Adoc - Pub Pendidikan Agama Kristen
Adoc - Pub Pendidikan Agama Kristen
Adoc - Pub Pendidikan Agama Kristen
Disusun oleh:
Pdt. Freddy Siagian, M.Th /
Susilawati Ginting, S.Th
Gambaran Umum:
Maksud dan Tujuan Pendidikan Nasional, khususnya Mata Kuliah Pendidikan Agama
Kristen, adalah mendidik mahasiswa agar beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, serta dapat menghayati imannya dalam konteks kehidupan bergereja,
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Dalam kaitan dengan hal tersebut, maka materi
perkuliahan Pendidikan Agama Kristen yang diberikan pada semester pertama adalah
berkisar tentang: Realitas Sosial dan Hakikat Agama, Dasar-dasar Agama Kristen, Dasar-
dasar iman Kristen, Dialog Antar Umat Beragama dalam masyarakat majemuk di Indonesia.
Kompetensi:
Setelah mengikuti Mata Kuliah ini, mahasiswa diharapkan:
1. Mampu menyadari konteks dan realitas sosial di mana agama-agama tumbuh dan
berkembang.
2. Memiliki konsep dan pemahaman yang benar tentang dasar-dasar agama Kristen.
3. Memahami, meyakini dan menghayati dasar-dasar iman Kristen, dalam kehidupan
bergereja, bermasyarakat dan bernegara.
4. Memiliki pemahaman tentang pentingnya dialog antar umat beragama dalam masyarakat
majemuk, seperti di Indonesia.
Alokasi Waktu:
Perkuliahan dilaksanakan dalam 16 pertemuan tatap muka efektif, dan masing-masing
pertemuan 2 sks dengan rincian sebagai berikut:
Penilaian:
Alat Penilaian berbentuk Praktikum, Lisan, Tulisan.
Terdapat empat komponen dalam penilaian:
1. Tugas : 40 %
2. UTS : 20 %
3. UAS : 40 %
Kompetensi : Memahami dan menyadari Kenyataan dan Konteks Indonesia tempat agama-
agama berkembang.
Sub Kompetensi:
1. Mampu menyadari konteks di mana agama-agama ada.
2. Menerima dan menghargai keragaman yang ada.
3. Menyadari adanya hak dan kewajiban yang sama.
4. Dapat menjauhi Sikap Eksklusifisme, fanatisme, radikalisme dalam beragama.
Bahan Ajar:
A. INDONESIA NEGARA YANG PLURAL
Indonesia adalah negara yang pluralistik; plural secara budaya, etnik, dan tentu saja
agama. Itu berarti peran etnik dan agama di Indonesia sangat menentukan bagi masa depan
bangsa ini. Apakah Indonesia dapat tetap utuh sebagai negara kesatuan republik Indonesia
yang membangun kehidupan sejahtera, adil, makmur berdasarkan Pancasila, salah satunya
sangat tergantung dari peran agama-agama.
Agama dengan sendirinya dihubungkan dengan yang suci, baik hati, berbelas kasih,
damai. Namun, dalam kenyataan, kita mengamati bahwa dalam banyak tindak kekerasan,
terorisme, dan konflik berdarah, agama adalah salah satu yang terlibat di dalamnya. Oleh
karena itu, agama-agama yang ada di Indonesia, harus menyadari konteksnya, dimana ia
ditempatkan dan berada, yakni di bumi Indonesia yang ciri khas mendasar, yang tidak dapat
ditolak oleh siapapun adalah pluralitas, termasuk pluralitas dalam agama. Negatif atau positif
peran agama-agama sangat menentukan kesatuan, keutuhan negara kesatuan Republik
Indonesia ini.
Ciri sekaligus sifat kepelbagaian tersebut, sebagai fakta sejarah kemudian disatukan
menjadi negara kesatuan dengan dasar negara Pancasila, dengan lambang Garuda lengkap
dengan motto Bhinneka Tunggal Ika, artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Pancasila
sebagai ideologi negara merupakan payung sekaligus dasar bagi bangsa yang masyarakatnya
majemuk dalam hal agama.
4
tidak dapat dikendalikan, akan menimbulkan bahaya konflik yang berkepanjangan dan bisa
mengakibatkan disintergrasi sosial. Oleh karena itu, kerukunan antar umat beragama adalah
sesuatu yang sangat didambakan, tetapi sekaligus juga membutuhkan perjuangan berat untuk
mencapainya.
ungkapan “kafir” terhadap agama lain. Kecenderungan ini berlaku pada agama apapun,
apabila agama dipahami secara ekslusif dan tertutup.
SUMBER –SUMBER:
1. Nats Alkitab: Mazmur 145:9a.
2. A.A. Yewangoe. (2002). Iman, Agama, Masyarakat dalam Negara pancasila. BPK.
Gunung Mulia. Jakarta.
3. Brotosudarmo. (2009). Pendidikan Agama Kristen Untuk Perguruan Tinggi. Andi.
Yogjakarta.
4. Jan Aritonang. (2005). Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia. BPK
Gunung Mulia. Jakarta.
5. Tim Balitbang PGI. (2003). Meretas Jalan Teologi Agama-agama di Indonesia. BPK
Gunung Mulia. Jakarta.
6. Gerit Singgih. (2002). Iman, Politik dalm Era Reformasi. BPK Gunung Mulia.
Jakarta.
7
Kompetensi : Mahasiswa mampu memahami tentang Pengertian, Konsep, Teori dan Manfaat
dari agama bagi kehidupan manusia.
Sub Kompetensi :
1. Mengerti tentang definisi agama.
2. Mengerti agama lapis atas
3. Mengerti agama lapis bawah
4. Mengerti manfaat agama bagi kehidupannya.
5. Memahami pentingnya pengorganisasian agama.
Bahan Ajar:
A. PENGERTIAN DAN ISTILAH AGAMA.
Dalam bahasa Sansekerta, agama berasal dari istilah “gama” yang artinya jalan atau
tindakan atau keberangkatan. Agama juga berarti ilmu atau pengetahuan atau pelajaran atau
norma atau hukum. Agama adalah suatu jalan atau tindakan praktis yang berkaitan dengan
ajaran suatu pengetahuan atau ilmu.
Dalam bahasa Latin dikenal dengan istilah “religio” yang artinya mengikat,
menambat, menjalin, menganyam. Istilah religio berhubungan dengan hati nurani, batin,
perasaan, dan keyakinan. Agama adalah seseorang yang dengan sadar, mengikatkan atau
menyangkutkan dirinya dengan Yang Maha Kuasa. Bahasa Latin ini kemudian diterjemahkan
dalam bahasa Inggris menjadi religion. Namun religion lebih dikaitkan dengan arti tabu,
larangan, pantangan yakni pengekangan diri, pengendalian diri dalam kaitannya dengan suatu
sistem kepercayaan, ibadah.
B. ASAL-USUL AGAMA
Manusia adalah mahkluk kodrati dan adikodrati. Secara kodrati, manusia selalu
berjuang untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Secara adikodrati, manusia selalu
berjuang berhubungan dan mencari Yang Mutlak yaitu Tuhan. ada beberapa teori tentang
kemunculan agama, seperti:
8
a. E.B. Tylor. Ia mengatakan bahwa agama tertua di muka bumi ini adalah animisme.
Yaitu kepercayaan akan adanya mahkluk halus atau roh-roh yang mendiami alam
semesta ini. Fenomena ini merupakan bentuk awal dari agama.
b. R.R. Marret. Ia mengatakan bahwa agama tertua ada pra-anismisme yaitu dynamisme.
Manusia merasa rendah diri, dan takut akan gejala-gejala alam, benda-benda gaib.
c. W. Schmidt. Ia mengemukakan bahwa, agama asli adalah pra animisme bukan
dynamisme, melainkan monotheisme, yaitu kepercayaan terhadap satu oknum atau zat
tertinggi, Ilahi.
d. Jhon Calvin dan Agustinus. (Tokoh Reformasi Gereja). Mereka mengemukakan,
bahwa agama adalah semen religionis, artinya dalam diri setiap manusia terdapat
perasaan ingin berhubungan dengan Yang Maha Kuasa. Manusia selalu cenderung
ingin mencari Tuhan. Dalam diri manusia terdapat perasaan yang suci untuk
mengenal dan mencari Tuhan.
Dari berbagai pendapat di atas, agama terbagi menjadi dua lapis, yakni agama lapis
atas dan agama lapis bawah. Agama lapis atas, adalah agama yang dinyatakan melalui
pewahyuan (revealed religion). Dalam bahasa Ibrani disebut syamayim, artinya langit, sorga,
atas, tinggi. Agama yang diwahyukan oleh Tuhan dari sorga. Agama samawi meliputi, agama
Yahudi, agama Kristen dan agama Islam. Agama-agama samawi adalah agama monoteisme,
yaitu percaya pada satu Tuhan. Agama lapis bawah, didasarkan pada penghayatan adanya
Yang Maha Kuasa melalui ciptaan yang ada, yakni segala mahkluk, roh, benda di alam raya.
Dari pengertian ini muncul apa yang disebut agama alamiah. Yang meliputi: animisme:
kepercayaan bahwa dalam dunia ini adanya roh-roh berkuasa. Roh orang mati, roh gaib.
Dynamisme, kepercayaan tentang adanya roh-roh yang menghuni benda-benda tertentu,
seperti keris, tempayan, pohon, batu, gunung, dll. Polyteisme, kepercayaan kepada ada
banyak tuhan.
Emille Durkheim, mengatakan agama adalah fakta sosial yang obyektif dan
merupakan fenomena otonomi. Objektifitas meliputi 3 karakter: Pertama, agama mempunyai
sifat pewarisan, kedua, dalam masyarakat tertutup, agama bersifat umum, kolektif. Ketiga,
agama merupakan kewajiban, meskipun tidak ada paksaan.
Sumber-sumber:
1. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
4. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
Evaluasi :
1) Apa yang membedakan manusia dengan binatang dalam kaitan dengan agama?
2) Bagaimana proses kemunculan agama-agama?
3) Jelaskan istilah agama ditinjau dari bahasa Sansekerta, Latin, Arab, dll?
4) Jhon Calvin dan Augustus mendefenisikan agama seperti apa?
5) Apa saja manfaat dari agama dalam kehidupan seseorang?
6) Mengapa manusia merasa perlu beragama?
7) Mengapa agama membutuhkan pengorganisasian?
10
Sub Kompetensi :
1. Mengerti apa itu agama Kristen.
2. Mengerti bahwa Alkitab sumber ajaran agama Kristen.
3. Mengerti Kitab-kitab Perjanjian Lama dan kaitannya dengan Kristus
4. Mengerti kitab-kitab Perjanjian Baru, sebagai Inti Pengajaran Kristus
A. LATAR BELAKANG
1. Berita Alkitab
a. Kitab Perjanjian Lama.
Setelah Tuhan menjadikan langit-bumi dan seisinya, termasuk manusia,
muncullah
peristiwa yang menjadi asal dari segala penderitaan, yakni manusia memberontak
terhadap
Tuhan, yaitu tidak mematuhi firman-Nya (Kej. 3). Dosa yang dilakukan manusia,
mengakibatkan bukan hanya tercemarnya manusia di hadapan Tuhan, melainkan juga
putus hubungan manusia dengan Allah. (Kej.3:14-15). Dosa juga berdampak rusaknya
hubungan antar sesama manusia (Kej 4). Dampak dari dosa manusia, adalah manusia
cenderung selalu memberontak dan melanggar hukum, aturan dan ketetapan baik
yang dibuat manusia sendiri, maupun yang ditetapkan oleh Allah.
Dalam kitab Kejadian, Tuhan Allah tidak membiarkan manusia menjadi rusak,
meskipun Tuhan telah menjatuhkan hukuman atas dosa manusia. Allah tetap
menunjukkan kasih setia dan panjang sabar terhadap manusia. Tuhan tidak
membiarkan manusia jatuh dalam kehancuran dan kebinasaan. Dalam hukuman-
hukuman yang ditimpakan kepada manusia, Tuhan selalu saja mengecualikan
beberapa orang, misalnya Nuh dan Lot.
11
Evaluasi :
1) Mampukah manusia menyelamatkan dirinya sendiri?
2) Mengapa manusia perlu diselamatkan?
3) Siapa yang dimaksud mesias oleh Yesaya?
4) Apakah nubuatan telah tergenapi dengan kelahiran Yesus
Sumber-sumber:
1. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
4. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
12
5. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.
Kompetensi : Mahasiswa mampu mengerti dan memahami siapa Yesus dan karya-Nya di
tengah-tengah dunia.
Sub Kompetensi :
1. Mampu memahami proses kelahiran Yesus dan perkembanganNya.
2. Mampu mengerti makna dari setiap karya dan pengajaran Yesus.
3. Mampu mengerti alasan Yesus mengumpulkan dan mengutus para murid.
menyelamatkan manusia hanya Allah sendiri. Itulah sebabnya di dalam Yesus dosa ditebus
dan diampuni serta ada keselamatan.
Evaluasi :
1) Mengapa Yesus disebut anak Allah dan juga disebut anak Manusia?
2) Apa maksud Pencobaan di awal karya Yesus?
3) Apa saja mujizat yang Yesus lakukan?
Sumber-sumber
1. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
4. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
5. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.
6. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
7. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.
Pertemuan ke 5
15
Kompetensi : Mahasiswa mampu mengerti dan menghayati, makna dan arti kematian
dan kebangkitan Yesus.
Sub Kompetensi :
1. Mampu memahami rangkaian via dolorosa yang dijalani Yesus.
2. Mampu memahami makna kematian.
3. Mampu memahami kebangkitan mengalahkan kuasa maut.
Bahan Ajara
A. KESENGSARAAN DAN KEMATIAN YESUS
Tanda-tanda kesengsaraan dan kematian Yesus telah nampak dalam hal: Ia
dimuliakan di atas gunung (Mat. 17:1-13, Mrk. 9:2-13, Luk.9:28-36). Untuk menegaskan
bahwa Ia adalah Mesias yang diharapkan manusia. Penyelamatan melalui kesegsaraan dan
kematianNya. Demikian juga saat Ia masuk Yerusalem, menjelang paskah (Mat. 21:1-11,
Lukas 19: 29-38). Yesus Kristus diminyaki (Yoh. 12:1-11) sebagai lambang kematian dan
kebangkitanNya. Yesus sendiri juga sudah menyadari, bahwa Ia akan mengalami sengsara
(Lukas 22: 7-23, Markus 14:17-25, Yohanes, 13:21-30). Ia memimpin perjamuan Kudus,
sebagai tanda untuk mengingat akan Dia. Yesus sempat menghadapi pergumulan menghadapi
kesengsaraan-Nya (Matius 26: 36-46). Pergumulan itu membuat Yesus sangat berduka,
sehingga menetes keringat darah (Lukas 22:44). Setelah itu Yesus ditangkap (Matius 26:47-
56), diadili dihadapan Majelis Bicara Yahudi yaitu Sanhendrin (Yoh 18:12-34), di hadapan
Pontius Pilatus (Mat. 27:11-31. Namun, Pontius Pilatus cuci tangan, karena tidak mendapati
kesalahan apapun. Walaupun demikian, pengadilan rakyat berlangsung, dengan
membebaskan seorang pemberontak, sebagai ganti Yesus Kristus. Rakyat Yahudi
memutuskan, agar Yesus Kristus dihukum mati, sesuai dengan hukum Romawi yakni
disalibkan. Penyaliban Yesus dilaksanakan di bukit Golgota, dengan diapit dua penjahat
lainnya (Mat. 27:32-56, Mrk. 15: 20-41), Lukas 23: 33-49, Yoh. 19:16-30). Di atas salib
Yesus tetulis tiga bahasa, Ibrani, Latin dan Yahudi: Jesus Nasarenus Rex Iudaerum (inilah
16
Raja orang Yahudi). Yesus menghembus nafas terakhir, diakhiri dengan teriakan, Eli,Eli
lama sabaktani: artinya Ya Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku.
Kematian Yesus menimbulkan reaksi dari semesta alam. Pukul 12-13 waktu setempat, terjadi
gerhana total, tirai Bait Suci terbelah, gempa bumi terjadi, kubur-kubur orang mati terbuka.
Dengan tanda-tanda itu, komandan Romawi mengakui bahwa Yesus benar-benar Anak Allah
(Mat. 27:54, Luk. 24:47).Untuk meyakinkan bahwa Yesus telah mati, lambungNya ditikam,
dan mengeluarkan darah dan air, tanda kematian total (Maz. 35:21, Zak.12:10).
B. KEBANGKITAN YESUS
Setelah mati, mayat Yesus diturunkan dan dikuburkan di kuburan milik Yusuf
Arimatea atas izin Pontius Filatus. Karena ketakutan, Sanhendrin, kuburan Yesus disegel batu
besar dan dijaga prajurit Romawi. Ketakutan tersebut atas dasar pernyataan Yesus, bahwa ia
akan bangkit pada hari ke tiga dari antara orang mati.
Pada hari Minggu dini hari, secara faktual Yesus benar-benar bangkit dari kematian.
Batu penutup terguling, para prajurit penjaga ketakutan, menggelepar dan pingsan melihat
kejadian itu (Matius 28:4). Kebangkitan Yesus Kristus menuai pro dan kontra di antara para
murid Yesus sendiri. Namun akhirnya semuanya percaya, karena Yesus sendiri yang berkali-
kali menemui mereka dengan menampakkan diriNya (Mat. 28:1-10, Luk. 24:1-12, 19-35,36-
49, Yoh. 20:1-13,19-31).
Berita kebangkitan Yesus tidak dapat diterima oleh para Imam Yahudi. Mereka
berusaha menyuap para penjaga kuburan, supaya bersaksi, bahwa mayat Yesus telah dicuri
oleh murid-muridNya, ketika tentara tertidur (Mat.28:11-15). Justru berita yang dimanipulasi
inilah yang sampai sekarang membuat banyak orang tidak mempercayai Kebangkitan Yesus.
Evaluasi :
1) Mengapa Yesus tidak membela diri, menolak atau melawan setiap tuduhan yang
dikenakan kepadaNya?
2) Apa arti kematian?
3) Apa arti kebangkitan Yesus bagi kita?
Sumber-sumber
1. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
17
Kompetensi : Mahasiswa mampu mengerti dan memahami latar belakang, alasan, pendorong
munculnya agama Kristen.
Sub Kompetensi :
1. Mengerti arti dan makna kebangkitan / paskah.
2. Mengerti makna pencurahan Roh Kudus.
3. Mengerti makna harga yang harus dibayar karena mengikuti Kristus.
4. Mengerti apa makna pertobatan.
5. Mengerti perluasan ajaran Kristus
Bahan Ajar:
A. HARI RAYA PASKAH YAHUDI
Paskah berasal dari bahasa Ibrani: Pesakh; melompat dengan satu kaki; Yunani:
paskha, pasca: yang artinya sudah lewat, sudah lalu, sudah lampau. Paskah bagi agama
Yahudi adalah untuk memperingati peristiwa keluarnya bangsa Israel dari perbudakan
Mesir. Peristiwa keluaran tersebut dipimpin Musa. Sebagai peringatan peristiwa keluaran,
orang Israel selalu menyembelih domba. Hal ini berkaitan dengan tulah terakhir kematian
anak sulung yang memaksa Firaun membebaskan orang Israel (Keluaran 11). Kepada orang
Israel haruslah menyembelih domba, dan darahnya haruslah dioleskan pada tiang pintu
supaya terluput dari tulah (Kej 12:7). Malaikat Tuhan melompat dengan satu kaki, dari
rumah ke rumah yang tidak ada olesan darah, dan kepadanya ditimpakan kematian anak
sulung (manusia dan ternak). Setiap tahun orang Israel, selalu memperingati Paskah. Persis
pada peringatan paskah Yahudi, Yesus bangkit dari kematian, yakni hari ketiga setelah
kematianNya.
Peristiwa kebangkitan Yesus dari kematian, terjadi pada hari ke tiga, yaitu hari
Minggu subuh, tepat pada hari Paskah. Setelah peristiwa kebangkitan, selama 40 hari Yesus
berkali-kali menampakkan diri kepada murid-muridNya dan orang banyak.
Ada tiga maksud dari penampakan diri Yesus:
1) Tuhan Yesus mengumpulkan kembali para murid dan semua orang percaya yang
tercerai-berai seperti domba kehilangan gembala.
2) Tuhan Yesus menyadarkan mereka, supaya percaya dan beriman kembali.
3) Tuhan Yesus memberikan kuasa dan tugas baru, yakni menjadi saksi kebangkitanNya
(Luk. 24:48) dan memberitakan Injil ke seluruh penjuru dunia (Mat.28:16-20).
Evaluasi :
1) Apa perbedaan paskah bagi agama Yahudi dan agama Kristen?
2) Apa itu Roh Kudus?
3) Mengapa orang Kristen dianiaya?
4) Apa akibat dari penganiayaan terhadap pernyebaran agama Kristen?
Sumber-sumber
1. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
4. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
5. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.
6. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
7. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.
20
Kompetensi : Mahasiswa mampu mengerti dan memahami latar belakang, alasan, pendorong
munculnya agama Kristen.
Sub Kompetensi :
1. Mengerti arti dan makna kebangkitan / paskah.
2. Mengerti makna pencurahan Roh Kudus.
3. Mengerti makna harga yang harus dibayar karena mengikuti Kristus.
4. Mengerti apa makna pertobatan.
5. Mengerti perluasan ajaran Kristus.
gereja perdana (Kis. 7:54-60). Namun, semakin diburu, dikejar, dianiaya dari pihak agama
Yahudi, semua orang percaya semakin berkobar-kobar, semakin bersemangat berskasi
tentang nama Kristus. Seiring pelarian, orang-orang Kristen ke segala arah, gereja semakin
meluas dan menyebar.
“Amanat Agung” Matius 28:19-29, Markus 16:14-20, Kisah rasul 1:8, Injil harus
disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia. Semua orang Kristen harus dan wajib
menjalankan amanat agung itu. Gereja tersebar di seluruh penjuru dunia, Eropa, Asia,
Amerika, Afrika, Australia, dan sebagainya. Setiap tempat ada hambatan, dan semakin
dihambat semakin merambat.
Evaluasi :
1) Mengapa orang Kristen ditolak oleh orang Yahudi?
2) Apa maksud penganiayaan yang dilakukan orang Yahudi terhadap Kekristenan?
3) Bagaimana pemahaman Romawi terhadap Kekristenan?
4) Mengapa puncak penganiayaan orang Kristen terjadi di zaman kaisar Nero?
5) Mengapa Kekristenan kemudian menjadi agama negara Romawi?
6) Apa saja kebijakan Kaisar Theodosius yang menguntungkan Kekristenan?
Sumber-sumber
1. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
4. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
5. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.
6. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
7. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.
23
GEREJA
Kompetensi : Mahasiswa mampu mengerti dan memahami latar belakang, konsep dan
wujud dari gereja-gereja yang ada.
Sub Kompetensi :
1. Mampu mengerti konsep, defenisi dan arti dari gereja.
2. Mampu memahami ciri-ciri gereja mula-mula.
3. Mampu mengerti latar belakang gereja terbagi dua.
4. Mampu memahami munculnya aliran-aliran dalam kegerejaan.
Evaluasi :
1) Apa itu gereja?
2) Bagaimana kehidupan gereja mula-mula?
3) Siapa saja aktor dalam reformasi gereja?
4) Usaha apa saja yang dilakukan untuk menyatukan gereja-gereja yang terpecah?
Sumber-sumber
1. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
4. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
5. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.
6. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
27
7. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.
TRITUNGGAL
Sub Kompetensi :
1. Mampu memahami konsep Tritunggal yang menjadi sentral dalam iman Kristen.
2. Mampu memahami konsep Allah Bapa secara Alkitabiah.
3. Mampu memahami konsep Allah Anak secara Alkitabiah
4. Mampu memahami konsep Allah Roh Kudus secara Alkitabiah.
5. Mampu memahami hubungan Tiga Pribadi dalam Satu Substansi Ilahi, dan Satu
Keilahian dalam Tiga Pribadi.
A. PENDAHULUAN.
Intisari dari iman Kristen terletak pada Allah Tritunggal. Allah Bapa, Allah Anak
dan Allah Roh Kudus. Allah Tritunggal adalah satu Kodrati Ilahi dalam Tiga Pribadi. Tiga
bukan berarti ada tiga Allah. Allah tetap satu. Tetapi Allah Yang Satu terwujud dalam Tiga
Pribadi. Tiga Pribadi: Bapa, Anak, Roh Kudus dalam Satu Substansi, Zat Ilahi, yaitu Allah.
Tidak mudah untuk mengerti bagaimana memahami Satu Allah dalam Tiga Pribadi, Tiga
Pribadi dalam Satu Substansi, Ilahi. Ada berbagai macam teori, ilustrasi untuk
menggambarkan hubungan Tritunggal, namun tidak ada satupun mampu mencerminkan
hubungan-hubungan secara persis. Ada teori yang mengatakan TRITUNGGAL ibarat API.
Dalam Api, terdapat: 1) Sinar- Cahaya, 2) Panas, Energi, 3) Asap. Cahaya, Panas, Asap
semuanya berasal dari satu substansi yaitu API. Tidak ada panas, tidak ada cahaya, tidak ada
asap, kalau tidak ada API. Asap, Cahaya, Panas, adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
Satu Substansi Api. Namun, bagaimanapun, tetap saja konsep tentang TRITUNGGAL sulit
dipahami oleh akal, namun bisa dimengerti dengan iman, dan berita Alkitab. Adanya
28
Tritunggal terbukti dari dalam Alkitab: Mat.3:16, Rom. 8:9, 1Kor.12:3-6, Ef. 4:4-6, 1Pet 1:2,
1 Yoh. 5:7, Yud. 20:21. Bahkan dalam Perjanjian Lama, Kejadian 1:26, marilah “Kita”
menjadikan manusia. Kata “Kita” adalah menunjukkan arti jamak, lebih dari satu. Kejadian
1: 2: Roh Allah melayang-layang. Dalam Alkitab, nama Allah dipakai untuk ketiga oknum:
Kel. 20:2, Yoh. 20:28, Kis. 5:3-4. Bahkan Yesus sendiri menyebutkan Tritunggal yakni:
Matius 28:19, 2Kor 13:13.
Sumber-sumber :
1. Banawiratma, Kristologi dan Allah Tritunggal, (1986), Kanisius, Yogjakarta
2. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
3. Brotosudarmo, (2008), PAK untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
4. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
5. Humes, dkk, (1992), Mini Konkordansi, Tritunggal, Yayasan KMK, Jakarta.
6. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
31
Pertemuan ke 10
KONSEP TENTANG DOSA
Kompetensi : Mampu memahami apa itu dosa, wujud dan bentuknya serta akibat-akibat
dari dosa dalam kehidupan manusia.
Sub Kompetensi :
1. Mengerti tentang konsep-konsep dosa
2. Mengerti awal mula kejatuhan manusia dalam dosa dan akibatnya
3. Mengerti tentang dosa dalam Perjajian Baru
4. Mengerti akibat dari dosa jika tidak ditebus.
sudah dimulai sejak manusia meragukan Firman Allah (Kej. 2:16-17, Kej: 3:1-4). Wujud
dosa memang mendatangkan kenikmatan, tetapi akibat dosa membuat manusia, merasa malu,
takut, salah (Kej. 3:7-11), serta mendatangkan hukuman.
3. Akibat Dosa
Secara singkat akibat dari dosa: rusaknya hubungan manusia dengan Allah, dan
rusaknya hubungan manusia dengan sesama. Kerusakan hubungan ini mengakibatkan
putusnya hubungan. Sifat dosa adalah menjajah, membelenggu, sehingga manusia menjadi
budak dosa. Kalau sudah menjadi budak dosa, manusia semakin jahat, semakin rusak,
semakin terputus hubungan dengan Tuhan dan sesama (Yoh. 8:34, Roma 6:16, 7:14-15, Gal.
3:22). Dosa bisa membuat hati manusia semakin bebal, keras, membatu, membandel (tidak
mudah cair, degil) pikiran mudah gelap, kalut (Ef. 4:18). Timbul kecenderungan untuk
melanggar hukum dan ketentuan Tuhan (Yes. 59:2; Roma 8:7). Wujud, rusak, konflik,
perang, kejahatan.
Upah dosa adalah maut (Roma 6:23). Artinya hubungan Allah dan manusia terputus
secara total, sehingga semakin jauh dan terlepas dari Tuhan. terlepas artinya mengalami
kematian kekal, kebinasaan kekal. Akibat dosa mendatangkan murka Tuhan (Mat. 3:7; Luk.
3:7, 1Tes. 1:10) akhirnya murka Tuhan akan ditimpakan (Roma 1:18).
D. Jenis-jenis dosa:
Alkitab tidak memberitakan jenis-jenis dosa, berat atau ringan. Tetapi inti dosa:
pemberontakan terhadap Tuhan, tidak mencari Tuhan, dan menginginkan Tuhan (Roma 21:
1, 5:12, 11:32).
33
Apapun dosa yang kita lakukan, itu bisa diampuni, apabila kita bertobat. Dosa yang
tidak bisa diampuni, yakni menghujat Roh Kudus (Mat.12:31, Mrk. 3:29, Luk. 12:10,
termasuk mendukakan Roh Kudus (Ef. 4:30), memadamkan Roh Kudus (1Tes. 5:19).
Evaluasi :
1) Apa itu dosa?
2) Bagaimana wujud dosa dalam Perjanjian Lama?
3) Apa itu Hamartana dalam Perjanjian Baru?
4) Apa akibat dari kerusakan hubungan manusia dengan Allah?
Sumber-sumber:
1. Banawiratma, Kristologi dan Allah Tritunggal, (1986), Kanisius, Yogjakarta
2. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
3. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
4. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
5. Humes, dkk, (1992), Mini Konkordansi, Tritunggal, Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
Jakarta.
6. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
7. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.
8. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
9. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.
34
Pertemuan ke 11
Sub Kompetensi :
1. Mengerti akibat-akibat dari dosa dan upaya manusia melepaskan dirinya.
2. Mengerti bahwa usaha manusia tidak mampu membebaskan diri dari kuasa dosa, selain
dari anugerah Allah.
3. Mengerti bagaimana manusia dapat diselamatkan, dalam Yesus Kristus.
4. Mengerti apa dan bagaimana hidup dalam pertobatan.
A. Situasi Manusia
Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Manusia adalah citra Allah,
atau disebut Imago Dei, artinya gambar dan rupa Allah. Artinya hidup manusia baik rohani
maupun jasmani hidup dalam keselarasan dengan Allah. Manusia mempunyai pengetahuan
yang murni tentang norma, hukum dan kehendak Allah. Karena manusia hidup dalam
keselarasan dengan Allah, maka manusia tidak berbuat dosa. Namun, apa yang terjadi?
Ternyata manusia tidak dapat mempertahankan keadaan, keselarasan, mengetahui dan
mematuhi norma, hukum, dan kehendak Tuhan. Manusia tidak mau lagi berada dalam ikat
dengan Tuhan. Kejadian 3, manusia menggunakan kebebasannya untuk melanggar hukum
dan perintah Tuhan (memakan buah yang dilarang). Setelah berbuat dosa, memang manusia
dapat berbuat banyak. Namun, semua perbuatan itu adalah penuh dengan kesalahan. Manusia
semakin kreatif melakukan kesalahan. Kesalahan yang dibuat semakin bervareasi, dan
intensitas, kuantitas dan kualitas kesalahan semakin meningkat. Setelah berbuat dosa,
35
manusia masih bisa berbuat, secara sosial, budaya, politik bahkan religius sekalipun. Namun,
manusia tidak bisa membebaskan diri dan menyelamatkan dirinya sendiri.
B. Janji Keselamatan
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah Yang Maha Pengasih, tidak membiarkan
manusia mengalami kematian kekal atau kebinasaan. Olehk karena itu, Allah menyatakan
perjanjian keselamatan kepada manusia (Kej. 3:15. Yes.53:4-5, Zakh. 9:9, Mikh, 5:1, Dan.
9:24, Yes.11:1, Maz. 14:7, Ef. 1:4). Keselamatan itu ada dan melalui Yesus Kristus. Yesus
Kristus datang untuk: Menebus dosa, mengampuni dosa dan menyelamatkan orang percaya,
melalui kematian dan kebangkitanNya (Roma 5:19, Kol. 1:20-22, Tit. 2:14, Ibr. 2:14-15,
1Yoh.2:2). Lalu bagaimana manusia dapat diselamatkan dalam Yesus Kristus? Keselamatan
hanya manusia dapatkan dalam Yesus Kristus melalui pintu “Pertobatan”. Pertobatan berasal
dari kata Tobat, dari bahasa semitik tauba, atau tawba yang artinya: berbalik kembali,
berbakti kembali kepada Tuhan (Yes. 10:21-22). Dalam PB, artinya membelakangi kembali
yang dulunya disembah, dan berbalik kepada Tuhan. mengubah pikir yang salah, tidak
percaya, dengan pikiran yang percaya (Luk. 1:16-17). Tobat juga berarti: berbalik dari
berhala datang kepada Tuhan (Ibr. 6:1). Perubahan yang dimaksud, dimulai dari dalam hati
manusia sendiri (metanoia). Orang yang bertobat harus memenuhi kriteria-kriteria:
1) Tahu, mengerti, sadar bahwa ia seorang yang berdosa.
2) Mau mengakui dosa dan kesalahannya.
3) Mau mohon ampun atas dosa dan kesalahannya pada Tuhan.
4) Tidak mau lagi melakukan dosa, kesalahan, atau dengan kata lain membenci dosa.
Hanya dengan pertobatan, manusia dapat dibenar karena iman kepada Kristus (Roma
1:17, 3:22). Orang yang sudah bertobat dan beriman kepada Kristus, akan mengalami proses
pengudusan, serta mengalami hidup baru dan menjadi anak-anak Allah. Proses dari
pertobatan sampai pada pengangkat menjadi anak-anak Allah disebut pemugaran kembali
citra dan rupa.
Allah, sehingga benar-benar menjadi manusia baru (2Kor. 5:17) yakni manusia yang
sesuai dengan citra Allah (Roma 8:29, 12:2, 2Kor. 3:18, Kol. 3:10). Menjadi citra Allah,
berarti hidup dalam hubungan yang selaras, harmoni, baik, dekat, setia dengan Allah.
Pemugaran kembali sebagai citra Allah, berlangsung terus-menerus, dan terjadi setiap saat,
sesuai dengan hakikat pertobatan, yakni setiap waktu (2Kor. 4:16). Orang Kristen memahami
keselamatan bukan hanya spiritual-vertikal semata, melainkan holistik, meliputi jasmani dan
36
rohani, kini dan diakhirat. Wujud keselamatan dalam di sini dan kini, yaitu menghadirkan
perbuatan baik, sebagai buah dari iman. Iman tanpa perbuatan adalah
mati (Yak. 2:17, 20). Tetapi perbuatan baik, tidaklah cukup untuk menyelamatkan, jika tanpa
iman. Perbuatan baik hendaknya adalah wujud dari penghayatan iman. Perbuatan baik, tidak
mampu menyelamatkan, karena keselamatan adalah karena iman. Orang beriman, pasti
menhasilkan buah, yaitu perbuatan baik. Orang beriman pasti berbuat baik, dan tidak semua
orang yang berbuat baik adalah beriman.
Evaluasi :
1) Bagaimana situasi manusia saat belum diselamatkan dari dosa?
2) Dapatkah manusia menyelematkan diri dari dosa?
3) Bagaimana memahami Yesus Kristus membebaskan manusia dari dosa?
4) Apa arti Yesus manusia sejati dan Allah sejati?
5) Apa itu pertobatan?
Sumber-sumber:
1. Banawiratma, Kristologi dan Allah Tritunggal, (1986), Kanisius, Yogjakarta
2. Brotosudarmo, (2007), Etika Kristen Untuk Perguruan Tinggi, Andi, Yogjakarta.
3. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
4. Jhon Hick, (2001), Mitos dan Keunikan Agama Kristen, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
5. Humes, dkk, (1992), Mini Konkordansi, Tritunggal, Yayasan Komunikasi Bina Kasih,
Jakarta.
6. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Lama, Kanisius, Yogjakarta.
7. Groenen, (1984), Pengantar Perjanjian Baru, Kanisius, Yogjakarta.
8. Mulyanto,(1982), Penelitian Agama, Sinar Harapan, Jakarta.
9. Riemer, ( 2005), Jemaat Yang Hidup, Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jakarta.
37
Pertemuan ke 12
Kompetensi : mampu memahami akar penyebab kekerasan dan konflik atas nama agama,
serta cara mencegah dan mengatasinya.
Sub Kompetensi :
1. Mengerti apa itu kekerasan
2. Mengerti akar penyebab munculnya kekerasan-kekerasan atas nama agama.
3. Mengerti apa yang harus penganut agama lakukan untuk mencegah dan mengatasi
konflik antar agama.
4. Mengerti memecahkan masalah, mempersatukan tujuan dan memperhalus konflik.
A. Pendahuluan
Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, bahwa hubungan antar agama dalam
rentang sejarah mengalami pasang-surut. Begitu pula hubungan antar agama yang terjadi di
Indonesia. Salah satu hubungan yang selalu menjadi pusat keprihatinan kita bersama, adalah
hubungan yang diwarnai kekerasan dengan atas nama, sasaran, motif agama. Kekerasan
dimaksud merujuk pada pengertian yang lebih luas, seperti: tindakan penghancuran harta
benda, pengerusakan simbol-simbol keagamaan, pemukulan, penyiksaan, penganiayaan,
bahkan pembunuhan.
salah satu sistem hasrat ini, menghasilkan perasaan senang, gembira, kepuasan dan cinta
kasih. Rangsangan dari sistem hasrat lainnya, menghasilkan sensasi kecemasan, teror,
amarah. Motivasi setiap orang, berusaha untuk mencapai kegembiraan, kepuasan, dan cinta;
sebaliknya berusaha menjauhi rasa cemas, teror, takut.
Dua kehendak mendasar tersebut selalu mempengaruhi setiap orang, kelompok dalam
hubungan dengan orang, kelompok lainnya. Menurut Gurr, seseorang, kelompok bisa
mengalami kekecewaan, atau ketegangan; apabila keinginan untuk mencapai apa yang
diharapkan (rasa gembira, senang, cinta) tidak terwujud, dan kenyataan yang terjadi justru
sebaliknya (ketakutan, teror, ancaman). Kekecewaan atau ketegangan, bisa dialami oleh salah
satu pihak, tetapi bisa juga dialami oleh kedua belah pihak. Ketegangan dalam hubungan
sosial dalam masyarakat majemuk disadari, apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak
menyadari, bahwa apa yang dikehendaki seperti rasa aman, rasa tenang, damai tidak tercapai;
kenyataan yang terjadi justru rasa tidak aman, tidak damai, tidak tenang.
Kondisi ketegangan, kekecewaan menjadi energi penggerak yang berpotensi mendorong
seseorang, kelompok untuk bisa mengeluarkan diri, mengatasi dari sumber-sumber yang
dianggap rasa tidak tenang. Aksi kekerasan-destruktif bisa dilakukan oleh satu pihak atau
antar kedua belah pihak, terhadap sumber penyebab. Begitu juga kekerasan atas nama agama
dalam masyarakat majemuk. Sumber penyebab, bisa saja Teologis dan Non Teologis,
sebagaimana telah dipaparkan dalam pembahasan sebelumnya. Seperti: absolute truht claim,
declaration of holy war, penerbitan tentang agama lain oleh oleh bukan penganutnya, namun
tidak sesuai dengan apa yang diimani, sehingga dianggap menodai agamanya, masalah
tempat ibadah, penerapan peraturan pemerintah yang terkadang diskriminasi, kecurigaan
timbal-balik masing-masing pihak. Begitu juga aspek-aspek
6 Robert Ted Gurr, Deprivation Relative, dalam Thomas Santoso, Teori-teori Kekerasan,
(Surabaya, Gahlia Indonesia, 2002, 64) lainnya seperti kekuasaan, politik, ekonomi, baik
tingkat lokal, maupun nasional yang cenderung menjadikan agama sebagai kendaraannya.
intens di masa-masa mendatang. Oleh karena itu, adanya upaya pemahaman atas faktor-
faktor penyebab perjumpaan keras itu semakin relevan dan mendesak. Sehingga semua
agama-agama dapat mengantisipasinya, sebelum segala sesuatu menjadi terlambat. Adalah
dambaan kita bersama, jika semua penganut agama dalam masyarakat yang majemuk dapat
mewujudkan damai, toleransi, saling menghargai, karena sekaligus melindungi agama itu
sendiri dari pencemaran, yang pada gilirannya menimbulkan citra yang benar terhadap
agama.
Evaluasi :
1) Apa itu kekerasan atas nama agama?
2) Apa saja penyebab sering munculnya konflik antar agama?
3) Apa saja akibat konflik antar agama dalam masyarakat majemuk?
4) Bagaimana sebaiknya seluruh umat beragama mencegah konflik antar agama?
5) Apa yang dimaksud rekonsiliasi?
Sumber-sumber:
1. A. Yewangoe, (2002), Iman, Agama dan Masyarakat, dalam Negara Pancasila, BPK,
Gunung Mulia, Jakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Gerrit Singgih, (2004), Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks Awal
4. Milinium III, BPK, Gunung Mulia, Jakarta.
5. Jan Aritonang, (2005), Sejarah Perjumpaan Islam dan Kristen di Indonesia, BPK,
Gunung Mulia, Jakarta.
6. Judo Poerwowidagdo, (1999), Empowring for Reconciliation, Duta Wacana University
Press, Yogjakarta.
7. Marko Mahin dan Tulus Tu’u, (2008), Mengasihi Tuhan dan Sesama, STT-GKE,
Banjarmasin.
8. Paulus Ajong (2006), Menguak Bara Dalam Sekam: Membangun Relasi Positif Pasca
Konflik Dayak-Madura, UKDW, Yogjakarta.
9. Marko Mahin dan Tulus Tu’u, (2008), Mengasihi Tuhan dan Sesama, STT-GKE,
Banjarmasin.
10. Paulus Ajong (2006), Menguak Bara Dalam Sekam: Membangun Relasi Positif, Thesis,
11. UKDW, Yogjakarta.
40
Pertemuan ke 13
ARTI DAN TUJUAN DIALOG.
Kompetensi : Mampu mengerti tentang pentingnya dialog antar umat beragama dalam
masyarakat yang majemuk.
Sub Kompetensi :
1. Mengerti tentang arti, konsep tentang dialog antar umat beragama.
2. Mengerti tentang manfaat, tujuan dari pentingnya dialog antar umat beragama.
B. Tujuan Dialog.
41
Manusia adalah mahkluk sosial. Artinya tidak bisa hidup seorang diri, ia memerlukan
orang lain. Hidup dengan orang lain, berarti hidup dengan orang yang berbeda-beda latar
belakang. Dialog bertujuan untuk mengubah image atau gambaran yang keliru mengenai
orang lain, penganut agama lain. Dialog adalah sarana menuju transformasi sosial, yaitu
terjadi saling pengertian, antar umat beragama. Dengan dialog diharapkan timbul toleransi
dan tenggang rasa. Toleransi dari kata tolerare, artinya menyabarkan diri, menahan diri, sikap
membiarkan, menanggung, dan mengangkat bersama secara seimbang dan saling mengerti.
Dialog dapat dilaksanakan apabila dilandasi sikap adanya: keterbukaan, kejujuran, dan
ketulusan hati. Dialog bermaksud bukan mencari pemupakatan pihak lain atau kompromi,
melainkan memberi informasi atas nilai yang dimiliki, lalu membatu pihak lain untuk
mengambil keputusan bertanggung jawab. Dialog antar umat beragama, bukanlah untuk
meleburkan agama-agama menjadi satu, melainkan untuk saling mengerti, saling menghargai
dengan lebih baik, positif, antar penganut agama. Dengan dialog antar penganut agama dapat
menghindari sikap kesombongan, kesewenang-wenangan, curiga dan saling tuduh.
Evaluasi :
1) Apa itu dialog?
2) Mengapa dialog sangat penting dalam kehidupan umat beragama?
3) Prinsip-prinsip apa yang harus dipegang dalam dialog?
Sumber-sumber:
1. A. Yewangoe, (2002), Iman, Agama dan Masyarakat, dalam Negara Pancasila, BPK,
Gunung Mulia, Jakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Gerrit Singgih, (2004), Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks Awal
4. Milinium III, BPK, Gunung Mulia, Jakarta.
5. Jan Aritonang, (2005), Sejarah Perjumpaan Islam dan Kristen di Indonesia, BPK,
Gunung Mulia, Jakarta.
6. Judo Poerwowidagdo, (1999), Empowring for Reconciliation, Duta Wacana
University Press, Yogjakarta.
7. Marko Mahin dan Tulus Tu’u, (2008), Mengasihi Tuhan dan Sesama, STT-GKE,
Banjarmasin.
42
8. Paulus Ajong (2006), Menguak Bara Dalam Sekam: Membangun Relasi Positif Pasca
Konflik Dayak-Madura, UKDW, Yogjakarta.
9. Marko Mahin dan Tulus Tu’u, (2008), Mengasihi Tuhan dan Sesama, STT-GKE,
Banjarmasin.
10. Paulus Ajong (2006), Menguak Bara Dalam Sekam: Membangun Relasi Positif,
Thesis,
11. UKDW, Yogjakarta.
Pertemuan ke 14
Kompetensi : Mengerti tentang jenis, bentuk, prinsip dan hambatan dialog dalam pergaulan
dan interaksi sosial antar umat beragama.
Sub Kompetensi :
1. Mampu mengerti jenis-jenis dialog yang harus dilakukan dalam kehidupan umat
beragama.
2. Mampu mengerti bentuk-bentuk dialog yang harus dilakukan antar penganut-penganut
agama.
3. Mampu mengerti prinsip-prinsip dalam dialog antar agama.
A. Jenis Dialog
Dalam pembahasan sebelumnya, sudah dijelaskan tentang apa itu dialog dan
tujuannya. Dalam pembahasan ini, lebih difokuskan pada praksis dialog. Ada dua jenis
dialog:
a. Dialog Formal. Dialog formal artinya, dialog yang dilakukan melalui kesepakatan
bersama antar umat beragama dalam suatu institusi atau lembaga. Semua pihak yang
hadir, merupakan wakil resmi dari suatu lembaga atau komunitas. Hasil dari dialog
dipublikasikan melalui terbitan buku atau pers. Manfaat dialog formal adalah
masyarakat luas dapat mengetahui dialog tersebut, dan berharap melalui dialog tersebut
dapat mengubah kehidupan beragama.
43
b. Dialog informal. Dialog informal adalah dialog antar personal, pribadi, kelompok yang
memungkinkan para peserta bisa membahas apapun yang dihadapi secara praktis dan
melakukan hasilnya dalam rangka kerja sama antar umat beragama. Dialog ini tidak
mewakili komunitas, tetapi yang terpenting adalah menjalin hubungan, relasi antar-
pribadi, kelompon yang berbeda agama.
c. Dialog informal, terjadi dalam masyarakat secara empiris, yang meliputi segala bentuk
pergaulan. Ada banyak wujud dialog informal, seperti kegiatan di RT, RW, Kelurahan,
aksi sosial, dan lain-lain yang melibatkan semua warga yang berbeda agama. Dalam
dialog informal, tema tidak berkaitan dengan agama, melainkan masalah-masalah sosial
bersama.
B. Bentuk Dialog.
Ada beberapa bentuk dialog, antara lain dialog kehidupan, dialog percakapan, dialog
spiritualitas, dan dialog dalam tindakan.
a. Dialog kehidupan merupakan bentuk pertukaran pengalaman keagamaan, sehingga pihak
yang terlibat dapat saling membagi nilai-nilai dan kaidah keagamaan. Hal ini dapat
menimbulkan sikap saling percaya.
b. Dialog Percakapan. Dialog percakapan, biasanya dilakukan oleh para pakar
masingmasing agama yang bertujuan untuk mempercakapkan ajaran agama mereka
masingmasing, agar mereka saling mengerti dan saling menghormati.
c. Dialog aksi. Dialog ini biasanya terjadi dalam rangka kerjasama, untuk menentukan
tindakan yang dapat dilakukan bersama, sehingga tercipta keharmonisan bersama.
Yesus, apapun agamanya: Islam, Budha, Hindu, Katolik, dll, adalah sesama, saudara bagi
orang Kristen.
2) Dalam dialog antar umat beragama, semua pandangan yang bersifat primordial,
radikal, harus dihilangkan. Orang yang berbeda jangan dianggap musuh, kafir,
melainkan tetapsesama.
3) Indonesia adalah negara yang sangat plural, terutama dalam hal agama. Itu berarti
kekuatan sekaligus kelemahan terletak pada kesatuan atau pertentangan antar umat
beragama. Hubungan yang saling menghormati, menghargai, toleransi, antar umat
beragama adalah potensi besar untuk keutuhan kesatuan Indonesia; sebaliknya
kekerasan atas nama agama, teror, akan menjadi ancaman buat keutuhan Indonesia
Raya. Jelas, peran agama-agama sangat menentukan Indonesia mau dibawa kemana?
Kejayaankah atau kehancuran. Hendaklah hal ini disadari oleh semua agama.
Positifkah atau negatifkah peran agama-agama di Indonesia? Dalam hal ini, tanggung
jawab para ulama dan pemimpin serta cendikiawan agama sangat menentukan.
Merekalah yang seharusnya mempunyai wawasan jauh ke depan untuk mengatasi
pelbagai kesempitan (priomordialisme, radikallisme) yang telah berkembang dalam
agama masing-masing. Untuk masa depan Indonesia, agama-agama harus berani
mengambil sikap yaitu lari dari primordialisme, radikalisme, dan fundamentalisme
dan berani membuka diri dalam pradigma kemanusiaan yang universal.
Evaluasi :
1) Sebutkan jenis-jenis dialog ?
2) Apa yang dimaksud dialog kehidupan?
3) Prinsip-prinsip apa saja yang harus ada dalam dialog?
4) Apa saja yang bisa menghambat dialog?
Sumber-sumber:
1. A. Yewangoe, (2002), Iman, Agama dan Masyarakat, dalam Negara Pancasila, BPK,
Gunung Mulia, Jakarta.
2. Brotosudarmo, (2008), Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi, Andi,
Yogjakarta.
3. Gerrit Singgih, (2004), Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks Awal
Milinium III, BPK, Gunung Mulia, Jakarta.
4. Jan Aritonang, (2005), Sejarah Perjumpaan Islam dan Kristen di Indonesia, BPK, Gunung
Mulia, Jakarta.
46