Adoc - Pub Pendidikan Agama Kristen

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 47

0

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

PROGRAM DIPLOMA 3 (D-3)

Disusun oleh:
Pdt. Freddy Siagian, M.Th /
Susilawati Ginting, S.Th

AKADEMI MARITIM CIREBON (AMC)


CIREBON 2016 / 2017
(Jl. Dukuh Semar no. 1 Kel. Harjamukti- Cirebon- Jawa Barat )
1

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

Gambaran Umum:
Maksud dan Tujuan Pendidikan Nasional, khususnya Mata Kuliah Pendidikan Agama
Kristen, adalah mendidik mahasiswa agar beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, serta dapat menghayati imannya dalam konteks kehidupan bergereja,
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Dalam kaitan dengan hal tersebut, maka materi
perkuliahan Pendidikan Agama Kristen yang diberikan pada semester pertama adalah
berkisar tentang: Realitas Sosial dan Hakikat Agama, Dasar-dasar Agama Kristen, Dasar-
dasar iman Kristen, Dialog Antar Umat Beragama dalam masyarakat majemuk di Indonesia.

Kompetensi:
Setelah mengikuti Mata Kuliah ini, mahasiswa diharapkan:
1. Mampu menyadari konteks dan realitas sosial di mana agama-agama tumbuh dan
berkembang.
2. Memiliki konsep dan pemahaman yang benar tentang dasar-dasar agama Kristen.
3. Memahami, meyakini dan menghayati dasar-dasar iman Kristen, dalam kehidupan
bergereja, bermasyarakat dan bernegara.
4. Memiliki pemahaman tentang pentingnya dialog antar umat beragama dalam masyarakat
majemuk, seperti di Indonesia.

Alokasi Waktu:
Perkuliahan dilaksanakan dalam 16 pertemuan tatap muka efektif, dan masing-masing
pertemuan 2 sks dengan rincian sebagai berikut:

Minggu ke-1 : Realitas Sosial Indonesia: Konteks kehadiran agama-agama.


Minggu ke-2 : Hakikat Agama dan Pelembagaan Agama.
Minggu ke-3 : Memperkenalkan Agama Kristen.
Minggu ke-4 : Kelahiran dan Karya Kristus.
Minggu ke-5 : Kematian dan kebangkitan Kristus.
Minggu ke-6 : Kemunculan Agama Kristen.
Minggu ke-7 : Hambatan dan Perkembangan Agama Kristen.
Minggu ke-8 : Konsep tentang Gereja.
Minggu ke-9 : UTS
Minggu ke-10: Pemahaman tentang Tritunggal.
Minggu ke-11 : Konsep tentang Dosa.
Minggu ke-12 : Konsep Tentang Keselamatan.
Minggu ke 13 : Dialog Antar Umat Beragama.
Minggu ke-14 : Arti dan Tujuan Dialog.
Minggu ke-15 : Jenis, Bentuk, dan Prinsip-prinsip dalam Dialog.
Minggu ke-16: UAS
2

Penilaian:
Alat Penilaian berbentuk Praktikum, Lisan, Tulisan.
Terdapat empat komponen dalam penilaian:

1. Tugas : 40 %
2. UTS : 20 %
3. UAS : 40 %

Media dan Sumber:


Pdt. Fereddy Siagian, M.Th
Media : LCD, Laptop, Papan Tulis.

Sumber yang digunakan:


1. Alkitab, LAI, Jakarta.
2. A. Yewangoe, (2002), Iman, Agama dan Masyarakat, dalam Negara Pancasila, BPK,
Gunung Mulia, Jakarta.
3. Abdul Kholik, (2007), Dialog Kristen-Islam: Menuju Hidup Bersama, Forlog,
Banjarmasin.
4. Banawiratma, Kristologi dan Allah Tritunggal, (1986), Kanisius, Yogjakarta.
5. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
6. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
7. Gerrit Singgih, (2004), Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks Awal
8. Milinium III, BPK, Gunung Mulia, Jakarta.
9. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
10. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.
11. Jan Aritonang, (1994), Katekismus Martin Luther, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
12. Jan Aritonang, (2005), Sejarah Perjumpaan Islam dan Kristen di Indonesia, BPK, Gunung
Mulia, Jakarta.
13. Judo Poerwowidagdo, (1999), Empowring for Reconciliation, Duta Wacana University
Press, Yogjakarta.
14. Marko Mahin dan Tulus Tu’u, (2008), Mengasihi Tuhan dan Sesama, STT-GKE,
Banjarmasin.
15. Paulus Ajong (2006), Menguak Bara Dalam Sekam: Membangun Relasi Positif, Thesis,
UKDW, Yogjakarta.
16. Riemer, (1998), Ajarlah Mereka, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.
17. Internet: website/artikel,dll.
18. Tim Balitbang PGI (2003). Meretas jalan Teologi Agama-agama di Indonesia. BPK
Gunung Mulia. Jakarta.
3

REALITAS SOSIAL INDONESIA SEBAGAI KONTEKS KEHADIRAN


AGAMA-AGAMA

Kompetensi : Memahami dan menyadari Kenyataan dan Konteks Indonesia tempat agama-
agama berkembang.

Sub Kompetensi:
1. Mampu menyadari konteks di mana agama-agama ada.
2. Menerima dan menghargai keragaman yang ada.
3. Menyadari adanya hak dan kewajiban yang sama.
4. Dapat menjauhi Sikap Eksklusifisme, fanatisme, radikalisme dalam beragama.

Bahan Ajar:
A. INDONESIA NEGARA YANG PLURAL
Indonesia adalah negara yang pluralistik; plural secara budaya, etnik, dan tentu saja
agama. Itu berarti peran etnik dan agama di Indonesia sangat menentukan bagi masa depan
bangsa ini. Apakah Indonesia dapat tetap utuh sebagai negara kesatuan republik Indonesia
yang membangun kehidupan sejahtera, adil, makmur berdasarkan Pancasila, salah satunya
sangat tergantung dari peran agama-agama.
Agama dengan sendirinya dihubungkan dengan yang suci, baik hati, berbelas kasih,
damai. Namun, dalam kenyataan, kita mengamati bahwa dalam banyak tindak kekerasan,
terorisme, dan konflik berdarah, agama adalah salah satu yang terlibat di dalamnya. Oleh
karena itu, agama-agama yang ada di Indonesia, harus menyadari konteksnya, dimana ia
ditempatkan dan berada, yakni di bumi Indonesia yang ciri khas mendasar, yang tidak dapat
ditolak oleh siapapun adalah pluralitas, termasuk pluralitas dalam agama. Negatif atau positif
peran agama-agama sangat menentukan kesatuan, keutuhan negara kesatuan Republik
Indonesia ini.
Ciri sekaligus sifat kepelbagaian tersebut, sebagai fakta sejarah kemudian disatukan
menjadi negara kesatuan dengan dasar negara Pancasila, dengan lambang Garuda lengkap
dengan motto Bhinneka Tunggal Ika, artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Pancasila
sebagai ideologi negara merupakan payung sekaligus dasar bagi bangsa yang masyarakatnya
majemuk dalam hal agama.
4

1. Masalah hubungan antar umat beragama di Indonesia.


Hubungan antar umat beragama di Indonesia mengalami pasang-surut. Tidak jarang
terjadinya konflik – bahkan pertikaian berdarah yang bermuatan agama atau antar agama,
terutama antara Kristen dan Islam.
Menurut Martin L. Sinaga, ada dua penyebab ketegangan antar agama, yakni:
teologis dan non teologis. Menurut J. Aritonang; secara teologis, ada beberapa hal menjadi
penyebab ketegangan:
a. Klaim-klaim kebenaran mutlak (absolute truth claim). Setiap agama mengimani
agamanya sebagai yang benar. Namun, ketika penafsiran-penafsiran tertentu terhadap
klaim-klaim kebenaran dipandang dan dipahami secara literal, dan sebagai satu-satunya
kebenaran yang menuntut keseragaman dari agama lain, agama bisa menjadi jahat.
b. Klaim kebenaran mutlak bukan hanya mengakibatkan terjadinya abuse (penyalahgunaan)
terhadap kitab suci, tetapi juga mendorong munculnya semangat misionaris yang
berlebihan, dengan menggunakan segala cara demi atas nama “menyelamatkan orang-
orang berdosa”, baik di Lingkungan agama sendiri maupun dengan pemeluk agama lain.
c. Perjumpaan bisa lebih keras terjadi, jika diikuti dengan declaration of holy war, untuk
mencapai agenda-agenda dan tujuan yang dianggap bertentangan dengan kesucian
agamanya.
d. Di Indonesia, menurut Azyumardi Azra3, ketegangan antar agama bersumber dari: 1).
Tulisan-tulisan yang diterbitkan oleh kalangan pihak agama tertentu tentang agama lain
yang dipandang para pemeluknya tidak sesuai dengan apa yang mereka imani, karena itu
dianggap mencemarkan, menodai kesucian agama mereka. 2). Usaha Penyebaran agama
secara agresif. 3). Penggunaan rumah sebagai tempat ibadah, atau mendirikan tempat
ibadah di lingkungan masyarakat penganut agama tertentu. 4). Penerapan peraturan
Pemerintah yang dianggap diskriminatif terhadap agama tertentu. 5). Kecurigaan timbal-
balik berkenaan dengan posisi agama dan peranan agama dalam negara-bangsa Indonesia.
e. Secara non Teologis, bisa saja persoalan sosiologis, ekonomi, politik kemudian
menjadikan agama sebagai tunggangan untuk kepentingan tertentu.
Para Penganut agama-agama yang ada di Indonesia, harus menyadari, realita
kemajemukan serta potensi bahaya jika masing-masing hanya mementingkan kepentingan
agamanya sendiri dan mengabaikan kepentingan kelompok lainnya.
Menurut Durkheima, agama merupakan sarana untuk memperkuat kesadaran kolektif
yang diwujudkan melalui upacara-upacara dan ritus-ritusnya. Namun, apabila kekuatan itu
5

tidak dapat dikendalikan, akan menimbulkan bahaya konflik yang berkepanjangan dan bisa
mengakibatkan disintergrasi sosial. Oleh karena itu, kerukunan antar umat beragama adalah
sesuatu yang sangat didambakan, tetapi sekaligus juga membutuhkan perjuangan berat untuk
mencapainya.

2. Mayoritas dan Minoritas dalam Pluralitas.


Istilah mayoritas berasal bahasa Latin, maior / magnus yang artinya: banyak, besar,
sedangkan minoritas berasal dari kata minou/parpus artinya berkurang, kecil, sedikit. Dalam
hubungan negara kesatuan Republik Indonesia yang majemuk, ada bahaya dari penggunaan
istilah mayoritas dan minoritas. Bahaya itu akan muncul, apabila kelompok mayoritas
disemangati fanatisme sempit, sehingga mengakibat sikap superioritas, semena-mena
terhadap kelompok minoritas. Sebaliknya kelompok minoritas enggan terhadap mayoritas.
Hubungan mayoritas-minoritas di negara Pancasila, harus mementingkan kesamaan
kedudukan, dan menjauhi sikap pertentangan. Baik mayoritas maupun minoritas harus bisa
mencegah tuntutan-tuntutan yang berlebihan dari masing-masing pihak dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Mengembangkan Sikap Pluralisme


Hidup di tengah masyarakat yang majemuk, semua penganut agama-agama, perlu
menumbuhkan sikap beragama yang pluralisme. Pluralisme dalam agama, adalah paham
yang mengakui atau menerima bahwa semua agama pada dasarnya memiliki kebenaran yang
sama (dapat saling melengkapi) karena berasal dari sumber yang sama yaitu Tuhan Yang
Maha Esa (Roma 10:4-13). Tidak ada agama yang bersifat universal. Hal itu memungkinkan
bahwa masalah keselamatan bukan hanya monopoli agama tertentu, melainkan kewenangan
Allah yang universal.
Agama-agama yang ada hendaknya berperan besar dalam rangka pembangunan
nasional sebagai faktor motivatif, kreatif, inovatif dan integratif, sublimatif (penghayatan)
dan sumber inspirasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara konstitusi, negara
Indonesia menjamin kebebasan beragama. UUD 1945, pasal 29: negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama dan kepercayaannya masingmasing,
dan beribadat menurut agama dan keprcayaanya itu. Oleh karena itu, menjadi masalah
apabila salah satu agama dijadikan dasar kehidupan sosial. Kedudukan agama lain akan
tersingkir atau bahkan akan ditiadakan. Akibatnya muncul diskriminasi agama, atau
6

ungkapan “kafir” terhadap agama lain. Kecenderungan ini berlaku pada agama apapun,
apabila agama dipahami secara ekslusif dan tertutup.

SUMBER –SUMBER:
1. Nats Alkitab: Mazmur 145:9a.
2. A.A. Yewangoe. (2002). Iman, Agama, Masyarakat dalam Negara pancasila. BPK.
Gunung Mulia. Jakarta.
3. Brotosudarmo. (2009). Pendidikan Agama Kristen Untuk Perguruan Tinggi. Andi.
Yogjakarta.
4. Jan Aritonang. (2005). Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia. BPK
Gunung Mulia. Jakarta.
5. Tim Balitbang PGI. (2003). Meretas Jalan Teologi Agama-agama di Indonesia. BPK
Gunung Mulia. Jakarta.
6. Gerit Singgih. (2002). Iman, Politik dalm Era Reformasi. BPK Gunung Mulia.
Jakarta.
7

HAKIKAT AGAMA DAN PELEMBAGAAN AGAMA.

Kompetensi : Mahasiswa mampu memahami tentang Pengertian, Konsep, Teori dan Manfaat
dari agama bagi kehidupan manusia.

Sub Kompetensi :
1. Mengerti tentang definisi agama.
2. Mengerti agama lapis atas
3. Mengerti agama lapis bawah
4. Mengerti manfaat agama bagi kehidupannya.
5. Memahami pentingnya pengorganisasian agama.

Bahan Ajar:
A. PENGERTIAN DAN ISTILAH AGAMA.
Dalam bahasa Sansekerta, agama berasal dari istilah “gama” yang artinya jalan atau
tindakan atau keberangkatan. Agama juga berarti ilmu atau pengetahuan atau pelajaran atau
norma atau hukum. Agama adalah suatu jalan atau tindakan praktis yang berkaitan dengan
ajaran suatu pengetahuan atau ilmu.
Dalam bahasa Latin dikenal dengan istilah “religio” yang artinya mengikat,
menambat, menjalin, menganyam. Istilah religio berhubungan dengan hati nurani, batin,
perasaan, dan keyakinan. Agama adalah seseorang yang dengan sadar, mengikatkan atau
menyangkutkan dirinya dengan Yang Maha Kuasa. Bahasa Latin ini kemudian diterjemahkan
dalam bahasa Inggris menjadi religion. Namun religion lebih dikaitkan dengan arti tabu,
larangan, pantangan yakni pengekangan diri, pengendalian diri dalam kaitannya dengan suatu
sistem kepercayaan, ibadah.

B. ASAL-USUL AGAMA
Manusia adalah mahkluk kodrati dan adikodrati. Secara kodrati, manusia selalu
berjuang untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Secara adikodrati, manusia selalu
berjuang berhubungan dan mencari Yang Mutlak yaitu Tuhan. ada beberapa teori tentang
kemunculan agama, seperti:
8

a. E.B. Tylor. Ia mengatakan bahwa agama tertua di muka bumi ini adalah animisme.
Yaitu kepercayaan akan adanya mahkluk halus atau roh-roh yang mendiami alam
semesta ini. Fenomena ini merupakan bentuk awal dari agama.
b. R.R. Marret. Ia mengatakan bahwa agama tertua ada pra-anismisme yaitu dynamisme.
Manusia merasa rendah diri, dan takut akan gejala-gejala alam, benda-benda gaib.
c. W. Schmidt. Ia mengemukakan bahwa, agama asli adalah pra animisme bukan
dynamisme, melainkan monotheisme, yaitu kepercayaan terhadap satu oknum atau zat
tertinggi, Ilahi.
d. Jhon Calvin dan Agustinus. (Tokoh Reformasi Gereja). Mereka mengemukakan,
bahwa agama adalah semen religionis, artinya dalam diri setiap manusia terdapat
perasaan ingin berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Manusia selalu cenderung
ingin mencari Tuhan. Dalam diri manusia terdapat perasaan yang suci untuk
mengenal dan mencari Tuhan.
Dari berbagai pendapat di atas, agama terbagi menjadi dua lapis, yakni agama lapis
atas dan agama lapis bawah. Agama lapis atas, adalah agama yang dinyatakan melalui
pewahyuan (revealed religion). Dalam bahasa Ibrani disebut syamayim, artinya langit, sorga,
atas, tinggi. Agama yang diwahyukan oleh Tuhan dari sorga. Agama samawi meliputi, agama
Yahudi, agama Kristen dan agama Islam. Agama-agama samawi adalah agama monoteisme,
yaitu percaya pada satu Tuhan. Agama lapis bawah, didasarkan pada penghayatan adanya
Yang Maha Kuasa melalui ciptaan yang ada, yakni segala mahkluk, roh, benda di alam raya.
Dari pengertian ini muncul apa yang disebut agama alamiah. Yang meliputi: animisme:
kepercayaan bahwa dalam dunia ini adanya roh-roh berkuasa. Roh orang mati, roh gaib.
Dynamisme, kepercayaan tentang adanya roh-roh yang menghuni benda-benda tertentu,
seperti keris, tempayan, pohon, batu, gunung, dll. Polyteisme, kepercayaan kepada ada
banyak tuhan.

C. HAKIKAT, SIFAT DAN MANFAAT AGAMA.


Ketika berbicara tentang agama, kita dapat mengatakan bahwa yang membedakan
manusia dengan binatang adalah agama. Manusia mengenal agama sedangkan binatang tidak
mengenal agama. Kemunculan agama hampir seumur kehadiran manusia. Sejak awal
manusia ada, sudah terikat pada praktek agama. Itu berarti agama sangat mempengaruhi pola
hidup manusia, mengarahkan manusia, dan memberi warna hidup manusia dalam berbudaya
secara universal.
9

Emille Durkheim, mengatakan agama adalah fakta sosial yang obyektif dan
merupakan fenomena otonomi. Objektifitas meliputi 3 karakter: Pertama, agama mempunyai
sifat pewarisan, kedua, dalam masyarakat tertutup, agama bersifat umum, kolektif. Ketiga,
agama merupakan kewajiban, meskipun tidak ada paksaan.

D. PROSES PELEMBAGAAN AGAMA.


Dalam kehidupan manusia terdapat dua lapis kehidupan, yaitu kehidupan duniawi
(profane) dan kehidupan rohani (supranatura). Dua lapis ini sangat berbeda, namun sangat
berkaitan, saling mempengaruhi. Itulah sebabnya manusia selain mencari sesuatu yang
jasmani tetapi juga sesuatu yang supranatural. Semuanya itu dalam rangka pencarian makna
hidup.
Agama adalah pencarian manusia akan Yang Suci. Pencarian akan Yang Ilahi ditandai
dengan simbol-simbol seperti hormat dan kagum kepada “yang luar biasa”. Perkembangan
dari sikap hormat dan kagum ini berkembang menjadi ibadah. Kemudian muncullah
seperangkat praktek-praktek; lahirlah teologi, serta organisasi keagamaan.
Proses pelembagaan suatu agama terjadi dari pengalaman perorangan yang tersebar
secara tradisional, yakni pribadi-keluarga-komunitas desa. Terjadinya pelembagaan-
pelembagaan secara profesional, muncul tokoh, bentuk organisasi, pembagian tugas.

Sumber-sumber:
1. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
4. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.

Evaluasi :
1) Apa yang membedakan manusia dengan binatang dalam kaitan dengan agama?
2) Bagaimana proses kemunculan agama-agama?
3) Jelaskan istilah agama ditinjau dari bahasa Sansekerta, Latin, Arab, dll?
4) Jhon Calvin dan Augustus mendefenisikan agama seperti apa?
5) Apa saja manfaat dari agama dalam kehidupan seseorang?
6) Mengapa manusia merasa perlu beragama?
7) Mengapa agama membutuhkan pengorganisasian?
10

MEMPERKENALKAN AGAMA KRISTEN

Kompetensi : Mahasiswa mampu memahami tentang Pengertian, konsep, munculnya


agama Kristen

Sub Kompetensi :
1. Mengerti apa itu agama Kristen.
2. Mengerti bahwa Alkitab sumber ajaran agama Kristen.
3. Mengerti Kitab-kitab Perjanjian Lama dan kaitannya dengan Kristus
4. Mengerti kitab-kitab Perjanjian Baru, sebagai Inti Pengajaran Kristus

A. LATAR BELAKANG
1. Berita Alkitab
a. Kitab Perjanjian Lama.
Setelah Tuhan menjadikan langit-bumi dan seisinya, termasuk manusia,
muncullah
peristiwa yang menjadi asal dari segala penderitaan, yakni manusia memberontak
terhadap
Tuhan, yaitu tidak mematuhi firman-Nya (Kej. 3). Dosa yang dilakukan manusia,
mengakibatkan bukan hanya tercemarnya manusia di hadapan Tuhan, melainkan juga
putus hubungan manusia dengan Allah. (Kej.3:14-15). Dosa juga berdampak rusaknya
hubungan antar sesama manusia (Kej 4). Dampak dari dosa manusia, adalah manusia
cenderung selalu memberontak dan melanggar hukum, aturan dan ketetapan baik
yang dibuat manusia sendiri, maupun yang ditetapkan oleh Allah.
Dalam kitab Kejadian, Tuhan Allah tidak membiarkan manusia menjadi rusak,
meskipun Tuhan telah menjatuhkan hukuman atas dosa manusia. Allah tetap
menunjukkan kasih setia dan panjang sabar terhadap manusia. Tuhan tidak
membiarkan manusia jatuh dalam kehancuran dan kebinasaan. Dalam hukuman-
hukuman yang ditimpakan kepada manusia, Tuhan selalu saja mengecualikan
beberapa orang, misalnya Nuh dan Lot.
11

Manusia yang jatuh ke dalam dosa berusaha untuk menyelamatkan diri,


namun selalu sia-sia. Allahpun menjanjikan akan mengirim Juruselamat dunia (Kej.
3:15). Sejak itu, orangorang selalu menanti-nantikan Sang Juruselamat yang
dijanjikan itu. Juruselamat itulah yang nantinya akan membebaskan dosa manusia.
Seluruh kitab Perjanjian Lama, dari Kitab Kejadian-Maleakhi, penuh dengan
pengharapan akan datangnya Juruselamat yaitu Mesias (Yes.7:14; bdk Mat.1:23).
Berbagai
nubuatan tentang kelahiran, pekerjaan keselamatan, kematian dan kebangkitan Mesias
digenapi dalam Kitab Perjanjian Baru.
b. Kitab Perjanjian Baru.
Kesaksian dan nubuatan dalam Perjanjian Lama, dinyatakan dan digenapi
dalam Kitab Perjanjian Baru. Janji tentang akan datangnya Mesias dalam Perjanjian
Lama, digenapi dalam Perjanjian Baru. Mesias yang dijanjikan, datang melalui Yesus
Kristus (Lukas, 1:47, 2:11, Yoh.4:42; Kis. 5:31, 1 Yoh. 4:14, Yudas 25). Dengan
kelahiran Yesus Kristus, maka nubuatan dan janji kedatangan Juruselamat untuk
membebaskan dosa manusia terealisasikan. Yesus Kristus menjadi cikal-bakal
munculnya agama Kristen. Yesus Kristus adalah titik temu dari dua pihak. Pihak
manusia berdosa yang berusaha menyelamatkan diri dan mencari Allah, dan pihak
Allah menjumpai manusia melalui Yesus Kristus. Pihak manusia berusaha untuk
mencari keselamatan karena dosa, dan pihak Allah mengutus Juruselamat untuk
menebus dosa dan menyelamatkan manusia dari kebinasaan (Yoh.3:16).

Evaluasi :
1) Mampukah manusia menyelamatkan dirinya sendiri?
2) Mengapa manusia perlu diselamatkan?
3) Siapa yang dimaksud mesias oleh Yesaya?
4) Apakah nubuatan telah tergenapi dengan kelahiran Yesus

Sumber-sumber:
1. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
4. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
12

5. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.

KELAHIRAN DAN KARYA KRISTUS

Kompetensi : Mahasiswa mampu mengerti dan memahami siapa Yesus dan karya-Nya di
tengah-tengah dunia.

Sub Kompetensi :
1. Mampu memahami proses kelahiran Yesus dan perkembanganNya.
2. Mampu mengerti makna dari setiap karya dan pengajaran Yesus.
3. Mampu mengerti alasan Yesus mengumpulkan dan mengutus para murid.

A. KELAHIRAN YESUS KRISTUS


Seluruh isi Perjanjian Baru dikuasai oleh konsep khas, yakni penggenapan. Perjanjian
Baru menggenapi apa yang telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Dalam injil Matius
istilah “Penggenapan” dipakai sebanyak 11 kali (Matius 5:22, 2:15, 17:23, 4:14, 8:17, 13:25,
12:12, 21:4, 26:56, 27:9). Lukas juga menggunakan istilah penggenapan (Luk. 4:21),
Yohanes juga menggunakan istilah genap sebanyak 11 kali (1 Yoh.1:45). Yesus sendiri
mengatakan, “Aku datang untuk menggenapinya” (Matius 5:17). Kedatangan Kristus adalah
bukti janji Allah untuk menyelamatkan manusia (Kejdian 3:15, Galatia 4:4). Dengan
demikian, konsep penggenapan seperti yang sudah dijelaskan di atas, berkaitan dengan waktu
kelahiran Yesus. Kelahiran Yesus didahului dengan adanya pemberitaan Malaikat Gabriel
yang menyatakan diri kepada Maria, dan kepada gembala di padang Efrata (Lukas, 2:8-20).
Maria sangat terkejut karena ia masih perawan, Yusuf tunanganya pun berniat
menceraikannya. Malaikat datang menemui Yusuf dalam mimpi, bahwa anak yang
dikandung Maria adalah dari Roh Kudus, dan hendaklah menamai Dia Yesus. Dengan
demikian, jelas kedatangan Yesus Kristus sudah dipersiapkan secara sistematis. Pribadi yang
menyiapkan adalah Allah sendiri. Tujuannya adalah penebusan dosa dan keselamatan
manusia. Karena Yesus dilahirkan dari Roh Kudus maka Yesus bukan manusia biasa,
melainkan Allah, di sisi lain karena Yesus dilahirkan melalui Maria, maka Yesus adalah juga
manusia. Karena Yesus adalah manusia sejati, maka dosa manusia hanya dapat Ia wakilkan
dan ditebus oleh manusia juga. Karena Yesus adalah Allah yang bisa mengampuni dan
13

menyelamatkan manusia hanya Allah sendiri. Itulah sebabnya di dalam Yesus dosa ditebus
dan diampuni serta ada keselamatan.

B. PEKERJAAN YESUS KRISTUS


(Matius 3:13-17; Markus 1:9-11, Lukas 3:21-22, Yohanes 1:29-34)
1. Pembaptisan Yesus.
Sesudah Yesus berumur 30 tahun, Yesus muncul di depan umum. Dia harus
memenuhi syarat terlebih dahulu yaitu dibaptis. Untuk itu Dia mendatangi Yohanes
Pembaptis. Mula-mula Yohanes menolak, karena ia merasa tidak layak. Namun
karena desakan Yesus, Yohanes bersedia membaptisNya. Sesudah baptisan, turunlah
Roh Kudus atasNya dalam bentuk burung merpati “Engkau inilah Anak-Ku, kepada-
MU Aku berkenan” (Matius 3:16-17). Baptisan Yesus mempunyai dua arti: pertama
untuk memenuhi semua kebenaran (Baptis tanda pembasuhan dosa, Yesus bertugas
untuk memikul dosa dan hukuman dosa atas manusia). Kedua, sebagai penahbisan
Yesus sebagai nabi, Imam dan Raja.
2. Pencobaan Yesus. (Matius 4:1-11, Markus 1: 12-13, Lukas 4: 1-13).
Sesudah dibaptis Yesus digoda oleh iblis. Godaan iblis sangat penting karena
dua alasan: bagi iblis, ingin mencoba mengalahkan Yesus; dengan jalan kompromi
atau damai. Bagi Yesus, permulaan pelayanan sampai akhir Ia harus menang dari
iblis. Ada tiga macam cobaan: agar Yesus mengubah roti menjadi batu, agar Yesus
menjatuhkan diri dari bumbungan Bait Suci, dan Yesus mau menyembah iblis dengan
imbalan memberikan seluruh kerajaan dunia kepada Yesus.
3. Mengumpulkan Para Murid (Matius 4:18-22, Markus 1:16-20, Lukas 5: 1-11,
Yohanes 1:35-51).
Untuk melakukan dan menghadirkan misi Kerajaan Allah, Yesus
mengumpulkan dan mengutus para murid. Semua murid- ini mula-mula diutus kepada
orang Israel atau Yahudi, kemudian kepada seluruh bangsa.
4. Mujizat dalam Karya Yesus.
Pekerjaan Yesus diwarnai berbagai mujizat. Sebagai tanda bahwa Dia adalah
Mesias. Mujizat yang dilakukan Yesus diantaranya; mengubah air menjadi anggur
(Yoh. 2:1-11), menyembuhkan orang lumpuh (Lukas 5:17-26), menyembuh berbagai
macam penyakit, memberi makan 5000 orang hanya dengan 5 roti dan 2 ikan dengan
sisa 12 bakul (Mat. 12:13-21), bahkan menghidupkan orang mati (Lukas 7: 11-17).
14

Mujizat-mujizat yang menyertai karya Yesus, meyakinkan orang bahwa Yesuslah


Nabi, Mesias yang dijanjikan Tuhan. Yesus diyakini akan membebaskan orang Israel
dari belenggu penjajahan baik scara jasmani (membebaskan dari penjajahan Romawi)
maupun penjajahan rohani (iblis).

Evaluasi :
1) Mengapa Yesus disebut anak Allah dan juga disebut anak Manusia?
2) Apa maksud Pencobaan di awal karya Yesus?
3) Apa saja mujizat yang Yesus lakukan?

Sumber-sumber
1. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
4. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
5. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.
6. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
7. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.
Pertemuan ke 5
15

KEMATIAN DAN KEBANGKITAN KRISTUS

Kompetensi : Mahasiswa mampu mengerti dan menghayati, makna dan arti kematian
dan kebangkitan Yesus.

Sub Kompetensi :
1. Mampu memahami rangkaian via dolorosa yang dijalani Yesus.
2. Mampu memahami makna kematian.
3. Mampu memahami kebangkitan mengalahkan kuasa maut.

Bahan Ajara
A. KESENGSARAAN DAN KEMATIAN YESUS
Tanda-tanda kesengsaraan dan kematian Yesus telah nampak dalam hal: Ia
dimuliakan di atas gunung (Mat. 17:1-13, Mrk. 9:2-13, Luk.9:28-36). Untuk menegaskan
bahwa Ia adalah Mesias yang diharapkan manusia. Penyelamatan melalui kesegsaraan dan
kematianNya. Demikian juga saat Ia masuk Yerusalem, menjelang paskah (Mat. 21:1-11,
Lukas 19: 29-38). Yesus Kristus diminyaki (Yoh. 12:1-11) sebagai lambang kematian dan
kebangkitanNya. Yesus sendiri juga sudah menyadari, bahwa Ia akan mengalami sengsara
(Lukas 22: 7-23, Markus 14:17-25, Yohanes, 13:21-30). Ia memimpin perjamuan Kudus,
sebagai tanda untuk mengingat akan Dia. Yesus sempat menghadapi pergumulan menghadapi
kesengsaraan-Nya (Matius 26: 36-46). Pergumulan itu membuat Yesus sangat berduka,
sehingga menetes keringat darah (Lukas 22:44). Setelah itu Yesus ditangkap (Matius 26:47-
56), diadili dihadapan Majelis Bicara Yahudi yaitu Sanhendrin (Yoh 18:12-34), di hadapan
Pontius Pilatus (Mat. 27:11-31. Namun, Pontius Pilatus cuci tangan, karena tidak mendapati
kesalahan apapun. Walaupun demikian, pengadilan rakyat berlangsung, dengan
membebaskan seorang pemberontak, sebagai ganti Yesus Kristus. Rakyat Yahudi
memutuskan, agar Yesus Kristus dihukum mati, sesuai dengan hukum Romawi yakni
disalibkan. Penyaliban Yesus dilaksanakan di bukit Golgota, dengan diapit dua penjahat
lainnya (Mat. 27:32-56, Mrk. 15: 20-41), Lukas 23: 33-49, Yoh. 19:16-30). Di atas salib
Yesus tetulis tiga bahasa, Ibrani, Latin dan Yahudi: Jesus Nasarenus Rex Iudaerum (inilah
16

Raja orang Yahudi). Yesus menghembus nafas terakhir, diakhiri dengan teriakan, Eli,Eli
lama sabaktani: artinya Ya Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku.
Kematian Yesus menimbulkan reaksi dari semesta alam. Pukul 12-13 waktu setempat, terjadi
gerhana total, tirai Bait Suci terbelah, gempa bumi terjadi, kubur-kubur orang mati terbuka.
Dengan tanda-tanda itu, komandan Romawi mengakui bahwa Yesus benar-benar Anak Allah
(Mat. 27:54, Luk. 24:47).Untuk meyakinkan bahwa Yesus telah mati, lambungNya ditikam,
dan mengeluarkan darah dan air, tanda kematian total (Maz. 35:21, Zak.12:10).

B. KEBANGKITAN YESUS
Setelah mati, mayat Yesus diturunkan dan dikuburkan di kuburan milik Yusuf
Arimatea atas izin Pontius Filatus. Karena ketakutan, Sanhendrin, kuburan Yesus disegel batu
besar dan dijaga prajurit Romawi. Ketakutan tersebut atas dasar pernyataan Yesus, bahwa ia
akan bangkit pada hari ke tiga dari antara orang mati.
Pada hari Minggu dini hari, secara faktual Yesus benar-benar bangkit dari kematian.
Batu penutup terguling, para prajurit penjaga ketakutan, menggelepar dan pingsan melihat
kejadian itu (Matius 28:4). Kebangkitan Yesus Kristus menuai pro dan kontra di antara para
murid Yesus sendiri. Namun akhirnya semuanya percaya, karena Yesus sendiri yang berkali-
kali menemui mereka dengan menampakkan diriNya (Mat. 28:1-10, Luk. 24:1-12, 19-35,36-
49, Yoh. 20:1-13,19-31).
Berita kebangkitan Yesus tidak dapat diterima oleh para Imam Yahudi. Mereka
berusaha menyuap para penjaga kuburan, supaya bersaksi, bahwa mayat Yesus telah dicuri
oleh murid-muridNya, ketika tentara tertidur (Mat.28:11-15). Justru berita yang dimanipulasi
inilah yang sampai sekarang membuat banyak orang tidak mempercayai Kebangkitan Yesus.
Evaluasi :
1) Mengapa Yesus tidak membela diri, menolak atau melawan setiap tuduhan yang
dikenakan kepadaNya?
2) Apa arti kematian?
3) Apa arti kebangkitan Yesus bagi kita?

Sumber-sumber
1. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
17

4. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.


5. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.
6. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
7. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.
KEMUNCULAN AGAMA KRISTEN

Kompetensi : Mahasiswa mampu mengerti dan memahami latar belakang, alasan, pendorong
munculnya agama Kristen.

Sub Kompetensi :
1. Mengerti arti dan makna kebangkitan / paskah.
2. Mengerti makna pencurahan Roh Kudus.
3. Mengerti makna harga yang harus dibayar karena mengikuti Kristus.
4. Mengerti apa makna pertobatan.
5. Mengerti perluasan ajaran Kristus

Bahan Ajar:
A. HARI RAYA PASKAH YAHUDI
Paskah berasal dari bahasa Ibrani: Pesakh; melompat dengan satu kaki; Yunani:
paskha, pasca: yang artinya sudah lewat, sudah lalu, sudah lampau. Paskah bagi agama
Yahudi adalah untuk memperingati peristiwa keluarnya bangsa Israel dari perbudakan
Mesir. Peristiwa keluaran tersebut dipimpin Musa. Sebagai peringatan peristiwa keluaran,
orang Israel selalu menyembelih domba. Hal ini berkaitan dengan tulah terakhir kematian
anak sulung yang memaksa Firaun membebaskan orang Israel (Keluaran 11). Kepada orang
Israel haruslah menyembelih domba, dan darahnya haruslah dioleskan pada tiang pintu
supaya terluput dari tulah (Kej 12:7). Malaikat Tuhan melompat dengan satu kaki, dari
rumah ke rumah yang tidak ada olesan darah, dan kepadanya ditimpakan kematian anak
sulung (manusia dan ternak). Setiap tahun orang Israel, selalu memperingati Paskah. Persis
pada peringatan paskah Yahudi, Yesus bangkit dari kematian, yakni hari ketiga setelah
kematianNya.

B. PASKAH / KEBANGKITAN KRISTUS


18

Peristiwa kebangkitan Yesus dari kematian, terjadi pada hari ke tiga, yaitu hari
Minggu subuh, tepat pada hari Paskah. Setelah peristiwa kebangkitan, selama 40 hari Yesus
berkali-kali menampakkan diri kepada murid-muridNya dan orang banyak.
Ada tiga maksud dari penampakan diri Yesus:
1) Tuhan Yesus mengumpulkan kembali para murid dan semua orang percaya yang
tercerai-berai seperti domba kehilangan gembala.
2) Tuhan Yesus menyadarkan mereka, supaya percaya dan beriman kembali.
3) Tuhan Yesus memberikan kuasa dan tugas baru, yakni menjadi saksi kebangkitanNya
(Luk. 24:48) dan memberitakan Injil ke seluruh penjuru dunia (Mat.28:16-20).

C. HARI RAYA PENTAKOSTA.


Istilah Pentakosta: Yunani dari kata Pante artinya 5, pantekonta berarti 50, sedangkan
pantekoste (Pentakosta) adalah hari raya Yahudi pada hari ke 50 setelah hari raya Paskah
Yahudi. Bagi agama Kristen, Pantakosta adalah peringatan akan peristiwa turunnya Roh
Kudus, pencurahan Roh Kudus. Sejak 40 hari Yesus menampakkan diri dan bersama-sama
dengan para murid, Yesus naik ke sorga hari ke 40. Namun sebelum naik ke sorga, Yesus
menjanjikan bahwa 10 hari lagi atau hari ke 50 setelah Yesus bangkit, Ia akan mengirim
seorang Penolong yaitu Roh Kudus (Luk. 24:49). Setelah hari ke 50 sebagaimana janji Yesus
kepada muridNya yaitu mengirim Roh Kudus, terjadilah peristiwa Pentakosta yaitu
pencurahan Roh Kudus atas murid-muridNya.

D. PERTOBATAN SAULUS MENJADI PAULUS


Semula kaum elit agama Yahudi menduga, kematian Yesus akan mampu
menghentikan nama, ajaran dan karya Yesus. Namun, peristiwa kebangkitan membalikkan
semua harapan. Para murid semakin berani dan semangat untuk bersaksi, memberitakan Injil
dan muncullah gereja perdana di Yerusalem. Munculnya gereja perdana di Yerusalem
membuat dan menanamkan kebencian bagi tokoh-tokoh Yahudi, diantaranya Saulus. Saulus
mengejar dan membantai pengikut Kristus yang disebut Kristen, sampai pada akhirnya
Saulus bertemu Tuhan Yesus dan bertobat dan berubah nama menjadi Paulus Penganiayaan
terhadap pengikut Kristus terus berlanjut, dan pengikut Kristus terceraiberai di segala
penjuru. Namun, peristiwa tersebut membuat berita Injil semakin tersebar, dan di manappun
mereka lari dan berada di sanalah mereka bersaksi dan membangun gereja. Gereja semakin
bertumbuh dan bertambah karena penganiayaan.
19

Evaluasi :
1) Apa perbedaan paskah bagi agama Yahudi dan agama Kristen?
2) Apa itu Roh Kudus?
3) Mengapa orang Kristen dianiaya?
4) Apa akibat dari penganiayaan terhadap pernyebaran agama Kristen?

Sumber-sumber
1. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
4. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
5. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.
6. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
7. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.
20

HAMBATAN DAN PERKEMBANGAN AGAMA KRISTEN

Kompetensi : Mahasiswa mampu mengerti dan memahami latar belakang, alasan, pendorong
munculnya agama Kristen.

Sub Kompetensi :
1. Mengerti arti dan makna kebangkitan / paskah.
2. Mengerti makna pencurahan Roh Kudus.
3. Mengerti makna harga yang harus dibayar karena mengikuti Kristus.
4. Mengerti apa makna pertobatan.
5. Mengerti perluasan ajaran Kristus.

A. HAMBATAN DARI AGAMA YAHUDI.


Gereja yang terus bertumbuh membuat iri dan kebencian dari pihak agama Yahudi.
Sebab para Rasul semakin gencar memberitakan tentang Yesus Kristus yang mati lalu
bangkit kembali. Sebagian besar yang menjadi Kristen juga dari kalangan Yahudi. Oleh
karena itu, para tokoh agamawan Yahudi, merasa bahwa fenomena dan kenyataan itu sangat
merugikan agama Yahudi. Ada banyak pemeluk agama Yahudi pindah memeluk agama
Kristen. Sebenarnya, agama Yahudi juga meyakinkan dan berharap akan kedatangan Mesias
sebagai penyelamat bangsa Yahudi dari penjajahan Romawi. Namun, mereka tidak yakin,
jika Yesus adalah Mesias yang dinanti-nantikan itu. Orang Yahudi meyakini, Mesias yang
datang adalah Mesias dalam hal politik. kedatangan Yesus dengan karya-karyanya, kasih,
pertobatan, anti kekerasan, bahkan sering bertentangan dengan para alim-ulama Yahudi
bertolak belakang dengan harapan orang Yahudi.
Kehadiran agama baru, yang bernama Kristen sangat ditentang oleh agama Yahudi.
Untuk menentang dan menghentikan penyebaran dan perluasan agama Kristen dilakukan
pengejaran, penganiayaan dan pembataian terhadap orang Kristen (Kis. 8:1-3, 9:1-2, 22:3
5,26:9-11). Banyak orang Kristen yang menjadi martir, misalnya Stefanus seorang diakoniah
21

gereja perdana (Kis. 7:54-60). Namun, semakin diburu, dikejar, dianiaya dari pihak agama
Yahudi, semua orang percaya semakin berkobar-kobar, semakin bersemangat berskasi
tentang nama Kristus. Seiring pelarian, orang-orang Kristen ke segala arah, gereja semakin
meluas dan menyebar.

B. HAMBATAN DARI PEMERINTAH ROMAWI


Pada mulanya, pemerintah penjajahan Romawi menduga, bahwa agama Kristen
adalah salah satu mazhab, sekte dari agama Yahudi, sehingga orang Kristen dibebaskan
untuk ibadah. Namun, kemudian diketahui bahwa agama Kristen adalah agama baru yang
ditentang agama Yahudi, dan dinilai tidak mau tunduk kepada penjajah Romawi karena
tidak mau menyembah Kaisar, maka orang Kristen dianggap membahayakan negara. Dari
sinilah orang-orang Kristen mendapat hambatan yang sangat hebat, bukan saja dari agama
Yahudi tetapi juga dari penjajah Romawi. Tahun 250 di masa Kaisar Diecletianus
berencana untuk memusnahkan agama Kristen. Penganiayaan yang sangat hebat, tanpa
perikemanusiaan terjadi pada masa Kaisar Nero abat ke 3, tahun 81-86, di bawah Kaisar
Domitianus: adanya larangan terhadap agama Kristen. Barulah di bawah Kaisar Trayanus
(th 98-117) penganiayaan agak berkurang. Sesuadah tahun 250; kedudukan agama
Kristen di kekuasan Romawi masih dicurigai dan masih dianggap musuh negara.
Penganiayaan yang dilakukan kekaisaran Romawi baru berakhir ketika Kaisar
Konstantinus Agung bertahta (th.312-337). Bahkan gereja mendapat pengakuan. Kaisar
Konstantinus, juga mengeluarkan surat perintah, peraturan: 1) warga Romawi bebas
untuk menjadi Kristen, 2) agama Kristen tidak dilarang.3) semua milik gereja yang
sempat dirampas negara harus dikembalikan, semua kebutuhan gereja ditanggung oleh
negara. Kemudian Kaisar Theodosius (380) mengeluarkan perintah: 1) agama Kristen
menjadi agama negara, 2) warga Romawi wajib memeluk agama Kristen, yang disebut
Katolik Roma dan Gereja Ortodoks. Saat itulah gereja meluas ke seluruh penjuru: Asia
kecil, Antiokhia, Sifrus, dan lain-lain. 3. Penyebaran Agama Kristen ke Asia Kecil dan
seluruh Dunia. Perjalanan misi pertama dilakukan oleh: Paulus, Barnabas dan Yohanes:
ke pulau Siprus, Perga, Antiokhia, Ikonium, Listra, Derbe (Kis. 13:1-31). Perjalanan misi
kedua, Paulus dan Silas ditemani Timotius dan Lukas, mengunjungi Tarsus, Derbe,
Listra, Galatia, Troas, Filipi, Tesalonika, Berea, Athena, Korintus, Efesus, Yerusalem dan
kembali ke Antiokhia (Kis. 15:35-18:22). Perjalanan misi ketiga, Paulus mengunjungi
Galatia, Frigia, Efesus, Yunani, Troas, Miletus dan kembali ke Yerusalem. Dalam
22

“Amanat Agung” Matius 28:19-29, Markus 16:14-20, Kisah rasul 1:8, Injil harus
disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia. Semua orang Kristen harus dan wajib
menjalankan amanat agung itu. Gereja tersebar di seluruh penjuru dunia, Eropa, Asia,
Amerika, Afrika, Australia, dan sebagainya. Setiap tempat ada hambatan, dan semakin
dihambat semakin merambat.

Evaluasi :
1) Mengapa orang Kristen ditolak oleh orang Yahudi?
2) Apa maksud penganiayaan yang dilakukan orang Yahudi terhadap Kekristenan?
3) Bagaimana pemahaman Romawi terhadap Kekristenan?
4) Mengapa puncak penganiayaan orang Kristen terjadi di zaman kaisar Nero?
5) Mengapa Kekristenan kemudian menjadi agama negara Romawi?
6) Apa saja kebijakan Kaisar Theodosius yang menguntungkan Kekristenan?

Sumber-sumber
1. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
4. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
5. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.
6. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
7. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.
23

GEREJA

Kompetensi : Mahasiswa mampu mengerti dan memahami latar belakang, konsep dan
wujud dari gereja-gereja yang ada.

Sub Kompetensi :
1. Mampu mengerti konsep, defenisi dan arti dari gereja.
2. Mampu memahami ciri-ciri gereja mula-mula.
3. Mampu mengerti latar belakang gereja terbagi dua.
4. Mampu memahami munculnya aliran-aliran dalam kegerejaan.

A. ISTILAH DAN DEFENISI GEREJA


Kata Gereja dalam bahasa Yunani disebut eklesia, dalam bahasa Latin: ecclesia,
dalam bahasa Portugis: igreja, yang artinya dipanggil keluar untuk menjadi kelompok. Siapa
yang memanggil? Kristus. Gereja berarti, Persekutuan, perkumpulan atau golongan yang
dipanggil keluar oleh Kristus dari kegelapan dosa menuju ke dalam terang yaitu keselamatan
dalam Yesus Kristus. Kehadiran gereja dimulai dengan kehadiran orang-orang percaya
kepada Yesus Kristus pasca kebangkitan Kristus. Orang-orang percaya diutus untuk menjadi
saksi Kristus dan memberitakan Injil Kristus. Dalam “Amanat Agung” (Mat 28:19-29, Mrk
16 :14-20, Kis 1:8), dikatakan bahwa Injil harus disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia.
Injil adalah Kabar Baik tentang keselamatan bagi semua orang. Mandat dari Amanat Agung
memungkinkan penginjilan sampai ke seluruh Eropa, Asia, Afrika, Amerika, Australia dan
ke seluruh dunia. Penyebaran gereja bertumbuh pesat melalui hambatan, tantangan. Semakin
ditentang, dilarang, dikejar, kemanapun orang percaya melarikan diri, di sana akan berdiri
gereja.

B. GEREJA TERBAGI DUA.


24

Pada mulanya, gereja berpusat di Yerusalem. Kemudian pindah ke Antiokhia,


kemudian pindah ke Roma (Italia), pada zaman pemerintah kekaisaran Romawi Raya. Di
Roma, agama Kristen menjadi agama negara. Artinya, setiap warga negara Roma, wajib
memeluk agama Kristen, terutama di masa Pemerintahan Kaisar Konstantinus Agung dan
Kaisar Theodosius Agung. Kekaisaran Romawi Raya saat itu, mempunyai wilayah yang
sangat luas. Oleh karena itu, secara politis dibagi menjadi dua Propinsi, yakni Propinsi Roma
Barat dan Propinsi Roma Timur. Pembagian secara politis, berimbas pada kehidupan
bergereja. Gereja yang berada di Propinsi Roma Barat berpusat di kota Roma, dengan
pemimpin tertinggi disebut Paus. Sedangkan gereja-gereja yang berada di Propinsi Roma
Timur berpusat di Konstantinopolis, yang kemudian disebut gereja Ortodoks Timur, kepala
gereja disebut Patriakh. Gereja Ortodoks di Roma Timur kemudian menyebar ke wilayah
Alexandria, Yunani dan sampai ke Armenia. Sedangkan gereja Roma Barat kemudian
disebut dengan gereja Katolik Roma. Dari Gereja Katolik Roma, kemudian muncullah gereja
reformasi yang disebut Protestan.

C. GEREJA PRA REFORMASI


Pada abad pertengahan, Gereja-gereja di Roma Barat atau disebut Katolik mengalami
goncangan. Goncangan tersebut dalam bentuk kritikan-kritikan terhadap gereja Katolik, dan
semakin gencar tuntutan untuk mereformasi gereja. Ada tiga hal, yang memicu dianggap
perlunya reformasi gereja:
1. Konteks Sosial. Terdapat gerakan pembaharuan, karena ada gejala buruk yang
semakin menonjol dalam kehidupan bergereja.
2. Konteks Politik. Terdapat gejala semakin sekuler kehidupan gerejawi, karena Paus
mengejar dan mengurus pemerintahan dunia.
3. Konteks Ekonomi. Kekayaan duniawi menjadi motivasi dalam kehidupan gerejawi.
Para pemimpin yang sebagian besar pejabat gerejawi semakin terpengaruh motivasi
keduniawian.
Para pengkritik sangat menentang keras, terhadap gereja yang semakin sekuler. Para
pemrotes ini kemudian memiliki motivasi untuk kembali ke Alkitab. Para pengkritik ini
seperti: Jhon Wycliffe, Johanes Hus dan Savanarola. Kemunculan para perintis ini kemudian
disusul lagi oleh Marthin Luter (Jerman), Jhon Calvin (Prancis) dan Ultrich Zwingli (Swiss).
Ketiga tokoh ini kemudian disebut sebagai tokoh Reformasi gereja. Gereja-gereja dari
pemrotes ini kemudian disebut Protestan.
Inti dari Reformasi Marthin Luter diantaranya :
25

1) Dibenarkan Oleh Iman (Sola Fide),


2) Amal bukan bertujuan untuk memperoleh keselamatan, melainkan sebagai
ekspresi, perwujudan atau buah dari iman.
3) Penyederhanaan liturgi dan Sakramen, tidak lagi tujuh tetapi dua yakni Sakramen
Baptisan dan Sakramen Perjamuan Kudus.

Inti dari reformasi Jhon Calvin adalah:


1) Keselamatan hanya karena anugerah Allah (Sola Gratia),
2) Penyederhanaan gereja, yakni dibebaskan dari ikon-ikon (gambar, patung
yang dianggap suci), relikwi: penghormatan pada orang suci yang sudah mati,
dan Penyederhanaan pakaian imam, Pejabat gereja dibentuk yang kemudian
disebut Majelis.

Inti Reformasi Zwingli, tidak terlalu menonjol, yaitu:


1) Hanya Baptisan orang percaya / dewasa, persaudaraan ditingkatkan, iman dan
kasih, tanpa kekerasan dan tanpa dendam. Membebaskan diri dari gereja
negara.

D. KEMUNCULAN GEREJA DI INDONESIA.


Pada akhir abad ke-18, di Eropa timbul gerakan Revival (Kebangunan Rohani).
Gerakan ini menimbulkan semangat untuk mengabarkan Injil. Gerakan ini disebut Pietisme,
yaitu gerakan kesucian. Kaum Pietisme ini melakukan penginjilan secara individual, belum
terorganisir, belum adanya lembaga misi. Pada sesudah akhir abad ke -17, timbullah gerakan
pencerahan, yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Penemuan sistem
heliosentris, bumi mengelilingi matahari, matahari sebagai pusat, oleh Copernicus dan
Keppler. Pencerahan tersebut berdampak kurang menguntungkan bagi gereja. Pencerahan
tersebut kemudian mempengaruhi revival pada abad ke-19 dalam tubuh gereja. Dalam gereja
kemudian berdirilah Zending-zending. Badan sending inilah kemudian berperanan
melaksanakan penginjilan sampai ke Asia termasuk Indonesia. Misalnya RMG: Rheinishe
Mission Gesellschaft, Basler Mission Gesselschaft yang melahirkan Gereja Kalimantan
Evangelis (GKE), HKBP. Di samping gereja Protestan, gereja Katolik di Roma juga
membentuk Ordo-ordo, misalnya ordo Serikat Jesus, Jesuit. Ordo-ordo ini juga mengabarkan
Injil, termasuk ke Indonesia. Penginjilan di Indonesia pertama kali dibawa oleh Portugis
26

yakni di Indonesia Timur (Maluku). Penginjilan tersebut melahirkan gereja Katolik di


Indonesia. Seiring datangnya para Penjajahan Belanda ke Indonesia, maka masuk pula
Sending-sending Protestan. Walaupun sama-sama dari Barat, dan waktu bersamaan, namun
para sending dan Penjajah Belanda sangat bertolak belakang visi-misinya.

E. PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA.


Seiring dengan masuknya berbagai macam badan sending ke Indonesia, maka
mempengaruhi gereja-gereja di Indonesia, bukan hanya berbeda warna, tetapi juga terpecah
bahkan saling bertentangan. Oleh karena itu terbentuklah Persatuan Gereja-gereja di
Indonesia yang disebut GPI (Gereja Protestan Indonesia). Adapun yang bergabung dengan
GPI, adalah Protestan aliran Martin Luter dan Calvinis. Gerakan keesaan gereja tersebut,
kemudian membentuk Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI), kemudian berubah nama
menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Gereja – gereja anggota PGI
menjadikan PGI sebagai wadah untuk memperjuangkan keesaan gereja di Indonesia. Pada
perkembangan selanjutnya menyepakati Lima Dokumen Keesaan Gereja. Isinya antara lain:
Tugas Pokok Panggilan Bersama, Pemahaman Bersama Iman Kristen, Saling mengakui dan
saling menerima, Tata Dasar PGI, Kemandirian Teologi, Daya dan Dana.

Evaluasi :
1) Apa itu gereja?
2) Bagaimana kehidupan gereja mula-mula?
3) Siapa saja aktor dalam reformasi gereja?
4) Usaha apa saja yang dilakukan untuk menyatukan gereja-gereja yang terpecah?

Sumber-sumber
1. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
4. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
5. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.
6. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
27

7. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.

TRITUNGGAL

Kompetensi : Mahasiswa mampu mengerti pemahaman tentangan Tritunggal dan hubungan-


hubungannya.

Sub Kompetensi :
1. Mampu memahami konsep Tritunggal yang menjadi sentral dalam iman Kristen.
2. Mampu memahami konsep Allah Bapa secara Alkitabiah.
3. Mampu memahami konsep Allah Anak secara Alkitabiah
4. Mampu memahami konsep Allah Roh Kudus secara Alkitabiah.
5. Mampu memahami hubungan Tiga Pribadi dalam Satu Substansi Ilahi, dan Satu
Keilahian dalam Tiga Pribadi.

A. PENDAHULUAN.
Intisari dari iman Kristen terletak pada Allah Tritunggal. Allah Bapa, Allah Anak
dan Allah Roh Kudus. Allah Tritunggal adalah satu Kodrati Ilahi dalam Tiga Pribadi. Tiga
bukan berarti ada tiga Allah. Allah tetap satu. Tetapi Allah Yang Satu terwujud dalam Tiga
Pribadi. Tiga Pribadi: Bapa, Anak, Roh Kudus dalam Satu Substansi, Zat Ilahi, yaitu Allah.
Tidak mudah untuk mengerti bagaimana memahami Satu Allah dalam Tiga Pribadi, Tiga
Pribadi dalam Satu Substansi, Ilahi. Ada berbagai macam teori, ilustrasi untuk
menggambarkan hubungan Tritunggal, namun tidak ada satupun mampu mencerminkan
hubungan-hubungan secara persis. Ada teori yang mengatakan TRITUNGGAL ibarat API.
Dalam Api, terdapat: 1) Sinar- Cahaya, 2) Panas, Energi, 3) Asap. Cahaya, Panas, Asap
semuanya berasal dari satu substansi yaitu API. Tidak ada panas, tidak ada cahaya, tidak ada
asap, kalau tidak ada API. Asap, Cahaya, Panas, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
Satu Substansi Api. Namun, bagaimanapun, tetap saja konsep tentang TRITUNGGAL sulit
dipahami oleh akal, namun bisa dimengerti dengan iman, dan berita Alkitab. Adanya
28

Tritunggal terbukti dari dalam Alkitab: Mat.3:16, Rom. 8:9, 1Kor.12:3-6, Ef. 4:4-6, 1Pet 1:2,
1 Yoh. 5:7, Yud. 20:21. Bahkan dalam Perjanjian Lama, Kejadian 1:26, marilah “Kita”
menjadikan manusia. Kata “Kita” adalah menunjukkan arti jamak, lebih dari satu. Kejadian
1: 2: Roh Allah melayang-layang. Dalam Alkitab, nama Allah dipakai untuk ketiga oknum:
Kel. 20:2, Yoh. 20:28, Kis. 5:3-4. Bahkan Yesus sendiri menyebutkan Tritunggal yakni:
Matius 28:19, 2Kor 13:13.

Bahkan oknum dari Tritunggal masing-masing dilukiskan sebagai:


 Bapak Anak Roh Kudus Benar Yoh.7:28 Why.3:7 1Yoh. 5:6 Ef.3:17; 1Kor.3:16
 Yang mendiami hati Orang percaya Ef.2:22 Kol.1:27 Yoh.14:17.
 Kekal Kej.21:33 Why.22:13 Ibr.12:11
 Kudus Why.4:8 Why.15:4 1Yoh.2:20
 Maha Ada Yer.23:24 Ef.1:23 Mzm.139:7-13
 Maha Kuasa Kej. 17:1 Why. 1:8 Rom.15:19
 Maha Tahu 1Yoh. 3:20 Yoh.21:17 1Kor.2:10
 Pencipta Kej.1:1 Kol.1:16 Ayb.33:4
 Sumber Hidup Yang kekal Rom. 6:23 Yoh.10:28 Gal.6:8

A. Allah Bapa. Pribadi Pertama dari Allah Tritunggal


1) Yesus sendiri, menyebut Allah itu Bapa : Matius 5:48, Markus 14:36, Lukas 23:46,
Yohanes 5:18.
2) Yesus menyebutkan Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat.28:29).
3) Yesus mengajarkan kita berdoa, kepada Bapa di sorga: Matius 6:9.
4) Allah Anak. Adalah Pribadi Kedua dari Allah Tritunggal
5) Yesus adalah Putra Allah yang menjelma menjadi manusia (Yoh. 1:2,14)
6) Yesus adalah Sang Putra (Yes. 9:5, Mat. 26:63-64).
7) Yesus adalah Anak Tunggal Bapa (Yoh.1:14,1;3,16,18.
8) Yesus mengakui bahwa Dia dan Bapa adalah Satu (Yoh. 5:19), sebab apa yang
dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.
9) Barang siapa melihat Yesus, ia melihat Bapa (Yoh. 14:9), Aku di dalam Bapa, dan
Bapa di dalam Aku (Yoh. 14:10).
10) Yesus adalah Tuhan, Yesus adalah Allah ( Yoh. 1:1, Yoh. 20:28, 2Pet 1:1)
11) Yesus disebut Allah, Tuhan: Tuhan kita Yesus Kristus (Roma 5:1, 2Pet 1:16).
12) Yesus Tuhan (Roma 16:20, 1Tes. 1:12).
29

13) Yesus Kristus Tuhan kita ( 1 Tes. 5:28, 2 Tes.3:18).


14) Allah sendiri yang membuat Yesus menjadi Tuhan (Kis. 2:36).
15) Yesus ada sebelum dunia ada ( Yoh. 17:5).
16) Yesus melakukan banyak mujizat, sampai membangkit orang mati, mengampuni
dosa, kita tahu, bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan
oleh Allah (Mat. 9:1-8, Mrk.7;31-37, Luk. 7;11-17, Yoh. 5;19, Yoh. 21;36)

B. Allah Anak. Pribadi Kedua dari Allah Tritunggal


Yesus disebut Allah:
a) Allah yang Perkasa (Yes.5:9)
b) Imanuel (Yes. 7:14, Mat. 1:23)
c) Tuhan Allah (Yes. 40:3,Mat.3:3,Allah yang Perkasa (Yes.5:9)
d) Tuhan Allah (Yes. 40:3,Mat.3:3,Yoh.20:28).
e) Tuhan Yang Awal dan Yang Akhir( Yes. 44:6, 48:12-16, Why. 1:17, 22:13).
f) Tuhannya Daud (Mzm.110:1, Mat.22:42-45).
g) Tuhan Pencipta yang Kekal (Mzm 102:25-28, Ibr.1:8, 10,12).
h) Tuhan Pencipta segala sesuatu (Yes. 40:28, Yoh.1:3, Kol.1:16).
i) Yesus mempunyai atau sama dengan sifat Allah:
 Kekal (Yes 9:5,Mi 5:1, Yoh 1:1, Kol 1:17)
 Kudus (Why 4:8,Kis 3:14, Why 15:4)
 Maha Ada (Mat 18:20, 28:20, 1Yoh 2:13)
 Maha Kuasa (Flp 3:21, Why 1:8)
 Setara dengan Allah (Flp 2:6)
 Seluruh Kepenuhan ke-Allah-an (Kol 2:3)
 Tidak berubah (Mal 3:6, Ibr 1:12,13:8)
 Berkuasa membangkitkan orang mati (Yoh 5:21,6:40,54), membangkitkan
diri sendiri
 (1Kor 6:14, Yoh 2:19,21,10:18)
 Berkuasa Mengampuni (Mrk 2:7,10, Kol 3:13)
 Mengutus Roh Kudus (Yoh 14:16, Yoh 15:26).
j) Yesus ada sebelum dunia ada ( Yoh. 17:5).
k) Yesus melakukan banyak mujizat, sampai membangkit orang mati, mengampuni
dosa, kita tahu, bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan
oleh Allah (Mat.9:1-8, Mrk.7;31-37, Luk. 7;11-17, Yoh. 5;19, Yoh. 21;36)
30

C. Allah Roh Kudus: adalah Pribadi keTiga dari Allah Tritunggal.


1) Yesus Putra Allah, yang diangkat oleh Allah menjadi Tuhan, dikandung dari Roh
Kudus (Mat.1:18-20, Luk. 1:35).
2) Sebelum Abraham ada, Aku telah ada (Yoh. 8:58).
3) Roh Kudus disebut sebagai :
a) Allah (kis 5:3-4) Tuhan Kel.17:7, 3:7-9), Tuhan alam semesta (Yes 6:3, 8-10, Kis
28:25-26).
b) Roh Kudus mempunyai sifat-sifat Allah : berkuasa mengusir setan (Mat 12:28)
Hikmat
c) (Yes 11:2, Ef 1:17), Yang mengerjakan hidup baru (Yoh 3:5-6), Kemuliaan (1Pet
4:14),
d) Pemimpin Pekerjaan mengabarkan Injil (Kis 16:6-7).
e) Ia sebagai Pengajar dan Penolong: Datang dari Allah Bapa (Yoh 15:26) dikaruniai
oleh Allah Bapa (Yoh 14:16) Diutus atas nama Kristus (Yoh 14:26) Atas
Permohonan Kristus (Yoh 14:26) Oleh Kristus (Yoh 15:26, 16:7). Memberi
kesaksian tentang Kristus (Yoh 15:16), Mengajar orang-orang Percaya (Yoh
14:26), Mengungkap Firman Allah (Luk 2:26- 29, Kis 1:16, 4:24-25, Ibr 10:15, 2
Pet 1:21). Menyertai orang-orang percaya selamalamanya (Yoh 14:16),
mencurahkan kasih Allah ke dalam hati (Rom 5:5) tidak dapat diterima oleh dunia
(Yoh 14:17) tinggal di dalam diri orang-orang percaya (Yoh.14:17).
Evaluasi :
1) Bagaimana hubungan Tritunggal dapat dipahami?
2) Apa peran Allah Bapa?
3) Apa peran Allah Anak?
4) Apa peran Allah Roh Kudus?

Sumber-sumber :
1. Banawiratma, Kristologi dan Allah Tritunggal, (1986), Kanisius, Yogjakarta
2. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
3. Brotosudarmo, (2008), PAK untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
4. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
5. Humes, dkk, (1992), Mini Konkordansi, Tritunggal, Yayasan KMK, Jakarta.
6. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
31

7. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.


8. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
9. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.

Pertemuan ke 10
KONSEP TENTANG DOSA

Kompetensi : Mampu memahami apa itu dosa, wujud dan bentuknya serta akibat-akibat
dari dosa dalam kehidupan manusia.

Sub Kompetensi :
1. Mengerti tentang konsep-konsep dosa
2. Mengerti awal mula kejatuhan manusia dalam dosa dan akibatnya
3. Mengerti tentang dosa dalam Perjajian Baru
4. Mengerti akibat dari dosa jika tidak ditebus.

A. Dosa Dalam Perjanjian Lama


Dalam PL konsep dosa dapat dipahami dalam beberapa bahasa aslinya yakni Ibrani.
Ada beberapa istilah, antara lain:
a. bt’ artinya gagal atau luput (Amsal 19:2,8, Hakim 20:16).
b. pasya dan awon artinya adalah pemberontakan, tidak taat, tidak benar, bengkok,
melenceng, menyimpang, kehilangan tujuan, tidak mencapai tujuan.
Dosa artinya, adalah tidak memperhatikan peraturan (norma, kaidah, hukum) yang diadakan
atau difirmankan Tuhan, sehingga terjadilah perbuatan-perbuatan sebagaimana yang disebut
dalam istilah-istilah tersebut. Secara teologis, dosa adalah tidak bersih, kegagalan memegang
norma, (msl Sodom dan Gemora: Kej. 18:20). Namun, semuanya itu berakar dari kelalaian
lalu berkembang menjadi kesalahan (Ayub:15:5, 20:7) melawan Tuhan (1Raja. 12:9,
2Raja:8:20), pemberontakan terhadap hukum Tuhan (hosea 8:1). Akibat dari dosa,
munculnya rasa malu, rasa bersalah, dan rasa takut. Oleh karena itu, dosa merupakan karakter
manusia yang telah jatuh (Kej. 3). Dosa dalam Perjanjian Lama, dapat disimpulkan:
pelanggaran atau pemberontakan manusia terhadap kehendak dan perintah Allah, yang
dilakukan manusia secara sengaja. Artinya manusia secara sadar melawan Allah. Benih dosa
32

sudah dimulai sejak manusia meragukan Firman Allah (Kej. 2:16-17, Kej: 3:1-4). Wujud
dosa memang mendatangkan kenikmatan, tetapi akibat dosa membuat manusia, merasa malu,
takut, salah (Kej. 3:7-11), serta mendatangkan hukuman.

B. Dosa Dalam Perjanjian Baru.


Dalam PB dosa dilukiskan dalam bahaya Yunani.
a. Hamartono, yang artinya melenceng, luput, berpikir pendek, dan sesat, membuat
kesalahan, kejatuhan moral. Hamartena, artinya keliru, pelanggaran hukum.
b. Hamartia yang artinya salah, melenceng, pemberontakan, kejahatan, khilaf. Iri,
dengki, benci, bohong, mencuri, ide jahat, persetruan dengan Allah (Rom. 8:7).
c. Adikia atau kakia, pelanggaran terhadap Tuhan/hukum-hukumNYa (!Yoh.4:8).
Ketidaksetiaan, ketidak-percayaan,ketidakadilan.

3. Akibat Dosa
Secara singkat akibat dari dosa: rusaknya hubungan manusia dengan Allah, dan
rusaknya hubungan manusia dengan sesama. Kerusakan hubungan ini mengakibatkan
putusnya hubungan. Sifat dosa adalah menjajah, membelenggu, sehingga manusia menjadi
budak dosa. Kalau sudah menjadi budak dosa, manusia semakin jahat, semakin rusak,
semakin terputus hubungan dengan Tuhan dan sesama (Yoh. 8:34, Roma 6:16, 7:14-15, Gal.
3:22). Dosa bisa membuat hati manusia semakin bebal, keras, membatu, membandel (tidak
mudah cair, degil) pikiran mudah gelap, kalut (Ef. 4:18). Timbul kecenderungan untuk
melanggar hukum dan ketentuan Tuhan (Yes. 59:2; Roma 8:7). Wujud, rusak, konflik,
perang, kejahatan.
Upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Artinya hubungan Allah dan manusia terputus
secara total, sehingga semakin jauh dan terlepas dari Tuhan. terlepas artinya mengalami
kematian kekal, kebinasaan kekal. Akibat dosa mendatangkan murka Tuhan (Mat. 3:7; Luk.
3:7, 1Tes. 1:10) akhirnya murka Tuhan akan ditimpakan (Roma 1:18).

D. Jenis-jenis dosa:
Alkitab tidak memberitakan jenis-jenis dosa, berat atau ringan. Tetapi inti dosa:
pemberontakan terhadap Tuhan, tidak mencari Tuhan, dan menginginkan Tuhan (Roma 21:
1, 5:12, 11:32).
33

Ada dua kategori dosa:


1) dosa karena leluhur manusia (Adam-Hawa) atau yang disebut dosa turunan, dosa
warisan (Maz. 51:7, Roma 5:12).
2) Dosa karena perbuatan sendiri yang disengaja atau sadar , yang berakar dari dalam hati
manusia yang terwujud dalam perbuatan (Matius 15: 19, Bil. 21:4).

Apapun dosa yang kita lakukan, itu bisa diampuni, apabila kita bertobat. Dosa yang
tidak bisa diampuni, yakni menghujat Roh Kudus (Mat.12:31, Mrk. 3:29, Luk. 12:10,
termasuk mendukakan Roh Kudus (Ef. 4:30), memadamkan Roh Kudus (1Tes. 5:19).

Evaluasi :
1) Apa itu dosa?
2) Bagaimana wujud dosa dalam Perjanjian Lama?
3) Apa itu Hamartana dalam Perjanjian Baru?
4) Apa akibat dari kerusakan hubungan manusia dengan Allah?

Sumber-sumber:
1. Banawiratma, Kristologi dan Allah Tritunggal, (1986), Kanisius, Yogjakarta
2. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
3. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
4. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
5. Humes, dkk, (1992), Mini Konkordansi, Tritunggal, Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
Jakarta.
6. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
7. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.
8. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
9. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.
34

Pertemuan ke 11

KONSEP TENTANG KESELAMATAN

Kompetensi : mampu mengerti dan memahami pentingnya pengorbanan Kristus untuk


keselamtan dan pengampunan dari dosa.

Sub Kompetensi :
1. Mengerti akibat-akibat dari dosa dan upaya manusia melepaskan dirinya.
2. Mengerti bahwa usaha manusia tidak mampu membebaskan diri dari kuasa dosa, selain
dari anugerah Allah.
3. Mengerti bagaimana manusia dapat diselamatkan, dalam Yesus Kristus.
4. Mengerti apa dan bagaimana hidup dalam pertobatan.

A. Situasi Manusia
Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Manusia adalah citra Allah,
atau disebut Imago Dei, artinya gambar dan rupa Allah. Artinya hidup manusia baik rohani
maupun jasmani hidup dalam keselarasan dengan Allah. Manusia mempunyai pengetahuan
yang murni tentang norma, hukum dan kehendak Allah. Karena manusia hidup dalam
keselarasan dengan Allah, maka manusia tidak berbuat dosa. Namun, apa yang terjadi?
Ternyata manusia tidak dapat mempertahankan keadaan, keselarasan, mengetahui dan
mematuhi norma, hukum, dan kehendak Tuhan. Manusia tidak mau lagi berada dalam ikat
dengan Tuhan. Kejadian 3, manusia menggunakan kebebasannya untuk melanggar hukum
dan perintah Tuhan (memakan buah yang dilarang). Setelah berbuat dosa, memang manusia
dapat berbuat banyak. Namun, semua perbuatan itu adalah penuh dengan kesalahan. Manusia
semakin kreatif melakukan kesalahan. Kesalahan yang dibuat semakin bervareasi, dan
intensitas, kuantitas dan kualitas kesalahan semakin meningkat. Setelah berbuat dosa,
35

manusia masih bisa berbuat, secara sosial, budaya, politik bahkan religius sekalipun. Namun,
manusia tidak bisa membebaskan diri dan menyelamatkan dirinya sendiri.

B. Janji Keselamatan
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah Yang Maha Pengasih, tidak membiarkan
manusia mengalami kematian kekal atau kebinasaan. Olehk karena itu, Allah menyatakan
perjanjian keselamatan kepada manusia (Kej. 3:15. Yes.53:4-5, Zakh. 9:9, Mikh, 5:1, Dan.
9:24, Yes.11:1, Maz. 14:7, Ef. 1:4). Keselamatan itu ada dan melalui Yesus Kristus. Yesus
Kristus datang untuk: Menebus dosa, mengampuni dosa dan menyelamatkan orang percaya,
melalui kematian dan kebangkitanNya (Roma 5:19, Kol. 1:20-22, Tit. 2:14, Ibr. 2:14-15,
1Yoh.2:2). Lalu bagaimana manusia dapat diselamatkan dalam Yesus Kristus? Keselamatan
hanya manusia dapatkan dalam Yesus Kristus melalui pintu “Pertobatan”. Pertobatan berasal
dari kata Tobat, dari bahasa semitik tauba, atau tawba yang artinya: berbalik kembali,
berbakti kembali kepada Tuhan (Yes. 10:21-22). Dalam PB, artinya membelakangi kembali
yang dulunya disembah, dan berbalik kepada Tuhan. mengubah pikir yang salah, tidak
percaya, dengan pikiran yang percaya (Luk. 1:16-17). Tobat juga berarti: berbalik dari
berhala datang kepada Tuhan (Ibr. 6:1). Perubahan yang dimaksud, dimulai dari dalam hati
manusia sendiri (metanoia). Orang yang bertobat harus memenuhi kriteria-kriteria:
1) Tahu, mengerti, sadar bahwa ia seorang yang berdosa.
2) Mau mengakui dosa dan kesalahannya.
3) Mau mohon ampun atas dosa dan kesalahannya pada Tuhan.
4) Tidak mau lagi melakukan dosa, kesalahan, atau dengan kata lain membenci dosa.
Hanya dengan pertobatan, manusia dapat dibenar karena iman kepada Kristus (Roma
1:17, 3:22). Orang yang sudah bertobat dan beriman kepada Kristus, akan mengalami proses
pengudusan, serta mengalami hidup baru dan menjadi anak-anak Allah. Proses dari
pertobatan sampai pada pengangkat menjadi anak-anak Allah disebut pemugaran kembali
citra dan rupa.
Allah, sehingga benar-benar menjadi manusia baru (2Kor. 5:17) yakni manusia yang
sesuai dengan citra Allah (Roma 8:29, 12:2, 2Kor. 3:18, Kol. 3:10). Menjadi citra Allah,
berarti hidup dalam hubungan yang selaras, harmoni, baik, dekat, setia dengan Allah.
Pemugaran kembali sebagai citra Allah, berlangsung terus-menerus, dan terjadi setiap saat,
sesuai dengan hakikat pertobatan, yakni setiap waktu (2Kor. 4:16). Orang Kristen memahami
keselamatan bukan hanya spiritual-vertikal semata, melainkan holistik, meliputi jasmani dan
36

rohani, kini dan diakhirat. Wujud keselamatan dalam di sini dan kini, yaitu menghadirkan
perbuatan baik, sebagai buah dari iman. Iman tanpa perbuatan adalah
mati (Yak. 2:17, 20). Tetapi perbuatan baik, tidaklah cukup untuk menyelamatkan, jika tanpa
iman. Perbuatan baik hendaknya adalah wujud dari penghayatan iman. Perbuatan baik, tidak
mampu menyelamatkan, karena keselamatan adalah karena iman. Orang beriman, pasti
menhasilkan buah, yaitu perbuatan baik. Orang beriman pasti berbuat baik, dan tidak semua
orang yang berbuat baik adalah beriman.

Evaluasi :
1) Bagaimana situasi manusia saat belum diselamatkan dari dosa?
2) Dapatkah manusia menyelematkan diri dari dosa?
3) Bagaimana memahami Yesus Kristus membebaskan manusia dari dosa?
4) Apa arti Yesus manusia sejati dan Allah sejati?
5) Apa itu pertobatan?

Sumber-sumber:
1. Banawiratma, Kristologi dan Allah Tritunggal, (1986), Kanisius, Yogjakarta
2. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
3. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
4. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
5. Humes, dkk, (1992), Mini Konkordansi, Tritunggal, Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
Jakarta.
6. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
7. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.
8. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
9. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.
37

Pertemuan ke 12

DIALOG ANTAR UMAT BERAGAMA

Kompetensi : mampu memahami akar penyebab kekerasan dan konflik atas nama agama,
serta cara mencegah dan mengatasinya.

Sub Kompetensi :
1. Mengerti apa itu kekerasan
2. Mengerti akar penyebab munculnya kekerasan-kekerasan atas nama agama.
3. Mengerti apa yang harus penganut agama lakukan untuk mencegah dan mengatasi
konflik antar agama.
4. Mengerti memecahkan masalah, mempersatukan tujuan dan memperhalus konflik.

A. Pendahuluan
Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, bahwa hubungan antar agama dalam
rentang sejarah mengalami pasang-surut. Begitu pula hubungan antar agama yang terjadi di
Indonesia. Salah satu hubungan yang selalu menjadi pusat keprihatinan kita bersama, adalah
hubungan yang diwarnai kekerasan dengan atas nama, sasaran, motif agama. Kekerasan
dimaksud merujuk pada pengertian yang lebih luas, seperti: tindakan penghancuran harta
benda, pengerusakan simbol-simbol keagamaan, pemukulan, penyiksaan, penganiayaan,
bahkan pembunuhan.

B. Landasan Teori Kekerasan


Setiap orang, kelompok memiliki kompleksitas motivasi. Motivasi tersebut,
dipengaruhi oleh dua sistem hasrat mendasar yang ada dalam setiap manusia. Rangsangan
38

salah satu sistem hasrat ini, menghasilkan perasaan senang, gembira, kepuasan dan cinta
kasih. Rangsangan dari sistem hasrat lainnya, menghasilkan sensasi kecemasan, teror,
amarah. Motivasi setiap orang, berusaha untuk mencapai kegembiraan, kepuasan, dan cinta;
sebaliknya berusaha menjauhi rasa cemas, teror, takut.
Dua kehendak mendasar tersebut selalu mempengaruhi setiap orang, kelompok dalam
hubungan dengan orang, kelompok lainnya. Menurut Gurr, seseorang, kelompok bisa
mengalami kekecewaan, atau ketegangan; apabila keinginan untuk mencapai apa yang
diharapkan (rasa gembira, senang, cinta) tidak terwujud, dan kenyataan yang terjadi justru
sebaliknya (ketakutan, teror, ancaman). Kekecewaan atau ketegangan, bisa dialami oleh salah
satu pihak, tetapi bisa juga dialami oleh kedua belah pihak. Ketegangan dalam hubungan
sosial dalam masyarakat majemuk disadari, apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak
menyadari, bahwa apa yang dikehendaki seperti rasa aman, rasa tenang, damai tidak tercapai;
kenyataan yang terjadi justru rasa tidak aman, tidak damai, tidak tenang.
Kondisi ketegangan, kekecewaan menjadi energi penggerak yang berpotensi mendorong
seseorang, kelompok untuk bisa mengeluarkan diri, mengatasi dari sumber-sumber yang
dianggap rasa tidak tenang. Aksi kekerasan-destruktif bisa dilakukan oleh satu pihak atau
antar kedua belah pihak, terhadap sumber penyebab. Begitu juga kekerasan atas nama agama
dalam masyarakat majemuk. Sumber penyebab, bisa saja Teologis dan Non Teologis,
sebagaimana telah dipaparkan dalam pembahasan sebelumnya. Seperti: absolute truht claim,
declaration of holy war, penerbitan tentang agama lain oleh oleh bukan penganutnya, namun
tidak sesuai dengan apa yang diimani, sehingga dianggap menodai agamanya, masalah
tempat ibadah, penerapan peraturan pemerintah yang terkadang diskriminasi, kecurigaan
timbal-balik masing-masing pihak. Begitu juga aspek-aspek
6 Robert Ted Gurr, Deprivation Relative, dalam Thomas Santoso, Teori-teori Kekerasan,
(Surabaya, Gahlia Indonesia, 2002, 64) lainnya seperti kekuasaan, politik, ekonomi, baik
tingkat lokal, maupun nasional yang cenderung menjadikan agama sebagai kendaraannya.

C. Mengatasi Konflik antar Agama.


Perjumpaan antar agama di Indonesia tidak mungkin dihindari. Hubungan antar
agama yang pasang-surut harus tetap menjadi kerihatinan semua penganut agama. Karena
hakikat dari semua agama mengajarkan cinta-kasih, perdamaian. Begitupula hakikat
mendasar dari setiap manusia berusaha mencari kedamaian. Perdamaian sebaiknya
menyentuh akar masalah. Akar masalah tidaklah sepele, karena banyak faktor kompleks dan
rumit. Terlepas dari kerumitan akar masalah, yang pasti perjumpaan antar agama semakin
39

intens di masa-masa mendatang. Oleh karena itu, adanya upaya pemahaman atas faktor-
faktor penyebab perjumpaan keras itu semakin relevan dan mendesak. Sehingga semua
agama-agama dapat mengantisipasinya, sebelum segala sesuatu menjadi terlambat. Adalah
dambaan kita bersama, jika semua penganut agama dalam masyarakat yang majemuk dapat
mewujudkan damai, toleransi, saling menghargai, karena sekaligus melindungi agama itu
sendiri dari pencemaran, yang pada gilirannya menimbulkan citra yang benar terhadap
agama.

Evaluasi :
1) Apa itu kekerasan atas nama agama?
2) Apa saja penyebab sering munculnya konflik antar agama?
3) Apa saja akibat konflik antar agama dalam masyarakat majemuk?
4) Bagaimana sebaiknya seluruh umat beragama mencegah konflik antar agama?
5) Apa yang dimaksud rekonsiliasi?

Sumber-sumber:
1. A. Yewangoe, (2002), Iman, Agama dan Masyarakat, dalam Negara Pancasila, BPK,
Gunung Mulia, Jakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Gerrit Singgih, (2004), Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks Awal
4. Milinium III, BPK, Gunung Mulia, Jakarta.
5. Jan Aritonang, (2005), Sejarah Perjumpaan Islam dan Kristen di Indonesia, BPK,
Gunung Mulia, Jakarta.
6. Judo Poerwowidagdo, (1999), Empowring for Reconciliation, Duta Wacana University
Press, Yogjakarta.
7. Marko Mahin dan Tulus Tu’u, (2008), Mengasihi Tuhan dan Sesama, STT-GKE,
Banjarmasin.
8. Paulus Ajong (2006), Menguak Bara Dalam Sekam: Membangun Relasi Positif Pasca
Konflik Dayak-Madura, UKDW, Yogjakarta.
9. Marko Mahin dan Tulus Tu’u, (2008), Mengasihi Tuhan dan Sesama, STT-GKE,
Banjarmasin.
10. Paulus Ajong (2006), Menguak Bara Dalam Sekam: Membangun Relasi Positif, Thesis,
11. UKDW, Yogjakarta.
40

Pertemuan ke 13
ARTI DAN TUJUAN DIALOG.

Kompetensi : Mampu mengerti tentang pentingnya dialog antar umat beragama dalam
masyarakat yang majemuk.

Sub Kompetensi :
1. Mengerti tentang arti, konsep tentang dialog antar umat beragama.
2. Mengerti tentang manfaat, tujuan dari pentingnya dialog antar umat beragama.

A. Konsep Tentang Dialog


Istilah dialog berasal dari dua suku kata dari bahasa Yunani, yakni dia yang berati
dua, dan logia yang berarti percakapan atau kata-kata. Dialog berarti: percakapan yang
berpangkal pada usaha untuk mengerti partner / teman bicara dengan baik. Dalam dialog
selalu terbuka bagi pendapat orang lain, dan bersedia untuk berbicara dan mendengar,
mendengar dan berbicara. Dalam dialog terjadinya komunikasi dua arah yang saling
berinteraksi. Dialog adalah proses yang di dalamnya, baik individu maupun kelompok,
belajar menghilangkan kekuatiran, kecurigaan, ketidak-percayaan satu sama lain. Hasilnya
adalah terciptanya suatu suasana baru yakni semua pihak saling mempercayai.
Membangun hubungan antar agama dalam masyarakat majemuk, dialog antar umat
beragama merupakan jalan, solusi, yang paling sesuai menuju kerukunan dan perdamaian.
Dialog yang terjadi, bukan dialog antar agama, tetapi dialog antar umat beragama. Bukan
agamanya yang didialogkan, tetapi umatnya. Dialog antar umat beragama, adalah percakapan
antar penganut agama untuk sharing nilai yang dimiliki masing-masing pihak.

B. Tujuan Dialog.
41

Manusia adalah mahkluk sosial. Artinya tidak bisa hidup seorang diri, ia memerlukan
orang lain. Hidup dengan orang lain, berarti hidup dengan orang yang berbeda-beda latar
belakang. Dialog bertujuan untuk mengubah image atau gambaran yang keliru mengenai
orang lain, penganut agama lain. Dialog adalah sarana menuju transformasi sosial, yaitu
terjadi saling pengertian, antar umat beragama. Dengan dialog diharapkan timbul toleransi
dan tenggang rasa. Toleransi dari kata tolerare, artinya menyabarkan diri, menahan diri, sikap
membiarkan, menanggung, dan mengangkat bersama secara seimbang dan saling mengerti.
Dialog dapat dilaksanakan apabila dilandasi sikap adanya: keterbukaan, kejujuran, dan
ketulusan hati. Dialog bermaksud bukan mencari pemupakatan pihak lain atau kompromi,
melainkan memberi informasi atas nilai yang dimiliki, lalu membatu pihak lain untuk
mengambil keputusan bertanggung jawab. Dialog antar umat beragama, bukanlah untuk
meleburkan agama-agama menjadi satu, melainkan untuk saling mengerti, saling menghargai
dengan lebih baik, positif, antar penganut agama. Dengan dialog antar penganut agama dapat
menghindari sikap kesombongan, kesewenang-wenangan, curiga dan saling tuduh.

Evaluasi :
1) Apa itu dialog?
2) Mengapa dialog sangat penting dalam kehidupan umat beragama?
3) Prinsip-prinsip apa yang harus dipegang dalam dialog?

Sumber-sumber:
1. A. Yewangoe, (2002), Iman, Agama dan Masyarakat, dalam Negara Pancasila, BPK,
Gunung Mulia, Jakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Gerrit Singgih, (2004), Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks Awal
4. Milinium III, BPK, Gunung Mulia, Jakarta.
5. Jan Aritonang, (2005), Sejarah Perjumpaan Islam dan Kristen di Indonesia, BPK,
Gunung Mulia, Jakarta.
6. Judo Poerwowidagdo, (1999), Empowring for Reconciliation, Duta Wacana
University Press, Yogjakarta.
7. Marko Mahin dan Tulus Tu’u, (2008), Mengasihi Tuhan dan Sesama, STT-GKE,
Banjarmasin.
42

8. Paulus Ajong (2006), Menguak Bara Dalam Sekam: Membangun Relasi Positif Pasca
Konflik Dayak-Madura, UKDW, Yogjakarta.
9. Marko Mahin dan Tulus Tu’u, (2008), Mengasihi Tuhan dan Sesama, STT-GKE,
Banjarmasin.
10. Paulus Ajong (2006), Menguak Bara Dalam Sekam: Membangun Relasi Positif,
Thesis,
11. UKDW, Yogjakarta.

Pertemuan ke 14

JENIS, BENTUK DAN PRINSIP DIALOG

Kompetensi : Mengerti tentang jenis, bentuk, prinsip dan hambatan dialog dalam pergaulan
dan interaksi sosial antar umat beragama.

Sub Kompetensi :
1. Mampu mengerti jenis-jenis dialog yang harus dilakukan dalam kehidupan umat
beragama.
2. Mampu mengerti bentuk-bentuk dialog yang harus dilakukan antar penganut-penganut
agama.
3. Mampu mengerti prinsip-prinsip dalam dialog antar agama.

A. Jenis Dialog
Dalam pembahasan sebelumnya, sudah dijelaskan tentang apa itu dialog dan
tujuannya. Dalam pembahasan ini, lebih difokuskan pada praksis dialog. Ada dua jenis
dialog:
a. Dialog Formal. Dialog formal artinya, dialog yang dilakukan melalui kesepakatan
bersama antar umat beragama dalam suatu institusi atau lembaga. Semua pihak yang
hadir, merupakan wakil resmi dari suatu lembaga atau komunitas. Hasil dari dialog
dipublikasikan melalui terbitan buku atau pers. Manfaat dialog formal adalah
masyarakat luas dapat mengetahui dialog tersebut, dan berharap melalui dialog tersebut
dapat mengubah kehidupan beragama.
43

b. Dialog informal. Dialog informal adalah dialog antar personal, pribadi, kelompok yang
memungkinkan para peserta bisa membahas apapun yang dihadapi secara praktis dan
melakukan hasilnya dalam rangka kerja sama antar umat beragama. Dialog ini tidak
mewakili komunitas, tetapi yang terpenting adalah menjalin hubungan, relasi antar-
pribadi, kelompon yang berbeda agama.
c. Dialog informal, terjadi dalam masyarakat secara empiris, yang meliputi segala bentuk
pergaulan. Ada banyak wujud dialog informal, seperti kegiatan di RT, RW, Kelurahan,
aksi sosial, dan lain-lain yang melibatkan semua warga yang berbeda agama. Dalam
dialog informal, tema tidak berkaitan dengan agama, melainkan masalah-masalah sosial
bersama.

B. Bentuk Dialog.
Ada beberapa bentuk dialog, antara lain dialog kehidupan, dialog percakapan, dialog
spiritualitas, dan dialog dalam tindakan.
a. Dialog kehidupan merupakan bentuk pertukaran pengalaman keagamaan, sehingga pihak
yang terlibat dapat saling membagi nilai-nilai dan kaidah keagamaan. Hal ini dapat
menimbulkan sikap saling percaya.
b. Dialog Percakapan. Dialog percakapan, biasanya dilakukan oleh para pakar
masingmasing agama yang bertujuan untuk mempercakapkan ajaran agama mereka
masingmasing, agar mereka saling mengerti dan saling menghormati.
c. Dialog aksi. Dialog ini biasanya terjadi dalam rangka kerjasama, untuk menentukan
tindakan yang dapat dilakukan bersama, sehingga tercipta keharmonisan bersama.

C. Prinsip Dialog dalam Agama Kristen.


Dalam ajaran Kristen, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru sangat sarat
dengan dialog. Kejadian 1-11, Tuhan menciptakan alam semesta termasuk semua manusia.
Manusia dicptkan menurut Citra Allah. Artinya, ada keunikan dari diri manusia, yakni
menunjukan pada kemanusiaan manusia. Dalam situasi apapun ia tetap manusia dan tidak
akan kehilangan kemanusiaannya. Namun, rusaknya hubungan manusia dengan Allah
membuat rusak hubungan manusia dengan sesama dan dengan Allah. Oleh karena itu perlu
adanya dialog untuk memulihkan kembali hubungan yang rusak. Dalam Perjanjian Baru,
berdialog dengan orang beragama lain, bisa dimulai dari pertanyaan : siapakah sesama kita
(Lukas 10:29)? Apakah saya menjadi sesama bagi orang lain (Lukas 10:37)?. Jawaban Yesus
menjebol tembok-tembok pemisah apapun latar belakang etnis-agamanya. Dari jawaban
44

Yesus, apapun agamanya: Islam, Budha, Hindu, Katolik, dll, adalah sesama, saudara bagi
orang Kristen.

D. Syarat-syarat dalam Dialog.


1) Kepribadian yang utuh.
2) Dapat mengatasi kendala atau tantangan.
3) Adanya ketulusan dan kejujuran.
4) Sikap saling menghormati dan saling menerima.
5) Prinsip kebebasan.
6) Berpikir positif dan percaya.
7) Adanya kerendahan hati.
8) Win-win solution.

E. Hambatan Dalam Dialog


1) Sikap tertutup, eksklusif.
2) Sikap primordial dan radikal.
3) Sikap fundamentalis.
4) Sikap superioritas.
5) Sikap menakluk.
6) Sikap ingin menang sendiri.

F. Harapan dialog bagi masa depan:


1) Dialog antar umat berama bukan untuk meniadakan perbedaan, melainkan sebagai
penyelidikan bersama antar umat beragama mengenai perbedaan itu secara jujur dan
kritis-positif. Artinya menjaga identitas dan kesucian agama, tetapi tidak
meremahkan dan menjelek yang lain.
45

2) Dalam dialog antar umat beragama, semua pandangan yang bersifat primordial,
radikal, harus dihilangkan. Orang yang berbeda jangan dianggap musuh, kafir,
melainkan tetapsesama.
3) Indonesia adalah negara yang sangat plural, terutama dalam hal agama. Itu berarti
kekuatan sekaligus kelemahan terletak pada kesatuan atau pertentangan antar umat
beragama. Hubungan yang saling menghormati, menghargai, toleransi, antar umat
beragama adalah potensi besar untuk keutuhan kesatuan Indonesia; sebaliknya
kekerasan atas nama agama, teror, akan menjadi ancaman buat keutuhan Indonesia
Raya. Jelas, peran agama-agama sangat menentukan Indonesia mau dibawa kemana?
Kejayaankah atau kehancuran. Hendaklah hal ini disadari oleh semua agama.
Positifkah atau negatifkah peran agama-agama di Indonesia? Dalam hal ini, tanggung
jawab para ulama dan pemimpin serta cendikiawan agama sangat menentukan.
Merekalah yang seharusnya mempunyai wawasan jauh ke depan untuk mengatasi
pelbagai kesempitan (priomordialisme, radikallisme) yang telah berkembang dalam
agama masing-masing. Untuk masa depan Indonesia, agama-agama harus berani
mengambil sikap yaitu lari dari primordialisme, radikalisme, dan fundamentalisme
dan berani membuka diri dalam pradigma kemanusiaan yang universal.

Evaluasi :
1) Sebutkan jenis-jenis dialog ?
2) Apa yang dimaksud dialog kehidupan?
3) Prinsip-prinsip apa saja yang harus ada dalam dialog?
4) Apa saja yang bisa menghambat dialog?

Sumber-sumber:
1. A. Yewangoe, (2002), Iman, Agama dan Masyarakat, dalam Negara Pancasila, BPK,
Gunung Mulia, Jakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Gerrit Singgih, (2004), Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks Awal
Milinium III, BPK, Gunung Mulia, Jakarta.
4. Jan Aritonang, (2005), Sejarah Perjumpaan Islam dan Kristen di Indonesia, BPK, Gunung
Mulia, Jakarta.
46

5. Judo Poerwowidagdo, (1999), Empowring for Reconciliation, Duta Wacana University


Press, Yogjakarta.
6. Marko Mahin dan Tulus Tu’u, (2008), Mengasihi Tuhan dan Sesama, STT-GKE,
Banjarmasin.
7. Paulus Ajong (2006), Menguak Bara Dalam Sekam: Membangun Relasi Positif Pasca
Konflik Dayak-Madura, UKDW, Yogjakarta.
8. Marko Mahin dan Tulus Tu’u, (2008), Mengasihi Tuhan dan Sesama, STT-GKE,
Banjarmasin.
9. Paulus Ajong (2006), Menguak Bara Dalam Sekam: Membangun Relasi Positif, Thesis,
UKDW, Yogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai