Banjir Rob
Banjir Rob
Banjir Rob
Disusun Oleh:
LANG NOVIANTO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JANABADRA
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
LANG NOVIANTO
No. Mhs: 16310128
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Berkat dan Rahmatnya sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyusun
Tugas Akhir dengan judul “Analisis Kebisingan Akibat Lalu Lintas (Studi
Kasus : Jalan Jendral Sudirman, Yogyakarta)” dengan baik.
Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh guna
meraih gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Universitas Janabadra
Yogyakarta. Melalui penyusunan Tugas Akhir mahasiswa diharapkan mempunyai
daya analisis yang tajam serta dapat memperdalam ilmu yang telah diperoleh
selama kuliah.
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah didukung, dibantu dan bimbing
oleh banyak pihak. Atas terselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada:
Penulis
DAFTAR ISI
TUGAS AKHIR.......................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
TUGAS AKHIR......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
INTISARI...............................................................................................................xi
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................1
2.1. Transportasi............................................................................................................5
2.2. Kebisingan..............................................................................................................5
4.2. Mulai.....................................................................................................................23
4.4.2. Peralatan.....................................................................................................24
5.1.4. Kebisingan.................................................................................................32
5.2. Pembahasan..........................................................................................................35
5.2.4. Rekapitulasi...............................................................................................41
6.1. Kesimpulan...........................................................................................................43
6.2. Saran......................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................45
DAFTAR GAMBAR
Dengan tujuan mengetahui dan menganalisis tingkat kebisingan yang terjadi akibat
hubungan Volume, Persentase, Komposisi kendaraan terhadap kebisingan di Jalan
Jendral Sudirman, Yogyakarta.
Metode penelitian ini menggunakan data Primer untuk melihat volume kendaraan dan
intensitas kebisingan (dB). Data yang diperoleh di lapangan diolah dengan menggunakan
rumus interval untuk jumlah kendaraan, dan rumus Leq kebisingan (dB) baku mutu
tingkat kebisingan dengan metode regresi.
Hasil dan kesimpulan dari penelitian ini adalah volume lalu lintas tertinggi pada hari
Selasa 25 Mei 2021 terjadi pada sore hari dengan total volume 324 smp/menit, dan
volume terendah pada pagi hari dengan total 103 smp/menit. Menggunakan rumus: Q =
(QHV x emp HV) + (QLV x emp LV) + (QMC x emp MC). Sedangkan intensitas
kebisingan tertinggi sebesar 66,61 dB, dan terendah sebesar 55,11 dB dengan kategori
baik dari baku mutu kebisingan. Menggunakan rumus: Leq = 10 log ¿.
Melihat kondisi tersebut maka perlu dilakukan penelitian terkait hubungan antara
volume kendaraan yang melintasi suatu ruas jalan dan kecepatan kendaraan
dengan intensitas kebisingan yang diakibatkan oleh kendaraan. Jalan Jendral
Sudirman, Yogyakarta dijadikan sebagai objek penelitian untuk mengetahui
seberapa besar hubungan volume kendaraan terhadap kebisingan akibat kendaraan
yang melintas pada ruas jalan tersebut. Diambilnya Jalan Jendral Sudirman,
Yogyakarta sebagai objek penelitian karena pada ruas jalan tersebut arus
kendaraan yang relatif tinggi mengakibatkan dampak kebisingan. Pada ruas jalan
tersebut terdapat RS. Betesdha yang dijadikan lokasi pengambilan data pada
penelitian ini. Sekitar kawasan ini terdapat fasilitas publik seperti Kantor DPD
Orkar, Galeria Mall, Novo Hotel Yogyakarta, Bank BCA serta Sekolah Tinggi
Bokpri 2 Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan
informasi seberapa besar pengaruh yang disebabkan oleh kendaraan terhadap
kebisingan.
2.1. Transportasi
Transportasi diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal
ke tempat tujuan. Dalam hubungan ini dapat terlihat tiga hal berikut: ada muatan
yang diangkut; tersedia kendaraan sebagai alat angkutnya dan terdapat jalan yang
dapat dilalui. Proses pemindahan (transportasi) merupakan gerakan dari tempat
asal, dimana kegiatan pengangkutan dimulai ke tempat tujuan, dimana kegiatan
diakhiri. Transportasi berfungsi sebagai sektor penunjang ekonomi dan pemberi
jasa bagi perkembangan ekonomi (Nasution, 1996).
Fungsi transportasi adalah menggerakan atau memindahkan orang dan barang dari
satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sistem tertentu untuk tujuan
tertentu. Transportasi manusia atau barang biasanya bukanlah merupakan tujuan
akhir, oleh karena itu permintaan jasa transportasi dapat disebut sebagai
permintaan turunan (derived demand) yang timbul akibat adanya permintaan akan
komoditi atau jasa lainnya. Dengan demikian permintaan akan transportasi baru
akan ada apabila faktor – faktor pendorongnya. Permintaan jasa transportasi tidak
berdiri sendiri, melainkan tersembunyi di balik kepentingan yang lain
(Morlok,1995).
2.2. Kebisingan
Kebisingan sebagai suara yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia
dan kenyamanan lingkungan (Menteri Lingkungan Hidup, 1996). Berdasarkan
sifat dan spektrum bunyi, bising dibagi atas (Buchari,2007).
1. Bising terus menerus dengan spektrum frekuensi yang luas, bising ini relatif
tetap dalam batas kurang lebih 5 dBA untuk periode 0,5 detik berturut –
turut.
2. Bising terus menerus dengan spektrum frekuensi yang sempit, bising ini
juga relatif tetap, akan tetapi hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada
frekuensi 500, 1.000 dan 4.000 Hz) misalnya gergaji sekuler, katup gas.
3. Bising terputus – putus (internitten). Bising ini tidak terjadi secara terus
menerus, melainkan ada periode relatif tenang, misalnya suara lalu lintas,
kebisingan dilapangan tenang.
4. Bising impulsif. Bising ini memiliki perubahan tekanan suara yang melebihi
40 dBA dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan
pendengarannya, misalnya tebahan, suara ledakan mercon dan meriam.
5. Bising impulsif berulang. Sama dengan bising impulsif, hanya saja disini
terjadi secara berulang – ulang, misalnya mesin tempa.
Menurut Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 2 Tahun
2005 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Tingkat Kebisingan adalah
ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan Desibel disingkat Db. Tingkat
kebisingan dapat diklasifikasikan berdasarkan intensitas yang diukur dengan
satuan decibel (dB) seperti pada Tabel 2.1.
Lalu lintas di jalan raya merupakan sumber utama kebisingan yang mengganggu
sebagian besar masyarakat perkotaan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa
kebisingan lalu lintas adalah sumber utama ketergantungan lingkungan. Bunyi
yang ditimbulkan oleh lalu lintas adalah bunyi dengan tingkat suara yang tidak
konstan. Tingkat gangguan kebisingan yang berasal dari bunyi lalu lintas di
pengaruhi oleh kekuatan suara, seiring terjadi dalam satuan waktu dan frekuensi
bunyi yang dihasilkan.
1. Variabel Dependen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, criteria, konsekuen yang
lebih sering disebut variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel dependen (y) adalah kebisingan lalu
lintas.
2. Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent.
Atau yang lebih dikenal sebagai variabel bebas. Variabel bebas merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel independen (x) yaitu volume kendaraan.
Sebagai pengukur jumlah dari arus lalu lintas digunakan “volume”. Volume lalu
lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam
satuan waktu (hari, jam, menit) (Sukirman, 1994).
Volume lalu lintas diperoleh berdasarkan hasil pencacahan lalu lintas atau
kendaraan (traffic counting), yang merupakan metode perhitungan lalu lintas
dilakukan dengan cara menghitung junlah lalu lintas kendaraan yang lewat
didepan pos survei pada suatu ruas jalan yang sudah ditetapkan, dengan asal lalu
lintas dan arah tujuan diabaikan.
Nilai dari arus lalu lintas (Q) merupakan hasil arus dalam satuan mobil
penumpang (smp). Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) diubah menjadi
satuan mobil penumpang (smp) dengan menggunakan ekivalensi mobil
penumpang (emp) yang duturunkan secara empiris untuk tipe kendaraan dilihat di
Tabel 3.1.
Tipe Jalan : Jalan satu arah dan Arus lalu lintas per Emp
jalan terbagi lajut (kend/jam) HV MC
Dua – lajur satu – arah (2/1D) 0 1,3 0,4
Dan Empat – lajur terbagi (4/2D) ≥ 1050 1,2 0,25
Tiga – lajur satu – arah (3/1D) 0 1,3 0,4
dan Enam – lajur terbagi (6/2D) ≥ 1100 1,2 0,25
Sumber : Ditjen Bina Marga,1997
Pada dasarnya, kendaraan diklasifikasi karena kendaraan menghasilkan spektrum
bunyi yang berbeda. Yang dimaksud kendaraan adalah unsur lalu lintas diatas
roda.
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Bina Marga 1997, klasifikasi
kendaraan dibagi menjadi:
1. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan melayani lalu lintas umum.
2. Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
3. Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan
dan sebagai jalan nasional yang penggunaannya diwajibkan membayar tol,
dan
4. Jalan bebas hambatan adalah jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan
pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa adanya persimpangan
sebidang serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan.
Dalam Undang – Undang diatas tersebut, jenis jalan juga dibedakan menjadi:
1. Jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan umum dengan ciri – ciri
perjalanan jarak jauh dan jumlah jalan masuk dibatasi.
2. Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan umum dengan ciri – ciri
perjalanan jarak jauh dan jumlah jalan masuk dibatasi, dan
3. Jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri – ciri
perjalanan jarak pendek dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Bina Marga 1997, tipe – tipe
jalan perkotaan adalah sebagai berikut:
1. Jalan dua – lajur dua – arah (2/2 UD)
2. Jalan empat – lajur dua – arah, dibedakan menjadi:
a. Tak – terbagi (yaitu tanpa median) (4/2 UD), dan
b. Terbagi (yaitu dengan median) (4/2 D)
3. Jalan enam – lajur dua – arah terbagi (6/2 D), dan
4. Jalan satu arah (I – 3/1).
Dilihat dari kondisi geometri dan lingkungan sekitar ruas Jalan Jendral Sudirman,
Yogyakarta merupakan banyak dilewati berbagai kendaraan, baik kendaraan
sepeda motor, kendaraan ringan maupun kendaraan berat. Tata guna lahan
disekitar ruas jalan ini sangat bervariasi dari kawasan perkantoran, kawasan
perbelanjaan, kawasan rumah sakit dan kawasan penginapan. Gambaran seperti
volume arus lalu lintas tidak dapat dihindari dan sering terjadi di jalan tersebut,
terutama pada jam sibuk (peak hour) dan saat akhir pekan selalu terjadi antrian
panjang kendaraan.
Dalam penelitian (Buchari, 2007), menjelaskan untuk alat ukur kebisingan yaitu
Sound Level Meter (SLM). Sound Level Meter (SLM) adalah alat untuk mengukur
suara. Mekanisme kerja alat SLM adalah apabila ada benda bergetar, maka akan
menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang mana perubahan tersebut
dapat ditangkap oleh alat ini, sehingga akan menggerakkan meter petunjuk atau
jarum petunjuk.
Gabriel (1999) dalam Feidihal (2007) menyebutkan bahwa alat untuk mengukur
kebisingan antara lain:
1. Sound Level Motor (SLM). Alat yang mengukur kebisingan antara 30 – 130
dB(A) dan frekuensi 20 – 20.00 Hz
2. Oktave Band Analyzer. Alat yang digunakan untuk menganalisa frekuensi
suatu kebisingan yang dilengkapi dengan filter – filter menurut Oktave.
3. Narrow Band Analyzer. Alat ini digunakan untuk mengukur analisa frekuensi
yang lebih lanjut, disebut juga analisa spektrum singkat.
4. Tape Recorder High Kuality. Alat digunakan untuk mengukur kebisingan
terputus – putus, dan bunyi yang diukur, direkam dan dibawa ke laboratorium
untuk dianalisa. Alat ini mampu mencatat frekuensi antara 20 – 20.000 Hz.
5. Impact Noise Analyzer. Alat ini digunakan untuk mengukur kebisingan
impulsif.
6. Noise Logging Dosimeter. Alat ini digunakan untuk mengukur kebisingan
selama 24 jam yang dapat dianalisa dengan menggunakan komputer sehingga
langsung didapat grafik tingkat kebisingan.
Pengukuran kebisingan yang terdapat dalam KMNLH No. 48 (1996) dapat
dilakukan dengan cara yaitu:
1. Cara sederhana. Dengan sebuah Sound Level Meter, biasa diukur tingkat
tekanan bunyi dB (A) selama 10 menit untuk tiap pengukuran. Pembacaan
dilakukan secara 5 detik.
2. Cara langsung. Dengan sebuah Integrating Sound Level Meter yang
mempunyai fasilitas pengukuran LTMS, yaitu Leq dengan waktu ukur setiap 5
detik, dilakukan pengukuran selama 10 menit.
Untuk mengukur tingkat kebisingan secara fisik dan juga menghubungkan
pendengaran dengan reaksi subyektif manusia, SLM menyediakan karakteristik
tanggapan frekuensi yang bervariasi dengan memasukkan skala pengukuran yang
ditandai dengan huruf A, B, dan C (Gambar 3.1). skala ini secara selektif mampu
membdekkan frekuensi rendah dan frekuensi tinggi sesua dengan kurva tingkat
kekerasan yang sama dan mendekati tanggapan frekuensi tleinga manusia yang
masing – masing mengikuti kekerasan sama 40, 70 dan 100 phon (Prasetio, 1985).
Gambar 3. Grafik Respon A, B, C Meter Tingkat – Bunyi Standar
(Sumber : Prasetio, 1985).
Sesuai dengan SNI 8427 Tahun 2017 Tentang Pengukuran Tingkat Kebisingan
Lingkungan, perhitungan tingkat kebisingan dapat menggunakan rumus berikut:
Keterangan :
Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk pengukuran dan perhitungan
tingkat kebisingan adalah SNI 7231 Tahun 2009 Tentang Metode Pengukuran
Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja dan SNI 8427 Tahun 2017 Tentang
Pengukuran Tingkat Kebisingan Lingkungan. Adapun untuk perhitungan
kebisingan diruang terbuka (outdor) masih menggunakan kedua SNI tersebut
sebagai acuan karena belum adanya SNI yang diperuntukkan untuk menghitung
kebisingan diruang terbuka (outdor). Pada dasarnya metode perhitungan antara
kedua SNI tersebut sama, karena dilakukan menggunakan alat yang sama dengan
prinsip yang sama yaitu dengan pembacaan data secara langsung (direct reading),
namun yang membedakan adalah waktu pembacaan data antara lingkungan
indoor dan outdoor. Sesuai peraturan pemerintah, pembacaan data di lingkungan
outdoor hanya sesaat atau selama 10 menit dan pembacaan data di lingkungan
indoor wajib dilakukan selama 24 jam.