Shalat Qashar Dan Jama
Shalat Qashar Dan Jama
Shalat Qashar Dan Jama
Dosen pengampu:
HJ.Emah Maziah, M.Pd.
Disusun oleh:
Dwi Andesta Putri (2022003)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH JAKARTA (STAIDA)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
Jl. Ulujami Raya No 1 Ulujami Jakarta 12250, Telp. 021-710508 800, Fax. 021738865288
Jakarta, 2021-2022
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Pertama -tama dan yang paling utama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik dan Hidayah dan telah
meberikan kita rahmat dan nikmat sehingga kita bisa melaksanakan kuliah sampai saat ini
dan berkat ridhonyalah saya bisa menyelesaikan makalh ini yakni dalam mata pelajaran
“FIQIH IBADAH” sampaipun banyak sekali kekurangn didalamnnya
Kedua kalinnya shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada baginda kita Nabi
kita yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga
kezaman yang terang benderang yang dapat kita rasakan saat ini serta yang telah
menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan juga di akhirat.
Makalah ini saya buat dengan semampu saya sampaipun hasilnnya jauh dari kata
maksimal, saya sangatlah menyadari bahwa dalam penyususnan makalh ini masih tidaklah
sempurna dan banayk sekali kesalahn serta kekurangan. Maka dari itu sebagai penyusun
makalh ini mohon kritik dan saran dari semua pembaca terutama dosen mata kuliah”FIQIH
IBADAH” sebagai bahan koreksi menjadi lebih baik lagi.
Tak lupa saya berterima kasih kepada dosen yang mulia karena telah memberikan saya
kesempatan untuk membuat makalh ini. Saya sangat berharap makalah yang saya buat ini
dapat berguna bagi setiap pembaca. Saya mohon maaf atas kesalahan penulisan sera
kesalahan-kesalahan lainnya yang menurut pembaca kurang pas, kepada Allah saya mohon
ampun akhir kata
Wassalamualaikum Wr.Wb.
2
DARTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar
belakang………………………………………………………………………….1
II. Rumusan masalah………………………………………………………………………
2
III. Tujuan………………………………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
A. Shalat Jama’ dan Qashar …………………… 2
B. Hal-hal yang membolehkan jama’ dan qashar …………………… 4
C. Jarak safar yang dibolehkan jama’ dan qashar …………………… 7
D. Lama safar yang dibolehkan jama’ dan qashar……………………. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………..8
B. Saran………………………………………………………………………………8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………9
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menjama’ dan mengqashar shalat termasuk rukhshah (kelonggaran/keringanan) yang
diberikan Allah SWT kepada hambanya karena adanya kondisi yang menyulitkan bila shalat
dilakukan dalam keadaan biasa. Rukhsah ini merupakan shodaqoh dari Allah SWT yang
dianjurkan untuk diterima dengan penuh ketawadhu’an.
Namun jika ada musafir yang tidak mengqashar shalatnya maka shalatnnya tetap sah, hanya
saja kurang sesuai dengan sunnah karena Nabi saw senantiasa menjama’ dan mengqashar
shalatnya saat melakukan safar. Dan yang seharusnya selaku umat muslim harus menerima
shodaqoh/keringanan (rukhsah) yang diberikan oleh Allah kepada hambanya.
B. Rumusan masalah
1. apakah yang dimaksud dengan shalat jama’ dan shalat qashar ?
2. apakah hal-hal yang membolehkan mengqashar dan menjama’ shalat ?
3. bagaimanakah jarak safar yang dibolehkan jama’ dan qashar ?
4. berapakah lama safar dibolehkan jama’ dan qashar ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Shalat Jama’ Dan Shalat Qashar
a. Shalat jama’
Sholat jama’ ialah melaksanakan dua shalat wajib dalam satu waktu. Seperti melaksanakan
shalat Dzuhur dan shalat Ashar di waktu Dzuhur. menjama’ shalat separti ini dinamakan
Jama’ Taqdim. atau melaksanakan shalat dzuhur dan ashar di waktu Ashar dinamakan Jama’
Ta’khir. Dan melaksanakan shalat Magrib dan shalat Isya’ bersamaan di waktu sholat
Magrib atau melaksanakannya di waktu Isya’.
Jadi shalat yang boleh dijama’ adalah semua shalat Fardhu kecuali shalat Shubuh. Shalat
shubuh harus dilakukan pada waktunya, shalat subuh tidak boleh dijama’ dengan shalat Isya’
atau shalat Dhuhur. Dan untuk menjama’ shalat harus sesuai dengan urutan waktu sholat
yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan tidak boleh menjama’ sholat dengan membalikkan
waktu sholat yang telah ditentukan oleh Allah SWT, dan pada saat menjama’ dua sholat,
maka cukup dengan mengumandangkan iqamat di antara dua sholat yang dijama’.
b. Shalat Qashar
shalat Qashar adalah meringkas shalat yang empat rakaat menjadi dua rakaat. Seperti shalat
Dhuhur, Ashar dan Isya’. Sedangkan shalat Magrib dan shalat Shubuh tidak bisa diqashar.
Dasar-dasar hukum seseorang boleh mengqashar sholat adalah sebagai berikut :
1- Firman Allah swt :
ْ ُُوا إِ َّن ْال َكافِ ِرينَ َكان
وا لَ ُك ْم ْ صالَ ِة ِإ ْن ِخ ْفتُ ْم أَن يَ ْفتِنَ ُك ُم الَّ ِذينَ َكفَر ْ صر
َّ ُوا ِمنَ ال ُ ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح أَن تَ ْق ِ ْض َر ْبتُ ْم فِي األَر
َ ض فَلَي َ َوإِ َذا
َع ُد ًّوا ُّمبِينًا
“ Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah mengapa kamu men-qashar
sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang
kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” ( Qs An Nisa : 101 )
2- Hadist Abdullah bin Umar r.a bahwasanya ia berkata :
رضى هللا- فكان ال يزيد فى السفر على ركعتينوأبا بكر وعمر وعثمان كذلك- صلى هللا عليه وسلم- صحبت رسول هللا
عنهم.
“ Aku pernah menemani Rosulullah saw dalam perjalanannya dan beliau tidak pernah
mengerjakan shalat lebih dari dua reka’at. Demikian juga yang dilakukan oleh Abu Bakar,
Umar dan Ustman r.a . “ ( HR Bukhari dan Muslim )
5
Bagi orang yang sedang atau akan bepergian, baik masih di rumah (tempat tinggal) atau
dalam perjalanan, dan atau sudah sampai di tujuan, dibolehkan menjama’ shalat, baik
dilakukan secara jama’ taqdim maupun jama’ ta’khir sama saja, dan selama berada ditempat
yang dituju tetap boleh menjama’ shalat dengan syarat tidak berniat untuk menetap di tempat
itu. Seperti yang dilakukan oleh Rasul SAW.
ب َو ْال ِع َشا ِء
ِ الظه ِْر َو ْال َعصْ ِر إِ َذا َكانَ َعلَى ظَه ِْر َسي ٍْر َويَجْ َم ُع بَ ْينَ ْال َم ْغ ِر
ُّ صاَل ِة
َ ََكانَ َرسُو ُل هَّللا ِ يَجْ َم ُع بَ ْين
”Rasulullah menjamak antara shalat Dhuhur dan Ashar bilamana beliau berada di tengah
perjalanan dan menjamak antara Maghrib dan Isya’.(HR. Bukhari)
b. Hujan
Jika seseorang berada di suatu masjid atau mushalla, tiba-tiba turun hujan sangat lebat, maka
dibolehkan menjama’ shalat maghrib dengan ‘isya’, dzuhur dan ‘ashar,
النبي صلى هللا عليه وسلم جمع بين المغرب والعشاء في ليلة مطيرة
“Nabi saw pernah menjama’ antara sholat maghrib dan isya pada suatu malam yang diguyur
hujan lebat.” (HR. Bukhari)
c. Sakit
Sakit merupakan cobaan dan ujian bagi manusia, dan apabila seseorang sabar dalam
menghadapi cobaan dan ujian sakit ini, dan tetap menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya,
khususnya perintah shalat, maka akan mengurangi dosa-dosanya, sekalipun shalat itu
dikerjakan dengan cara dijama’
فإن قويت على أن تؤ ّخري الظّهر وتعجّلي العصر ث ّم ثغتسلين حين تطهرين وتصلّين الظهر والعصر جمي ًعا ً ث ّم تؤخرين
المغرب وتعجّلين العشاء ث ّم تغتسلين وتجمعين بين الصالتين فافعلي
“ Jika engkau mampu mengakhirkan shalat dzuhur dan menyegerakan shalat ashar, kemudian
engkau mandi setelah bersuci, dan engkau menggabungkan shalat dzuhur dan shalat ashar,
kemudian engkau mengakhirkan shalat maghrib dan menyegerakan shalat isya, kemudian
engkau mandi dan menggabungkan diantara dua shalat, maka lakukanlah“
d. Takut
Takut dalam masalah ini bukan takut seperti yang biasa dialami oleh setiap orang, akan tetapi
yang dimaksud takut disini yaitu takut secara bathin.
صالَ ِة إِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَ ْن يَ ْفتِنَ ُك ْم الَّ ِذينَ َكفَرُوا فَقَ ْد
َّ صرُوا ِم ْن ال ُ ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح أَ ْن تَ ْق
َ ب لَي ِ ت ِل ُع َم َر ْب ِن ْالخَ طَّا ُ ع َْن يَ ْعلَى ْب ِن أُ َميَّةَ قَا َل قُ ْل
ق هللاُ بِهَا َعلَ ْي ُك ْم َ ص َدقَةٌ ت
َ َص َّد َ ال َ َك فَقَ ِصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َْن َذل َ ِت َرسُو َل هللا ُ ْت ِم َّما َع ِجبْتَ ِم ْنهُ فَ َسأ َ ْل ُ أَ ِمنَ النَّاسُ فَقَا َل َع ِجب
رواه مسلم.ُص َدقَتَه َ فَا ْقبَلُوا
“Diriwayatkan dari Ya’la Ibn Umayyah, ia berkata: Saya bertanya kepada ‘Umar Ibnul
Khaththab tentang (firman Allah): "Laisa ‘alaikum junaahun an taqshuru minashalah in
khiftum an yaftinakumu-lladzina kafaru". Padahal sesungguhnya orang-orang dalam keadaan
aman. Kemudian Umar berkata: Saya juga heran sebagaimana anda heran terhadap hal itu.
Kemudian saya menanyakan hal itu kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda: Itu adalah
6
pemberian Allah yang diberikan kepada kamu sekalian, maka terimalah pemberian-
Nya.”(HR. Muslim)
e. Keperluan (kepentingan) Mendesak
Dalam banyak kejadian di masyarakat, kadang kalanya karena sibuk dengan beberapa
keperluan, kepentingan, mereka melupakan shalat yang telah menjadi kewajiban bagi setiap
muslim beriman. Maka boleh menjama’ shalat bagi orang yang tidak dalam safar, jika ada
kepentingan yang mendesak, asal hal itu tidak dijadikan kebiasaan dalam hidupnya.
ال أَبُوَ َف َوالَ َسفَ ٍر ق ٍ ْالظ ْه َر َو ْال َعصْ َر َج ِميعًا بِ ْال َم ِدينَ ِة فِي َغي ِْر َخو
ُّ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َ ِصلَّى َرسُو ُل هللا َ س قَا َل
ٍ ع َْن ا ْب ِن َعبَّا
ُ َ َ َ ْ َ
س َك َما َسألتَنِي فَقَا َل أ َرا َد أ ْن الَ يُحْ ِر َج أ َحدًا ِم ْن أ َّمتِ ِهٍ ت ا ْبنَ َعبَّا ْ َ
ُ ك فَقَا َل َسأل َ ِت َس ِعيدًا لِ َم فَ َع َل َذل ْ َ ُّ
ُ الزبَي ِْر فَ َسأل.
“Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: Rasulullah saw shalat dhuhur dan ‘ashar di
Madinah secara jama‘, bukan karena takut dan juga bukan dalam perjalanan. Berkata Abu
Zubair: saya bertanya kepada Sa’id; Mengapa beliau berbuat demikian? Kemudian ia berkata;
Saya bertanya kepada Ibnu’ Abbas sebagaimana engkau bertanya kepadaku: Kemudian Ibnu
‘Abbas berkata: Beliau menghendaki agar tidak mernyulitkan seorangpun dari umatnya.(HR.
Bukhari – Muslim)
C. Jarak Safar Yang Dibolehkan Jama’ Dan Qashar
Adapun jarak perjalanan (safar) yang dibolehkan untuk menjama’ dan mengqashar ternyata
ulama berbeda pendapat. Ada ulama yang berpendapat jarak minimal 1 farsakh atau tiga mil,
ada yang minimal 3 farsakh, ada yang berpendapat safar minimal harus sehari-semalam,
bahkan ada yang berpendapat tidak ada jarak dan waktu yang pasti karena sangat tergantung
pada kondisi fisik, psikis serta keadaan sosiologis dan lingkungan masyarakat. Jika memang
perjalanan tersebut berat dan menyulitkan maka ada keringanan dan kelonggran (rukhsah)
berupa shalat jama’ dan qashar. Sebab maksud pemberian rukhsah adalah untuk mehilangkan
beban dan kesulitan.
Ada riwayat yang mengatakan dari shahabat Anas bin Malik, bahwa Rasulullah Saw
mengqashar shalat dalam perjalanan yang berukuran 3 mil atau 1 farsakh.
َكانَ َرسُوْ ُل هللاِ ص اِ َذا خَ َر َج َم ِسي َْرةَ ثَالَثَ ِة:صالَ ِة فَقَا َل ُ َسأ َ ْل:ع َْن ُش ْعبَةَ ع َْن يَحْ يَى ْب ِن يَ ِز ْي ِد ْالهَنَائِ ّي قَا َل
َّ ت اَنَسًا ع َْن قَصْ ِر ال
ْ
صلى َك َعتَ ْي ِن َّ َ َال اَوْ ثَالَثَ ِة فَ َرا ِسخ
ٍ َاَ ْمي
“Dari Syu’bah dari Yahya bin Yazid Al-Hanaiy, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada
Anas tentang mengqashar shalat, lalu ia menjawab, “Adalah Rasulullah SAW apabila
bepergian sejauh tiga mil atau tiga farsakh, maka beliau shalat dua reka’at”. (Syu’bah ragu,
tiga mil atau tiga farsakh” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud dan Baihaqi)
َّ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا َسافَ َر فَ َرا َس ًخا يُقَصِّ ُر ال
صالَة َ َِكانَ َرسُوْ ُل هللا
“Adapun Rasulullah SAW bila bepergian sejauh satu farsakh, maka beliau mengqashar
Shalat”(HR. Sa’id bin Manshur. Dan disebutkan oleh Hafidz dalam at-Talkhish, ia
mendiamkan adanya hadits ini, sebagai tanda mengakuinya)
D. Lama Safar Yang Dibolehkan Jama’ Dan Qashar
Para ulama juga berbeda pendapat berapa lama perjalanan yang membolehkan musafir
melaksanakan sholat jama’ dan qashar.
7
Imam Malik, As-Syafi’i dan Ahmad berpendapat bahwa maksimal 3 hari bagi muhajirin yang
akan mukim (tinggal) di tempat tersebut. Sementara ada juga yang berpendapat maksimal 4
hari, 10 hari (Muttafaq ‘alayh, dari Anas bin Maliik), 12 hari (H.R. Ahmad, dari ‘imran), 15
hari (pendapat Abu Hanifah), 17 hari, dan 19 hari (muttafaq ‘alayh, dari Ibn ‘Abbas).
Jika diperlihatkan secara seksama pada hadis-hadis dari para sahabat di atas, umumnya
mereka menceritakan sholat safar sesuai dengan keadaan dan perspektif mereka masing-
masing. Inilah yang kemudian dipahami oleh para Imam Madzhab sehingga mereka berbeda
pendapat dalam batasan jarak dan waktu kebolehan shalat jama’ dan qashar. Dari pendapat
yang ada, yang lebih kuat adalah pendapat yang menyatakan bahwa selama berstatus sebagai
musafir biasa (bukan musafir perang) dan tidak tinggal lebih dari 19 hari di satu tempat
tersebut, maka masih diberikan keringanan untuk menjama’-qashar shalatnya. tetapi Kalau
musafir perang, maka boleh menjama’-qashar shalatnya selama masih dalam suasana perang.
Sedangkan bagi musafir dengan tujuan maksiat, maka senagian besar ulama berpendapat
tidak ada keringanan qashar kepadanya.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan di atas kami dari kelompok 4 mengambil kesimpulan :
1. Shalat jama’ dan qashar adalah keringanan (rukhsah) yang diberikan Allah kepada
hambanya, yang harus diterima oleh umat muslim sebagai shodaqah dari Allah SWT. Shalat
yang dapat di jama’ adalah semua shalat fardhu kecuali sholat subuh. Dan shalat yang dapat
di qashar adalah semua shalat fardhu yang empat rakaat yaitu shalat isya’, dhuhur dan ashar.
2. Hal-hal yang membolehkan jama’ dan qashar ada beberapa hal, yaitu : Safar (Bepergian),
Hujan, Sakit, Takut, Keperluan (kepentingan) Mendesak.
3. Dalam persoalan jarak safar, para ulama’ berbeda pendapat. Ada ulama yang
berpendapat jarak minimal 1 farsakh atau tiga mil, ada yang minimal 3 farsakh, ada yang
berpendapat safar minimal harus sehari-semalam, bahkan ada yang berpendapat tidak ada
jarak dan waktu yang pasti karena sangat tergantung pada kondisi fisik, psikis serta keadaan
sosiologis dan lingkungan masyarakat.
4. Lama safar yang dibolehkan jama’ dan qashar para ulama’ berbeda pendapat. Tetapi dalil
yang paling kuat adalah 19 hari (bukan dalam keadaan perang) berdasarkan hadits muttafaq
‘alayh, dari Ibnu Abbas.
B. Saran
Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan untuk penulisan makalah di kesempatan-
kesempatan berikutnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ø Syakir Jamaluddin. sholat sesuai tuntunan Nabi SAW mengupas kontroversi hadis sekitar
sholat. LPPI UMY.
Ø DR. Ahmad Hatta, MA. Tafsir Qur’an perkata, 2009. Magfirah Pustaka.
Ø http://makalahcyber.blogspot.com/search/label/Makalah%20Pendidikan
10