Makalah Hukum Keluarga Islam
Makalah Hukum Keluarga Islam
Makalah Hukum Keluarga Islam
Dengan Judul
“KEDUDUKAN PERJANJIAN PERKAWINAN MENURUT HUKUM ISLAM”
Disusun Oleh :
AFIFA NUR AISYAH HENDRI
NIM 2102016171
KELAS HKI D1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkawinan merupakan salah satu perkataan suci yang menganut
kedaulatan tersebut dilandasi dengan ikatan lahir batin dalam
undang-undang perkawinan ikatan lahir batin tersebut dilakukan
oleh laki-laki dan wanita yang bertujuan untuk membentuk
keluarga yang dilandaskan oleh Ketuhanan Yang Maha Esa.
Terjadinya ikatan perkawinan selama masa perkawinan dapat
menimbulkan harta kekayaan yang diperoleh selama masa
perkawinan yang disebut harta gono-gini dalam mempertahankan
dan melindungi harta yang diperoleh pada masa perkawinan
sehingga tidak menjadi harta bersama suami istri dapat
melakukan perjanjian kawin sebelum perkawinan berlangsung
Sesuai dengan pasal 29 undang-undang perkawinan agar terjadi
pemisahan harta pada masa perkawinan, namun dengan adanya
putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/ PUU-XIII/2015
Perjanjian kawin tidak hanya dibuat sebelum masa perkawinan
tetapi juga dapat dibuat pada masa perkawinan. Sehingga akibat
adanya putusan Mahkamah Konstitusi tersebut berdampak
merugikan bagi pihak ketiga yang telah terikat perjanjian dengan
industri tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan:
1. Perjanjian Perkawinan adalah salah satu bentuk dari perjanjian
yang dibuat antara satu pihak dengan pihak lainnya. Perjanjian
dapat dibuat baik sebelum perkawinan dilangsungkan (prenuptial
agreement) maupun selama dalam ikatan perkawinan (postnuptial
agreement). kegiatan membuat perjanjian perkawinan hukumnya
adalah mubah atau boleh, selama tidak melanggar asas-asas
perjanjian dalam hukum Islam.
2. Terdapat dua bentuk perjanjian perkawinan yang
dimungkinkan dalam Islam, yaitu taklik talak dan perjanjian lain
yang tidak bertentangan dengan hukum Islam: a. Taklik talak. b.
Perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
3. Perjanjian tidak dapat disahkan apabila melanggar batas-
batas hukum, agama, dan kesusilaan.Dengan demikia, bagi umat
islam, isi perjanjian perkawinan tidak boleh bertentangan dengan
hukum islam.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil kesimpulan penulisan pada bab penutup ini,
yang menyatakan bahwa perjanjian dalam pernikahan itu boleh di
lakukan dan dilaksanakan setelah akad nikah berlangsung,
penulis mencoba untuk memberikan beberapa saran atau
rekomendasi sebagai berikut:
a. Dengan adanya putusan KUHPerdata diharapkan untuk dapat
dibentuk peraturan pelaksana yang mana mengatur proses
tahapan pembuatan perjanjian kawin pada masa perkawinan,
karena hingga saat ini masih belum mampu memberi kepastian
hukum bagi semua pihak dalam hal memenuhi prestasi yang
timbul dari suatu perjanjian, baik suami istri, pihak ketiga dan
pejabat yang berwenang dalam melakukan proses pembuatan
perjanjian kawin pada masa perkawinan.
b. Menghimbau masyarakat yang menginginkan untuk membuat
perjanjian kawin pada masa perkawinan dengan adanya putusan
KUHPerdata diharapkan untuk tidak memanfaatkan celah dari
peraturan yang ada, yaitu menjadikan dasar itikad baik dalam
pembuatan perjanjian kawin, sehingga perjanjian kawin yang
dibuat tidak merugikan semua pihak yang terikat dalam
perjanjian di kemudian hari.
c. Perlunya merencanakan aset yang dimiliki selama perkawinan
agar pembagian harta perkawinan dapat secara jelas dan yang
terpenting kesepakatan para pihak, agar di kemudian hari tidak
ada pihak yang dirugikan.
DAFTAR PUSTAKA
Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1988, hlm.104
Yulies Tiena Masriani, Perjanjia Perkawinan Dalam Pandangan Hukum Islam, Jurnal
Ilmiyah, 2013, Universitas Tujuh Belas Agustus, Semarang, hlm.129
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia: Berlaku bagi Umat Islam. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, 2014.