Juts Id'Ha Khairunnisa

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

Nama : Id’ha Khairunnisa

NIM : A1B020153
Kelas/Prodi : D/Manajemen
Mata Kuliah : UTS Manajemen Keuangan

1. Tiga (3) keputusan manajemen keuangan dan refleksi keputusan tersebut pada laporan
keuangan :
a) Keputusan/Kebijakan Investasi (Investment decision) adalah keputusan yang
diambil oleh manajer keuangan dalam pengalokasian dana dalam bentuk investasi
yang dapat menghasilkan laba dimasa yang akan datang dan keputusan ini akan
tergambar dari aktiva/asset perusahaan, dan akan mempengaruhi struktur kekayaan
perusahaannya yang merupakan perbandingan antara current assets(Aset lancar)
dengan fixed assets(Aset tetap).
Oleh karena itu, refleksi keputusan investasi dalam laporan keuangan akan
tergambar/mempengaruhi pada sisi aktiva perusahaan berupa asset lancar maupun
asset tetep perusahaan dalam laporan neraca perusahaan seperti kas,piutang,
persediaan,perlengkapan,dll. Keputusan investasi dapat mempengaruhi struktur
asset perusahaan, misalnya seorang pemegang saham akan menginvestasikan
sejumlah dana/uang ke dalam perusahaan, maka akan terjadi penambahan dana/kas
pada perusahaan tersebut yang terjadi akibat transaksi investasi yang dilakukan
dalam perusahaan.
b) Keputusan/Kebijakan Pendanaan (Financial Decision) adalah keputusan
manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antara
sumber-sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai
kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaan. Kebijakan
pendanaan juga merupakan keputusan tentang pemilihan alternative yang paling
rasional(menguntungkan) dalam pemenuhan kebutuhan dana perusahaan. Kebijakan
ini mencakup dua hal yaitu penentuan jenis sumber dana dan penentuan jumlah dana
yang sebaiknya diperoleh dari sumber dana yang bersangkutan.
Rekleksi keputusan pendanaan dalam laporan keuangan akan
tercermin/tergambarkan pada sisi passiva yang akan mempengarhi financial
structure maupun capital structure yang terdapat dalam laporan neraca perusahaan .
Sumber-sumber pendanaan perusahaan dapat diperoleh dari sumber pendanaan
jangka pendek atau jangka Panjang, sumber modal asing (utang) atau modal sendiri
dan dari sumber dana internal maupun ekseternal. Oleh karena itu, Dalam laporan
keuangan keputusan pendanaan akan mempengaruhi sisi passiva yang dalam hal ini
Utang dan modal perusahaan.
c) Keputusan Dividen (Dividend Decision) adalah keputusan manajemen keuangan
dalam menentukan besar kecilnya proporsi laba yang akan dibagikan kepada
pemegang saham baik pemengang saham biasa maupun istimewa dan proporsi dana
yang akan disimpan perusahaan sebagai laba ditahan untuk kebutuhan perusahaan.
Refleksi keputusan dividen dalam laporan keuangan tergambar/tercermin dalam
bagian laporan laba rugi perusahaan, laporan laba ditahan yang akan mempengaruhi
financial structuremaupun capital structure perushaan.
2. Instrumen yang diperjualbelikan di pasar uang dan pasar modal dan jelaskan perbedaan dan
persamaan antara kedua pasar tersebut.
• Instrumen yang diperjual belikan dipasar uang dan Pasar modal antara lain:
➢ Instrumen Pasar Uang
a. Interbank Call Money adalah pinjaman antar bank yang terjadi dalam
proses kliring, dengan jangka waktu kredit berkisar antara 1 s.d. 7 hari.
Call money adalah kredit yang harus segera dilunasi apabila sudah ada
tagihan dari pihak kreditur.
b. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah sertifikat yang diterbitkan oleh
Bank Indonesia dilakukan atas unjuk dengan nominal tertentu dan
berkaitan dengan kebijaksanaan pemerintah terhadap operasi pasar
terbuka (Open Market Operation) dalam permasalahan jumlah uang
yang beredar. Jangka waktu SBI adalah 1,3,6,dan 9 bulan.
c. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) adalah surat berharga yang
diperkenalkan oleh BI pada tahu 1985 sebagai salah satu alat untuk
melakukan operasi pasar terbuka dalam rangka menstabilkan nilai
rupiah dimana Bank atau Lembaga keuangan yang ingin memperoleh
dana jangka pendek dapat menerbitkan SBPU kemudian
diperjualbelikan dengan BI atau pihak lainnya.
d. Commercial Paper adalah promes yang tidak disertai jaminan, yang
diterbitkan oleh suatu perusahaan untuk memperoleh dana jangka
pendek dan dijual kepada investor di pasar uang.
➢ Instrumen Pasar Modal
a. Saham adalah tanda penyertaan modal seseorang atau badan usaha
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas( PT). Saham juga
merupakan surat berharga yang menjadi bukti kepemilikan atas sebuah
perusahaan dimana investor yang memiliki saham di sebuah
perusahaan, berhak untuk mendapatkan dividen atau pembagian laba.
b. Obligasi adalah surat utang jangka menengah dan Panjang yang dapat
dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan
untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan
melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak
pembeli obligasi tersebut. Obligasi merupakan instrumen surat utang
yang memberikan pendaptan tetap berupa bunga kepada
pemegangnya.
c. Efek Derivatif adalah efek turunan dari efek “utama” baik yang
bersifat penyertaan maupun utang. Efek turunan dapat berarti turunan
langsung dari efek “utama” maupun turunan selanjutnya. Derivatif
merupakan kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang
keuntungannya terkait dengan kinerja asset lain yang disebut sebgai
Undelying Aseets.

• Persamaan dan Perbedaan antara Pasar Uang dan Pasar Modal


➢ Persamaan :
a. Baik instrumen pasar uang dan pasar modal, keduanya menjadi
instrumen investasi bagi ritel ataupun institusi.
b. Pasar uang dan pasar modal merupakan bagian-bagian besar dari pasar
keuangan.
c. Antara pasar uang dan pasar modal, keduanya saling memengaruhi
satu sama lain. Kebijakan terhadap pasar uang biasanya terdampak ke
pasar modal semisal penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia
(BI).

➢ Perbedaan :
a. Dari segi jangka waktu (maturity period)
- Pasar uang : Instrumen pasar uang punya jangka waktu jatuh tempo
pengembalian kurang dari 1 tahun.
- Pasar modal : Instrumen pasar modal punya jangka waktu jatuh
tempo lebih dari 1 tahun, bahkan bisa 10 tahun.
b. Dari segi pilihan instrumen
- Pasar uang : Sertifikat Bank Indonesia (SBI), sertifikat deposito,
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Surat Berharga Komersial
(CPs), Banker’s Acceptance (BA), Surat Perbendaharaan Negara
(SPN).
- Pasar modal : surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana,
instrumen derivative.
c. Dari segi Institusi yang terlibat
- Pasar uang : Bank umum, bank sentral atau Bank Indonesia (BI),
institusi keuangan.
- Pasar modal : Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek
Indonesia (BEI), Lembaga kliring dan penjaminan (LKP),
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP), perusahaan
sekuritas, penjamin emisi efek, perantara pedagang (broker),
manajer investasi, penasihat investasi, lembaga penunjang pasar
modal.
d. Dari segi Likuiditas Pasar
- Pasar uang : Instrumen pasar uang lebih cepat dicairkan ketimbang
instrumen pasar modal.
- Pasar Modal : Instrumen pasar modal tidak lebih cepat cair
dibandingkan instrumen pasar uang.
e. Dari segi Risiko
- Pasar Uang : Karena lebih likuid dan jangka waktu jatuh tempo
kurang dari 1 tahun, risiko instrumen pasar uang lebih rendah.
- Pasar modal : Risiko instrumen pasar modal lebih tinggi
dibandingkan risiko instrumen pasar uang.
f. Dari segi Tujuannya
- Pasar Uang : Instrumen pasar uang lebih cocok untuk tujuan
investasi jangka pendek.
- Pasar Modal : Instrumen pasar modal lebih cocok untuk tujuan
investasi jangka panjang.
g. Dari segi Aspek Fungsional
- Pasar Uang : Pasar uang mendorong likuiditas dana dalam.
- Pasar modal : Pasar modal menstabilkan ekonomi karena waktunya
yang jangka panjang.
h. Dari segi pengembalian
- Pasar Uang: Pengembalian pasar uang atau profit lebih rendah
ketimbang pasar modal.
- Pasar Modal : Pengembalian pasar modal atau profit lebih tinggi
ketimbang pasar uang.
i. Dari segi Kuntungan
- Pasar Uang: Bunga
- Pasar Modal : Kupon, imbalan, capital gain, dividen.
3. Jelaskan esensi teori keuangan :
a) Teori Keagenan (Agency Theory)
Jensen & Meckling (1976) mendefinisikan teori agensi sebagai pemisahan
antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan akan selalu diikuti oleh munculnya
biaya akibat tidak adanya keselarasan kepentingan pemilik dan pengelola. Biaya
tersebut yang dinamakan Agency Cost. Agency Theory memiliki asumsi bahwa
masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan diri sendiri
sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Shaw (2003)
memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai “agents” bagi para pemegang
saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri.
b) Teori dividen (Dividend Theory)
Kebijakan deviden (dividend policy) adalah suatu keputusan untuk menentukan
berapa besar bagian dari pendapatam perusahaan yang akan dibagikan kepada para
pemegang saham dan akan diinvestasikan kembali (reinvestment) atau ditahan
(retained) didalam perusahaan. Berdasarkan penjelelasan tersebut, kebijakan dividen
didasarkan pada rentang pertimbangan atau kepentingan pemegang saham di satu
sisi dan kepentingan perusahaan di sisi lain.
• Teori Dividen tidak Relevan (Dividend Irrelevant Theory),
Menurut Modigliani dan Miller (MM), nilai suatu perusahaan tidak
ditentukan oleh besar kecilnya presentase laba yang dibayarkan kepada
pemegang saham dalam bentuk uang tunai atau DPR (Dividen Payout Ratio)
, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak atau EBIT (Earning Before
Interest and Tax) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM, dividen
adalah tidak relevan.
• Teori Dividen yang Relevan (Bird in the Hand Theory)
Teori ini menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika
presentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk
uang tunai atau DPR (Dividen Payout Ratio) rendah, karena investor lebih
suka menerima dividen dari pada Perolehan modal (Capital Gains). Investor
memandang keuntungan dividen (dividend yield) lebih pasti dari pada
keuntungan capital gains (capital gains yield
• Teori Perbedaan Pajak (Tax Differential Theory),
Teori ini menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan
dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena
dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan
suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan
dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan
dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend
lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa.
• Signaling Hypothesis Theory
Dividend signalling theory diperkenalkan oleh (Ross,1977) berpendapat
bahwa manajer sebagai orang dalam yang mempunyai informasi yang
lengkap tentang arus kas perusahaan, akan memilih untuk menciptakan
isyarat yang jelas mengenai masa depan perusahaan, apabila mereka
mempunyai dorongan yang tepat untuk melakukannya. Ross membuktikan
bahwa kenaikan pada dividen yang dibayarkan dapat menimbulkan isyarat
yang jelas kepada pasar bahwa prospek perusahaan telah mengalami
kenikan.
• Clientele Effect Theory.
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang
berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen
perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan
pada saat ini lebih menyukai suatu presentase laba yang dibayarkan atau
DPR (Dividend Payout Ratio) yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang
saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika
perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada
perbedaan pajak bagi individu ( misalnya orang lanjut usia dikenai pajak
lebih ringan ) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih
menyukai perolehan modal (capital gains) karena dapat menunda
pembayaran pajak.
c) Teori struktur modal (Capital Structure Theory)
• Teori Modigliani dan Miller (Teori MM),
Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan
Miller (teori MM). mereka berpendapat bahwa strukrur modal tidak relevan
atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa
asumsi untuk membangun teori mereka, yaitu: a. tidak terdapat Agency cost
b. tidak ada pajak c. investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga
dengan peruahaan d. investor mempunyai informasi yang sama, seperti
manajemen prospek perusahaan di masa depan. e. Tidak ada biaya
kebangkrutan f. Earning Before Interest and Taxes (EBIT) tidak dipengaruhi
oleh penggunaan dari hutang. g. Para investor adalah Price-takers h. Jika
terjadi kebangkrutan, maka asset akan dapat dijual pada harga pasar (market
value).
• Trade-off Theory,
Teori ini dikembangkan oleh Haugen, Papas, dan Rubenstain pada tahun
1969 dan dikenal juga sebagai Balancing Theory. Trade Off Theory ini
menjelaskan adanya hubungan antara pajak, risiko kebangkrutan dan
penggunaan utang yang disebabkan keputusan struktur modal yang diambil
perusahaan (Brealey dan Myers, 1991) Teori ini membandingkan manfaat
dan biaya atau keseimbangan antara keuntungan dan kerugian atas
penggunaan utang. Pada teori ini juga dijelaskan bahwa sebelum mencapai
suatu titik maksimum, utang akan lebih murah dari pada penjualan saham
karena adanya tax shield.
• Balancing Theory, dan
Berbagai faktor, seperti adanya corporate tax, biaya kebangkrutan, dan
personal tax telah dipertimbangkan untuk menjelaskan mengapa suatu
perusahaan akhirnya memilih struktur modal tertentu. Penjelasan tersebut
termasuk dalam lingkup balancing theories. Esensi balancing theories adalah
menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat
penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih lebih besar hutang akan
bertambah. Tetapi apabila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah
lebih besar maka hutang tidak boleh lagi ditambah Husnan dan Pujiastuti,
2004.
• Pecking Order Theory.
Pecking Order Theory menekankan pada permasalahan asimetri informasi.
Permasalahan asimetri informasi timbul karena pihak manajemen memiliki
informasi lebih banyak dari pada para pemegang saham. Perusahaan yang
memiliki financial slack yang cukup tidak perlu menerbitkan risky debt atau
saham untuk mendanai proyek-proyek barunya sehingga tidak akan
menimbulkan masalah informasi.

4. Diketahui:
• ROE lama = 5%
• Dana = 60% hutang
• Beban bunga = Rp 300 juta per tahun
• Perkiraan EBIT = 1 milyar
• Penjualan = Rp 10 milyar
• TATO = 2 kali
• Pajak perusahaan = 30%
Ditanya : ROE yang baru? Apakah kebijakan baru menguntungkan bagi Stockholders?
Penyelesaian :
1. EAT = EBIT – bunga
= 1.000.000.000 – 300.000.000
= 700.000.000 – pajak penghasilan 30%
= 700.000.000 – 210.000.000
= 490.000.000
NPM = EAT : Penjualan Bersih
= 490.000.000 : 1.000.000.000
= 0,049
ROE = NPM × TATO × EM
= 0,049 × 2 × 0,60
= 0,0588 × 100%
= 5,88%
Oleh karna itu, Menurut saya kebijakan ROE yang baru tidak menguntungkan
bagi stockholders karena
5. Diketahui:
- EAT : Rp 27.300.000.000
- Dividen Tunai : Rp 16.380.000.000
- Jumlah sahan beredar : 10 juta lembar
- Closing price : Rp 10.000,- per lembar
a) Tabel Rasio Keuangan PT KUSUMA dan hasil perhitungan
NO Rasio Keuangan PT. Rata- Rata Industri
KUSUMA
1 Current Ratio 198,48% 2.0x
2 Quick Ratio 125,45% 1,4x
3 Debt Ratio 41,538% 60%
4 Time Interest Earned Ratio 4,55x 3.0x
5 Periode Pengumpulan Piutang (ACP) 35 hari
6 Perputaran persediaan 5,77x 6.7x
7 Total Assets Turnover 3,39x 3,0x
8 Operating Profit Margin 4,35% 2,0%
9 Net Profit Margin 1,69% 4,0%
10 Return On Investment 5,76% 3,6%
11 Return On Equity 7,56% 9,0%
12 Earning Per share(EPS) Rp 0,00273 Rp 3.500,-
13 Dividend Payout Ratio (DPR) 600.000 70%
14 Price Earning Ratio 3.663.003 10,0x
15 Price to Book Value (PBV) 277.008x 2,0x

Rincian perhitungan:
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
1. Current Ratio = 𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
x 100%

𝑅𝑝 655.000
= 𝑅𝑝 330.000 x 100%
= 198,48 %
= 1,98
2. Quick Ratio = 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 −𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 x 100 %
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑅𝑝 655.000−𝑅𝑝 241.000
𝑅𝑝 330.000
x 100 %
=
= 125,45 %
= 1,25
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
3. Debt ratio = x 100%
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔+𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

𝑅𝑝 256.500
= x 100%
𝑅𝑝 256.500+𝑅𝑝 361.000

= 41,53 %
= 0,41
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖+𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛
4. Time Interest Earned Ratio = x 1 kali
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎

𝑅𝑝 70.000+𝑅𝑝 41.500
= x 1 kali
𝑅𝑝 24.500

= 4,55x
5. Periode Pengumpulan Piutang (ACP)
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
6. Perputaran Persediaan = 𝑅𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
x 1 kali
𝑅𝑝 1.392.500
= 𝑅𝑝 241.000
x 1 kali

= 5,77x 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
7. Total Assets Turnover (perputaran aktiva = x 1 kali
𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

𝑅𝑝 1.607.500
= 𝑅𝑝 473.750
x 1 kali

= 3,39 kali
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖
8. Operating Profit Margin = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
x 100%
𝑅𝑝 70.000
= x 100%
𝑅𝑝 1.607.500
= 4,35 %
= 0,04
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
9. Net Profit Margin (NPM) = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
x 100%
𝑅𝑝 27.300
= 𝑅𝑝 1.607.500
x 100%

= 1,69 %
= 0,01
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
10. Return On Investment (ROI) = 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
x 100%
𝑅𝑝 27.300
= 𝑅𝑝 473.750
x 100%

= 5,76 %
= 0,05
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
11. Return On Equity (ROE) = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 x 100%
𝑅𝑝 27.300
= 𝑅𝑝 361.000
x 100%

= 7,56 %
= 0,07
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
12. Earning Per Share (EPS) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
𝑅𝑝 27.300
= 10.000.000 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟

= Rp 0,00273
𝐷𝑃𝑆
13. Dividend Payout Ratio (DPR) = 𝐸𝑃𝑆
x 100%
1.638
= 0,00273
x 100%

= 60.000.000 %
= 600.000
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚
14. Price Earning Ratio (PER) = 𝐸𝑃𝑆
x 1 kali

𝑅𝑝 10.000
= x 1 kali
0,00273

= 3.663.003 x

15. Price to Book Value (PBV)


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖)\
Terlebih dahulu mencari nilai buku (book value) = =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
𝑅𝑝 361.000
=
10.000.000 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟

= 0,0361

Kemudian cari nilai PBV = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚


𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑢𝑘𝑢

𝑅𝑝 10.000
= 0,0361

= 277.008 x
b) Interpretasi terhadap masing-masing rasio keuangan diatas:
1. Rasio Likuiditas yaitu Current rasio dan Quick ratio.
Berdasarkan perhitungan Current ratio = 198,48 % atau 1,98 % artinya
setiap Rp 1,00 hutang lancer di jamin atau ditanggung oleh Rp 1,98 aktiva
lancar. Tidak ada standar khusus berapa besarnya Current rasio yang paling
baik, namun untuk prinsip kehati-hatian besarnya current rasio sekitar 200%
atau 2:1 di anggap baik. Semakin tinggi rasio berarti semakin terjamin
hutang-hutang perusahaan kepada kreditur. Bagi kreditur semakin tinggi
rasio lancar semakin bagus. Dengan demikian, PT Kusuma masih berada di
bawah rata-rata untuk current rasio karna belum mencapai 200%.
Berdasarkan perhitungan Quick Ratio = 125,45 % atau 1,25% artinya
setiap Rp 1,00 hutang lancar di jamin oleh aktiva lancar selain persediaan
sebesar Rp 1,25 atau 125,45%. Untuk prinsip kehati-hatian, maka besarnya
Quick rasio paling rendah 100% maksudnya hutang jangka pendek Rp 1
dijamin oleh aktiva lancar selain persediaan Rp 1.
2. Rasio Leverage yaitu Debt Ratio dan Time Interest Earned
Berdasarkan perhitungan debt ratio = 41,53 % atau 0,41 artinya ratio
sebesar 0,41 menunjukkan bahwa aktiva sebesar 41,53% di biayai dari
hutang perusahaan.
Bedasarkan perhitungan time interest earned = 4,55x artinya nilai rasio
sebesar 4,55 kali tersebut mampu membayar biaya bunga yang ada.
3. Rasio Aktivitas yaitu perputaran persediaan dan total assets turnover
(perputaran aktiva)
Berdasarkan perhitungan perputaran persedian = 5,77x artinya
perputaran persediaan sebesar 5,77 kali menunjukkan bahwa dana yamg
tertanam dalam persediaan berputar sebanyak 5,77 kali dalam setahun.
Semakin tinggi turn over yang diperoleh, semakin efektif manajemen dalam
mengelola persediaan.
Berdasarkan total assets turnover (perputaran aktiva) = 3,39 kali artinya
perusahaan hanya mampu menghasilkan penjualan sebesar 3,39 kali dari
total aktiva yang dimiliki. Turn over ini akan berarti kalau di bandingkan
dengan ratio rata-rata industry atau rata-rata masa lau.
4. Rasio Profitabilitas yaitu Operating Profit Margin, Net profit margin, return
on Investment dan return on equity.
Berdasarkan perhitungan Operating Profit Margin = 4,35 % atau 0,04
Berdasarkan perhitungan Net profit margin = 1,69% atau 0,01 artinya ratio
sebesar 1,69% berarti bahwa laba bersih sesudah pajak yang di capai adalah
sebsar 1,69% dari volume penjualan. Semakin tinggi NPM, semakin baik
operasi perusahaan.
Berdasarkan perhitungan Return On Investment = 5,76 % artinya rasio
sebesar 5,76% menunjukkan bahwa penghasilan bersih yang diperoleh
adalah sebesar 5,76% dari total aktiva. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik
keadaan perusahaan.
Berdasarkan perhitungan Return On Equity = 7,56% artinya rasio
tersebut menunjukkan bahwa tingkat return (penghasilan) yang di peroleh
pemilik perusahaan atas modal yang di investasikan adalah sebesar 7,56%.
Semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik
kedudukan/posisi pemilik perusahaan.
5. Rasio Nilai pasar yaitu Earning per share(EPS), Dividend Payout Ratio, Price
Earning Ratio dan Price to Book Value (PBV).
Berdasarkan perhitungan Earning per share(EPS) = Rp 0,00273
menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar
saham biasa. Semakin tinggi nilai EPS suatu perusahaan, maka semakin
besar pula laba yang disediakan untuk pemegang saham dan akan
memungkinkan peningkatan jumlah dividen yang akan diterima oleh
pemegan saham.
Berdasarkan perhitungan Dividend Payout Ratio = 60.000.000 %
artinya rasio pembayaran dividen yang dilakukan oleh PT Kusuma yaitu
sebesar 60.000.000. Artinya, dari total laba per lembar saham yang
dihasilkan oleh perusahaan, sebanyak 60.000.000 % adalah porsi untuk
dividen per lembar saham.
Berdasarkan perhitungan Price Earning Ratio = 3.663.003 kali maka
jumlah tersebut lebih besar dari laba per saham. Dengan demikian, rasio PT
Kusuma berada di atas rata-rata industry. Artinya harga saham perusahaan
perusahaan tersebut bias dikatakan mahal.
Berdasarkan perhitungan Price to Book Value (PBV) = 277.008 x
diperoleh harga saham yang dipeoleh sebesar 227.006 kali lebih besar dari
nilai rata-rata industry. Hal ini didapatkan dari perhitungan 227.008 kali –
2,0 kali sehingga saham tersebut masih layak untuk dibeli atau tergolong
murah.

5. a). Menyusun Analisis Laporan Keuangan Common Size (Neraca dan Laporan Laba
Rugi) PT. Jaya Abadi
PT. JAYA ABADI.
NERACA COMMON SIZE
PADA 31 DESEMBER 2016-2018(DALAM JUTAAN RUPIAH) (%)
Common size (%)
Neraca Umum 2016 2017 2018
2016 2017 2018
Aktiva Lancar
Kas dan setara kas 130 90 140 2,79% 1,86% 2,82%
piutang 790 860 840 16,95% 17,73% 16,90%
persediaan 900 1.000 1.060 19,31% 20,62% 21,33%
Aktiva lancar lainnya 10 10 20 0,21% 0,21% 0,40%
jumlah aktiva lancar 1830 1960 2060 39,27% 40,41% 41,45%
Aktiva tetap neto 2830 2890 2910 60,73% 59,59% 58,55%

Total Aktiva 4660 4850 4970 100,00% 100,00% 100,00%

Hutang jangka
pendek 500 520 510 10,73% 10,72% 10,26%
Hutang jangka panjang 250 250 250 5,36% 5,15% 5,03%

Jumlah Hutang 750 770 760 16,09% 15,88% 15,29%

Modal saham 3.000 3.000 3.000 64,38% 61,86% 60,36%


Laba ditahan 910 1.080 1.210 19,53% 22,27% 24,35%

Jumlah modal 3.910 4.080 4.210 83,91% 84,12% 84,71%

Total Pasiva 4.660 4.850 4.970 100,00% 100,00% 100,00%


Keterangan : Komposisi investasi (aktiva) pada table diatas menunjukkan bahwa struktur
aktiva pada tahun 2016 terdiri dari 39,27% (aktiva lancar) dan 60,73% (aktiva tetap), pada
tahun 2017 struktur aktiva berubah yaitu 40,41% (aktiva lancar) dan 59,59% (aktiva tetap)
sehingga dari tahun 2016 ke 2017 struktur aktiva lancar naik sebesar 1,14% dan struktur aktiva
tetap mengalami penurunan sebasar 1,14%. Selanjutnya, pada tahun 2018, struktur aktiva
berubah menjadi 41,45% (aktiva lancar) dan 58,55% (aktiva tetep). Perubahan ini
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktiva lancar sebesar 1,04% dan terjadi penurunan
aktiva tetap sebesar 1,04% dari tahun sebelumnya (2017).
Keterangan : Struktur modal PT Jaya abadi, dimana pada tahun 2016 sampai dengan tahun
2018 penggunaan modal sendiri pada PT Jaya Abadi terus menurun sebanding dengan
penurunan/ penggunaan hutang jangka Panjang. Tahun 2016 modal sendiri sebesar 64,38%,
hutang jangka Panjang 5,36%. Untuk tahun 2017, modal sendiri sebesar 61,86% sedangkan
hutang jangka Panjang sebesar 5,15%, sehingga struktur modal sendiri Mengalami penurunan
sebesar 2,25% dan hutang jangka Panjang juga menurun sebesar 0,21%. Tahun 2018 modal
sendiri sebesar 60,36% dan untuk hutang jangka Panjang sebesar 5,03%, sehingga struktur
modal Mengalami penurunan sebesar 1,5% dan hutang jangka Panjang juga Mengalami
penurunan sebasar 0,13% dari tahun sebelumnya (2017) . Hal tersebut menyebabkan Biaya
modal rata-rata tertimbang (WACC) terus menurun, sehingga pada struktur modal PT Jaya
abadi terjadi penurunan permodalan dari tahun ke tahun.

PT. JAYA ABADI.


LABA RUGI COMMON SIZE
PADA 31 DESEMBER 2016-2018(DALAM JUTAAN RUPIAH) (%)
Common size (%)
LABA RUGI 2016 2017 2018
2016 2017 2018
Penjualan Bersih 3.310 3.740 4.260 100,00% 100,00% 100,00%
HPP 2.200 2.550 2.830 66,47% 68,18% 66,43%

Laba kotor 1.110 1.190 1.430 33,53% 31,82% 33,57%

Biaya penjualan 460 500 550 13,90% 13,37% 12,91%


Biaya Administrasi 230 250 260 6,95% 6,68% 6,10%

Biaya Operasi 690 750 810 20,85% 20,05% 19,01%

Laba Operasi 420 440 620 12,69% 11,76% 14,55%


Pendapatan Lain-lain 70 100 70 2,11% 2,67% 1,64%

Laba Bersih 490 540 690 14,80% 14,44% 16,20%

b) Menganalisis lebih lanjut bagaimana distribusi/alokasi penjualan terhadap masing-masing


elemen biaya dan laba ? Uraikan apakah terjadi perubahan distribusi tersebut!
Cara perhitungan persentase perkomponen adalah: pos-pos dalam perhitungan laba-rugi yang
dinyatakan dalam persentase per komponen atas dasar total penghasilan (total penghasilan
dinyatakan sebesar 100%).
% harga pokok penjualan (2018) = (saldo harga pokok penjualan / total penghasilan ) x 100%
= Rp 2.830.000 / Rp 4.260.000 x 100%
= 66,43%
%Biaya penjualan (2018) = (saldo biaya penjualan / total penghasilan) x 100%
= Rp 550.000 / Rp 4.260.000 x 100%
= 12,91%
Keterangan : Yang lainnya dihitung dengan cara yang sama*
Dari perhitungan laba-rugi, tampak bahwa distribusi/alokasi setiap Rp 1,00 penjualan kepada
harga pokok penjualan mengalami penurunan sama dengan distribusi/alokasi untuk biaya
lainnya seperti biaya penjualan, biaya administrasi, biaya operasi, secara total Mengalami
penurunan.
c) Menyusun Analisis Laporan Keuangan Indeks / Trend Analysis (Neraca dan Laba Rugi)
PT. Jaya Abadi
PT. JAYA ABADI.
ANALISIS INDEKS NERACA
PADA 31 DESEMBER 2016-2018(DALAM JUTAAN RUPIAH) (%)
Analisis Indeks (%)
Neraca Umum 2016 2017 2018
2016 2017 2018
Aktiva Lancar
Kas dan setara kas 130 90 140 100,00% 69,23% 107,69%
piutang 790 860 840 100,00% 108,86% 106,33%
persediaan 900 1.000 1.060 100,00% 111,11% 117,78%
Aktiva lancar lainnya 10 10 20 100,00% 100,00% 200,00%
jumlah aktiva lancar 1830 1960 2060 100,00% 107,10% 112,57%
Aktiva tetap neto 2830 2890 2910 100,00% 102,12% 102,83%

Total Aktiva 4660 4850 4970 100,00% 104,08% 106,65%

Hutang jangka pendek 500 520 510 100,00% 104,00% 102,00%


Hutang jangka Panjang 250 250 250 100,00% 100,00% 100,00%

Jumlah Hutang 750 770 760 100,00% 102,67% 101,33%

Modal saham 3.000 3.000 3.000 100,00% 100,00% 100,00%


Laba ditahan 910 1.080 1.210 100,00% 118,68% 132,97%

Jumlah modal 3.910 4.080 4.210 100,00% 104,35% 107,67%

Total Pasiva 4.660 4.850 4.970 100,00% 104,08% 106,65%

PT. JAYA ABADI.


LABA RUGI ANALISIS INDEKS
PADA 31 DESEMBER 2016-2018(DALAM JUTAAN RUPIAH) (%)
Analisis Indeks (%)
LABA RUGI 2016 2017 2018
2016 2017 2018
Penjualan Bersih 3.310 3.740 4.260 100,00% 112,99% 128,70%
HPP 2.200 2.550 2.830 100,00% 115,91% 128,64%

Laba kotor 1.110 1.190 1.430 100,00% 107,21% 128,83%

Biaya penjualan 460 500 550 100,00% 108,70% 119,57%


Biaya Administrasi 230 250 260 100,00% 108,70% 113,04%

Biaya Operasi 690 750 810 100,00% 108,70% 117,39%

Laba Operasi 420 440 620 100,00% 104,76% 147,62%


Pendapatan Lain-lain 70 100 70 100,00% 142,86% 100,00%

Laba Bersih 490 540 690 100,00% 110,20% 140,82%

d) Berdasarkan perhitungan analisis indeks neraca dan analisis indeks laba-rugi PT. Jaya
Abadi diatas diketahui bahwa pada analisis indeks Neraca, rata-rata dari komponen Asset
(Aktiva) cenderung mengalami peningkatan kecuali pada akun kas tahun 2017 yang
Mengalami penurunan cukup banyak yaitu 15,71%. Selanjutnya, pada pos laba ditahan
terjadi peningkatan persentase pada tahun 2017-2018 yaitu sebesar 14,29%, akan tetapi
pos hutang mengalami penurunan sebesar 1,34%. Dengan demikian, terjadinya penurunan
saldo hutang dan menguatnya permodalan perusahaan. Akan tetapi, berbeda dengan pos-
pos akun yang berada pada posisi pasiva dimana setiap komponennya cenderung
mengalami kenaikan. Selain itu, berdasarkan perhitungan analisis indeks laba-rugi PT.
Jaya Abadi terlihat bahwa seluruh pos-pos akun yang ada seperti penjualan, HPP, biaya
dan laba Mengalami peningkatan atau tidak Mengalami perubahan (pos pendapatan lain-
lain) yang berarti pertumbuhan perusahaan tergolong baik setiap tahunnya.

6. Tabel : Nilai Majemuk (Compound Value)

Tahun Pokok Pinjaman Bunga pada akhir Pokok + Bunga


ke (Rp) tahun (8%) (Rp)
1 1.000.000.000 80.000.000 1.080.000.000
2 1.080.000.000 86.400.000 1.166.400.000
3 1.166.400.000 93.312.000 1.259.712.000
4 1.259.712.000 100.776.960 1.360.488.960
5 1.360.488.960 108.839.117 1.469.328.077
6 1.469.328.077 117.546.246 1.586.874.323
7 1.586.874.323 126.949.946 1.713.824.269
8 1.713.824.269 137.105.942 1.850.930.211
9 1.850.930.211 148.074.417 1.999.004.628
10 1.999.004.628 159.920.370 2.158.924.998
11 2.158.924.998 172.714.000 2.331.638.998
12 2.331.638.998 186.531.120 2.518.170.118
13 2.518.170.118 201.453.609 2.719.623.727
14 2.719.623.727 217.569.898 2.937.193.625
15 2.937.193.625 234.975.490 3.172.169.115

Jadi, F (Future) untuk tahun ke-n = Fn = P (1 + i)


F5 = Rp 1.360.488.960 x 1,4693
= Rp 1.998.966.428,928
F10 = Rp 1.999.004.628 x 2,1589
= Rp 4.315.651.091,3892

F15 = Rp 2.937.193.625 x 3,1722


= Rp 9.317.365.617,225
(Angka 1,469 , 2,1589, dan 3,1722 diperoleh dari table nilai kemudian/futurevaluetabel)

7. Diketahui: Fn (nilai sekarang) = Rp 300.000.000


i (tingkat suku bunga) = 10% 0,1
n ( jumlah periode) = 8 (Tahun ke 8)
Ditanya : Modal Awal ?
Penyelesaian :
Formulasi : P = Fn
(1 + i)n
= Rp 300.000.000
( 1 + 0,1) 8
= Rp 300.000.000
2,143
= Rp 139.990.667.000 ( Hasil tersebut merupakan hasil pembulatan)
Jadi, uang yang harus diberikan ibu Alya kepada Ibu Nadya sebagai modal awal sebesar Rp
139.990.667.000.
8. Diketahui : Nilai alternative 1 = Rp 100.000.000,-
Nilai alternative 2 = Rp 150.000.000,-
Peluang menebak sisi koin yang dilempar
𝑛(𝑎)
P=
𝑛(𝑠)
1
=
2
= 0,5

Ditanya :
a) Berapakah nilai yang diharapkan dari alternative kedua?
b) Alternatif yang akan dipilih
c) Jika memilih alternative pertama, termasuk dalam risk averter atau risk seeker?

Penyelesaian :
a) Nilai harapan untuk alternative kedua :
E(R)2 = Rp 150.000.000
r2 = p2 . r2
= 0,5 x Rp 150.000.000
= Rp 75.000.000
b) Sebelum menentukan alternative yang akan dipilih, sebelumnya menetukan nilai
harapan untuk alternative yang pertama dengan perolehan atau E(R)1 = Rp 100.000.000
r1 = p1 . r1
= 0,5 x Rp 100.000.000
= Rp 50.000.000
Maka, alternative yang akan saya pilih adalah alternative pertama dengan perolehan
Rp 100.000.000 dengan tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar Rp 50.000.000,
karena semakin kecil nilai/ tingkat keuntungan yang diharapkan maka semakin kecil
pula risiko yang akan dihadapi, sehingga saya memilih meminimalisir risiko dengan
memilih alternative pertama.
c) Sesuai dengan pilihan saya yaitu memilih alternative pertama, maka saya termasuk
dalam golongan risk averter, yang merupakan golongan lebih memilih menghindari
risiko yang akan terjadi dimasa yang akan datang.

9. Diketahui : Usia ekonomis proyek satu tahun dengan tingkat keuntungan masing-masing
proyek sangat tergantung pada kondisi ekonomi. Berikut table estimasi tingkat keuntungan:

Kondisi Probabilitas Tingkat Keuntungan


Ekonomi (%) A B C
Amat baik 20 10% 9% 16%
Baik 15 12% 11% 14%
Cukup 30 13% 12% 12%
Buruk 20 15% 13% 9%
Amat buruk 15 17% 14% 6%
Ditanya :
a) Menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan, varian, dan standar deviasi masing-
masing proyek
b) Menghitung koefisien variasi masing -masing proyek? Proyek yang akan saudara
pilih?
c) Apabila menginvestasikan 20% ke proyek A, 50% ke proyek B, dan sisanya ke proyek
C. Berapakah pengembalian portofolio yang diharapkan dan risiko portofolio?
d) Simpulan

Penyelesaian :

a) Menghitung tingkat keuntungan yang diharapkan setiap proyeknya:


• Proyek A :
r = P1r1 + P2r2 + P3r3 + P4r4 + P5r5
= 0,2 (10%) + 0,15 (12%) + 0,3 (13%) + 0,2 (15%) + 0,15 (17%)
= 2 + 1,8 + 3,9 + 3 +2,55
= 13,25%
• Proyek B :
r = P1r1 + P2r2 + P3r3 + P4r4 + P5r5
= 0,2 (9%) + 0,15 (11%) + 0,3 (12%) + 0,2 (13%) + 0,15 (14%)
= 1,8 + 1,65 + 3,6 + 2,6 +2,1
= 11,75%
• Proyek C :
r = P1r1 + P2r2 + P3r3 + P4r4 + P5r5
= 0,2 (16%) + 0,15 (14%) + 0,3 (12%) + 0,2 (9%) + 0,15 (6%)
= 3,2 + 2,1 + 3,6 + 1,8 +0,9
= 11,6%
Mencari nilai Varian
• Proyek A :
𝜎2 = ∑ (R1 – E(R)2 P.r1) + ∑ (R2 – E(R)2 P.r2) + ∑ (R3 – E(R)2 P.r3) + ∑ (R4 –
E(R)2 P.r4) + ∑ (R5 – E(R)2 P.r5)
= 20 (10 – 13,25)2 + 15 (12 – 13,25)2 + 30 (13 – 13,25)2 + 20 (15 – 13,25)2 + 15
(17 – 13,25)2
= 211,25 + 23,4375 + 1,875 + 61,25 + 210,9375
= 508,75
• Proyek B :
𝜎2 = ∑ (R1 – E(R)2 P.r1) + ∑ (R2 – E(R)2 P.r2) + ∑ (R3 – E(R)2 P.r3) + ∑ (R4 – E(R)2
P.r4) + ∑ (R5 – E(R)2 P.r5)
= 20 (9 – 11,75)2 + 15 (11 – 11,75)2 + 30 (12 – 11,75)2 + 20 (13 – 11,75)2 + 15
(14 – 11,75)2
= 151,25 + 8,4375 + 1,875 + 31,25 + 75,9375
= 268,75
• Proyek C :
𝜎2 = ∑ (R1 – E(R)2 P.r1) + ∑ (R2 – E(R)2 P.r2) + ∑ (R3 – E(R)2 P.r3) + ∑ (R4 – E(R)2
P.r4) + ∑ (R5 – E(R)2 P.r5)
= 20 (16 – 11,6)2 + 15 (14 – 11,6)2 + 30 (12 – 11,6)2 + 20 (9 – 11,6)2 + 15 (6 –
11,6)2
= 387,2 + 86,4 + 4,8 + 135,2 + 470,4
= 1.084
Mencari Standar Deviasi :
• Proyek A :
√𝜎2 = √508,75
= 22,55%
• Proyek B :
√𝜎2 = √268,75
= 16,39%
• Proyek C :
√𝜎2 = √1.084
= 32,92%
b) Mencari Koefisien Variasi
𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
Rumus : 𝐶𝑉 (𝑘𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 ) = 𝐸 (𝑅)
• Proyek A :
22,55%
Cv =
13,25%

= 1,701%
• Proyek B :
16,39%
Cv =
11,75%
= 1,394%
• Proyek C :
32,92%
Cv =
11,6%
= 2,837%
c) Mencari tingkat pengembalian portofolio yang diharapkan :
A = 20% 0,2
B = 50% 0,5
C = 30% 0,3
Rumus : r.p = W1r1 + W2r2 + W3r3
= 0,2 (13,25) + 0,5 (11,75) + 0,3 (11,6)
= 2,65 + 5,875 + 3,48
= 12,005%
Mencari risiko portofolio :
𝜎𝑖
Rumus : 𝜎𝑝 =
√𝑛
22,55%
• Proyek A : 𝜎𝑝 =
√20%
22,55%
=
4,472%
= 5,042%
22,55%
• Proyek B : 𝜎𝑝 =
√50%
22,55%
=
7,071%
= 2,317%
22,55%
• Proyek C : 𝜎𝑝 =
√30%
22,55%
=
5,477%
= 6,,010%
d) Kesimpulan :
Jadi, melalui “Distribusi Normal” dengan deviasi standar (𝜎)

10. Diketahui:
• Nilai obligasi yang diterbitkan = Rp 100.000.000
• Coupon rate = 10%
• Obligasi akan dibayar setiap semester (setiap 6 bulan)
• Jatuh tempo = 5 tahun
• Tingkat keuntungan (I) = 8%

Ditanya :
a) Hitung nilai obligasi
b) Hitung besarnya coupon yang akan diperoleh selama 5 tahun

Penyelesain :
a) Nilai Obligasi:
C = (10% / 2) × 100.000.000 = Rp 5.000.000
n = jumlah pembayaran obligasi
= 5 tahun × 2 = 10
I (Discount rate) = 8% / 2 = 4% 0,04

PV(Present Value) = 5.000.000 × (1 − (1/1 + 0,04)10) / 0,04 + 100.000.000 /


(1 + 0,04)
= 5.000.000 × (1 – 0,675) / 0,04 + 100.000.000 / (1 + 1,480)
= 5.000.000 × (0,325 / 0,04) + 67.567.567,567
= 5.000.000 × 8,125 + 67.567.567,567
= 40.625.000 + 67.567.567,567
= 108.192.567,567

108.192.567,567
Price = 100.000.000
𝑥 100%
= 1,081
Jadi, nilai obligasi yang akan diperoleh ialah sebesar 1,081% atau sebesar Rp
108.192.567,000 (dilakukan pembulatan pada koma dibelakang)
b) Menghitung besarnya coupon yang akan diperoleh Ibu Dewi sebagai bondholder
selama 5 tahun :
C = (10% / 2) × Rp. 100.000.000
= Rp. 5.000.000
PVIF = 1 / (1 + r)n
= 1 / (1 + 0.05)10
= 0,6139
= 5.000.000 × 0,6139
= 3.089.500
Jadi coupon yang akan di peroleh bendholder selama 5 tahun adalah Rp. 3.089.500.

Anda mungkin juga menyukai