Nurhasanah Marbun Makalah Rektum TBIO4

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 24

ANATOMI DAN MORFOLOGI SCHIZOPHYTA,

THALLOPHYTA, BRYOPHYTA, DAN


PTERIDOPHYTA
Dosen Pengampu : Khairuna, M. Pd

Tugas ini Disusun sebagai Tugas Wajib untuk mengikuti Perkuliahan Reproduksi dan
Embriologi Tumbuhan

Oleh,
Nama : Nurhasanah Marbun

Nim : 0310193136

Kelas : Tadris Biologi 4


Semester : V

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta
hidayah dan inayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Anatami dan Morfologi Schizophyta, Thallophyta, Briophyta,
dan Pteridophyta”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Reproduksi dan Emriologi Tumbuhan”. Disamping
itu penulis berharap semoga isi dari makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis,
khususnya para pembaca serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
materi yang dikaji di dalamnya.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih kepada Ibu Khairuna, M.Pd selaku
dosen pengampu mata kuliah ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan kemampuan yang
penulis miliki. Oleh karena ini, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat
membangun agar dapat memperbaiki makalah- makalah selanjutnya.

Medan, 3 Desember 2021

Nurhasanah Marbun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3. Tujuan ............................................................................................................... 2
1.4. Manfaat ............................................................................................................. 3

BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Scizophyta ................................................................................... 4
2.2. Karakteristik Scizophyta................................................................................ 4
2.3. Klasifikasi schizophyta .................................................................................. 4
2.4. Pengertian Thallophyta .................................................................................. 6
2.5. Karakteristik Thallophyta .............................................................................. 6
2.6. Klasifikasi tumbuhan Thallopyta ................................................................... 7
2.7. Pengertian Bryophyta (lumut) ...................................................................... 11
2.8. karakteristik Bryophyta (lumut) ................................................................... 12
2.9. Klasifikasi Bryohpyta (lumut) ...................................................................... 13
2.10. Pengertian tumbuhan paku (Pteridophyta) ................................................... 15
2.11. Klasifikasi tumbuhan paku (Pteridophyta) ................................................... 15
2.12. karakteristik tumbuhan paku (Pteridophyta) ................................................ 16

BAB III : PENUTUP


3.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 19
3.2. Saran ................................................................................................................ 19

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidik adalah salah satu komponen dalam dunia pendidikan. Seorang pendidik
harus memiliki beberapa kompetensi, diantaranya adalah kompetensi pedagogik
yang mengharuskan pendidik memiliki pengetahuan yang luas. Sebagai calon
pendidik yang menduduki jurusan Tadris Biologi yang mempelajari seputar
kehidupan, hendaknya kita mengetahui mengenai Reproduksi & Embriologi
Tumbuhan yang merupakan salah satu cabang ilmu biologi.
Reproduksi & Embriologi Tumbuhan adalah salah satu cabang ilmu biologi yang
mempelajari secara spesifik proses reproduksi tumbuhan serta perkembangan
embrio pada tumbuhan sebagai calon tumbuhan baru. Reproduksi adalah salah satu
ciri makhluk hidup yang dilakukan guna menghasilkan keturunan baru agar spesies
tidak punah.
Dalam klasifikasinya tumbuhan dibagi menjadi sejumlah divisi. Dimana tiap
divisi seterusnya berturut-turut dibagi lagi dalam takson yang lebih rendah. Dalam
kehidupan sehari-hari, sering kali kita menjumpai berbagai jenis tumbuhan. Tak
jarang kita menganggap beberapa tumbuhan tersebut mengganggu dan tidak
berguna karena kita tidak memanfaatkannya dengan baik.
Di dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan mengenai Anatomi dan
Morfologi Schizophyta, Thallophyta, Briophyta, dan Pteridophyta mengenai
penertian, klasifikasi, dan karakteristiknya karakteristik.
Sebagai Mahasiswa Biologi, sudah layak bagi kita untuk mengetahui mengenai
tumbuhan sehingga mata kuliah ini menjadi mata kuliah wajib yang harus ditempuh
oleh setiap mahasiswa/i Tadris Biologi UIN Sumatera Utara. Maka dari itu, penulis
menyusun makalah ini untuk menambah pengetahuan kita mengenai Reproduksi &
Embriologi Tumbuhan.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun dari kutipan diatas dan pembahasan yang akan dibahas, dapat kita
ketahui yang menjadi pokok permasalahan dan rumusan masalahnya sebagai
berikut:

1
1. Apa yang dimaksud dengan Schizophyta?
2. Bagaimana karakteristik Schizophyta ?
3. Bagamana klasifikasi Schizophyta ?
4. Apa yang dimaksud tumbuhan Thallophyta?
5. Bagaimana karakteristik tumbuhan Thallopyta ?
6. Bagaimana klasifikasi tumbuhan Thallopyta ?
7. Apa yang dimaksud dengan Bryophyta (lumut) ?
8. Bagaimana karakteristik Bryohpyta (lumut) ?
9. Bagaimana klasifikasi Bryohpyta (lumut) ?
10. Apa yang dimaksud dengan tumbuhan paku (Pteridophyta) ?
11. Apa saja klasifikasi tumbuhan paku (Pteridophyta)?
12. Apa saja karakteristik tumbuhan paku (Pteridophyta)?

1.2 Tujuan
Berdasarkan rumusan di atas, dapat kita ketahui bahwa tujuan penulisan
makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi Schizophyta.
2. Untuk mengetahui karakteristik schizophyta.
3. Untuk mengetahui klasifikasi schizophyta.
4. Untuk mengetahui defenisi tumbuhan Thallophyta.
5. Untuk mengetahui karakteristik tumbuhan Thallopyta.
6. Untuk mengetahui klasifikasi tumbuhan Thallopyta.
7. Untuk mengetahui defenisi Bryophyta (lumut).
8. Untuk mengetahui karakteristik Bryohpyta (lumut).
9. Untuk mengetahui karakteristik Bryohpyta (lumut).
10. Untuk mengetahui defenisi tumbuhan paku (Pteridophyta).

11. Untuk mengetahui klasifikasi tumbuhan paku (Pteridophyta).

12. Untuk mengetahui karakteristik tumbuhan paku (Pteridophyta).

2
1.3 Manfaat
Berdasarkan rumusan di atas, dapat kita ketahui bahwa manfaat penulisan
makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui definisi Schizophyta.
2. Dapat mengetahui karakteristik schizophyta.
3. Dapat mengetahui klasifikasi schizophyta.
Dapat mengetahui defenisi tumbuhan Thallophyta.
Dapat mengetahui karakteristik tumbuhan Thallopyta.
Dapat mengetahui klasifikasi tumbuhan Thallopyta.
Dapat mengetahui defenisi Bryophyta (lumut).
Dapat mengetahui karakteristik Bryohpyta (lumut).
Dapat mengetahui karakteristik Bryohpyta (lumut).
Dapat mengetahui defenisi tumbuhan paku (Pteridophyta).
Dapat mengetahui klasifikasi tumbuhan paku (Pteridophyta).
Dapat mengetahui karakteristik tumbuhan paku (Pteridophyta).

3
BAB II
PEMBAHASAN

I. SCHIZOPHYTA
2.1. Pengertian Scizophyta

Schizophyta atau tumbuhan belah merupakan kelompok yang mempunyai ciri


khusus yaitu berkembang biak dengan membelah diri. Schizophyta berasal dari
bahasa Yunani ‘scizein’ artinya membelah dan ‘phyton’ adalah tumbuhan.
Tumbuhan belah dianggap sebagai kelompok tumbuhan dengan tingkat
perkembangan filogenetik yang paling rendah sehingga dari segi evolusi merupakan
kelompok tumbuhan yang paling tua dan paling primitif.

2.2. Karakteristik Schizophyta


Menurut Tjitrosoepomo, divisi Schizophyta atau tumbuhan belah, selain
berkembangbiak dengan cara membelah, juga mempunyai ciri-ciri berikut: tubuh
hanya terdiri atas sebuah sel saja, protoplas belum terdiferensiasi dengan jelas,
sehingga inti belum tampak nyata, demikian pula dengan plastidanya1

2.3. Klasifikasi Scizophyta


Kelompok schizophyta mempunyai dua kelas yaitu :
1. Kelas Bakteri (Schizomycetes)
Bakteri berasal dari kata Bakterion (Yunani) yang artinya batang kecil.
Didalam klasifikasi bakteri digolongkan dalam Divisio Schizomycetes.
Berikut ini adalah karakteristik atau ciri umum dari Bakteri (Schizomycetes):
a. Tubuh uniseluler (bersel satu)
b. Tidak berklorofil (meskipun ada beberapa jenis bakteri yang memiliki pigmen
seperti klorofil sehingga mampu berfotosintesis)
c. Hidupnya bersifat autotrof
d. Reproduksi dengan cara membelah diri (dengan pembelahan Amitosis)
e. Habitatbakterihidupdimana-mana/kosmopolit(tanah, air, udara, mahluk hidup)
f. Satuan ukuran bacteri adalah mikron(10-3μ)

1
Hutasuhut, Melfa Aisyah dan Husnarika Febriani, Keanekaragaman paku-pakuan terrestrial dikawasan
4
taman wisata alam sickie-cike”. Jurnal biolokus. Vol.2 No.1, 2019, hal. 146-157.

5
h. Protoplas belum terdeferensiasi dengan jelas sehingga inti sel dan plastidanya
belum jelas.

Gambar 1.1: Bakteri (Schizomycetes)

2. Kelas Ganggang Hijau Biru/Ganggang Belah (Chyanophyceae/


Scizophyceae)
Ganggang hijau biru termasuk kedalam monera, karena struktur selnya sama
dengan struktur sel bakteri, yaitu bersifat prokariotik. Ganggang hijau biru
berukuran mikroskopis, keberadaanya tersebar luas dan banyak ditemukan di
perairan tanah yang lembab, permukaan dinding tembok, pot, batu karang yang
lembab. Bahkan ditemukan pula di tempat yang kurang menguntungkan
lingkungannya. Beberapa jenis dijumpai pada sumber air panas seperti mata air
panas Yellow Stone Park di Amerika. Ganggang Biru dikatakan sebagai salah satu
vegetasi perintis karena mampu hidup pada perairan dengan suhu sampai 85 derajat
C (sumber air panas).

Gambar 1.2: Ganggang Hijau Biru


Ciri-ciri ganggang biru:
a. Tumbuhan bersel satu, berbentuk benang (filamen) dan hidup berkoloni
b. Memiliki klorofil, karotenoid serta pigmen fikobilin yang terdiri dari fikosianin
dan fikoeritin (sering disebut ganggang hijau biru)
c. Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa dan selulosa, kadang-kadang
berlendir
d. Inti sel tidak memiliki membran (prokarion)

6
e. Pada umumnya tidak bergerak (gerakan merayap atau meluncur pada alas yang
basah)
f. Tidak mempunyai bulu cambuk (gerakan adanya kontraksi tubuh dan
pembentukan lendir)
g. Perkembangbiakan vegetatif (membelah).

Contoh:
a. Bentuk unisel (satu sel), contoh : Chroococcus, Gloeocapsa
b. Bentuk koloni, contoh : Polycystis.
c. Bentuk filamen, contoh : Oscilatoria, Nostoc, Anabaena, Rivularia.

II. THALLOPHYTA
2.4. Pengertian Thallopphyta

Thallophyta merupan kelompok tumbuhan yang mempunyai ciri utama yaitu


tubuh berbentuk talus. Tumbuhan talus merupakan tumbuhan yang struktur
tubuhnya masih belum bisa dibedakan antara akar, batang dan daun. Sedangkan
tumbuhan yang sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun disebut
dengan tumbuhan kormus. Thallophyta adalah tumbuhan yang belum memiliki
daun, akar dan batang yang jelas dan thallophyta merupakan tumbuhan yang
berthalus termasuk diantaranya adalah golongan jamur/fungi, bakteri dan
ganggang/alga. Yang termasuk golongan Thallophyta adalah ganggang (alga),
jamur (fungi), dan lumut kerak (lichenes).

2.5. Karakteristik Thallophyta


Suatu tumbuhan yang mempunyai struktur kerangka tubuh tidak berdaun,
berbatang dan berakar, semuanya terdiri dari batang thallus (Trainor, 1978).
Menurut Prescott (1951), bentuk thallus ini bermacam-macam ada yang seperti
tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantung, seperti rambut dan sebagainya.
Percabangan thallus bermacam-macam ada yang dichotomous (dua terus
menerus), pinicilate (dua-dua berlawanan sepanjang thallus utama), intricate
(berpusat melingkari batang utama), dan di samping itu juga ada yang tidak
bercabang.

7
Divisi ini meliputi tumbuhan-tumbuhan yang memiliki ciri utama tubuh yang
berbentuk talus. Tumbuhan talus merupakan tumbuhan yang struktur tubuhnya
masih belum bisa dibedakan antara akar, batang dan daun. Sedangkan tumbuhan
yang sudah dapat dibedakan antara akar, batang dan daun disebut dengan tumbuhan
kormus. Ciri lain dari tumbuhan talus ini adalah tersusun oleh satu sel yang
berbentuk bulat hingga banyak sel yang kadang-kadang mirip dengan tumbuhan
tingkat tinggi (sudah mengalami diferensiasi). Perkembangbiakan pada umumnya
secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual) dengan spora sebagai alat
perkembangbiakannya. Perkembangbiakan secara generatif terjadi melalui
peleburan gamet yang terbentuk didalam organ yang disebut gametangium.
1. Tersusun oleh satu sel yang berbentuk bulat hingga banyak sel yang kadang-
kadang mirip dengan tumbuhan tingkat tinggi (sudah mengalami diferensiasi).

2. Perkembangbiakan pada umumnya secara vegetatif (aseksual) dan generatif


(seksual) dengan spora sebagai alat perkembangbiakannya.
3. Perkembangbiakan secara generatif terjadi melalui peleburan gamet yang
terbentuk didalam organ yang disebut gametangium.
4. Cara hidup pada tumbuhan talus ada tiga cara yaitu autotrof (asimilasi dengan
fotosintesis), heterotrof dan simbiosis.
5. Talus berwarna hijau karena adanya klorofil membuatnya mampu melakukan
sintesis senyawa organik dengan bantuan sinar matahari. Pada talus bagian atas
lumut yang sudah dewasa akan terbentuk badan penghasil spora yang dinamakan
sporogonium.
6. Dalam daur hidupnya Thallophyta mengalami metagenesis atau pergantian
keturunan antara generasi gametofit dan generasi sporofit.

2.6. Klasifikasi Thallophyta


1. Ganggang (Alga)
Ganggang (algae) Ganggang termasuk tumbuhan bertalus, tidak memiliki akar,
batang, dan daun sejati. Ganggang ada yang bersel satu dan bersel banyak, bersifat
eukariotik, ada yang hidup melekat pada sesuatu yang ada di dalam air misalnya
batu disebut bentos Jenis-jenis ynag dapat bergerak aktif mempunyai alat untuk
bergerak yang berupa bulu cambuk atau flagel. Tubuh alga terdapatberbagai zat
warna (pigmen), yaitu :
- Klorofil : warna hijau
8
- Fikosantin : warna perang/ coklat
- Fikoeritrin : warna merah
- Karoten : warna keemasan
- Xantofil : warna kuning

a. Chlorophyta (Ganggang Hijau)


Mempunyai pigmen klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. Ganggang ini
juga dapat melakukan fotosintesis, memiliki cadangan makanan berupa amilum.
90% hidup di air. tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup di air umumnya sebagai
plankton atau bentos, juga menempel pada batu dan tanah. Ganggang hijau
merupakan kelompok ganggang yang paling banyak jumlahnya diantara ganggang
lain.2

Gambar 1.3: Chlorophyta

Chlorophyta bersel satu tidak bergerak (contoh : chlorella, chlorococcum),


chlorophyta bersel satu dapat bergerak (contoh : chlamydomonas,euglena),
chlorophyta berkoloni tidak bergerak (contoh : hidrodictyon), chlorophyta
berkoloni dapat bergerak (contoh : volvox), chlorophyta berbentuk benang (contoh
: spirogyra, oedogonium), dan chlorophyta berbentuk lembaran (contoh : ulva,
chara).

b. Chrysophyta (Ganggang Keemasan)


Ganggang keemasan bersel tunggal atau banyak, memiliki pigmen dominan
karotin (pigmen klorofil a, klorofil c, karoten, xantofil dan fikosantin). Hidup secara
autotrof, reproduksi aseksual (membentuk auksospora dan membelah diri)

2
Nasprianto, Rene Charles Kepel, dan Desy Maria Helena Mantiri, “Biodiversitas Makroalga di Perairan

Pesisir Tongkaina, Kota Manado”. Jurnal Ilmiah Platax. Vol. 6 No.1, 2018, hal: 4.

9
seksual (oogami). Contoh Chrysophyta bersel satu (navicula/diatome,
ochromonas) dan chrysophyta berbentuk benang/bersel banyak (vaucheria).

Gambar 1.4: Chrysophyta

c. Phaeophyta (ganggang coklat/ perang)


Phaeophyta hidup di pantai, warna coklat karena adanya pigmen fikosantin
(coklat), klorofil a, klorofil b dan xantofil. Dinding sel terdiri dari selulosa, pektin
dan asam algin. Tubuh berbentuk seperti benang atau lembaran yang dapat
mencapai puluhan meter. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan
generatif dengan isogami dan oogami. Contohnya Fucus, Sargassum, Turbinaria,
Macrocystis.

Gambar 1.5: Phaeophyta

d. Rhodophyta (Ganggang Merah)


Ganggang merah atau Rhodophyta adalah salah satu kelas dari ganggang
berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada ganggang ini
disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen.
klorofil, karoten, dan xantofil. Ganggang ini pada umumnya banyak sel
(multiseluler) dan makroskopis, tidak berflagel, memiliki kemampuan menimbun
kalsium karbonat di dalam dinding selnya.. Ganggang ini dapat mencapai panjang
antara 10 sentimeter sampai 1 meter dan berbentuk benang atau lembaran. Contoh

10
Eucheuma, Gelidium, Glacilaria, Batrachospermum, Chondrus, Porphyra,
Polysiphonia, Nemalion.

Gambar 1.6: Rhodophyta

Habitat ganggang merah Sebagian besar ganggang merah hidup di laut, banyak
terdapat di laut tropika. Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran
deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau. Ganggang
merah yang banyak ditemukan di laut dalam adalah Gelidium dan Gracilaria,
sedang Euchema spinosum ditemukan di laut dangkal.

2. Jamur atau Fungi


Jamur merupakan organisme uniseluler maupun multiseluler (umumnya
berbentuk benang disebut hifa, hifa bercabang-cabang membentuk bangunan seperti
anyaman disebut miselium, dinding sel mengandung kitin, eukariotik, tidak
berklorofil. Hidup secara heterotrof dengan jalan saprofit (menguraikan sampah
organik), parasit (merugikan organisme lain), dan simbiosis. Habitat jamur secara
umum terdapat di darat dan tempat yang lembab. Jamur uniseluler dapat
berkembangbiak dengan dua cara yaitu vegetatif dapat dilakukan dengan cara
membentuk spora, membelah diri, kuncup (budding). Secara generatif dengan cara
membentuk spora askus. Sedang untuk jamur multiseluler reproduksi vegetatif
dengan cara fragmentasi, konidium, zoospora.Secara generatif dapat dilakukan
dengan cara konjugasi, hifa yang akan menghasilkan zigospora, spora askus, spora
basidium.

Gambar 1.7: Jamur


11
3. Lumut kerak atau Lichenes
Lumut kerak merupakan simbiosis antara jamur dari golongan Ascomycotina
atau Basidiomycotina (mikobion) dengan Chlorophyta atau Cyanobacteria bersel
satu (fikobion). Tubuh lichenes dinamakan thallus yang secara vegetatif.
Mempunyai kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini berwarna abu-abu atau
abu-abu kehijauan. Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat atau
merah dengan habitat yang bervariasi. Bagian tubuh yang memanjang secara
selluler dinamakan hifa. Hifa merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium
yang biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichenes. Alga selalu berada
pada bagian permukaan dari thallus. Apabila lumut kerak disayat tipis kemudian
diamati di bawah mikroskop, maka akan tampak adanya jalinan hifa jamur yang
teratur dan dilapisan permukaan terdapat kelompok alga bersel satu yang terdapat
di sela-sela jalinan hifa. Secara garis besar susunan anatomi lumut kerak dibedakan
menjadi tiga lapisan, antara lain :
a. Lapisan Luar (korteks) : lapisan yang tersusun atas sel-sel jamur yang rapat dan
kuat, menjaga agar lumut kerak tetap tumbuh.
b. Lapisan Gonidium : merupakan lapisan yang mengandung ganggang dan
menghasilkan makanan dengan berfotosintesis.
c. Lapisan Empulur : lapisan yang tersusun atas sel-sel jamur yang tidak rapat
berfungsi untuk menyimpan cadangan air dan tempat terjadinya
perkembangbiakan.

Gambar 1.8: Lumut Kerak

III. BRYOPHYTA
2.7. Pengertian Tumbuhan Lumut (Bryophyta)
Ketika kita berada di daerah pegunungan atau batu-batuan yang ada di sungai
atau di tembok-tembok di dekat sumur rumah kalian sering kalian temukan
tumbuhan yang berwarna hijau, hidup menempel. Tumbuhan tersebut adalah

12
lumut (bryophyta). Kata Bryophyta berasal dari bahasa yunani yaitu “bryo” yang
berarti “lumut” dan “phyton” yang berarti “tumbuhan” sehingga Bryophyta
memiliki pengertian tumbuhan lumut.

2.8. Karakteristik Tumbuhan Lumut (Bryophyta)


Adapun ciri-ciri umum dari tumbuhan lumut (Bryophyta) ini adalah sebagai
berikut :
a. Lumut termasuk kedalam tumbuhan tingkat rendah yang non vaskuler (tidak
berpembuluh) artinya organ-organ tubuh lumut belum bisa dibedakan dengan
jelas seperti akar, daun dan daunnya dan pada organ akar dan batang lumut tidak
mempunyai pembuluh angkut (xilem dan floem).
b. Memiliki klorofil sehingga bersifat autotrof dan tumbuh diberbagai tempat yang
lembab, yang hidup pada daun-daun disebut epifit. Jika pada hutan banyak
dijumpai epifit maka hutan tersebut disebut hutan lumut.
c. Pada tumbuhan lumut terdapat gametangia (alat kelamin) yaitu Antheredium
sebagai kelamin jantan yang menghasilkan Spermatozoid dan Arkegonium
sebagai kelamin betina yang menghasilkan ovum
d. Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu
(Monoesius). Jika terpisah disebut berumah dua (Dioseus).
e. Lumut mengalami keturunan (metagenesis). Dalam daur hidupnya, lumut
mengalami dua fase kehidupan yaitu fase gametofit (haploid) dan fase sporofit
(diploid).
f. Sel-sel penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
g. Tumbuhan gametofit mempunyai struktur berfilamen seperti akar yang disebut
rizoid. Rizoid melekatkan tumbuhan kepada batuan atau substrat yang lain
h. Memiliki habitat yang lembab dan bebatuan.
i. Struktur sporofit (sporagonium) tubuh lumut terdiri atas :
- Vaginula : kaki yang diselubungi sisa dinding arkegonium
- Seta atau tangkai
- Apofisis : ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta
dan kotak spora
- Kaliptra atau tudung : berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi
kotak spora.
- Kolumela : jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan
13
spora.

2.9. Klasifikasi Bryophyta (Lumut)


Sesuai dengan dengan peraturan dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan
maka Rothmaler (1951) dan juga Proskauer (1957) mengganti nama takson menjadi
Hepaticopsida, Anthocerotopsida, dan Bryopsida. Bryophyta sendiri termasuk
kedalam kingdom/regnum Plantae. Berikut ini penjelasan mengenai tiga kelas
dalam divisi Bryophyta ini:3
1. Lumut Daun (Bryopsida)
Lumut daun disebut juga dengan lumut sejati. Lumut daun dapat tumbuh diatas
tanah-tanah gundul yang periodik mengalami masa kekeringan, bahkan diatas pasir
yang bergerak pun dapat tumbuh. Lumut daun menempel pada substrat dengan
menggunakan rhizoid, memiliki daun yang berusuk dan tersusun dalam 3- 8 deret
pada sumbu (batangnya). Lumut daun banyak terdapat di tempat-tempat yang
lembab, lumut daun disebut juga musci. Bryophyta ini hampir tidak pernah mengisap
air dari dalam tanah, tetapi justru banyak melindungi tanah dari penguapan air yang
terlalu besar. Bryophyta daun merupakan tumbuhan yang berdiri tegak, kecil, dan
letak daunnya tersusun teratur mengelilingi tangkainya seperti spiral. Contoh Musci
adalah Andreaea petrophila, A. rupestris, Sphagnum fibriatum, S. squarrosum, S.
acutifolium, Polytrichum commune, Hypnodendron reinwardtii, Mniodendron
divaricatum, Pogonatum cirrhatum, dan Georgia pellucida.

Gambar 1.9: Bryopsida

2. Lumut Hati (Hepaticopsida)


Bryophyta hati biasa hidup di tempat yang basah sehingga tubuhnya

3
Campbell, Reece Mitchell, Biologi/ Edisi Kelima/ Jilid 3, (Jakarta: Erlangga, 2004), hal: 16.

14
berstruktur higromorf. Ada juga yang hidup di tempat-tempat yang sangat kering,
seperti di kulit pohon, di atas tanah, atau batu cadas sehingga tubuhnya berstruktur
xeromorf. Di dalam tubuh bryophyta terdapat alat penyimpan air sehingga dalam
keadaan kekeringan tidak mengakibatkan bryophyta mati. Bryophyta hati dapat
berkembang biak secara aseksual dengan pembentukan kuncup atau gemma dan
secara seksual dengan pembentukan anteridium penghasil sperma dan pembentukan
arkegonium penghasil ovum. Bryophyta hati juga mengalami pergiliran keturunan
(metagenesis). Adapun salah satu contoh spesies yang termasuk kedalam
Hepatocopsida adalah Marchantia.

Gambar 1.10: Hepaticopsida

3. Lumut Tanduk (Anthocerotopsida)


Anthocerotopsida (lumut tanduk) biasa hidup melekat di atas tanah dengan
perantara rizoidnya. Bryophyta tanduk juga mengalami pergiliran keturunan
(metagenesis) ketika fase sporofit dan fase gametofit terjadi secara bergiliran.
Susunan sporogonium bryophyta tanduk lebih rumit jika dibandingkan dengan
bryophyta hati lainnya. Gametofitnya mempunyai cakram dan tepi bertoreh.
Sepanjang poros bujurnya terdapat sederetan sel mandul yang disebut kolumela.

Kulomela dilindungi oleh arkespora penghasil spora. Dalam askespora, selain


spora, juga dihasilkan sel mandul yang disebut elatera. Tidak seperti bryophyta hati
lainnya, masaknya kapsul spora pada sporogonium bryophyta tanduk tidak
bersamaan, tetapi berurutan dari bagian atas sampai pada bagian bawah. Contoh
bryophyta tanduk adalah Anthoceros laevis, A. fusifermis, dan Notothulus valvata.

Gambar 1.11: Anthocerotopsida


15
IV. PTERIDOPHYTA (PAKU)
2.10. Pengertian Tumbuhan Paku (Pteridophyte)

Tumbuhan paku (pteridophyta) berasal dari bahasa Yunani, pteron yang berarti
sayap, bulu dan Phyta yang berarti tumbuhan. Tumbuhan paku merupakan
kelompok Plantae yang tubuhnya sudah berbentuk kormus yaitu sudah dapat
dibedakan antara bagian akar, batang, dan daun. Susunan daun umumnya
membentuk bangun sayap atau menyirip, dibagian pucuk terdapat bulu-bulu dan
daun mudanya membentuk gulungan atau melingkar. Tumbuhan paku adalah
sekelompok tumbuhan yang memiliki sistem pembuluh sejati (Tracheophyta),
meskipun tumbuhan ini tidak pernah menghasilkan biji untuk berkembang biak.
Tumbuhan paku disebut juga sebagai paku-pakuan atau pakis-pakisan.4

2.11. Karaktersitik Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Tumbuhan paku merupakan salah satu kelompok tumbuhan tertua.


Karakteristik tumbuhan paku diantaranya adalah :
 Dapat ditemukan di air, di tempat lembab, menempel pada tumbuhan lain sebagai
epifit atau di sisa-sisa tumbuhan lain dan sampah-sampah sebagai saprofit.

 Akar, batang dan daun memiliki berkas pembuluh angkut berupa xilem dan
floem.
 Tidak menghasilkan biji, tetapi menghasilkan spora. Mengalami pergiliran
keturunan (metagenesis). Tumbuhan paku yang kita lihat sehari-hari disebut
generasi sporofit.
 Daun yang masih muda menggulung.
 Tidak berbunga.
 Umumnya memiliki rizom (batang yang terdapat di dalam tanah).
 Memiliki 4 struktur penting, yaitu lapisan pelindung sel (jaket steril) yang
terdapat disekeliling organ reproduksi, embrio multiseluler yang terdapat dalam
arkegonium, kutikula pada bagian luar dan yang paling penting adalah sistem
transport internal yang mengangkut air dan zat makanan dari dalam tanah.

4
Hasnunidah, Neni, Botani Tumbuhan Rendah. Bandar, (Lampung: Universitas Lampung, 2005), hal: 3.

16
2.12. Klasifikasi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)

Tumbuhan paku dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu :


1. Psilophytinae (Paku Purba)
Tidak ada daun dan akar, tetapi mempunyai rizom (batang mendatar), atau
memiliki daun tetapi kecil-kecil. Golongan paku ini sudah hampir punah.
Kebanyakan hidup di zaman purba dan ditemukan dalam bentuk fosil. Hanya ada
satu jenis yang sekarang masih ada, tetapi hampir punah yaitu Psilotum. Psilotum
banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis.
Ordo : Psilotales
Famili : Psilotaceae
Genus : Psilotum

Spesies : Psilotum nudum (paku purba)


Contoh paku purba, antara lain, Rhynia major, Taeniocrada deeheniana,
Zosterophyllum australianum, Asteroxylon mackei, Asteroxylon elberfeldense,
Psilotum nudum, Psilotum triquetrum, dan Tmesipteris tannensis. Dari contoh di
atas, hanya bangsa Psilotum yang masih dapat ditemukan sampai sekarang,
misalnya, Psilotum nudum masih terdapat di Pulau Jawa, Psilotum triquetrum hanya
terdapat di daerah tropika, dan Tmesipteris tannensis di Australia.

Gambar 1.12: Psilophytinae

Berupa daun kecil tersusun rapat dan tersusun spiral, sporangium muncul di
ketiak daun dan berkumpul membentuk strobilus (kerucut), batangnya bercabang-
cabang dan seperti kawat. Sporofit bentuk jantung, punya sporangium bentuk ginjal
sebagian anggotanya termasuk paku heterospora. Akar bercabang menggarpu,
terletak di sepanjang bagian bawah dari rimpang. Tumbuh tegak atau berbaring
dengan cabang-cabang menjulang ke atas. Cabang-cabang tertutup oleh daun.
Memiliki berkas pengangkut yang masih sederhana. Contohnya adalah
17
Lycopodium clavatum (bahan obat-obatan), Lycopodium cernuum (buket bunga),
Selaginella selaginoides, Selaganella caudata, dan Isoetes lacustris. Ada juga
Lycopodiinae yang telah menjadi fosil, seperti Drepanophycus spinaeformis yang
merupakan tumbuhan paku tertua dan Protolepidodendron scharynum.

Gambar 1.13: Lycopodinae

2. Equisetinae (Paku Ekor Kuda)


Paku yang merupakan peralihan antara yang homospora dengan heterospora
equisetum debile. Kelas Equisetinae memiliki ciri batangnya beruas, berbuku, dan
berongga, daun kecil-kecil seperti sisik, terletak melingkar pada buku-buku.
Sporangiumnya melekat pada sporofil yang berbentuk perisai dan bertangkai.
Sporofil tersusun menjadi strobilus yang letaknya diujung percabangan. Batangnya
dapat bercabang. Cabang duduk mengitari batang utama. Batangnya berwarna hijau
dan mengandung klorofil.
Ordo : Equisetales
Famili : Equisetaceae
Genus : Equisetum
Spesies : Equisetum debile (paku ekor kuda).

Gambar 1.14: Equisetinae

18
3. Filicinae (Paku Sejati)
Paku sejati dikenal sebagai tumbuhan paku yang sebenarnya dan dapat dilihat di
sekitar kita, yang umumnya disebut pakis. Paku sejati memiliki banyak tulang daun
dan mempunyai makrofil (daun besar), serta mesofil (daging daun). Memiliki daun
ukuran lebih besar. Sporangium tersusun dalam bentuk sorus di permukaan daun.
Letak sorus di permukaan daun (atas, bawah), di ujung/di tepi. Paku sejati ada yang
tumbuh di darat, air, atau rawa-rawa. Kelompok yang hidup
di darat meliputi jenis paku dari yang terkecil sampai yang terbesar (berupa
pohon), misalnya suplir, paku sarang burung dan paku tiang. Kelompok yang
hidup di air misalnya paku air, paku sampan, dan semanggi.

Gambar 1.15: Filicinae

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam pembahasan di atas yaitu:
1. Schizophyta merupakan kelompok yang mempunyai ciri khusus yaitu
berkembang biak dengan membelah diri. Ciri-cirinya yaitu tubuh hanya terdiri
atas sebuah sel saja, protoplas belum terdiferensiasi dengan jelas, sehingga inti
belum tampak nyata, demikian pula dengan plastidanya. Schizophyta terbagi dua
kelas yaitu kelas bakteri dan kelas ganggang hijau biru/ ganggang belah.
2. Thallophyta yaitu kelompok tumbuhan yang belum memiliki akar, batang, dan
daun yang nyata, misalnya lumut. Bentuk thallus bermacam-macam ada seperti
tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantung, seperti rambut dan sebagainya.
Perkembang biakan tumbuhan ini terjadi secara aseksual maupun seksual.
3. Bryophyta adalah tumbuhan lumut. Ciri-cirinya yaitu berklorofil, eukariotik,
tidak berpembuluh, memiliki rhizoid, memiliki habitat yang lembab, dan lainnya.
Bryophyta terdiri dari 3 kelas yaitu Bryopsida, Hepatopsida & Anthocerotopsida.
4. Tumbuhan paku (Pterydophyta) merupakan tumbuhan berkormus. Terdapat
lapisan pelindung sel di sekeliling organ reproduksi, sistem transpor internal,
hidup di tempat yang lembap. Bereproduksi secara aseksual dengan stolon yang
menghasilkan gemma (tunas). Tumbuhan ini terbagi Psilotophyta, Lycophyta,
Sphenophyta, dan Pterophyta (Filicinae).

3.2 Saran
Alhamdulillah pada akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan
tepat waktu. Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun pembaca. Namun, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan dan kritik yang
membangun dari pembaca supaya kedepannya bisa lebih baik lagi. Sekian dan
Terima kasih.

20
DAFTAR PUSTAKA
Indah Najmi. 2009. Taksonomi tumbuhan tingkat rendah. Jember: fakultas MIPA
IKIP PGRI jember.
Hutasuhut, Melfa Aisyah dan Husnarika Febriani. 2019. Keanekaragaman Paku-
pakuan Terrestrial di Kawasan Taman Wisata Alam Sickie-cike. Jurnal biolokus,
2(1): 146-157.
Tjitrosoepomo,Gembong. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Nasprianto, Rene Charles Kepel, dan Desy Maria Helena Mantiri. 2018.
Biodiversitas Makroalga di Perairan Pesisir Tongkaina, Kota Manado. Jurnal
Ilmiah Platax. Vol. 6(1): 4.
Hasnunidah, Neni. 2005. Botani Tumbuhan Rendah. Bandar Lampung: Universitas
Lampung.
Campbell, Reece, Mitchell. 2004. Biologi/ Edisi Kelima/ Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Hamim, C., Sulistyaningsih Yohana. 2014. Perkembangan Tumbuhan/ Edisi
Kesatu. Jakarta: Universitas Terbuka.

21

Anda mungkin juga menyukai