Pedoman Pelayanan Unit Farmasi
Pedoman Pelayanan Unit Farmasi
Pedoman Pelayanan Unit Farmasi
NOMOR 086/SK/DIR/RSBH-II/VIII/2018
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN UNIT FARMASI
BAB I
PENDAHULUAN
Keterangan :
A : Meja Administrasi
B : Meja Administrasi
C : Meja Administrasi
D : Penyimpanan Obat Suhu Dingin
E : Ruang Penyimpanan Obat Tablet, Sirup, dll
2. Farmasi Klinis
Keterangan :
A : Penerimaan Resep Rawat Jalan dan IGD
B : PIO
C : Meja Racik
D : Penyimpanan Obat sediaan tablet, sirup, alkes, dll
E : Pelayanan Resep Rawat Inap
F : Penyimpanan Obat Suhu Dingin
G : Penyerahan resep rawat inap
H : Lemari Penyimpanan Narkotika?Psikotropika
I : Penyimpanan Obat Suhu Dingin
J : Wastafel
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan sediaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang
berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari
pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan
Pelayanan Kefarmasian.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk
menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan,
Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Unit
Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Unit Farmasi sistem satu pintu
berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat
pacu jantung, implan, dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium,
pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Unit Farmasi Rumah Sakit.
Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Unit Farmasi Rumah Sakit, sehingga tidak
ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit
yang dilaksanakan selain oleh Unit Farmasi Rumah Sakit.
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Unit Farmasi sebagai satu-satunya
penyelenggara Pelayanan Kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan mendapatkan manfaat dalam
hal:
1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai.
2. Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
3. Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
4. Pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
5. Pemantauan Terapi Obat;
6. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
7. Kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akurat;
6.1 Pengertian
Keselamatan pasien (Patient safety) secara sederhana didefinisikan sebagai suatu
upaya untuk mencegah bahaya yang terjadi pada pasien.
Strategi untuk meningkatkan keselamatan pasien :
1. Menggunakan obat dan peralatan yang aman
2. Melakukan praktek klinis yang aman dan dalam lingkungan yang aman
3. Melaksanakan manajemen risiko, contoh : pengendalian infeksi
4. Membuat dan meningkatkan sistem yang dapat menurunkan risiko yang berorientasi
kepada pasien.
5. Meningkatkan keselamatan pasien dengan :
a. mencegah terjadinya kejadian tidak diharapkan (adverse event)
b. membuat sistem identifikasi dan pelaporan adverse event
c. mengurangi efek akibat adverse event
6.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Sebagai acuan bagi apoteker yang melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit
dan komunitas dalam melaksanakan program keselamatan pasien
2. Tujuan khusus
a. Terlaksananya program keselamatan pasien bagi apoteker di rumah sakit secara
sistematis dan terarah.
b. Terlaksananya pencatatan kejadian yang tidak diinginkan akibat penggunaaan obat
(adverse drug event) di rumah.
6.6 Alur Pelaporan Insiden Ke Tim Keselamatan Pasien (KP) Di Rumah Sakit (Internal)
a. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/Kejadian Sentinel) terkait dengan pelayanan
kefarmasian, wajib segera ditindaklanjuti (dicegah/ditangani) untuk mengurangi
dampak/ akibat yang tidak diharapkan.
b. Setelah ditindaklanjuti, segera buat laporan insidennya dengan mengisi Formulir
Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada Apoteker penanggung jawab dan
jangan menunda laporan (paling lambat 2 x 24 jam).
c. Laporan segera diserahkan kepada Apoteker penanggung jawab
d. Apoteker penanggung jawab memeriksa laporan dan melakukan grading risiko
terhadap insiden yang dilaporkan.
e. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisis yang akan dilakukan :
1) Grade biru : Investigasi sederhana oleh Apoteker penanggung jawab, waktu
maksimal 1 minggu
2) Grade hijau : Investigasi sederhana oleh Apoteker penanggung jawab, waktu
maksimal 2 minggu
3) Grade kuning : Investigasi komprehensif/Root Cause Analysis (RCA) oleh Tim KP
di RS, waktu maksimal 45 hari
4) Grade merah : Investigasi komprehensif/Root Cause Analysis (RCA) oleh Tim KP
di RS, waktu maksimal 45 hari
f. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke Tim KP di RS.
7.1 Tujuan
1. Tujuan umum
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di Unit Farmasi Rumah Sakit agar
tercapainya pelayanan kefarmasian dan produktivitas kerja yang optimal
2. Tujuan khusus
a. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi, pasien
dan pengunjung
b. Mencegah kecelakaan kerja, paparan / pajanan bahan
berbahaya, kebakaran dan pencemaran lingkungan
c. Mengamankan peralatan kerja, bahan baku, dan hasil
produksi
d. Menciptakan cara bekerja yang baik dan benar
7.3 Prosedur
Dalam pelayanan kesehatan kerja dikenal tahapan pencegahan PAK dan kecelakan akibat
kerja (KAK) yakni:
1. Pencegahan primer, meliputi pengenalan hazard (potensi bahaya).
Faktor kimia (bahan kimia dan obat-obatan antibiotika, narkotika dan lain-lain,
pemaparan dengan dosis kecil namun terus menerus seperti anstiseptik pada kulit, gas
anestesi pada hati. Formaldehyde untuk mensterilkan sarung tangan karet medis atau
paramedis dikenal sebagai zat yag bersifat karsinogenik), faktor ergonomi (cara duduk,
mengangkat pasien yang salah), faktor fisik yaitu pajanan dengan dosis kecil,
pengendalian pajanan yag terdiri dari monitoring lingkungan kerja, monitoring biologi,
identifikasi pekerja yang rentan, pengendalian teknik, administrasi, pengunaan APD.
2. Pencegahan sekunder meliputi screening penyakit, pemeriksaan kesehatan berkala,
pemeriksaan kesehatan bagi pekerja yang berpotensi terpajan hazard tertentu,
berdasarkan peraturan perundangan (statutory medical examination).
Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan indikator, suatu
alat/tolok ukur yang hasil menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan. Indikator dibedakan menjadi:
1. Indikator persyaratan minimal yaitu indikator yang digunakan untuk mengukur terpenuhi
tidaknya standar masukan, proses, dan lingkungan.
2. Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan untuk mengukur tercapai
tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang diselenggarakan.
Dengan ditetapkannya Pedoman Pelayanan Unit Farmasi di Rumah Sakit Bhakti Husada
II Purwakarta, tidaklah berarti semua permasalahan tentang pelayanan kefarmasian di rumah
sakit menjadi mudah dan selesai. Dalam pelaksanaannya di lapangan, Pedoman Pelayanan Unit
Farmasi di Rumah Sakit Bhakti Husada II Purwakarta ini sudah barang tentu akan menghadapi
berbagai kendala, antara lain sumber daya manusia/tenaga farmasi di rumah sakit, kebijakan
manajeman rumah sakit serta pihak-pihak terkait yang umumnya masih dengan paradigma lama
yang “melihat” pelayanan farmasi di rumah sakit “hanya” mengurusi masalah pengadaan dan
distribusi obat saja.
Untuk keberhasilan pelaksanaan Pedoman Pelayanan Farmasi di rumah sakit yang dibuat
perlu komitmen dan kerjasama yang lebih baik antara Unit Farmasi dengan semua unit yang
terkait di RS Bhakti Husada II Purwakarta, sehingga pelayanan rumah sakit pada umumnya akan
semakin optimal, dan khususnya pelayanan farmasi di rumah sakit akan dirasakan oleh
pasien/masyarakat.
Ditetapkan di : Purwakarta
Pada tanggal : 15 Agustus 2018
Direktur RS,