Kel 4 - EPIDEMIOLOGI DIABETES MELITUS
Kel 4 - EPIDEMIOLOGI DIABETES MELITUS
Kel 4 - EPIDEMIOLOGI DIABETES MELITUS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 / 5D GIZI
1. Risa Novianti (1905025034)
2. Fitri Octaviani (1905025119)
3. Nur Kholilah Nasution (1905025142)
4. Puspa Endah Sukmawati (1905025160)
5. Puput Eka Safitri (1905025161)
6. Hasya Amatullah (1905025179)
7. Eka Fitrotu Syifa (1905025184)
Klasifikasi:
a. Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun.
Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat
ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi
sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.
b. Diabetes
Melitus
Tipe 2
Pada
penderita
DM tipe
ini terjadi
hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa glukosa masuk ke dalam jaringan
karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat
produksi glukosa oleh hati.
c. Diabetes Melitus Tipe Lain
DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi
virus, penyakit autoimun dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan penyakit
DM.
d. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati
pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. Ibu
hamil yang menderita diabetes gestasional tetap dapat melahirkan bayi yang sehat.
Tetapi bila kondisi ini tidak ditangani dengan tepat, beberapa komplikasi dapat terjadi
pada bayi saat lahir, seperti: Kelebihan berat badan saat lahir yang disebabkan oleh
tingginya kadar gula dalam darah (macrosomia), Lahir prematur yang mengakibatkan
bayi kesulitan bernafas (respiratory distress syndrome), Lahir dengan gula darah
rendah (hipoglikemia) akibat produksi insulin yang tinggi. Kondisi ini dapat
mengakibatkan kejang pada bayi, namun dapat ditangani dengan memberinya asupan
gula, dan Risiko mengalami obesitas dan diabetes tipe 2 ketika dewasa.
Diabetes Melitus tipe 2 (DM tipe 2) merupakan salah satu penyakit kronis
dengan karakteristik kadar gula darah puasa ≥126 mg/dl atau gula darah 2 jam
pasca-pembebanan ≥200 mg/dl. Kondisi yang berperan pada terjadinya DM tipe 2
adalah disfungsi sel β pankreas dan resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan
suatu keadaan di mana insulin tidak dapat bekerja optimal pada sel-sel targetnya
seperti sel otot, sel lemak dan sel hepar. Hal ini menyebabkan sel β-pankreas
mensekresi insulin dalam kuantitas yang lebih besar untuk mempertahankan
homeostasis glukosa darah, sehingga terjadi hyperinsulinemia kompensatoir untuk
mempertahankan keadaan glikemia. Pada fase tertentu dari perjalanan penyakit DM
tipe 2, kadar glukosa darah mulai meningkat walaupun dikompensasi dengan
hiperinsulinemia; di samping itu juga terjadi peningkatan asam lemak bebas dalam
darah. Keadaan glukotoksisitas dan lipotoksisitas akibat kekurangan insulin relative
(walaupun telah dikompensasi dengan hiperinsulinemia) mengakibatkan sel β-
pancreas mengalami disfungsi dan terjadilah gangguan metabolisme glukosa berupa
Gula Darah Puasa Terganggu (GDPT), Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan
akhirnya menjadi DM tipe 2.
Gejala klinis
Gejala diabetes melitus dibedakan menjadi akut dan kronik.
1) Gejala akut diabetes melitus yaitu: poliphagia (banyak makan), polidipsia (banyak
minum), poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari), nafsu makan
bertambah namu berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu), mudah lelah.
2) Gejala kronik diabetes melitus yaitu: Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti
tertusuk-tusuk jarum, rasa kebas di kulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk,
pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual
menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi
keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir
lebih dari 4 kg.
B. Besaran Masalah
Diabetes menjadi penyebab utama kebutaan, gagal ginjal, serangan jantung,
stroke dan amputasi anggota tubuh bagian bawah. Jumlah penderita diabetes meningkat
dari 108 juta pada tahun 1980 menjadi 422 juta pada tahun 2014.Antara tahun 2000 dan
2016, ada peningkatan 5% dalam kematian dini akibat diabetes. Berdasarkan data dari
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh Departemen Kesehatan,
menunjukan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia mengalami peningkatan
dari tahun 2013 sebesar 6,9% menjadi 8,5% pada tahun 2018.Prevalensi telah meningkat
lebih cepat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara-
negara berpenghasilan tinggi.Organisasi Internasional Diabetes Federation (IDF)
memperkirakan sedikitnya 463 juta orang pada usia 20-79 tahun di dunia menderita
diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan angka prevalensi 9,3% dari total penduduk
pada usia yang sama. (Kementrian kesehatan republik indonesia, 2020)
Proporsi
penderita DM menurut tingkat Pendidikan menunjukan bahwa responden tingkat
Pendidikan tamat akademi/universitas memiliki proporsi tertinggi pada Riskesdas
tahun 2013 dan Riskesdas tahun 2018, yaitu sebesar 2,5% dan 2,8%. Sedangkan
responden dengan tingkat Pendidikan lebih rendah dari universitas memiliki
prevalensi kurang dari 2%. Hal ini dapat diasumsikan terkait gaya hidup dan akses
terhadap deteksi kasus di pelayanan kesehatan pada Kelompok dengan tingkat
Pendidikan akademi/universitas memiliki prevalensi kurang dari 2%. Hal ini dapat
diasumsikan terkait dengan gaya hidup dan akses terhadap deteksi kasus di
pelayanan kesehatan pada Kelompok tingkat Pendidikan Akademi/Universitas.
C. Penyebab Diabetes
Faktor risiko kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe dua antara lain usia,
aktifitas fisik, terpapar asap, indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, stres, gaya hidup,
adanya riwayat keluarga, kolesterol HDL, trigliserida, DM kehamilan, riwayat
ketidaknormalan glukosa dan kelainan lainnya (Morton et al, 2012; Koes Irianto 2012;
De Graaf et al, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati (2012) menyatakan
bahwa riwayat keluarga, aktifitas fisik, umur, stres, tekanan darah serta nilai kolesterol
berhubungan dengan terjadinya DM tipe dua, dan orang yang memiliki berat badan
dengan tingkat obesitas berisiko 7,14 kali terkena penyakit DM tipe dua jika
dibandingkan dengan orang yang berada pada berat badan ideal atau normal.
1. Penyebab langsung:
a. Faktor genetik
Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus tipe 2 memiliki hubungan
yang sangat kuat dengan riwayat dan keturunan keluarga, dibandingkan dengan diabetes
tipe 1. Umumnya penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 namun mewarisi
sebuah predisposisis atau sebuah kecendurungan genetik kearah terjadinya diabetes type
1. Kecendurungan genetik ini ditentukan pada individu yang memiliki type antigen HLA
(Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA ialah kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen tranplantasi & proses imunnya. Orang tua yang menderita diabetes tidak
akan menurunkan diabetes kepada keturunan mereka, akan tetapi mempunyai orang tua
yang menderita diabetes menjadi sebuah faktor risiko terjadinya diabetes untuk keturunan
mereka. Orang dengan keluarga yang memiliki penyakit DM harus meningkatkan
kewaspadaan. Jika satu orang tua terkena DM maka risiko terkena DM sebanyak 15%,
dan jika kedua orang tua ayah dan ibu keduanya memiliki DM maka risiko memiliki DM
sebanyak 75% (Diabates UK, 2010). Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar
10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam
kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk
menderita DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik
(Diabetes UK, 2010).
b. Usia
Bayi dan balita yang masih rentan terhadap perubahan lingkungan, sehingga mempunyai
resiko yang tinggi terkena diabetes mellitus tipe 1. Sedangkan pada usia dewasa dan
lanjut mempunyai resiko untuk terkena penyakit diabetes mellitus tipe 2. Seiring
bertambahnya usia, maka risiko terkena penyakit diabetes pun akan meningkat. Semakin
tua usia, fungsi tubuh juga akan mengalami penurunan, termasuk organ pancreas dalam
memproduksi insulin dan tingkat sensifitas insulin yang mulai menurun sehingga kadar
gula akan terakumulasi dalam darah dan terjadi hiperglikemia.
c. Riwayat diabetes saat kehamilan
Ibu hamil yang menderita diabetes gestasional tetap dapat melahirkan bayi dengan
beberapa komplikasi kesehatan salah satunya berisiko lebih besar mengalami obesitas
dan diabetes tipe 2 ketika dewasa.
d. Imunologi
Pada diabetes type 1 terdapat fakta adanya sebuah respon autoimum. Ini adalah respon
abdomal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh secara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya sebagai jaringan asing.
Pyrinuron,
Virus Rubela, Mumps Streptozoctin
DM Tipe I dan Human DM Tipe II
, Alloxan dan
Coxsackievirus B4 Sianida
Defisiensi Insulin
Liposis Meningkat
Anabolisme Proses Penurunan Pemakaian
Glukosa
Aterosklerosis Ketogenesis
Kekebalan Tubuh
Poliphagi Viskolita
Ketonuria
Neoropati Sensori Perifer Polidipsi Darah
Ischemic
Makro Vaskuler Mikro Vaskuler Jaringan
Ketidakefektifan
Jantung Cerebral Retina Ginjal Gula Darah
Obesitas
Faktor
Genetik
Pola Makan /Hereditas
yang Salah
Minim Aktivitas
Fisik
Usia Diabetes
Merokok
Hiperglikemia
Hipertensi
F. Riwayat Alamiah Penyakit
Insulin
pelawanan
kegagalan sel B
Hiperinsulemia
kompensasi
kadar glukosa
plasma
kadar
insulin plasma
Usia 0 30 45 60
(tahun)
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah agar tidak terserang penyakit Diabetes.
Pencegahan primer dilakukan melalui:
1. Pola makan yang seimbang
2. Mempertahankan berat badan dalam batas normal
3. Olah raga secara teratur
4. Meningkatkan konsumsi sayur dan buah
5. Menghindari zat atau obat yang dapat mencetuskan Diabetes
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan mendeteksi Diabetes secara dini, mencegah penyakit
agar tidak bertambah parah dan mencegah timbulnya komplikasi. Pencegahannya
antara lain:
1. Tetap melakukan pencegahan primer
2. Pengendalian gula darah agar tidak terjadi komplikasi
3. Mengatasi gula darah dengan obat-obatan baik oral maupun insulin
c. Pencegahan tersier
Tujuan dari pencegahan ini adalah mencegah kecacatan lebih lanjut dari komplikasi
yang sudah terjadi, seperti komplikasi pembuluh darah pada mata (pemeriksaan
fundoskopi setiap 6-12 bulan), otak, tungkai.
Daftar Pustaka
Azriana. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Pencegahan Komplikasi
Diabetes Mellitus Oleh Pasien Diabetes Mellitus Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak
Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Skripsi. Universitas Teuku Umar Meulaboh. Aceh
Barat, 14-15.
Istianah, I., Septiani, S., & Dewi, G. K. (2020). Mengidentifikasi Faktor Gizi Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kota Depok Tahun 2019. Jurnal KesehatanIndonesia, 10(2),
72-78.
IDF. (2015). Available from: http://www.idf.org/about-diabetes/factsfigures.
Kemenkes, RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.
Dinas Kesehatan Kota Depok: Profil Dinas Kesehatan Kota Depok 2017.
Bhatt, H., Saklani, S., & Upadhayay, K. (2016). Anti-oxidant and anti-diabetic activities of
ethanolic extract of Primula Denticulata Flowers. Indonesian Journal of Pharmacy,
27(2), 74–79. https://doi.org/10.14499/indonesianjpharm27iss2pp74X
Kementrian kesehatan republik indonesia. (2020). Tetap Produktif, Cegah Dan Atasi Diabetes
Mellitus. Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI.
Khairani. (2019). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018. Pusat Data Dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI, 1–8.
Nur Isnaini, R. (2018). Faktor risiko mempengaruhi kejadian Diabetes mellitus tipe dua Risk
factors was affects of diabetes mellitus type 2. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan
Aisyiyah.
Saputri, R. D. (2020). Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada ARTIKEL PENELITIAN
Komplikasi Sistemik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Pendahuluan. 11(1), 230–236.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.254
Sulistiowati, E., & Sihombing, M. (2018). Perkembangan Diabetes Melitus Tipe 2 dari
Prediabetes di Bogor , Jawa Barat Progression of Type 2 Diabetes Mellitus from
Prediabetes at Bogor , West Java. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan
Kesehatan, 2(1), 59–69.
Varena, Muthia. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Tn. Z Dengan Diabetes Melitus Di Ruang
Rawat Inap Ambun Suri Lantai 3 Rs Dr. Achmad Mochtar. STIKES Perintis Padang.
WHO. 2021. Diabetes.