T1 - 462012045 - Bab Ii
T1 - 462012045 - Bab Ii
T1 - 462012045 - Bab Ii
Tinjauan Pustaka
7
22 tahun. WHO membagi kurun waktu usia remaja dalam 2 bagian
yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 ahun. WHO
menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batas usia remaja. Di
Indonesia batasan remaja mendekati batasan perserikatan bangsa-
bangsa tentang pemuda, yaitu kurun usia 14-24 tahun yang
dikemukakan dalam sensus penduduk tahun 2010 (Sarwono,2002).
Tabel Batasan Remaja Menurut Para Peneliti
1) Teman Dekat
Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang
teman dekat, atau sahabat karib. Mereka terdiri dari
jenis kelamin yang sama, mempunyai minat dan
kemampuan yang sama. Teman dekat saling
mempengaruhi satu sama lain.
2) Kelompok Kecil
Kelompok ini terdiri dari kelompok teman-teman
dekat. Pada mulanya, terdiri dari seks yang sama,
tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.
3) Kelompok Besar
Kelompok ini terdiri dari dari beberapa kelompok
kecil dan kelompok teman dekat, berkembang
dengan meningkatnya minat pesta dan berkencan.
4) Kelompok Yang Terorganisasi
Kelompok ini adalah kelompok yang dibina oleh
orang dewasa, dibentuk oleh sekolah dan organisasi
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para
remaja yang tidak mempunyai klik atau kelompok
besar.
5) Kelompok Geng
Remaja yang tidak termasuk kelompok atau
kelompok besar dan merasa tidak puas dengan
kelompok yang terorganisasi akan mengikuti
kelompok geng. Anggotanya biasanya terdiri dari
anak-anak sejenis dan minat utama mereka adalah
untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui
perilaku anti sosial.
2.2.2 Merokok
Merokok adalah menghisap rokok, sedangkan rokok adalah
gulungan tembakau yang berbalut daun nifas atau kertas
(Poerwadarminta dalam Sianturi, 2003). Merokok adalah
menghisap asap tembakau yang dibakar dalam dan
menghembuskan kembali keluar (Amstrong dalam Simanjutak,
2009).
Menurut Tery dan Horn (dalam Permaisih, 2003), di dalam
sebatang rokok yang dihisap terdapat kurang lebih sebanyak tiga
ribu macam bahan kimia, baru 760 macam yang dikenal. Sampai
saat ini belum diketahui persis berapa banyak diantaranya yang
berbahaya terhadap kesehatan.
1. Tahap persiapan
Tahap ini berlangsung pada saat remaja belum
pernah merokok. Pada tahap ini, remaja mulai
membentuk opini tentang rokok dan perilaku merokok.
Hal ini disebabkan karena adanya perkembangan sikap
pada remaja munculnya tujuan mengenai rokok, dan sitra
perilaku merokok yang diperoleh remaja.
2. Tahap inisiasi
Tahap ini merupakan tahap coba – coba untuk
merokok. Remaja beranggapan bahwa dengan merokok,
remaja akan terlihat dewasa, keren, gagah dan berani.
3. Tahap menjadi seorang perokok
Pada tahap ini remaja memberikan identitas pada
dirinya sebagai seorang perokok. Remaja juga sudah
mulai ketergantungan rokok Burton et, al (1989). Remaja
yang menggambarkan dirinya sebagai seorang perokok,
maka besar kemungkinan akan tetap menjadi seorang
perokok di masa yang akan datang (Okoli et,al, 2011).
4. Tahap tetap menjadi perokok
Tahap ini dipengaruhi oleh faktor psikologis dan
biologis. Faktor pisikologis yang mempengaruhi remaja
untuk terus merokok adalah: adanya kebiasaan, stres,
depresi, kecanduan, menurunkan kecemasan,
ketegangan, upaya untuk memiiki teman (Hedman et, al,
2007). Faktor biologis yang mempengaruhi remaja untuk
tetap menjadi perokok yaitu efek dan level dari nikotin
yang dibutuhkan dalam aliran darah (Laily,2007).
Setiap orang memiliki tingkatan merokok yang
berbeda-beda, hal ini tergantung dari seberapa sering
seseorang merokok, jumlah rokok yang dihisap dan
lamanya merokok. Tingkatan-tingkatan merokok
seseorang dapat dilihat dari tipe-tipe perokok yang telah
ada
2. Dampak negatif
Meskipun saat ini sudah tersedia rokok yang memiliki
kandungan tar dan nikotin yang rendah, tetapi tidak ada rokok
yang aman bagi kesehatan. Penyakit yang diakibatkan oleh
rokok, seperti : kanker mulut, kanker faring, kanker faring,
kanker paru, kanker prostat, gangguan kehamilan dan janin,
penyakit jantung koroner, pneumonia dan lainnya
(Sriamin,2006).
2.3 Ruang Lingkup Harga Diri
tingkat yaitu :
1. Lingkungan
2. Pola asuh
19
keluarga yang tidak konsisten serta perilaku orang tua yang
selalu membandingkan anak dapat menurunkan harga diri
anak tersebut ( Potter & Perry, 2005).
3. Pengalaman
Yusuf (2000) mendefinisikan pengalaman sebagai
suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan, dan kejadian yang
pernah dialami individu: dirasalan bermakna san
meninggalkan kesan dalam hidup individu (Sriati &
Hernawati, 2007). Pengalaman individu yang positif dapat
meningkatkan harga diri, seperti restasi yang diraih dan
kompetisi diri dalam berbagai hal. Sedangkan, pengalaman
individu yang negatif dapat menurunkan harga diri, seperti :
merasa dirinya tidak diterim, tidak kompeten dan tidak
bernilai.
4. Sosial ekonomi
20
menyelesaikan tugasnya secara berulang, akan
menyebabkan individu yang tidak berharga kerena
merasa tidak memiliki kompetensi yang memadai.
22
2.4 Kerangka teori
- Kepuasan psikologis n
- Pengaruh orang tua - Pengalama
- Pengaruh teman - Pola asuh
sebaya - Lingkunganomi
- Faktor kepribadian
- Sosial ekon
- Pengaruh iklan
iri
Perilaku merokok Harga d
23
2.4 Hipotesis
2. Hipotesis (H1)