyataan sosial yang
subyektif. Weber sebagai pelopor dari paradigma ini mengartikan sosiologi
sebagai studi atau ilmu yang berusaha menafsirkan dan memahami (interpretative
understanding) tentang tindakan sosial. Berdasarkan teori tindakan menurut
Weber bahwa manusia bertindak untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, Dalam
bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode, serta perangkat
yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. Membuktikan dalam
fenomena ojek online ini, banyak tindakan sosial yang terjadi. Ada yang
memnafaatkan teknologi dan memilih untuk menggunakan jasa ojek online untuk
mencapai efektifitas dan efiesiensi dalam kehidupan. Tetapi, ada pula yang lebih
memilih untuk tetap mandiri, dan melakukan segalanya sendiri, menggunakan
teknik dan cara yang ia percaya sedari dulu dan tidak mau mengikuti
perkembangan zaman.

Terakhir melihat paradigma perilaku sosial, menurut paradigma ini tingkah-laku


seorang individu mempunyai hubungan dengan lingkungan yang mempengaruhi
dia dalam bertingkah-laku. Jadi ada hubungan antara perubahan tingkah laku
dengan perubahan lingkungan yang dialami seorang individu. Menurut teori
pertukaran ada banyak pertukaran atau tingkahlaku yang dipertukarkan dalam
kehidupan sosial. Mereka percaya bahwa tingkah laku manusia didasarkan pada
pertimbangan untung dan rugi atau costs and rewards. Menggunakan aplikasi ojek
online tentunya dilakukan para pengguna dengan mempertimbangkan berbagai
hal. Karena dirasa dapat meningkatkan keefektifan dan keefesiensian hidup, maka
banyak yang memilih untuk menggunakannya. Selain itu, faktanya didalam
aplikasi ojek online ini seringkali diadakan discount atau potongan harga besar-
besaran sehingga mempengaruhi para pengguna untuk terus menggunakan
aplikasi ini. Ada hubungan antara perubahan tingkah laku dengan perubahan
lingkungan yang dialami seorang individu, dalam kasus ini contohnya, karena
sudah banyak ojek online yang ada di wilayah setempat, membuat masyarakat
enggan menggunakan kendaraan umum lain seperti angkot, beca dll. Mereka
sudah terbiasa dengan ojek online yang efektif dan efisien.
Daftar Pustaka

BAKRI, W. (2020). BIOGRAFI TOKOH-TOKOH SOSIOLOGI Klasik sampai


Postmodern. https://doi.org/10.31219/osf.io/5kt8z

Raho, B. (2016). Bernard Raho, SVD 2016. 63–67.

Tualeka, M. W. N. (2017). Teori Konflik Sosiologi Klasik dan Modern. Al-


Hikmah, 3(1), 32–48. http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/Ah/article/view/409

Anda mungkin juga menyukai