Bab I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah bangsa yang kompetisi etnisnya sangat beragam. Begitu

pula dengan agama, aliran kepercayaan, bahasa, adat istiadat, orientasi kultur

kedaerahan serta pandangan hidupnya. Jika diurai lebih ternci, bangsa

Indonesia memiliki talenta, watak, karakter, hobi, tingkat pendidikan, warna

kulit, status ekonomi, kelas sosial, pangkat dan kedudukan, varian

keberagamaan, cita-cita, perspektif, orientasi hidup.

Tingginya pluralisme bangsa Indonesia membuat potensi konflik bangsa

Indonesia juga tinggi. Potensi perpecahan dan kesalahpahaman juga tinggi.

Baik konflik dalam skala kecil maupun besar. Dalam skala kecil, konflik

tercermin pada komunikasi yang tidak tersambung atau tidak berjalan

sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan rasa tersinggung, marah,

frusatasi, kecewa, dongkol, bingung, bertanya-tanya dan lain-lain. Sementara

itu konflik dalam skala besar mewujud dalam, misalnya kerusuhan sosial,

kekacauan multi budaya, perseturuan antar ras, etnis, dan agama dan lain-

lain.1

Setiap masyarakat selalu menghadapi persoalan bagaimana meneruskan

peranan sosial yang telah dibangun dan diwariskan pada generasi berikunya.

Proses ini disebut sosialisasi. Dalam sosialisasi, setiap makna dari proses

1
Riuh Beranda Satu : Peta Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia, (Jakarta: Depag
RI, 2003), hal. 1.

1
2

sosial perlu ditafsirkan sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh

individu.2

Manusia dengan wujudnya berbangsa-bangsa dan bergolongan-golangan

ini merupakan sumbangan yang tak ternilai baginya dalam mempelajari

dirinya sendiri sehingga melahirkan berbagai ilmu pengetahuan yang

berfaedah, seperti: antropologi, sosiologi, sejarah, kebudayaan, bahasa,

politik dan lain-lain. Dengan ilmu-ilmu ini akan memudahkan bagi manusia

itu sendiri dalam membina dan memelihara hubungan antar sesamanya, baik

amtara golongan, dalam bermassyarakat maupun antar bangsa ditingkat

internasional. Hubungan ini dikonkritkan dengan berbagai aktifitas yang pada

hakekatnya untuk memenuhi kebutuhan masing-masing. Tepat sekali

dikatakan, bahwa hidup bersama mutlak perlu bagi manusia dalam

mempertahankan hidupnya, baik secara sendiri-sendiri, secara berkelompok

maupun secara berbangsa.

Dalam kelompok manusia membentuk dan menentukan corak

masyarakat yang dikehendaki. Agar bentuk dan corak yang dikehendaki dapat

terwujud, setiap golongan hendaklah memelihara kebaragaman ini. Karena

keberagaman ini merupakan kenyataan yang telah ditetapkan oleh Yang

Punya semesta alam ini. Tapi bila ada yang menolak, ia akan menemui

kesulitan, karena berhadapan dengan kenyataan itu sendiri.3 Manusia dengan

keterbatasannya mempunyai masalah yang serba kompleks dan penuh

dinamik dalam menjalin interaksi sosial. Dalam memelihara keharmonisan


2
Beni Ahmad Saebeni, Sosiologi Agama, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), hal. 3.
3
Husin Said Agil Al Munawar, Fikih Hubungan Antar Agama, (Jakarta: Ciputat Press,
2005 ), hal.2-3.
3

hubungan antara sesamanya belum tentu berjalan lancar. Untuk memelihara

keharmonisan hubungan ini, Tuhan menurunkan agama yang mengandung

pedoman dasar dalam mengatur hubungan antara sesama manusia itu sendiri.

Mewujudkan kerukunan dan toleransi dalam pergaulan hidup antar umat

beragama merupakan bagian usaha menciptakan kemaslahatan umum serta

kelancaran hubungan antara manusia yang berlainan agama, sehingga setiap

golongan antar umat beragama dapat melaksanakan bagian dari tuntutan

agama masing-masing.

Kerukunan yang berpegang kepada prinsip masing-masing agama

menjadi setiap golongan antar umat beragama sebagai golongan terbuka,

sehingga memungkinkan dan memudahkan untuk saling berhubungan. Bila

anggota dari suatu golongan umat beragama telah berhubungan baik dengan

anggota dari golongan agama-agama lain, akan terbuka kemungkinan untuk

mengembangkan hubungan dalam berbagai bentuk kerjasama dalam

bermasyarakat dan bernegara.

Agama merupakan sebuah sistem keyakinan yang berisikan suatu ajaran

dan petunjuk bagi para penganutnya supaya selamat (dari api neraka) dalam

kehidupan setelah mati. Begitu juga agama sebagai suatu sarana manusia

untuk melakukan hubungan/komunikasi dari agama yang satu kepada agama

yang lainnya. Negara Indonesia ini telah memberikan kebebasan untuk

memilih/memeluk agama yang merupakan wujud dari terselenggaranya

demokrasi dan hidup saling menghormati satu dengan yang lainnya.


4

Harus diakui pada mulanya agama-agama selain Islam seperti yahudi dan

Nasrani berasal dari Tuhan, namun dalam perjalanan seejarahnya agama-

agama tersebut sudah tidak memelihara lagi kemurniannya. Islam tidak

mengingkari kebenaran–kebenaran agama-agama lain, akan tetapi

menyatakan bahwa pengikut–pengikutnya yang terkemudian telah

memalsukan kebenaran tersebut dengan ide–ide mereka sendiri. Dalam ajaran

Nasrani yang dibawa oleh Nabi Isa as. misalnya, pada mulanya agama ini

mengakui bahwa yang wajib disembah hanyalah Allah. Namun dalam

perkembangan selanjutnya mereka mengganti Tuhannya dengan doktrin

Trinitas (tuhan dalam tiga dimensi: Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Roh

Kudus). Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa orang yang membuat dan

mengakui doktrin tersebut sebagai kafir. Karena itulah Allah mengutus

Rasulullah Muhammad SAW. untuk mensucikan kembali agama–agamNya.

Masing–masing agama sebelum Islam memperlihatkan aspek–aspek tertentu

dari kebutuhan yang sama, tetapi dengan penekanan yang berbeda sesuai

dengan kebutuhan manusia pada massanya, atau dengan rasnya. Islamlah

agama yang diperuntukkan bagi seluruh manusia dengan manifestasi

kebenaran yang paling menyeluruh, serta memberikan metode yang lengkap

dan keseimbangan yang sempurna.4

Rasa kesadaranlah yang mampu memberikan solusi dalam diri manusia

dalam kehidupan beragama. Jadi, rasa saling butuhlah yang tidak

4
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006 ),
hal. 97.
5

mempermasalahkan suatu agama satu sama lain dan secara sosiologis

masalah ini tidak terelakkan.

Karakteritik ajaran Islam dapat dilihat dari ajarannya di bidang sosial.

Ajaran Islam sebagaimana telah disebutkan di atas pada akhirnya ditujukan

untuk kesejahteraan manusia. Namun khusus dalam bidang sosial ini Islam

menjunjung tinggi tolong–menolong, saling menasehati tentang hak dan

kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat), tenggang rasa dan

kebersamaan. Ukuran ketinggian derajat manusia dalam pandangan Islam

bukan ditentukan oleh nenek moyangnya, kebangsannya, warna kulit, bahasa,

jenis kelamin dan lain sebagainya yang berbau rasialis. Kualitas dan

ketinggian derajat seseorang ditentukan oleh ketakwaannya yang ditunjukkan

oleh prestasi kerjanya yang bermnafaat bagi manusia. Atas dasar ukuran ini,

maka dalam Islam semua orang memiliki kesempatan yang sama.5

Berdasarkan observasi awal di Dusun Trenceng, Desa Mrican, Ponorogo

ditemukan beberapa hal sebagai berikut; (1) dusun Trenceng Desa Mrican

Ponorogo merupakan dusun kecil yang berada di daerah Ponorogo wilayah

Jenangan, dimana masyarakat dusun Trenceng bukan semuanya dari agama

Islam, namun sebagian masyarakat Trenceng memeluk agama Kristen, (2)

jumlah penduduk dusun Trenceng yang memeluk agama Islam lebih dominan

dengan persentase, agama Islam (70%) dan agama Kristen (30%), Contoh

dari bentuk toleransi yang ada di dalam masyarakat dusun Trenceng antara

lain (1) dalam hal kenduri, bahkan dalam hal kenduri pun sebagian dari

5
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003 ) hal.
88.
6

pemeluk agama Kristen pun diundang dan hadir dalam acara tersebut. (2)

silaturrahmi, menurut kepala desa setempat ketika ada acara pertemuan, hari

raya umat Islam dan hari raya Kristen warga kompak merayaan acara

tersebut, bahkan dalam acara hari raya idul fitri pun orang Kristen

bersilaturrahmi ke umat Islam. Walaupun mereka berbeda agama akan tetapi

kerukunan mereka sangat erat. Dampak dari toleransi beragama bagi umat

muslim yaitu semakin meningkatnya keimanan umat muslim dan kegiatan

pendidikan, misalnya di lembaga pendidikan Diniyah.

Sementara ada fakta lain unik yang lain terkait dengan pola hubungan

sosial kemasyarakatan di desa ini, antaranya masyarakat Trenceng ketika

orang Islam punya hajat terkadang orang Kristen yang membacakan doa,

selain itu mereka juga ikut acara Yasinan ketika ada seorang umat Islam yang

meninggal sedangakan akidah mereka sudah berbeda. Sebaliknya ketika

orang Kristen merayakan hari raya umat Kristen sebagian dari umat Islam

pun ikut dalam acara tersebut.

Faktor yang lain menunjukkan bahwa “pada tahun 2015 terdapat 7 orang

Kristen yang masuk agama Islam dengan alasan pernikahan dan pemahaman

agama sehingga ingin masuk agama Islam, hampir setiap tahun ada orang

Kristen yang masuk agama Islam. Ketika hari raya Natal para perangkat desa

diundang untuk menghadiri acara Natal, akan tetapi mereka tetap yakin

dengan akidah sendiri meski menghadiri undangan tersebut, meyakini bahwa:


7

ibadah mereka salah, hukum yang berlaku di agama Kristen sangat bebas,

tidak ada larangan makanan sama sekali”.6

B. Fokus Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah hanya mengenai

dampak toleransi antar umat beragama dan dampaknya terhadap

perkembangan pendidikan Islam, pada aspek akidah, ibadah dan akhlaq. Pada

aspek aqidah terutama terkait dengan peningkatan keimanan umat Islam

dengan adanya toleransi beragama. Aspek ibadah, terkait dengan peningkatan

ibadah wajib, misalnya salat lima waktu. Aspek akhlaq, sikap sopan santun

dalam bermasyarakat baik terhadap muslim maupun terhadap Kristen yang

berada di Dusun Trenceng Desa Mrican Kecamatan Jenangan Ponorogo.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana toleransi antar umat beragama di dusun Trenceng ?

2. Bagaimana dampak toleransi terhadap perkembangan pendidikan

Islam di dusun Trenceng ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti menuliskan tujuan

penelitian sebagai berikut:

6
Hasil wawancara dengan kepala dusun Trenceng Bapak Bandi
8

1. Untuk mengetahui toleransi antar umat beragama di dusun Trenceng.

2. Untuk mengetahui dampak toleransi terhadap perkembangan

pendidikan Islam di dusun Trenceng.

E. Manfaat Penelitian

Studi ini diharapkan memberikan manfaat dalam dua aspek, secara

teoriris maupun secara praktis seperti berikut.

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan

khazanah ilmu pengetahuan, terutama terkait dengan toleransi antar

umat beragama.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini memberikan manfaat sebagai

berikut:

a. Masyarakat Trenceng

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai wacana bagi massyarakat

Dusun Trenceng dalam memahami makna toleransi antar umat

beragama.

b. Pemerintah Desa

Hasil penelitian ini diharapkan agar toleransi agama ini dapat

bertahan sehingga kerukunan antar umat beragama dapat

dipertahankan.
9

c. Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah

daerah dan masukan dalam hal merumuskan kebijakan yang

lebih baik dalam bidang toleransi antar umat beragama.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan skripsi maka penulis menggunakan

pembahasan sebagai berikut :

BAB I merupakan pendahuluan merupakan landasan dasar bagi

keseluruhan isi penelitian, yang berisi latar belakang masalah, pembatasan

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian.

Bab II berisi tinjauan pustaka dan landasan teori bab ini berfungsi untuk

mengetengahkan kerangka awal teori yang digunakan sebagai landasan

melakukan penelitian dampak toleransi antar umat beragama terhadap

perkembangan pedidikan Islam di Dusun Trenceng Desa Mrican Kecamatan

Jenangan Ponorogo.

Bab III tentang metode penelitian yang meliputi : prosedur penelitian,

lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis

data, dan teknik keabsahan data.

Bab IV berisi latar belakang objek, penyajian data, analisis data dan

pembahasan hasil penelitian tentang dampak toleransi antar umat beragama

terhadap perkembangan pendidikan Islam di dusun Trenceng desa Mrican

kecamatan Jenangan Ponorogo.


10

Bab V berisi penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan yang di

dalamnya berisi dan saran, bertujuan untuk memudahkan pembaca untuk

mengambil intisari dari skripsi yang ditulis oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai