MAKALAH Fiqih Kelompok 7
MAKALAH Fiqih Kelompok 7
MAKALAH Fiqih Kelompok 7
FIQIH IBADAH
Disusun Oleh:
Kelompok 7
Sulaiman 2214070184
Khalid 22140701
DOSEN PENGAMPU:
Dr. ZULFAN,S.HI.,MA
1444 H/ 2023 M
i
KATA PENGANTAR
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki Oleh karena
itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.
pemakalah
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A. Sholat Jamak....................................................................................................3
B. Sholat Qasar.....................................................................................................4
C. Sholat khauf....................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................10
PENUTUP...............................................................................................................10
A. Kesimpulan....................................................................................................10
B. Saran...............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Shalat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab di akhirat kelak. Shalat
juga dapat dijadikan barometer amal-amal lain seperti diungkapkan dalam sebuah
hadits: "Hal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat".
Khalifah Umar bin Al Khattab pernah mengirim surat kepada Gubernur yang
diangkatnya, pesannya, "sesungguhnya tugas kalian sebagai Gubernur yang paling
utama di mataku adalah shalat. Barang siapa memelihara shalat, berarti ia telah
memelihara agamanya. Barang siapa yang lalai terhadap shalatnya, terhadap urusan
lain akan lebih lalai".
Begitu pentingnya shalat, karena shalat merupakan penentu amal yang lain.
Jika shalatnya baik, maka baik pula amalnya yang lain. Ada juga para ulama yang
mengibaratkan bahwa shalat itu diibaratkan sebagai angka I (satu) sedangkan amal
selain shalat itu diibaratkan angka 0, sehingga jika shalatnya rusak atau bahkan tidak
melakukan shalat maka nilai sama dengan nol walaupun amalnya banyak. Akan tetapi
jika shalatnya baik dan selalu dikerjakan 6maka semua amalnya itu bernilai,
Oleh karena itu, maka shalat tidak boleh ditinggalkan walau bagaimanapun
keadaannya kecuali orang yang haid atau nifas atau keadaan bahaya. Namun ada
beberapa keringanan (rukhsah) bagi orang yang ada dalam perjalanan (musafir)
dalam tata cara pelaksanaan shalat. yaitu dengan cara shalat jama dan shalat qashar.
Namun hal itu juga bukan berarti boleh meninggalkan shalat begitu saja, hanya
berpindah pelaksanaan pada waktu tertentu (yang telah diisyaratkan) dan syarat-
syarat tertentu pula.
iv
Menjama dan mengqashar shalat termasuk rukhshah
(kelonggaran/keringanan) yang diberikan Allah SWT kepada hambanya karena
adanya kondisi yang menyulitkan bila shalat dilakukan dalam keadaan biasa.
Rukhsah ini merupakan shodaqoh dari Allah SWT yang dianjurkan untuk diterima
dengan penuh ketawadhu'an.
Namun jika ada musafir yang tidak mengqashar shalatnya maka shalatanya tetap sah.
hanya saja kurang sesuai dengan sunnah karena Nabi saw senantiasa menjama dan
mengqashar shalamnya saat melakukan safar Dan yang seharusnya selaku umat
muslim harus menerima shodaqoh keringanan (rukhsah) yang diberikan oleh Allah
kepada hambanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sholat jamak?
2. Apa yang dimaksud dengan sholat qasar?
3. Apa yang dimaksud dengan sholat khauf
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sholat jamk
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sholat qasar
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sholat khauf
v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sholat Jamak
1. Pengertian sholat jamak
1
Abdul Kadir Nuhuyanan, Pedoman dan Tuntunan Sholat Lengkap,(jakarta:
Gema Insani, 2002), hal. 40
vi
mengakhiri atau menunda shalat Dzuhur qashar ke dalam
waktu Ashar, ataupun shalat Maghrib ke dalam waktu 'Isya.
Shalat Dzuhur
Lafadz niat
Sholat Maghrib
Lafadz niat
Artinya:
vii
“Saya niat mengundur shalat maghrib ke dalam waktu isya”2
B. Sholat Qashar
2
Ria Khairunnisa, Panduan sholat untuk Wanita,(Lembar Pustaka Indonesi,2015),
hal.80-84
viii
tanpa tasyahud awal langsung tasyahud akhir karena shalatnya hanya dilakukan dua
raka'at.
Menurut Imam Syafi'i dan mayoritas ulama, mengghasar shalat boleh dilakukan
saat seseorang dalam perjalanan. Hal itu pun lebih afdhal meski melaksanakan shalat
secara lengkap juga diperbolehkan3
3
Abdul Aziz bin Nashir al-Musainid, Kumpulan Tanya Jawab Seputar Shalat (Jakarta:
Almahira 2007) hal.83
ix
C. Shalat Khauf
Shalat Khauf adalah shalat yang dikerjakan ketika seseorang berada dalam
keadaan genting, atau bahaya. Berkaitan dengan pelaksanaan shalat Khauf, Imam
Syafi'i mengemukakan dua pen- dapat yang berlawanan.
Pertama, Imam Syafi'i berkata, "Semua jenis jihad yang mubah dan pelakunya
merasa takut, maka mereka boleh melakukan shalat Khauf. Sebab, berjihad di jalan
Allah Swt. pasti memperoleh pahala dan tidak berdosa. Rasulullah Saw. bersabda,
'Barang siapa terbunuh dalam membela hartanya, maka ia mati syahid." (HR.
Bukhari, Muslim, dan Ashabus Sunan). Pendapat tersebut menyatakan bahwa shalat
Khauf boleh dilakukan bila sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan.
x
Kedua, Imam Syafi'i menyatakan pendapat yang sebaliknya, yakni tidak
membolehkan pelaksanaan shalat Khauf. Hal ini sebagaimana pendapatnya "Adapun
orang yang berperang, padahal bukan jihad, lantas merasa takut, maka ia tidak diper-
kenankan melakukan shalat Khauf dengan cara isyarat tertentu sebagai pengganti
gerakan shalat. Jika ia melaksanakan shalat Khauf, maka ia harus mengulangi
shalatnya. Ia juga tidak boleh melakukan shalat Khauf karena ketakutan yang tidak
seberapa. Ia hanya boleh melaksanakan shalat seperti biasanya.4
Dengan demikian, Imam Syafi'i membolehkan shalat Khauf bila berada dalam
kondisi jihad. Namun, ia melarang shalat Khauf jika tidak sedang berjihad, meskipun
berperang.
BAB III
4
Ahmad Musthafa al-Farran,Tafsir Imam Syafi’I, (Jakarta: Almahira,2007), hal.221
xi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jamak (mengumpulkan) Shalat jamak adalah dua shalat wajib yang
dikerjakan dalam satu waktu, misalnya shalat zhuhur dan ashar dilaksanakan
pada waktu zhuhur, disebut jamak taqdim. Atau shalat zhuhur dan ashar
dikerjakan pada waktu ashar disebut jamak takhir.
Shalat Khauf adalah shalat yang dikerjakan ketika seseorang berada dalam
keadaan genting, atau bahaya. Berkaitan dengan pelaksanaan shalat Khauf,
Imam Syafi'i mengemukakan dua pen- dapat yang berlawanan.
B. Saran
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Penulis
sadar atas segala kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran
yang bersifat membangun agar terciptanya makalah yang dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
xii
DAFTAR PUSTAKA
Nuhuyanan Abdul Kadir. 2002. Pedoman dan Tuntunan Sholat Lengkap,
(jakarta: Gema Insani.
al-Musaini. Abdul Aziz bin Nashir. 2007. Kumpulan Tanya Jawab
Seputar Shalat. Jakarta: Almahira.
Al-Farran. Ahmad Musthafa. 2007. Tafsir Imam Syafi’I. Jakarta: Almahira.
Khairunnisa. Ria. 2015. Panduan sholat untuk Wanita,Lembar Pustaka
Indonesi.
xiii