Makalah Materi Kalkulus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 82

KALKULUS

Disusun oleh

Andra Nur Pradana – 2155201133

Muhammad Raihan Akbar – 2155201128


A. Latar Belakang

Kalkulus adalah cabang dari matematika yang dikembangkan dari aljabar dan
geometri serta memiliki cakupan limit, turunan, integral dan deret tak terhingga. Kata
kalkulus berasal dari Bahasa Latin calculus, yang artinya "batu kecil", untuk menghitung.
Kalkulus memiliki aplikasi yang luas dalam bidang sains, ekonomi dan tekhnik. Sir Isac
Newton dan Gottfried Wilhelm Leibniz merupakan ahli matematika yang memberikan
kontribusi besar dalam mengembangkan kalkulus. Newton mengaplikasikan kalkulus
secara umum ke bidang fisika, sementara Leibniz mengembangkan notasi -notasi
kalkulus yang banyak digunakan sekarang. Kedua ilmuwan tersebut mengembangkan
kalkulus dari metode yang berbeda. Newton memulai dari kalkulus diferensial sedangkan
Leibniz memulai dari kalkulus integral.

Kalkulus mempunyai dua cabang utama, yaitu kalkulus diferensial dan kalkulus
integral Kalkulus diferensial merupakan ilmu yang mempelajari tentang turunan suatu
fungsi Sedangkan kalkulus integral merupakan ilmu yang mempelajari definisi, sifat sifat
dan aplikasi dari dua konsep yang terkant vaitu integral tak tentu dan integral tentu. F(x)
disebut anti turunan f(x) pada selang I jika F”(x) = f(x) untuk x∈ I. Sedangkan proses
mencari anti turunan disebut dengan integrasi (integral). Jika f terdefinisi pada selang

[a,b], selang [a,b] dibagi menjadi n selang bagian dengan panjang ∆ x˛, dan jika
f(x˛)∆x˛ untuk x˛ ∈ I ada, maka f dikatakan terintegralkan pada [a,b]. Lebih Lanjut
b a

notasi ∫ f (x)d(x) disebut integral tentu (integral Riemann) f dari a ke b dan ∫ f


a b

(x)d(x) = f(x˛)∆x˛.

Leonida Tonelli adalah seorang ahli matematika dari Italia yang merumuskan
sebuah teorema integrasi yang dikenal dengan nama "Teorema Tonelli". Dalam
matematika, untuk menyelesaikan integral dimensi-n dapat dilakukan dengan Teorema
Fubini dan Teorema Tonelli (Yee, 2000). Teorema Fubini berlaku pada fungsi yang
terintegral, sedangkan Teorema Tonelli bekerja pada fungsi yang terukur dan non negatif.

Dalam Teorema Fubini jika terdapat fungsi f : AxB→ R merupakan fungsi yang
❑ ❑ ❑ ❑

terintegral pada interval AxB⊂ R” dan ∫f(x,y)dxdy <∞ maka ∫ dx ∫ f (x,y)dy = ∫ dy ∫ f


A B B A

(x,y)dx. Jika suatu proses pengintegralan tersebut tetap dapat diselesaikan dengan cara
diubah urutan pengintegralannya. Tetapi Jika ∫f(x,y)dxdy = ∞ dapat diartikan integral
dari nilai absolut fungsi f (x,y) tidak terbatas maka dapat disimpulkan nilai ∫f(x,y)dxdy
❑ ❑ ❑ ❑

tidak terdefinisi dan ∫ dx ∫ f (x,y)dy ≠ ∫ dy ∫ f (x,y)dx. Terdapat kesulitan dalam


A B B A

penerapan Teorema Fubini, yaitu perlu menentukn keterintegralan dari fungsi f pada J =
A × B. Terlepas dari itu, ketika fungsi f terbatas dan terukur, Teorema Fubini akan sulit
diterapkan (Yee, 2000). Untuk itu perlu dikaji lebih lanjut penyelesaian untuk fungsi
terbatas & terukur yaitu menggunakan Teorema Tonelli. Selanjutnya dalam penelitian ini
akan dikaji lebih lanjut penyelesaian permasalahan integral dimensi-n menggunakan
Teorema Tonelli. Dan dari uraian di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan
bagaimana penyelesaian integral dimensi-n menggunakan Teorema Tonelli.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, dapat dirumuskan pokok
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut, bagaimana penyelesaian integral
dimensi-n dengan menggunakan Teorema Tonelli?

C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
menentukan penyelesaian integral dimensi-n menggunakan Teorema Tonelli
D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang penggunaan Teorema Tonelli dalam
penyelesaian integral dimensi-n bagi pemerhati analisis pada umumnya dan peneliti
pada khususnya.
2. Memberi masukan bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai integral
dimensi-n.
3. Integral dimensi-n dapat diaplikasikan untuk membantu menyelesaikan permasalahan
dalam bidang fisika.
BAB II

PEMBAHASAN

A. FUNGSI
A.1. Definisi fungsi

Fungsi dalam matematika adalah suatu relasi yang menghubungkan setiap anggota x
dalam suatu himpunan yang disebut daerah asal (domain) dengan suatu nilai tunggal f(x)
dari suatu himpunan kedua yang disebut daerah kawan (codomain). Himpunan nilai yang
diperoleh dari relasi tersebut disebut daerah hasil (range).

Jika ada dua himpunan, yaitu himpunan A dan himpunan B, maka suatu fungsi dari
himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi yang khusus, yaitu relasi dimana setiap
anggota A dikawankan dengan tepat satu anggota B.

Untuk mendefinisikan fungsi dapat digunakan notasi berikut.

f:A→B

Dengan demikian kita telah mendefinisikan fungsi f yang memetakan setiap elemen
himpunan A kepada B. Notasi ini hanya mengatakan bahwa ada sebuah fungsi f yang
memetakan dua himpunan, A kepada B. Tetapi bagaimana tepatnya pemetaan tersebut
tidaklah terungkapkan dengan baik.

2.1.2 Macam-macam Fungsi

1. Fungsi tangga (bertingkat)


Suatu fungsi f(x) disebut fungsi tangga apabila grafik fungsi f(x) berbentuk interval-
interval yang sejajar.
2. Fungsi ganjil dan fungsi genap
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi ganjil apabila berlaku f(–x) = –f(x) dan disebut
fungsi genap apabila berlaku f(–x) = f(x). Jika f(–x) ≠ – f(x) maka fungsi ini tidak genap
dan tidak ganjil.
3. Fungsi kuadrat
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi kuadrat apabila fungsi itu ditentukan oleh f(x) = ax2
+ bx + c, di mana a ≠ 0 dan a, b, dan c bilangan konstan dan grafiknya berupa parabola
4. Fungsi Polinomial
Fungsi Polinomial adalah fungsi f yang dinyatakan dalam bentuk : f(x) = an x n + an-
1 x n-1 + ……. A2 x 2 + a1 x a0 Jika n = 1 maka terbentuk fungsi linier (grafiknya
berbentuk garis lurus). Jika n = 2 maka terbentuk fungsi kuadrat( grafiknya berbentuk
parabola).
5. Fungsi modulus
Suatu fungsi f(x) disebut fungsi modulus (mutlak) apabila fungsi ini memetakan
setiap bilangan real pada domain fungsi ke unsur harga mutlaknya.

6. Fungsi logaritma
Fungsi ini berperan pada persoalan-2 statistik dan probabilitas. Dan lebih banyak
kepada persoalan-2 diskrit. Contoh: bagaimana mengatur agar antrian pembelian bensin
sedemikian sehingga pada saat-2 tertentu pegawai pelayanan diperbanyak. Misal pada
pembayaran rekening listrik, para konsumen lebih banyak membayar pada akhir tagihan
daripada awal-awal penagihan. Sangat bijak manajer mengatur agar pada hari-2 terakhir
pegawainya hrus membantuk bagian kasir untuk melayani konsumen.

2.1.3 Operasi pada Fungsi

Jika f dan g dua fungsi maka jumlah f + g, selisih f – g, hasil kali fg, hasil bagi f/g dan
perpangkatan fn adalah fungsi-fungsi dengan daerah asal berupa irisan dari daerah asal f
dan daerah asal g, dan dirumuskan sebagai berikut.

(f + g)(x) = f (x) + g(x)

(f – g)(x) = f (x) – g(x)

(f g)(x) = f (x) g(x)

(f / g)(x) = f (x) / g(x) asalkan g(x) ≠ 0

Selanjutnya didefinisikan komposisi fungsi sebagai berikut. Jika f dan g dua fungsi
dengan daerah asal g merupakan daerah hasil f maka komposisi g o f memenuhi

(g o f)(x) = g (f(x))

Contoh Jika f(x) = x2 – 2x dan g(x) = x – 1, tentukan g o f dan f o g.

Penyelesaian:

1. (g o f)(x) = g (f(x))

= g (x2 – 2x)

= x2 – 2x – 1 2.

(f o g)(x) = f (g(x))

= f (x – 1)

= (x – 1)2 – 2(x – 1)

= x2 – 2x + 1 – 2x + 2

= x2 – 4x + 3

2.1.4 Mencari domain pada fungsi


Materi selanjutnya tentang daerah asal atau domain suatu fungsi,
sekarang kita akan mempelajari dari daeerah hasil atau range. Setelah
kita mengetahui semua nilai x yang dapat diinputkan ke dalam fungsi
f(x), maka fungsi f(x) akan menghasilkan output berupa nilai yang
dinamakan daerah hasil. Daerah hasil dari fungsi f(x) dinotasikan
dengan Rf

Misalkan diberikan suatu fungsi f(x). Untuk menentukan daerah


hasil fungsi tersebut tanpa melihat grafik tidak akan semudah
menentukan daerah asal. Untuk menentukan daerah hasilnya kita
harus terlebih dahulu mengubah fungsi asal f(x) ke dalam bentuk
inversnya (yang nanti akan kita pelajari di materi Fungsi
Transenden). Di sini kita hanya akan membahas bagaimana cara
menentukan daerah hasil dari fungsi dengan menggunakan grafik

Contoh soal mencari domain


1. Carilah domain dan range dari fungsi :
f(x) =
Syarat agar fungsi tersebut terdefinisi adalah
3x + 1 ≠ 0
x≠
Sehingga
Di = (-∞ , ) ᴗ(, ∞ )
2. Carilah domain dan range dari fungsi :
f(x) =
Syarat agar fungsi tersebut terdefinisi adalah
-x2 - 5x - 6 ≥ 0 ↔ x2 + 5x + 6 ≤ 0
↔ ( x + 2 )( x + 3 ) ≤ 0

2.1.5 Mencari Grafik fungsi

Sebanarnya ada cara yang dapat digunakan untuk menentukan gambaran


umum dari grafik sebuah persamaan kuadrat dengan cara melihat nilai
determinannya. Nilai Determinan dari sebuah fungsi kuadrat F(x)= ar 2 +bx +c adalah
D=b2−4 ac Determinan dapat digunakan untuk menyelidiki berapa banyak akar yang
dimiliki sebuah persamaan kuadrat. Selain itu, determinan dapat digunakan untuk
menentukan jenis akar yang dimiliki suatu persamaan kuadrat. Karakteristik grafik
berdasarkan nilai determinan ;

a. Jika D > 0 maka persamaan kuadrat memiliki dua akar real berbeda
(artinya, grafik akan memotong sumbu x pada dua titik).
b. Jika D = 0 maka persamaan kudrat memiliki dua akar real kembar
(artinya, grafik akan memotong sumbu x pada satu titik)..
c. Jika D < 0 maka persamaan kuadrat memiliki akar yang
imaginer/tidak real/akar negatif (artinya, grafik tidak memotong
sumbu x).

Nilai (koefisien dari ) dapat memberi gambaran grafik fungsi kuadrat tersebut terbuka
ke atas atau ke bawah. Karakteristik grafik berdasarkan nilai :
1. Jika a > 0 maka grafik akan terbuka ke atas.
2. Jika a < 0 maka grafik akan terbuka ke bawah.

Gambaran umum Grafik fungsi kuadrat jika dilihat dari nilai A dan D

Untuk menggambar grafik secara lebih detailnya dapat disimak dalam langkah-
langkah berikut. Langkah-langkah menggambar grafik fungsi kuadrat:
1. Tentukan titik potong dengan sumbu x (nilai y atau f(x) sama dengan 0).
2. Tentukan titik potong dengan sumbu y (nilai x = 0).
−b
3. Menentukan sumbu simetri . x=
2a
−b −4 ac
4. Menentukan titik puncak ( − ) atau hitung nilai puncak y menggunakan
2a 4a
substitusi/mengganti nilai x yang diperoleh pada perhitungan nomor 3 ke dalam
persamaan f(x).

Gambarkan grafik fungsi y = x2 – 1.


Penyelesaian:
Diketahui fungsi y = x2 – 1 dengan a = 1, b = 0, c = -1.

1. Titik potong sumbu x dengan syarat y = 0.


y = x2 – 1 ⇔ 0 = x2 – 1
⇔ (x + 1) (x - 1) = 0
⇔ x = -1 atau x = 1
∴ Titik potong sumbu x adalah (-1, 0) dan (1, 0).
2. Titik potong sumbu y dengan syarat x = 0.
y = x2 – 1 ⇔ y = 0 – 1
⇔ y = -1
∴ Titik potong sumbu y adalah (0, -1).
3. Titik balik
xp=
yp =
∴ Titik baliknya adalah (0, -1)
Ini berarti, titik baliknya sama dengan titik potong fungsi dengan
sumbu y.
4. Hubungkan titik-titik yang diperoleh pada bidang Cartesius,
sehingga terbentuk grafik y = x2 – 1

2.1.5 Penerapan Fungsi dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari banyak contoh-contoh penerapan fungsi, misalnya


padapermainan bola basket bahwa pemain berusaha memasukkan bola ke keranjang
denganpelemparan tidak lurus tetapi dilemparkan ke atas melampaui tempat jaringnya
menujujaringnya dengan lintasan bolanya berbentuk parabola, bagaimana menentukan
ukuranlipatan talang seng agar talangnya dapat mengalirkan air sebanyak mungkin, dan
sebagainya. Bagaimana memecahkan masalah, misalnya perhatikan contoh berikut ini :
Sebidang tanah terletak sepanjang suatu tembok. Tanah itu akan dipagari dengan
kawat untuk kandang ayam. Pagar kawat yang tersedia 400 m, dan kandang itu dibuat
berbentuk persegi panjang. Tentukanlah ukurannya agar terdapat kandang yang seluas-
luasnya.
Penyelesaian:
Misalkan lebar kandang x meter, maka panjangnya (400 – 2x)
meter. Luas kandang dalam m2 adalah
L = x (400 – 2x) = 400x – 2x2
Dari persaman luas tersebut yang berbentuk fungsi kuadrat dapat
ditentukan nilai ekstremnya sebagai berikut :
L = 400x – 2×2
= – 2×2 + 400x
= – 2( x – 100 )2 + 20000
Agar luas kandang maksimum maka x – 100 = 0 atau x = 100. Sehingga untuk x =100
terdapat luas kandang maksimum L =20.000 Jadi luas maksimum yang ditanyakan adalah
20.000 m2 yang terjadi jika lebarnya 100 m dan panjangnya 200 m.

2.2 LIMIT

2.2.1 PENGERTIAN LIMIT


Limit dapat diartikan sebagai menuju suatu batas, sesuatu yang dekat namun tidak
dapat dicapai. Dalam bahasa Matematika, keadaan ini dapat disebut limit. Mengapa harus
ada limit? Limit menjelaskan suatu fungsi jika batas tertentu didekati. Mengapa harus
didekati? Karena suatu fungsi biasanya tidak terdefinisi pada titik-titik tertentu. Walaupun
suatu fungsi seringkali tidak terdefinisi untuk titik tertentu, namun masih dapat dicari tahu
berapa nilai yang di dekati oleh fungsi tersebut apabila titik tertentu semakin didekati yaitu
dengan limit.

Dalam bahasa Matematika, limit dituliskan dengan

Maksudnya, apabila x mendekati a namun x tidak sama dengan a maka f(x) mendekati
L. Pendekatan x ke a dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi
kiri dan sisi kanan atau dengan kata lain x dapat
mendekati dari arah kiri dan arah kanan sehingga
menghasilkan limit kiri dan limt kanan.

Toerema / Pernyataan:

Suatu fungsi dikatakan mempunyai limit apabila antara limit kiri dan limit kanannya
mempunyai besar nilai yang sama dan apabila limit kiri dan limit kanan tidak sama maka
nilai limitnya tidak ada.

3.1.2 Pengertian Limit Fungsi Aljabar

limit dapat diartikan sebagai menuju suatu batas sesuatu yang dekat namun tidak dapat
dicapai. Karena suatu fungsi seringkali tidak terdefinisi pada titik titik tertentu, namun
masih dapat dicari tahu beapa nilai yang didekati oleh fungsi tersebut apabila titik tertentu
semakin didekati yaitu dengan limit

Jika nilai suatu fungsi f mendekati L untuk x mendekati c maka kita


katakan bahwa f mempunyai limit L untuk x mendekati c dan ditulis
lim F ( X )=L
X→ C

(dibaca limit f untuk x mendekati c sama dengan L).


Pengertian x mendekati c mencakup dua hal, yaitu :
a. A. Nilai-nilai x yang dekat dengan c tetapi lebih kecil dari c, disebut x
mendekati c dari kiri. Apabila x mendekati c dari kiri maka limit fungsi f nya disebut
limit kiri dan ditulis
lim F (X )(dibaca limit f untuk x mendekati c dari kiri).
X→ C

b. Nilai-nilai x yang dekat dengan c tetapi lebih besar dari c, disebut x


mendekati c dari kanan. Apabila x mendekati c dari kanan maka limit fungsi f- nya
disebut limit kanan dan ditulis lim F ( X )(dibaca limit f untuk x mendekati c dari
X→ C

kanan)
c. Suatu fungsi f mempunyai limit untuk x mendekati c jika dan hanya jika
limit kiri dan limit kanannya ada dan sama. ( Finney, 1994)

Jadi dapat disimpulkan bahwa :


⇔ li
lim F ( X )=L
X→ C

lim ¿dan
X → C−¿ F ( X ) = L¿

lim ¿
X → C+¿ F ( X ) =L¿

2.2.3 Sifat- sifat Limit fungsi


Aljabar

Misalnya, f(x) dan


g(x) adalahh fungsi yang
punya limit di x→c, dengan
kc adalah bilangan real,
serta n adalah ilangan bulat
fositif, maka berlaku :
2.2.4 Menentukan Nilai Limit

Terdapat tiga metode untuk mengerjakan Limit Fungsi Aljabar, yakni metode
substitusi, metode pemfaktoran, dan metode perkalian akar sekawan. Kita akan membahas
satu per satu metode tersebut.
1. Metode Substitusi
Metode Substitusi merupakan yang paling mudah karena umtuk menentukan hasil
limit kita hanya perlu mensubstitusi atau memasukkan secara langsung nilai ke dalam
fungsi pada limit. Sebagai Contoh:
Contoh :

1.Hitunglah nilai limit dari lim lim (x ¿¿ 2+ 3 x −5) ¿


x →2

Jawaban :
lim ¿ ¿+3x-5)=22+3(2)-5=4+6-5=5
x →2

x 2−1
2. Hitunglah nilai limit dari lim lim .
x →2 x−1
Jawaban
x 2−1 22−1 3 =3
lim . = =
x →2 x−1 2−1 1

Meskipun mudah, kita tidak dapat selalu menggunakan metode ini terutama jika
hasil substitusi memberikan nilai “tak tentu” Sebagai contoh, kita tidak bisa
mengerjakan limit berikut dengan cara substitusi karena akan menghasilkan bentuk tak
tentu o/o

Oleh karena itu, kita memerlukan metode lain untuk mengerjakan limit yang
demikian. Kita akan melihat bahwa limit yang demikian dapat diselesaikan dengan
metode pemfaktoran.

2. METODE PEMFAKTORAN
f ( x) 0
Jika dengan cara substitusi langsung pada lim diperoleh bentuk (bentuk tak
x→ a g( x ) 0
tentu), lakukanlah pemfaktoran terlebih dahulu terhadap f(x) dan g(x). Kemudian
sederhanakan ke bentuk paling sederhana. Agar lebih jelas, perhatikan uraian berikut.:

f ( x) ( x−a ) p(x ) p(x ) p(a)


lim =lim lim =
x→ a g( x ) x→ a ( x−a ) Q( x ) x→ a Q( x ) Q( a)

Contoh:
Tentukan limit fungsi-fungsi berikut

x 2−4
1. lim
x →2 x−2

x +3
2. lim
x→−3 √ x +3

Jawaban:

x 2−4
1. . jika dengan cara substitusi langsung, diperoleh lim =
x →2 x−2

22−4 4−4 0 0 2
= = (bentuk tak tentu). Agar tidak muncul bentuk faktorkanlah bentuk x −4 sebagai berikut
2−2 2−2 0 0

x 2−4 (x−2)(x+2)
lim =lim =lim ( x +2 )=4
x →2 x−2 x →2 x−2 x →2

x +3
1. Dengan cara substitusi langsung, diperoleh: lim =
x→−3 √ x +3
−3+3 0 0
= Agar tidak muncul bentuk faktorkan x +3 sebagai berikut :
√−3+3 0 0

x +3 x=3 √ x=3
lim = lim √ = lim √ x=3=√ 0=0
x→−3 √ x +3 x→−3 √ x=3 x →−3

Baik metode substitusi maupun metode pemfaktoran tidak dapat diterapkan untuk
menemukan nilai limit tersebut. Untuk menangani limit yang demikian, kita perlu
mengenal metode berikutnya yakni perkalian akar sekawan.

2. METODE PERKALIAN AKAR SEKAWAN


Inti dari metode ini yaitu mengalihkan fungsi pada limit dengan akar sekawannya. Kita
akan menggunakan contoh limit diatas yang tak dapat dikerjakan dengan metode substitusi
langsung dan juga metode pemfaktoran
f (x ) 0
jika pada lim diperolehbentuk tak tentu
x→ a g( x) 0
dan sulit memfaktorkan f ( x ) dan g ( x ) Lakukan perkalian faktor sekawan dari f(x) atau
g(x)
Contoh :
Tentukan nilai limit berikut ini !

9−x 2
lim
x →3 4−√ x 2=7
Jawaban:

9−x 2 4+ √ x 2 +7
lim
9−x
2
2
(
=lim 4−√ x 2 +7 4+ √ x 2 +7
x →3 4− √ x =7 x →3
)
.

= lim (9−x 2)¿ ¿ ¿


x →3

¿ lim (9−x 2)¿ ¿¿


x→ 3

¿ lim ( 4 + √ x2 +7 )
x→ 3

=4+√ 32 +7
=4+√ 9+7
=4+√ 16
=4+4
=8

2.3 Turunan Fungsi

2.3.1 Pengertian Turunan

Sebelum kita membahas suatu turunan suatu fungsi lebih mendalam,


marilah kita mengingat kembali pembahasan sebelumnya mengenai limit
suatu fungsi. Apa hubungan turunan fungsi dengan limit fungsi?
Perhatikan fungsi y = f ( x) pada domain c  x c + h dalam gambar 5.2. 
 y  f ( x)

 f(c + h) 

(c + h) - f (c)

 f (c)

c c+h

 Nilai fungsi y  f ( x) pada domain c   x   c + h berubah dari  f ( x) untuk  x


 csampai dengan f ( x + h) untuk x  c+  h.
Sehingga perubahan rata – rata nilai fungsi f terhadap x dinyatakan
sebagai berikut.
Bentuk limit seperti ini disebut turunan (derivatif) fungsi  f pada  x c.
Apabila turunan fungsi f ( x) dinyatakan dengan f ' ( x) (dibaca f ( x) aksen),
maka dapat didefinisikan bahwa
Jika limit tersebut ada, maka dikatakan bahwa  f diturunkan (didiferensialkan)
di c. Pencarian nilai turunan disebut pendiferensialan, sedangkan bagian
kalkulus yang
 berhubungan dengan turunan disebut kalkulus diferensial.

2.3.2 Notasi Turunan Fungsi

Ada beberapa notasi yang dapat digunakan untuk menuliskan lambang


turunan fungsi  y   f ( x). Notasi turunan fungsi  f( x) yang telah kita pelajari,
yaitu  f  '( x) diperkenalkan oleh seorang matematikawan Perancis bernama
Louis Lagrange (1936 – 1813). Jika y = f ( x) maka y' = f '( x).
 Notasi lain yang dapat digunakan adalah notasi turunan fungsi yang
diperkenalkan seorang matematikawan Jerman bernama Gottfried
Wilhelm Leibniz 
(1646
dengan 1716). Notasi Leibniz menyatakan turunan fungsi y variabel  x, yaitu

atau y'. Perhatikan gambar di bawah ini!
Lihatlah gradien garis singgung AB pada gambar 5.4. Variabel x berubah
menjadi x + x sehingga variabel y berubah menjadi y + y atau variabel f ( x)
berubah menjadi f ( x +  x). Jadi, dapat dinyatakan  y  f ( x +  x)  –   f ( x). 

2.3.3 Teorema Turunan Fungsi

Semua fungsi y = f( x) dapat diturunkan fungsinya menggunakan definisi


turunan yang telah Anda pelajari. Namun, bila menentukan turunan suatu
fungsi yang lebih
rumit, maka akan rumit dan terlalu lama dalam menyelesaikannya. Untuk
mempermudah perhitungan, Anda dapat menggunakan bentuk bentuk
umum yang

disajikan sebagai teorema  teorema dasar turunan fungsi.

a. Teorema 1
Misalkan,  f  ( x) = 20 maka turunan pertama fungsi  f  ' ( x) = 0. Maka
dapat disimpulkan bahwa:
Turunan fungsi konstaan

dy d
Jika y=f(x)=k dengan k konstan, maka f`(x)=0 atau (k ) 0
dx dx

 b. Teorema 2
Bila diketahui suatu fungsi f ( x) = x maka turunan pertama fungsinya

dy d f ( x h) f ( x )
( x ) atau f ( x ) lim
dx dx h →0 h

( x h ) (x)
lim
h→ 0 h
lim 1
h→ 0
Jadi, dapat disimpulkan bahwa: 

dy d
Jika y=f(x)=x maka f`(x)=1 atau ( x )1
dx dx
Contoh : 
Jika fungsi f( x) = 5 x, tentukan turunan f ' ( x)!
 f ' ( x) = dx (5 x) = 5

c. Teorema 3
Misalnya, fungsi f ( x) = x3 maka turunan pertamanya adalah:

Jika y=f(x)= x n dengan n bilangan rasional, maka f` (x)=nx n−1

Untuk lebih jelasnya, simaklah contoh berikut


ini: Contoh
Diketahui f ( x) = x2. Tentukan turunan pertama dari fungsi tersebut!
Jawab:

 f ' ( x) = n. xn –1

= 2 x2 1 
= 2 x 

d. Teorema 4
Apabila diketahui fungsi f( x) dan g ( x) dimana g( x) = c f( x)
dengan c suatu konstanta, maka turunan fungsinya adalah:


Turunan hasil kali konstanta dengan fungsi

Jika f suatu fungsi dengan c suatu konstanta dan g fungsi yang


didefinisikan oleh g( x) = c. f ( x) dan f ' ( x)

Contoh: 
Bila f ( x) =  x3 maka tentukan turunan pertama dari fungsi g( x) =  –7 
f ( x) dengan
c =  –7!
Jawab: 
Dengan menggunakan teorema 3 diperoleh:
 f ' ( x) = 3. x3 = 3 x2
Dengan menggunakan teorema 4 diperoleh:
maka g' ( x) = c . f ' ( x) 

= 7. (3 x2)

= 21 x2

e. Teorema 5
Apabila diketahui u dan v adalah fungsi fungsi dari f ( x) = u ( x) + v ( x),
maka turunan fungsi f   (x) adalah:

Turunan penjumlahan fungsi

Jika u dan v adalah fungsi –fungsi dari x yang dapat diturunkan


dengan y = f( x) = u( x) + v( x), maka f ' ( x) =u  ' ( x) + v ' ( x)
atau 
dy d
Contoh:( u+ v )=u + v
dx dx
Bila diketahui fungsi y = 5 x2  – 7 x, maka
tentukanlah fungsi y'! Jawab:
Dimisalkan u ( x) = 5 x2 u ' ( x) = 5 . 2 x' = 10 x
v ( x) = 7 v' ( x) = 7

Jadi,  y' = u' ( x) + v' ( x)= 10 x


f. Teorema 6
Perhatikan contoh berikut
ini. Contoh:
Jika diketahui sebuah fungsi y = 7 x3  2 x2, tentukan turunan fungsinya!
Jawab:
Dimisalkanu  ( x) = 7 x3 u'( x) = 7 . 3 x2 = 21 x2 
v( x) = 2 x2 v'( x) = 2 . 2 x1 = 4 x

Jadi, y' = (21 x2)  (4 x)


= 21 x2  –  4 x.

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa:


Turunan pengurangan fungsi

Jika u dan v adalah fungsi –fungsi dari  x yang dapat diturunkan


dan y = f( x) =u( x) v( x) maka f ' ( x) = u ' ( x)  v ' ( x) atau 
dy d
( u v )=u v
dx dx

2.3.4 Aturan Rantai


Teorema –teorema turunan suatu fungsi yang telah Anda pelajari
pada subbab sebelumnya belum cukup untuk mencari turunan dari fungsi
majemuk. Seperti apakah fungsi majemuk itu? Bagaimanakah cara untuk
menyelesaikan turunan pertama dari fungsi majemuk? Simaklah contoh
berikut ini. 
Contoh
Bila diketahui suatu fungsi  f  ( x) = (3 x + 5)10, tentukan turunan pertama dari
fungsi tersebut!
Penyelesaian:
Apabila Anda mennggunakan teorema 3 (turunan fungsi pangkat) untuk
mencari turunan fungsi ini, Anda harus menjabarkan fungsinya terlebih
dahulu. Dengan cara tersebut tentunya akan memerlukan yang lama dan
lebih rumit. Untuk menyelesaikannya,
 buatlah permisalan seperti berikut.
n dy dy du
Jika y=f(u)=u dengan u=9 ( x ) maka = .
dx du dx

Atau y`=n . v n−1 u


2.3.5 Persamaan Garis Singgung

Pada subbab sebelumnya, kita telah mempelajari cara menentukan gradien


garis singgung di suatu titik pada kurva dengan menggunakan limit fungsi.
Cobalah kita ingat kembali. Lalu, bagaimanakah cara menentukan gradien
garis singgung kurva dengan menggunakan turunan? Untuk mengetahuinya,
perhatikan gambar berikut ini

Garis l memotong kurva y = f ( x) di titik A( x, f ( x)) dan B ( x+ h, f ( x+ h)).

Jika titik B bergerak mendekati A sepanjang kurva, maka nilai h akan


mendekati nol dan garis l akan menjadi garis g, yaitu garis singgung kurva di
titik A. Gradien garis l adalah
dan gradien garis g
adalah

Dari subbab sebelumnya, telah diketahui bahwa

merupakan turunan dari fungsi f , yaitu f ' ( x). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa:

Gradien garis singgung kurva y = f ( x) di titik ( x, f ( x)) adalah

f ( x +h )=f (x)
F`(x)=lim
h→ 0 h
Selanjutnya, untuk mencari persamaan garis singgung perlu kita ingat
kembali
 persamaan garis melalui satu titik ( x1, y1) dengan gradien m, yaitu dinyatakan
sebagai y
 y1 = m ( x  x1 ). Secara analog diperoleh:

Persamaan garis singgung kurva y = f ( x) di titik (a, f (a)) adalah


atau y   f 
(a) = f  ' (a) atau y = y (a) + f ' (a) ( x a).

Untuk lebih mengetahui penggunaan persamaan di atas, perhatikan contoh


berikut ini:

Contoh:
Tentukan persamaan garis singgung kurva y
2
= x   –  2 x + 1 dititik (0,1)!

Jawab:

Gradien garis singgung adalah


m=  y' =   ( x2   2 x+ 1) =

2 x  –   2 Jika a = 0, maka m
= 2 . 0  2 = 2.

Persamaan garis singgung melalui (0,1) pada kurva adalah:

 y  f (a) = m ( x  a)

 y  –  1 =  –2 ( x – 0)

 y  1 =
2 x 2 x + y
– 1 = 0

2.3.6 Fungsi Naik dan Fungsi Turun


Agar kita memahami fungsi naik dan fungsi turun, simaklah contoh
berikut ini. Bentuk jalan setapak yang dapat dilintasi pendaki gunung untuk
mencapai puncak diwakili oleh kurva fungsi y = f( x), sedangkan perjalanan
pulangnya diwakili oleh kurva fungsi y = g( x).
Dari grafik di atas, fungsi bergerak naik dari lokasi  A ke  B, kemudian
bergerak turun dari  B ke C.  Dalam bahasa matematika, fungsi f ( x) disebut
fungsi naik dalam daerah interval a   x  b. Fungsi dikatakan naik apabila
makin bertambah (ke kanan), maka nilai f ( x) semakin bertambah. Sedangkan
fungsi g( x) disebut fungsi turun dalam daerah intervalb  x  c. Fungsi
dikatakan turun apabila nilai x makin bertambah (ke kanan), maka nilai g( x)
semakin berkurang. Untuk lebih jelasnya, simaklah contoh berikut.
Contoh
Tentukan batas  batas interval agar fungsi f( x) = x2  4 x+ 3 naik atau turun!
Jawab:
 f (x) = x2  4 x + 3  f ( x) = ax + bx + c

Karena koefisien  x2 adalah positif, persamaan tersebut adalah persamaan


parabola terbuka ke atas. Sumbu simetri parabola adalah:

Untuk x = 2, f (2) = 22  4.2 + 3 = 1


Grafik fungsinya adalah: Untuk membuat grafik tentukan terlebih dahulu
titik titiknya: 

Dari sketsa grafik dapat Anda lihat bahwa f ( x) naik pada x > 2 dan f ( x)
turun pada x < 2. Jadi, dapat disimpulkan bahwa f ( x) =  x2  4 x + 3 naik pada x
> 2 dan turun pada x < 2. Berdasarkan contoh di atas, fungsi naik dan fungsi
turun dapat didefinisikan sebagai:

Fungsi naik
Suatu fungsi f ( x) dikatakan naik pada suatu interval jika untuk setiap
  nilai x1 dan x2 pada interval itu, yaitu x1 < x2 maka f( x1) < f ( x2).
Fungsi turun

Suatu fungsi f ( x) dikatakan turun pada suatu interval jika untuk setiap
nilai

 x1 dan x2 pada interval itu, yaitu x1 < x2 maka f ( x1) > f( x2).


Selanjutnya, hubungan antara turunan fungsi dengan fungsi naik atau
fungsi turun dapat digambarkan sebagai berikut.

Perhatikan gambar. Pada fungsi naik, gradien garis singgungnya positif,


sedangkan pada fungsi turun gradien garis singgungnya negatif. Telah
diketahui bahwa gradien garis singgung kurva  y   f  (x) di ( x,  y) adalah
turunan dari  y =  f ( x) di ( x,  y), maka dapat
disimpulkan bahwa:

● Jika f ' ( x) > 0 untuk setiap  x dalam ( x1, y1), maka f ( x) adalah fungsi naik
pada ( x1, y1).
● Jika f  ' ( x) < 0 untuk setiap x  dalam ( x1, y1  ), maka f  ( x)  adalah fungsi turun
pada ( x1, y1).
● Jika  f  ' ( x) = 0 untuk setiap  x dalam ( x 1 y 1), maka  f  ( x) adalah
fungsi konstan pada ( x1 y1).
2.3.7 Titik stasioner
a. Pengertian titik stasione
Sebelumnya, telah dipelajari hubungan antara turunan fungsi dengan fungsi
naik atau fungsi turun. Lalu bagaimanakah hubungan turunan fungsi dengan
fungsi konstan? Untuk mengetahuinya, kita cermati dulu
gradien garis singgung (m) pada gambar berikut ini.
Pada kurva A, fungsi berhenti turun dan mulai naik setelah titik A.
Sedangkan pada kurva B, fungsi berhenti naik untuk sementara dan mulai naik
lagi setelah titik B. Titik
 A dan titik B disebut titik stasioner. Apakah titik stasioner itu?

Titik stasioner adalah titik tempat fungsi berhenti naik atau turun
untuk sementara, yaitu mempunyai gradien sama dengan nol. 

Dari gambar di atas, terlihat jelas bahwa garis singgung yang melalui titik
stasioner selalu sejajar sumbu x dengan gradien garis singgung di titik tersebut
sama dengan nol.
Karena gradienm  = 0, sedangkan m = f  '  (x) = y' maka dapat dikatakan bahwa:


Syarat stasioner adalah f ' ( x) = 0 atau  = 0

 b.  Jenis stasioner

Misalkan, f ' ( x) = 0 untuk suatu konstanta a, maka titik stasioner terjadi
ketika x=a dan
 y = f (a), sehingga koordinat titik stasionernya
(a, f (a)). Berikut ini terdapat empat jenis titik
stasioner, yaitu:

1) Titik balik maksimum pada


titik x= a

2. Titik balik minimum


pada titik x a
Jika x < a, maka f ' ( x) > 0 Jika x > a,
maka f ' ( x) < 0

Jika x < a, maka f ' ( x) < 0


Jika x > a, maka f ' ( x) >

3. Titik belok stasioner positif pada


titik x =a
Jika x < a, maka f ' ( x) > 0
Jika x > a maka f ' ( x) > 0

4. Titik belok stasioner negatif pada


titik x =a
i. Sketsa Grafik dengan Turunan Pertama
Setelah memahami titik stasioner dan jenis stasioner suatu fungsi,
selanjutnya fungsi tersebut dapat disajikan dalam sketsa grafik fungsi. Cara
membuat sketsa grafik dengan menggunakan turunan pertama fungsi f ( x)
dinamakan uji turunan pertama. Seperti
apakah bentuk dari sketsa grafik suatu fungsi?
Untuk mengetahuinya, perhatikan contoh berikut ini!
Contoh:
Bentuk sketsa grafik fungsi y=  x2  2 x2 + x
Jawab: 
Untuk membuat sketsa grafik fungsi, maka diperlukan informasi beberapa titik
sebagai
 berikut.
a. Titik potong dengan sumbu x Syarat y = 0

 x  –2   x+ = 0 
 x ( x x – 2 x+ 1) = 0 

 x = 0 atau  – 2 x + 1 =0

( x  – 1) ( x  – 1) = 0

 x  – 1 = 0 atau  x  – 1 = 0 

 x = 1 x= 1

Jadi, koordinat titik potong dengan sumbu x adalah (0,0) dan (1,0).

 b. Titik potong dengan sumbu y Syarat x = 0

 y = 03  – 2. 02 + 0 = 0
Jadi, titik potong dengan sumbu y adalah (0, 0).

1
2,4 APLIKASI PADA TURUNAN
2.4.1 Maksimum dan Minimum
Definisi Nilai Maksimum dan Minimum:

Misalkan S merupakan daerah asal dari f yang memuat c,

Nilai f(c) disebut nilai Maksimum f pada S apabila f(c) ≥ f(x) Untuk Setiap x di S

Nilai f(c) disebut nilai Minimum f pada S apabila f(c) ≤ f(x) untuk setiap x di S

Nilai Maksimum atau Minimum f disebut nilai ekstrim f pada S

Misalkan diberikan fungsi f(x) = x² dengan x anggota dari interval tertutup [-1,3]. (kurva f(x) = x²
berupa parabola seperti pada gambar di atas berwarna biru dan batas batas interval [-1,3]
berwarna orange) Berdasarkan gambar di atas nilai maksimum adalah f(3) = 9, sedangkan nilai
minimumnya adalah f(0) = 0.

Jaminan nilai maksimum dan nilai minimum ada yaitu

2
Jika f kontinu pada interval tertutup [a,b], maka f dijamin mempunyai nilai maksimum dan
minimum pada [a,b], maka f dijamin mempunyai nilai maksimum dan minimum pada [a,b],
(sebagai catatan bahwa kekontinuan pada interval tertutup [a,b] merupakan syarat cukup untuk
menjamin nilai ekstrim ada)

Sebagai contoh fungsi pada contoh di atas merupakan fungsi yang kontinu pada [-1,3] sehingga
dijamin keberadaan nilai maksimum dan minimum pada [-1,3].

Fungsi yang tidak kontinu mungkin saja mempunyai nilai ekstrim, Sebagai contoh, fungsi yang
didefinisikan sebagai berikut:

Mempunyai nilai maksimum di x = 1 yaitu f(1) = 3 dan nilai minimum di x = 0 yaitu f(0) = -1

Perhatikan kurvanya

Akan tetapi, ketidakkontinuan tidak menjamin nilai ekstrim ada. Contohnya, fungsi

Karena g(x) kontinu pada interval terbuka (0,1) atau g(x) tidak kontinu pada interval tertutup
[a,b] maka berdasarkan jaminan nilai maksimum dan minimum, fungsi g(x) tidak mempunyai
nilai ekstrim, baik maksimum maupun minimum. (lihat gambar di bawah ini).

3
Lokasi Titik Ekstrim

Misalkan daerah asal f pada interval tertutup I yang memuat titik c, jika f(c) adalah nilai ekstrim,
maka c berupa salah satu dari tiktik-titik berikut:

i. Titik ujung dari interval I


ii. Titik stasioner dari f, syaratnya f ´(c) = 0. (titik dimana turunannya sama dengan 0)
iii. Titik singular dari f, f ´ (c) tidak ada (artinya titik dimana turunannya tidak ada)
Ketiga jenis titik ini (titik ujung, titik stasioner, dan titik singular) merupakan poin penting dari
teori maksimum minimum. Sebarang titik pada daerah asal fungsi f yang termasuk salah satu dari
tiga jenis titik tersebut dinamakan titik kritis dari f.

Catata: untuk menentukan nilai ekstrim suatu fungsi, dianjurkan untuk mencari titik kritisnya
dulu (perhatikan gambar di bawah ini).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan untuk menghitung nilai maksimum atau
minimum suatu fungsi kontinu f pada selang tertutup I, yaitu:

4
Langkah 1: Mencari titik kritis dari f(x) pada I.

Langkah 2: Hitung nilai f pada titik-titik tersebut, kemudian tentukan nilai terbesar (nilai
maksimum) dan nilai terkecil (nilai minimum).

Tentukan titik kritis dari f(x) = x³ - 3x + 1 pada [-2,1]. Kemudian tentukan nilai maksimum dan
minimumnya.

Diketahui f(x) = x³ - 3x + 1 pada [-2,1]

 Akan mencari titik kritis dari f(x) = x³ - 3x + 1 pada [-2,1]


i. Ujung interval: x = -2 dan x = 1
ii. Titik stasioner
Turunan dari f(x) = x³ - 3x + 1 yaitu f ´ (x) = 3x² - 3
Untuk mencari titik stasioner kita faktorkan 3x² - 3 = 0 menjadi 3(x² - 1) = 0 ↔ (x+1) (x –
1) = 0, sehingga diperoleh titik stasioner x = -1 dan x = 1.
iii. Tidak ada titik singular, karena f ´(x) = 3x² - 3 selalu ada nilainya (atau terdefinisi pada
interval [-2,1].
Jadi titik-titik kritisnya adalah -2, -1, dan 1.

 Akan di cari nilai maksimum dan minimum dari fungsi tersebut.


f(-2) = (-2)³ - 3(-2) + 1 = -1
f(-1) = (-1)³ - 3(-1) + 1 = 3
f(1) = (1)³ - 3(1) + 1 = -1

Diperoleh nilai maksimum adalah 3, jadi x = -1 memberikan nilai maksimum atau terbesar. Nilai
minimum adalah -1, jadi x = -2 dan x = 1 memberikan nilai minimum atau terkecil pada f.

2.4.2 Kemonotonan
Di dalam suatu fungsi, kita mengenal dua jenis karakteristik fungsi, yaitu fungsi naik dan fungsi
turun. Seringkali kita mengatakan bahwa suatu fungsi itu selalu naik saja, atau selalu turun.
Sering juga kita menjumpai suatu fungsi yang naik pada interval tertentu, tetapi juga turun pada
interval yang lain. Hal-hal itulah yang akan kita diskusikan pada kegiatan belajar ini.

Definisi Kemonotonan

Misalkan f terdefinisi pada interval I

f dikatakan naik (bertambah) pada interval I apabila untuk setiap pasang bilangan x₁ < x₂ berlaku
f(x₁) < f(x₂)
f dikatakan turun pada interval I apabila untuk setiap pasang bilangan x₁ dan x₂ di I dengan x₁ <
x₂ berlaku

5
f(x₁) > f(x₂)
f dikatakan monoton (murni) pada I jika f naik atau turun pada I

Dengan menggunakan hubungan turunan pertam dan kemonotonan diperoleh,


Misalkan f kontinu pada interval tertutup [a,b] dan diferensiabel pada interval terbuka (a,b)

Jika f ´ (x) > 0, untuk x ∈ (a,b) maka f naik pada [a,b]

Jika f ´ (x) < 0, untuk x ∈ (a,b) maka f turun pada [a,b]

Jika kita ingat kembali bahwa turunan pertama f ´ (x) memberi kemiringan dair garis singgung
pada kurva f di titik x. kemudian jika f ´ (x) > 0, maka gatis singgung naik ke kanan, yang berate
bahwa f naik, serupa jika f ´(x) < 0, garis singgung turun ke kanan yang berate bahwa f turun.
Tentukan dimana fungsi f(x) = x³ - 3x + 1 monoton naik dan dimana monoton turun.
Diketahui f(x) = x³ - 3x + 1
Kita hitung turunannya
f ´(x) = 3x² - 3
= 3(x² - 1)

6
= 3(x - 1) (x + 1)
Dari f`´(x) = 3 (x – 1) (x + 1) = 0 diperoleh titik-titik pemisahnya yaitu x = 1 dan x = -1.
Dengan memeriksa tanda f ´(x) = 3 (x – 1) (x + 1) > 0 dan f ´(x) = 3 (x – 1) (x + 1) < 0 pada garis
bilangan diperoleh

Dari tanda f ´(x) pada garis bilangin, kita dapatkan f naik pada (-∞, -1) ∪ (∞, 1) dan turun pada (-
1,1).

2.4.3 Kecekungan
Definisi Kecekungan

Misalkan f mempunyai turunan pada interval terbuka I.

i. f dikatakan cekung ke atas pada interval I, jika f ´ monoton naik


ii. f dikatakan cekung ke bawah pada interval I, jika f ´ monoton turun.
Tentukan dimana fungsi f (x) = x³ - 3x + 1 cekung ke atas atau cekung ke bawah.

Diketahui f(x) = x³ - 3x + 1 maka f ´(x) = 3x² - 3 dan f ´´ (x) = 6x. Dari 6x = 0 diperoleh x = 0.
Dengan memeriksa f ´´(x) = 6x > 0 dan f ´´(x) = 6x < 0 pada garis bilangan, diperoleh

Dari tanda f ´´(x) pada garis bilangan, kita peroleh f cekung ke bawah pada (-∞, 0) dan cekung ke
atas pada (0, ∞).
2.4.4 Titik balik
Misalkan f fungsi kontinu di c. Kita sebut (c, f(c)) adalah titik balik dari f jika terjadi
perubahan kecekungan pada sebelah kiri dan kanan c, seperti yang di perlihatkan gambar
dibawah ini.
7
Pada f(x) = x³ - 3x + 1, fungsi f cekung ke bawah pada (-∞, 0) dan cekung ke atas pada (0,
∞), sehingga terjadi perubahan kecekungan pada x = 0, Oleh karena itu, (0, f(0)) = (0,1)
disebut titik balik.

3 Ekstrim Lokal
Definisi Ekstrim local

Misalkan S merupakan daerah asal dari f yang memuat tititk c.

f(c) merupakan nilai maksimum local f jika terdapat interval (a,b) yang memuat c
sedemikian rupa sehingga f(c) adalah nilai maksimum f pada (a,b) ∩ S.

f(c) merupakan nilai minimum local f jika terdapat interval (a,b) yang memuat c sedemikian
rupa sehingga f(c) adalah nilai minimum (a,b) ∩ S.

f(c) dikatakan nilai ekstrim local dari f jika f(c) berupa nilai maksimum local atau nilai
minimum lokal.

Titik kritis (titik ujung, titik stasioner dan titik singular) adalah calon dimana nilai ekstrim
lokal terjadi. Dikatakan calon karena tidak menuntut bahwa setiap titik harus merupakan
ekstrim lokal seperti pada gambar dibawah ini.

8
Uji Turunan Pertama

Misalkan f kontinu pada interval terbuka (a,b) yang memuat sebuah titik kritis c. Jika f ´(x) >
0 untuk semua x dalam (a,c) dan f ´(x) < 0 untuk semua x dalam (c,b), maka f(c) adalah nilai
maksimum lokal f

Jika f ´(x) < 0 untuk semua x dalam (a,c) dan f ´(x) > 0 untuk semua x dalam (c,b), maka f(c)
adalah nilai minimum lokal f.

Jika f ´(x) bertanda sama pada kedua pihak c. maka f(c) bukan nilai ekstrim lokal f.

Tentukan nilai ekstrim lokal dari f(x) = x³ - 3x + 1 dan tentukan jenisnya.

Diketahui f(x) = x³ - 3x + 1 maka f ´(x) = 3x² - 3 jika dan hanya jika x = -1 dan x = 1.

Uji pada garis bilangan

9
Untuk x = -1 memberikan maksimum lokal. Karena berdasarkan tanda f ´(x) pada garis
bilangan f naik pada (-∞, 1) dan f turun pada (-1,1), Dengan nilai minimum lokal f(-1) =
(-1)³ - 3(-1) + 1 = 3.
Untuk x = 1 memberikan minimum lokal, karena bersarkan tanda f ´(x) pada garis
bilangan f turun pada (-1,1) dan f naik pada (1, ∞). Dengan nilai ekstrim maksimum lokal
f(1) = (1)³ - 3(1) + 1 = -1

Terdapat uji lain dalam mencari nilai maksimum dan minimum lokal yang kadang lebih
memudahkan daripada Uji Turunan Pertama, yaitu uji turunan kedua tetapi hanya untuk
titik kritis jenis titik stasioner.

Uji Turunan Kedua


Misalkan f ´ dan f ´´ ada pada setiap interval x ∈ (a,b) yang memuat c dan f ´(c) = 0.
i. Jika f ´´(c) > 0, maka f(c) adalah nilai minimum lokal f
ii. Jika f ´´(c) < 0, maka f(c) adalah nilai maksimum lokal f.
Tentukan nilai ekstrim lokal dari f(x) = x³ - 3x + 1 dan tentukan jenisnya.

Diketahui f(x) = x³ - 3x + 1 maka f ´(x) = 3x² - 3 jika dan hanya jika x = -1 dan x = 1.

Dengan menggunakan uji turunan kedua f ´´(x) = 6x sehingga

untuk x = -1 maka f ´´(-1) = 6(-1) = -6 < 0 sehingga f(-1) nilai maksimum lokal.

untuk x = 1 maka f ´´(1) = 6(1) = 6 > 0 sehinggan f(1) nilai minimum lokal.

A. Pengertian Integral tentu

Pengertian atau konsep integral tentu pertama kali dikenalkan oleh Newton dan
Leibniz. Namun pengertian secara lebih modern dikenalkan oleh Riemann.
Integral tentu adalah proses pengintegralan yang digunakan pada aplikasi integral.
Pada beberapa aplikasi integral dikenal istilah batas bawah dan batas atas sebuah integral,
batas inilah yang kemudian menjadi ciri khas sebuah integral yang dinamakan sebagai
integral tertentu. Sebab berbeda dengan integral tak tentu yang tidak memiliki batas,
maka pada integral tertentu ada sebuah nilai yang harus disubtitusi yang menyebabkan
tidak adanya lagi nilai C (konstanta) pada setiap hasil integral dan menghasilkan nilai
tertentu.

perhatikan pernyataan berikut :

10
Pada fungsi-fungsi yang berbeda konstanta di peroleh bentuk turunan / derivatif
yang sama. Operasi dari F(x) menjadi F’(x) maka sebaliknya dari F’(x) menjadi F(x) dan
disebuit dengan INTEGRAL (anti turunan)

B. Formula Dasar Integral


Sebelum Membahas Integral Tentu, di lebih baik mengenal integral tak tentu dahulu.

Himpunan integral fungsi f(x) dinotasikan dengan:

∫f(x)dx

Dibaca integral f(x) terhadap x, dan disebut integral tak tentu. Integral tak


tentu f(x) merupakan suatu fungsi umum yang ditentukan melalui hubungan.

∫f(x)dx=F(x)+c

Dengan:

 f(x) = integran
 F(x) = fungsi integral umum
 c = konstanta pengintegralan.

Andaikan f(x) dan g(x) mempunyai integral tak tentu dan andaikan k adalah suatu
konstanta, maka berlaku sifat-sifat berikut:

∫k.f(x)dx=k.∫f(x)dx

∫[f(x)+g(x)]dx=∫f(x)dx+∫g(x)dx

∫[f(x)−g(x)]dx=∫f(x)dx−∫g(x)dx

Adapun aturan integral tak tentu dari fungsi aljabar, semisal a merupakan
konstanta bilangan real sembarang:

11
∫dx=x+c

∫a.dx=ax+c

1 n+1
∫xn dx= x +c dengan n bilangan rasional dan n ≠ -1
n+1

a n+1
∫a.xn dx= x +c dengan n bilangan rasional dan n ≠ -1
n+1

Pada integral tak tentu dari fungsi trigonometri, juga berlaku aturan-aturan
berikut:

Contoh soal:

Hasil dari ∫(3x²−4x+5)dx adalah..

A. 2x³−4x²+5x+c
B. 2x³−2x²+5x+c
C. x³−2x²+5x+c
12
Jawaban:

Contoh soal:

Diketahui f(x)=sin(2x−3), maka ∫f(x)dx= …

Jawaban

∫f(x)dx=∫sin(2x−3)dx

1
∫f(x)dx=- cos(2x−3)+c
2

B.1. Perbedaan Integral Tentu dan Tak Tentu

Berbeda dari integral tak tentu, integral tertentu memiliki batas-batas dan
interval pengintegralan. Dinotasikan dengan:
b

∫ f ( x )dx=[F(x)]|ba =F(b)−F(a)
a

dengan f(x) = integram, dimana f(x)=F′(x)

a,b = batas-batas pengintegralan

[a,b] = interval pengintegralan

Contoh 1:

13
2

∫ ( 3 x 2 +2 x −4 ) dx=¿ ¿?
1

Jawaban:
2

∫ ( 3 x 2 +2 x −4 ) dx=¿ ¿ x +x -4x|21
3 2
substitusi batas atas dan bawah
1
= (23+22-4.2) – (13+1-4.1)
= (8+4-8) - (1+1-4) = 4-(-2) = 6

Contoh 2:
2
3 2
∫ ¿ ¿ - x ) dx =?
−1

Jawaban :
2
3 2 1 1 3
4
∫ ¿ ¿ - x ) dx = 2 x- x3| subtitusikan batas atas dan bawah
−1
3 −1
1 1 1 1
=( (3)4 - (3)3) – ( (-1)4 - (-1)3)
2 3 2 3

1 1 1 1
=( (81) - (27)) – ( (1) - (-1))
2 3 2 3

81 27 1 1 81 27 1 1
=( - )–( + )= - – -
2 3 2 3 2 3 2 3

80 28 120 28 92
= − = − =
2 3 3 3 3

C. Sifat-sifat integral tentu

C.1. Sifat yang pertama


Jika batas atas dan batas bawah dalam suatu integral tentu adalah sama, maka
hasil integral tentu dari fungsi tersebut akan sama dengan nol karena tidak ada
daerah antara batas batas tersebut.

14
C.2. Sifat yang kedua
Jika batas atas dan batas bawah dalam integral tentu diubah posisinya (batas
atas menjadi batas bawah dan batas bawah menjadi batas atas) untuk fungsi
integral yang sama, maka menjadi min.

C.3. Sifat yang ketiga


Jika f(x) adalah fungsi integral dan k merupakan tetapan (konstanta) sembarang.

7 7
Contoh : ∫ ¿ ¿ 2-3x)dx = 2
∫ 3. ¿ ¿ -x)dx
2 2
7

= 3.∫ ¿ ¿2-x)dx
2

C.4. Sifat yang keempat


Misalkan diberikan dua buah fungsi yaitu f(x) dan g(x), maka integral  tentu
dari penjumlahan atau pengurangan kedua fungsi tersebut dapat diselesaikan.

C.5. Sifat yang kelima


Misalkan terdapat dua integral dengan nilai fungsi yang sama dan nilai pada
batas atas pada fungsi pertama sama dengan nilai pada batas bawah pada fungsi
kedua. Dengan a<b<c

15
C.6. Sifat yang keenam
Apabila fungsi f(x) nya bukan suatu fungsi melainkan konstanta.

Contoh soal-soal :
Soal 1

Tentukan hasil integral dari fungsi berikut:

Jawab:

Soal 2
Tentukan hasil integral dari fungsi berikut ini:

Jawab:

16
Soal 3

Berapakah nilai integral tentu dari ʃ-2-2 3x2 – 2x + 1 dx ?

Jawaban :

Soal 4

Tentukan hasil integral tentu dari ʃ-1-4 7 dx !

Jawaban :

A. Pengertian Integral

Integral dapat di artikan sebagai menyusul ditemukannya masalah dalam diferensiasi


di mana matematikawan harus berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang
berkebalikan dengan solusi diferensiasi. Lambang integral adalah ‘ ∫
Dan aplikasi integral adalah penggunaan perhitungan luas suatu daerah yang gak
beraturan. ’ .
Agar lebih dapat di mengerti perhatikan pernyataan berikut :
F1(x) = x 2 + 5x – 6 maka F1’(x) = 2x + 5
F2(x) = x 2 + 5x + 12 maka F2’(x) = 2x + 5
F3(x) = x 2 + 5x maka F3’(x) = 2x + 5

17
Pada fungsi-fungsi yang berbeda konstanta di peroleh bentuk turunan / derivatif
yang sama. Operasi dari F(x) menjadi F’(x) mer sebaliknya dari F’(x) menjadi F(x)
disebuit dengan INTEGRAL (anti turunan).

B. PENGAPLIKASIAN BENTUK INTEGRAL

B.1. Panjang Kurva Bidang

Apakah yang dimaksud dengan panjang kurva mulus yang diberikan secara
parametrik oleh x = f (t), y = g (t), a ≤ t ≤ b? Buatlah partisi selang [a, b],menjadi n
selang bagian menggunakan titik-titik ti :

a = t0 < t1 < t2 < . . . < tn = b

Ini memotong kurva menjadi n potongan dengan titik ujung-titik ujung yang
berpadanan Q0, Q1, Q2, . . ., Qn-1, Qn, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6.

Gagasan kita adalah menghampiri kurva itu dengan ruas garis poligon yang
ditunjukkan. Menghitung panjangnya, dan kemudian mengambil limit apabila norma
partisi mendekati nol. Khususnya, kita hampiri panjang ∆si dari ruas ke-i ( lihat
Gambar 6 ) dengan

18
∆wi = √ (∆ xi )2+( ∆ y i )2

2

= [ f ( t i )−f (t i−1)] +¿ ¿ ¿

Dengan menggunakan Teorema Nilai Rata-rata untuk Turunan ( Subbab 4.7 ),


kitaa tahu bahwa terdapat titik-titik t i dan t^ i dalam (ti-1, ti ) sedemikian rupa sehingga

f( t i ) – f ( ti-1 ) = f’ (t i) ∆ti

g ( t i ) – g ( ti-1 ) = g’(t i) ∆ti

dengan ∆ti = ti - ti-1. Jadi,

2
∆wi = [ f ’ ( t i ) ∆ t i ]2 +[ g ’ ( t^i ) ∆ t i ]

2
= [ f ' ( t i ) ]2 +[g ’ ( t^i ) ] ∆ t i

Dan panjang total dari ruas garis poligon adalah

n n
' ( ti ) 2
∑ ∆ wi =¿ ∑
i=1 i=1
√[ f ] + [ g ’ ( t^i ) ]2 ∆ t i ¿

Persamaan yang berakhir ini hampir berupa suatu jumlah Riemann, satu-satunya
kesulitan ialah bahwa t i dan t^ I nampaknya tidak melukiskan titik yang sama. Namun,
dalam buku-buku lanjutan telah diperlihatkan bahwa dalam limit ( ketika norma partisi
menuju 0 ), hal ini tidak menimbulkan perbedaan. Sehingga kita dapat mendefinisikan
panjang busur ( arc length ) kurva L sebagai limit dari persamaan di atas, apabila
norma partisi mendekati nol; jadi,

b b
dx 2 dy 2
' 2 2
L = ∫ √ [f ( t ) ] +[ g ' ( t ) ] dt = ∫
a a √( dt
+ ) ( ) dt
dt

Ada dua kasus khusus yang menarik. Jika kurva ini diberikan oleh y = f (x) a….b,
kita memperlakukan x sebagai parameter dan hasil dalam kotak mengambil bentuk

19
b 2
dy
L = ∫ 1+
a √ ( ) dx
dx

Serupa dengan ini jika kurva diberikan oleh x = g (y), dengan c ≤ y ≤ d, kita
memperlakukan y sebagai parameter, diperoleh
c 2
dx
L = ∫ 1+
b √ ( ) dy
dy

Contoh : Tentukan Keliling lingkaran x2 + y2 = a2

2 2
Contoh : Tentukan Panjang ruas garis dengan persamaan y = (x + 1)3/2 , 1 ≤ x ≤ 4
3

20
B.2. Integral Luas Daerah

Misalkan L menyatakan himpunan semua bilangan L yang dapat diperoleh


sebagai jumlah luas daerah persegi-panjang kecil sebagaimana dalam Gambar
12.2. Maka ‘luas daerah’ di bawah kurva y = f (x) mestilah lebih besar daripada
setiap anggota L. Tampaknya masuk akal untuk mendefinisikan ‘luas daerah’ di
bawah kurva y = f (x) sebagai bilangan terkecil yang lebih besar daripada setiap
anggota L, yakni sup L.

B.3. Luas daerah di atas dan bawah sumbu x

DIATAS

21
Misalkan R adalah daerah yang di batasi oleh kurva y=f(x) , garis x=a, dan
raris x=b , dengan F(x) ≥ 0 pada [a,b] maka luas daerah R adalah sebagai berikut:

b
L(R)=∫ f (x)dx
a

Contoh soal :

Suatu daerah dibatasi kurva y = 6, batas a = 1 dan batas b = 2, serta sumbu x.


Gambarkan dan hitung luas daerah tersebut!

Batas a = 1 dan b = 2
b

L = ∫ k dx
a

L = ∫ 6 dx
1

2
L = [6x]
1

L = 6(2 – 1) = 6 Satuan Luas

DIBAWAH

22
Misalnya S adalah daerah yg dibatasi oleh kurva y = f(x) , sumbu x, garis x =
a , dan garis x = b, dengan F(x) ≤ 0 pada [a,b] maka luas daerah S seperti yg telah
di bahas pada subbab sebelumnya adalah sebagai berikut
b
L(S)=−∫ f (x) dx
a

Contoh soal :

Suatu daerah dibatasi kurva y = -6, batas 1 dan 2, serta sumbu x.


Gambarkan dan hitung luas daerah tersebut!

Batas a = 1   b = 2
b
L = −¿ ∫ k dx
a

L = −¿ ∫ −6 dx
1

2
L = −¿ [−¿ 6x]
1
L = −¿ [−¿ 6(2 – 1)]
= 6 Satuan Luas

B.4. Luas daerah yang dibatasi Kurva Y = f(x) dan sumbu x

23
Misalkan T adalah daerah yang dibatasi oleh kurva y = f(x), sumbu x, garis
x=a, dan garis x=c, dengan f(x)>= 0 pada [a,b] dan f(x)<=0 pada [b,c], maka luas
daerah T adalah sebagai berikut:
b c
L(S)=∫ f ( x ) dx−∫ f (x) dx
a b

Contoh soal :
Luas daerah yang dibatasi oleh kurva f(x) = x2 + 2x + 3 dan g(x) = 3 – x adalah

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahu bentuk gambar fungsi
f(x) dan g(x).

Fungsi f(x) merupakan fungsi kuadrat sehingga bentuk grafiknya berupa parabola,
jika belum bisa menggambar grafik fungsi kuadrat bisa dibuka melalui halaman
ini. Gambar fungsi f(x) diberikan seperti berikut.

Fungsi g(x) merupakan fungsi garis lurus


24
Kedua adalah menentukan titik potong antara dua kurva tersebut untuk
mengetahui batas pegnintegralan.
x2 + 2x + 3 = 3 – x
x2 + 3x = 0

Pemfaktoran persamaan kuadrat akan menghasilkan titik perpotongan antara


kedua kurva untuk nilai absis (x):
x2 + 3x = 0
x(x + 3) = 0

Diperoleh dua persamaan yaitu x = 0 dan x + 3 = 0, sehingga dua nilai yang


memenuhi persamaan kuadrat tersebut adalah x = 0 atau x = –3.

Mencari titik ordinat untuk masing-masing nilai x:

 untuk x = 0, y = 3 – x = 3 – 0 = 3
 untuk x = –3, y = 3 – (–3) = 3 + 3 = 6

Diperoleh dua titik perpotongan antar fungsi f(x) dan g(x) yaitu (0, 3) dan (–3, 6).
Gambar kedua fungsi f(x) dan g(x) beserta titip potong kedua kurva dapat dilihat
melalui gambat di bawah.

25
Selanjutnya, kita akan menghitung luas daerah tersebut, dengan batas a = – 3 dan
b = 0.

B.5. Luas daerah yang terletak diantara 2 kurva


26
b
L(U )=∫ [f ( x ) −g(x)]dx
a

Contoh Soal : Jika diketahui


Batas atas : 3
Batas bawah: 1
f(x) : x2 + 4
g(x): x
Hitunglah luas daerah yang terletak diantara dua kurva
Jawab :

∫ f ( x ) −g ( x ) dx
a

3
= ∫ x 2 + 4 – x dx
1

3
1 1
= ∫ x3 −¿ x2 + 4x
1 3
2

36 5
= −¿ + 8
3 2

85 1
= = 14
6 6

27
Jika pada sebuah objek diberikan gaya F, maka objek tersebut akan tetap berpindah sejauh jarak
d dari tempat semula,maka usaha W yang dilakuakan untuk memindahkan benda tersebut
tergantung berapa besarnya gaya yang diberikan dan sejauh mana benda tersebut berpindah
tempat. Secara fisika dan teknik usaha yag dilakukan adalah W= F. d
Masalah :
Andaikan sebuah objek bergerak arah positif sepanjang garis koordinat ketika diberikan gaya
sebesar F(X), dalam arah geraknya. Tentukan kerja yang dilakukan oleh gaya tersebut bila benda
berpindah dari titik a menuju titik b pada interval [a,b].
Penyelesaian :
Sebelum kita menyelesaikan masalah di atas perlu kita definisikan secara jelas apa yang
dimaksud dengan kerja yang dilakukan variabel gaya. Untuk itu, selang [a,b] kita bagi dengan
titik titik bagi a = X0 <X1<X2<X3<...<Xa=b menjadi n subinterval dengan panjang
interval ∆X1, ∆X2, ∆X3, ∆X4, ..., ∆Xn. Jika kita catat Wk adalah kerja yang dilakukan gaya, bila
benda bergerak kesubinterval ke-k, maka total kerja W bila benda bergerak sepanjang
interval[a,b] adalah
W≈W1 +W2+W3+...+Wn.....................................................................................................................
(1)
Jika F(x) kontiniu dan kinstan padaa setiap pergerakan ke-k subinterval, maka kita dapat
mendekati F(x) dengan F( ) sedekat mungkin, dimana  adalah sebarang titik di k subinterval.
Maka dari persamaan (1), kerja yang dilakukan pada subinterval ke-k adalah
Wk≈ F( ).∆ .................................................................................................................................(2)
Dan kerja yang dilakukan sepanjang interval [a,b] adalah
W =    ∆ ...................................................................................................(3)
Jika n    maka ∆    0 akibatnya persamaan 3 ditulis sebagai berikut.
W = ∆  ...................................................................................................(4)
Karena limit pada ruas kanan persamaan (4) dapat dinyatakan dengan integral maka
W= ...................................................................................................................................(5)

Definisi
Misalkan F kontiniu pada interval tutup [a,b]. Jika F(x) adalah besar gaya di x yang bekerja
sepanjang sumbu x maka kerja atau usaha yang dilakukan oleh gaya itu sehingga objek itu
berpindah dari a ke b adalah W=

Penerapan pada pegas (sambungan Usaha)

Menurut hukum Hook dalam fisika gaya F(x) yang diperlukan untuk merengangkan (atau
menekan) pegas memanjang (atau memendek) x satuan dari panjang alami (gambar 4)  diberikan
oleh
F(x) = K x
Disini konstanta K yang disebut konstanta pegas adalah positif. Makin keras pegas makin besar
nilai k.
Contoh-1
Sebuah pegas yang panjangnya secara alami 24 inci.diperlukan gaya sebesar 5 pon untuk
menarik dan menahan pegas sejauh 10 inci, tentukan
a.       Konstanta pegas k
b.      Kerja yang dilakukan untuk menarik pegas tersebut sejauh 42 inci dari keadaan alami.
28
Penyelesaian:
Berdasarkan hukum Hook: gaya yang diperlukan untuk menarik pegas sejauh X inci adalah
F(x)= k.x
Dari soal diperoleh x=10 inci dan F(x)= 5 pon. Sehingga diperoleh
F(x)= k.x 5=10 k
                  k=
Berarti gaya yang diperlukan menarik pegas sejauh x inci adalah F(x)=
Apabila pegas dalam keadaan alami sepajang 24 inci, X = 0, apabila pegas panjang 42 inci dari
keadaan alami, X = 18. Sehingga kerja yang dilakukan adalah
W=    =
                                =
                                                =81 inci-pon

Contoh-2
Sebuah tangki air berbentuk silinder dengan jari-jari 10 ft dan tinginya 30 ft setengah tangki
tersebut berisi air. Berapa usaha yang dilakukan agar seluruh air keluar permukaan atas tangki?
Penyelesaian:
GAMBAR

Perhatikan Gambar-1 diatas, gaya yang diperlukan untuk memindahkan air sejauh ∆  adalah
F = (π r2 ∆ )(densitas air)
                   = (π (10)2 ∆ )(62,4)
                    = 6240 π ∆
Berarti usaha yang dilakukan untuk memindahkan air sejauh ke-k subionterval adalah
Wk= (30 - ). (6240 π ∆  )` .....................................................................................................(1)
Sehingga usaha yang dilakukan untuk memindahkan air sampai keluar permukaan tangki sama
dengan usaha yang dilakukan untuk memindahkan airnsepanjang interval yaitu
W =    ......................................................................(2)
Untuk menentukan secara pasti usaha yang dilakukan kita buat n    maka   , maka porsamaan (2)
dapat ditulis sebagai berikut
W =  
     =
     = 6240  
         = 2.106.000  ft-pon

Penerapan pada pompa cairan (Sambungan Usaha)


Conto -3:
Sebuah tangki yang berbentuk kerucut lingkaran tegak penuh dengan air. Jika tangki 10 kaki dan
jari jari lingkaran atas 10 kaki tentukan kerja yang diperlukan untuk memompa air a) melewati
tepi atas tangki dan
b) mencapai 10 kaki di atas puncak kaki
Penyelesaian :

a). Letakkan tangki dalam sistem koordinat seperti tampak pada gambar. Diperlihatkan suatu
tinjauan yang berdimensi tiga dan juga sebuah penampang berdimensi dua bayangkan pengirisan
29
air menjadi cakram cakram datar tipis, yang masing-masing harus diangkat melewati tepi tangki.
Sebuah cakram tebal ∆y pada ketinggian y mempunyai jari-jari 4y/10. Sehingga volumenya kira-
kira (4y/10)2 ∆y kaki kubik dan beratnya kira kira  ∆y, dengan   =62,4 adalah kerapan air (berat)
dalam pound per kaki kubik. Gaya yang diperlukan untuk  mengangkat cakram air ini adalah
sama dengan beratnya dan harus diangkat sejauh 10-y kaki. Jadi kerja ∆W yang dilakukan pada
cakram ini, kira-kira adalah
∆W = (gaya) . (jarak)    ∆y . (10 – y)
Jadi
W =  = ) dy
     =    26,138 pound-kaki
b). bagian b sama seperti bagian a, kecuali bahwa masing-masing cakram air sekarang harus
diangkat sejauh 20 – y dan bukannya 10 – y. sehingga
w =  = ) dy
    =    130.690 pound-kaki

 TEKANAN DAN GAYA PADA CAIRAN


Jika sebuah tangki atau flat atau container diisi cairan (fluida) setinggi h dengan densitas cairan .
Maka gaya pada dasar tangki yang luas permukaannya A, jika sebuah plat dimasukkan secara
vertical kedalam air sama dengan gaya pada permukaan cairan. Secara fisika dinyatakan dengan
rumus F =   h A. Sementara besarnya tekanan adalah besarnya gaya yang diberikan per unit luas
permukaan atau P =  =  h.
Bagaimana mengaplikasikan integral tentu untuk menentukan gaya pada siku empat pada dasar
tangki muatan cairan dengan luas permukaannya A ?. untuk itu perhatian gambar
Kita bagi interval [a,b] dalam n subinterval dengan panjang 1, 2, 3,… a. Misalkan x k  sebarang titik
pada subinterval ke-k
                                                     GAMBAR                                                     

Kita potong-potong permukaan plat dengan persegi panjang yang panjangnya w (x k  ) dan
lebarnya k . misalkan kedalaman plat saat x adalah h(x k  ). Sehingga gaya pada siku empat yang
terletak pada dasar tangki adalah
Fk    h(x k  ).[ w (x k  ). k]  ………………………….. (1)
Total gaya F pada segi empat  dasar tangki dihampiri dengan
F = k   ]………….(2)
Untuk menentukan secara eksak gaya F pada segi empat dasar tangki, kita butuh n  maka k .
Akibatnya persamaan (2) dapat ditulis menjadi
F = ]
   =

Definisi
Asumsikan bahwa sebuah plat ditekan secara vertical kedalam cairan yang kerapatannya  dari
x=a sampai x=b. untuk a , misalkan w(x) adalah lebar plat saat x dan h(x) kedalaman pada saat
titik x. maka total gaya cairan pada dasar tangki adalah F =

Contoh-4
Sebuah palt yang berbentuk segituga yang panjang alasnya 10ft dan tingginya 4ft. dimasukkan
secara vertical kedalam minyak seperti gambar
30
                                                     GAMBAR
Tentukan total gaya balikan kepermukaan plat jika kerapatan minyak  = 30 pon/ft3.
Penyelesaian :
Lebar plat segituga saat h(x) = (3+x) ft adalah
Sehingga gaya pada plat adalah
F=
   =  
   =75  + x2)dx
   = 75 04
F = 3400 pon

Tekanan dan Gaya Hidrostastik


                permasalahan:
Orang yang menyelam dilaut dalam menyadari bahwa tekanan air meningkat seiring dengan
kedalaman laut karena berat air di atas mereka bertambah. Hal ini membuktikan bahwa pada
setiap titik dalam cairan , tekanannya sama ke segala arah.
Maka dari itu, tekanan ke segala arah dengan kedalaman d dan kerapatan massa adalah:
P = ρgh
Contoh-5
Sebuah waduk dalam bentuk trapesium tingginya adalah 20 m dan lebar alas atasnya 50 m,
sedangkan lebar alas bawah 30 m. tentukan gaya pada waduk tersebut yang diakibatkan oleh
tekanan hidrostatis jika ketinggian air adalah 4 meter dari atas waduk?
Penyelesaian:
Kita menggunakan sumbu vertikal x dengan titik asal pada permukaan air seperti pada gambar.
Kedalaman air 16 m sehingga interval menjadi [0,16] dan membaginya menjadi subinterval
dengan panjang yang sama dengan titik akhir xi dan memilih xi*Є [xi-1, xi]
Sehingga Wi = 2(15+a) = 2(15+8-1/2xi*) = 46-xi* 
Jika Ai adalah luas pita ke-i, maka:
Jika ∆x kecil, maka tekanan P1 pada pita ke-I nyaris konstan dan kita dapat menggunakan
persamaan I untuk menuliskan
gaya hidrostatik Fi yang bekerja pada pita ke-i adalah hasil kali tekanan dan luas:
Fi = PiAi ≈ 1000gxi  * (46 - xi  *)∆x
Dengan menambahkan gaya gaya ini dan menghitung limitnya seiring n→∞, kita mendapatkan
gaya total gaya hidrostatik pada waduk:
≈ 4,43 x 107 N

Momen, Pusat Massa


Andaikan bahwa dua massa berukuran m1 dan m2 diletakkan pada papan kesetimbangan dan
berjarak d1 dan d2 dari titik tumpu pada bagian-bagian yang berlawanan terhadapnya. Papan
tersebut hanya setimbang jika dan hanya jika d1m1 = d2m2
Model matematis yang baik untuk sittuasi ini diperoleh dengan cara meletakkan ulanbg papan
penyangga dengan suatu sistem koordinat datar yang titik asalnya berada di titik tumpu. Maka
koordinat x1 dari m1 adalah x1 = -d1 , koordinat m2 = d2 dan kondisi kesetimbangan adalah
                       x1m1 + x2m2 = 0
31
hasil kali massa m suatu partikel dengan jarak berarahnya dari suatu titik (lengan tuas)
dionamakan momen partikel terhadap titik tersebut. Momen ini mengukur kecendrungan massa
untuk menghasilkan suatu putaran pada titik tersebut. Syarat agar dua massa sepanjang suatu
garis setimbang pada sebuah titik pada garis tersebut adalah bahwa jumlah momen momennya
teradap titik itu sama dengan nol.
       Jumlah momen M (terhadap titik asal) suatu sisrem yang terdiri atas n massa berukuran m1,
m2, …,mn yang berada pada x1, x2, …,xn sepanjang sumbu-x adalah jumlah momen masing-
masing massa yakni 
M = x1m1 + x2m2 + … + xnmn =
Syarat kesetimbangan di titik asal adalah M=0. Tentu saja kita tidak selalu mengharapkan
kesetimbangan di titik asal kecuali dalam keadaan khusus. Akan tetapi yang pasti setiap sistem
massa akan setimbang di suatu tempat. Pertanyaannya adalah di mana. Berapakah koordinat x
dari titik tempat titik tumpu seharusnya diletakkan agar sitem dalam gambar 4 setimbang?
Sebut koordinat yang diinginkan x . jumlah momen terhadap titik ini harus nol yakni
       (x1 – x )m1 + (x2 – x)m2 + … + (xn – xn)mn = 0
Atau
x1m1 + x2m2 + … + xnmn = x1m1 + x2m2 + … + xnmn
bila kita selesaikan untuk x maka kita memperoleh :
x =  =
titik x, yang dinamakan pusat massa, adalah titik kesetimbanagn. Perhatikan bahwa titik
itu hanyalah jumlah momen terhadap titik asal dibagi dengan jumlah massa.

Distribusi massa yang kontinu sepanjang garis (sambungan momen , pusat massa)


Perhatikan sepotong kawat lurus tipis dengan kepadatan (massa tiap satuan panjang )
yang bervariasi, untuuk kawat tersebut kita inginkan mencari titik kesetimbnagannya. Kita
tetapkan suatu garis koordinat sepanjang kawat dan andaikan kepadatan di x adalah . Pertama
kita dapatkan jumlah massa m dan kemudian jumlah momen M terhadap titik asal (gambar 6) ini
menuntun kita ke rumus :
x =  =

contoh :
kepadatan  sepotong kawat di titik yang terletak x cm dari salah satu ujungnya adalah  =
2
3x  gram/cm. tentukanlah pusat massa kawat antara x = 0 dan x= 10
penyelesaian :
kita mengharapkan agar letak x lebih dekat ke ujung x = 10 ketimbang ujung x= 0, sebab
kawat lebih berat (padat) ke ujung kanan (gambar 7)
x =  =  =  = 7,5 cm

Fungsi Transenden

Salah satu cara untuk menambah daftar fungsi yang kita miliki adalah dengan membuat
kebalikan dari fungsi yang sudah kita punyai. Idenya adalah seperti berikut ini : suatu fungsi f
mengambil suatu nilai x pada daerah asal dan mengaitkannya dengan suatu nilai y pada daerah
32
hasil. Jika kita beruntung, kita dapat membalikkan f dan mendapatkan fungsi dengan mengambil
setiap nilai y dan membawanya kembali

ke x. Fungsi yang baru itu dinyatakan sebagai f -1 dan disebut sebagai fungsi invers dari f . Fungsi
f dikatakan fungsi yang dapat dibalik. Sebagai contoh dapat dilihat kasus fungsi berikut :

Tapi tidak selamanya kita beruntung, bisa jadi ketika membalikkan f kita tidak mendapatkan
fungsi invers. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada dua grafik fungsi berikut :

Apa yang menjamin suatu fungsi memiliki


fungsi invers ? Eksistensi fungsi invers
bergantung pada fungsinya satu ke
satu atau tidak. Fungsi f dikatakan satu ke
satu jika memenuhi x1 ≠ x
2 maka f (x1) ≠ f
(x2). Selanjutnya definisi fungsi invers diberikan sebagai berikut :

33
Definisi :
Misalkan f suatu fungsi satu ke satu
dengan daerah asal A dan daerah nilai B,
maka fungsi invers dari f dilambangkan
-1
dengan f mempunyai daerah asal
B dan daerah nilai A dan didefinisikan dengan f -1(y) = x ⟺ y = x untuk setiap y di B
Untuk keperluan praktis seringkali sulit jika kita harus menunjukkan suatu fungsi satu kesatu
menggunakan pengertian tersebut. Terdapat suatu teorema yang
sangat membantu.
Teorema:

Jika f monoton murni pada daerah asalnya, maka f satu ke satu


sehingga memiliki invers.

Teorema tersebut mudah digunakan karena untuk menentukan apakah suatu fungsi
monoton murni cukup diperiksa tanda dari f ‘. Perlu diingat bahwa belum tentu suatu fungsi
selalu monoton naik atau selalu monoton turun pada daerah asalnya. Jika demikian maka yang
dapat kita lakukan untuk mendapatkan fungsi inversnya adalah dengan membatasi daerah
asalnya pada mana fungsi tersebut monoton naik saja atau monoton turun saja. Sebagi ilustrasi
dapat dilihat pada gambar berikut.

Daerah asal dibatasi pada [0 , ∞ ]


Daerah asal dibatasi pada
Untuk setiap (a,b) pada grafik fungsi f berlaku b = f (a). Misal f -1 fungsi invers dari f , maka
b=f(a)⇔a = f -1(b) . Titik (b,a) terletak pada grafik fungsi f -1. Titik (b,a) diperoleh dari
pencerminan titik (a,b) terhadap garis y = x. Dengan demkian grafik fungsi f -1 dapat diperoleh
dari pencerminan grafik fungsi f terhadap garis y = x.

34
Latihan :

Jika diperlukan batasilah daerah asal agar fungsi berikut memiliki fungsi balikan tapi tetap
mempertahankan daerah hasil seluas mungkin . Tentukan daerah asal fungsi balikannya dan
carilah rumus untuk fungsi tersebut

a. f(x) = x2 – 3x + 1
x−1
b. h(x) =
x+ 1

Fungsi Logaritma Asli

Dengan menggunakan pengetahuan tentang turunan, fungsi apa yang turunannya sama
1
dengan ? Teorema Dasar Kalkulus Pertama menyatakan bahwa jika f , maka selalu dapat di
x
peroleh suatu fungsi yang merupakan suatu anti turunan dari f yang didefinisikan sebagai F(x) =
x

∫ f (x)dx. Dengan menggunakan hal tersebut selanjutnya kita mendefinisikan suatu fungsi yang
a

diberi nama fungsi logaritma asli seperti berikut ini.

Definisi :
x
1
Fungsi Logaritma Asli, dinyatakan oleh ln didefinisikan sebagai ln x = ∫ dt , x > 0
1 t
x
1
Dari pendefinisian tersebut kota bisa melihat bahwa, untuk x>1 maka ln x =∫ dt > 0,
1 t
x
1
untuk 0 < x < 1 maka ln x = ∫ dt < 0 dan ln1 = 0. Arti geometri dari ln x, dapat diilustrasikan
1 t
dengan grafik berikut :

35
a. Dx ln x =n
x
1
Dx ∫ dt
1 t

1
= ˛x>0
x
1 1 1
b. Jika u = f (x) > 0 maka Dx ln u = Dxu sehingga Dx ln |x| = ¿ x ∨¿ ¿ x ∨ ¿ ¿ ¿ = , x ≠ 0
u x x
1 1
c. ∫ dx = ln |x| + C , x ≠ 0 dan ∫ du = ln u + C, u = f(x) ≠ 0
x u

Latihan :

1. Tentukan integral berikut

36
2. Buktikan

Teorema :

Jika a dan b bilangan – bilangan positif dan r sebuah


bilangan rasional, maka

Latihan :

dy
Carilah , jika
dx

Daerah asal fungsi ln adalah interval (0,∞ ¿. Kita juga mendapati bahwa Dx ln x =
1 2 1 −1
> 0 , jika x > 0 dan D ln x = Dx = <0, jika x >0, Ini berarti grafik fungsi ln naik dan
x x x x2
cekung ke atas pada daerah asalnya. Dapat ditunjukan bahwa

Sehingga grafik fungsi ln tidak mempunyai asimtot datar dan mempunyai asimtot tegak x =
0. Karena ln 1=0, maka itu berarti grafik y=ln x pada titik (1,0). Selanjutnya kita dapat
menggambarkan grafik y = ln x seperti berikut ini:

Fungsi eksponen asli

Fungsi ln monoton naik pada daerah asalnya sehingga fungsi balikannya dijamin ada.
37
Definisi :

Balikan fungsi ln disebut eksponen asli dan dinyatakan dengan exp dan didefinisikan
dengan y = exp x ⇔ y = ln x

Karena exp adalah invers dari fungsi ln, maka exp (ln x) = x, x > 0 dan ln (exp y)
= y, y ∈ R. Daerah hasil ln adalah (-∞ , ∞ ¿ sehingga daerah asal fungsi exp adalah (-
∞ , ∞ ¿. Grafik y =exp(x) dapat diperoleh dengan mencerminkan grafik y = ln x pada garis
y = x seperti ditunjukan oleh ilustrasi berikut:

Definisi

Huruf e menyatakan bilangan rill positif yang unik demikian sehingga nilai ln e = 1

Karena ln e = 1 maka exp (1) = exp(ln1)=1. Bilangan e adalah bilangan irasional


sehingga tiak bisa dinyatakan dalam bentuk decimal berulang, e≈2,17182818284590465.
Jika r rasionak, maka ey=exp(ln ey)=exp(r ln e)=exp(r). Selanjutnya disepkati bahwa
ex=exp(x), untuk setiap x∈ R sehingga eln x = exp(ln x)= x untuk x > 0 dan ln(ey) = y,
untuk setiap y ∈ R

Latihan:

Buat sketsa grafik y = ex, y = e-x dan y = - ex dalam sistem koordinat yang sama

Teorema :

ea
Misal a dan b dua bilangan rill, maka ea eb = ea+b dan b = e
a-b
e

Latihan :

dy
Carilah , jika : a. y = ex ln x b. ey=ln(x3+y)
dx
38
1
Misal y = ex , maka ln y = x ⟺ D y = 1 sehingga Dxex = ex, jika u = f (x) dapat
y x
diturunkan, maka Dxeu = euDxu. Diperoleh ∫ exdx = e x +C dan ∫eudu = eu +C

Latihan:

Tentukan integral berikut:

Tutorial

ln x
1. Misal f (x) =
1+ ln x
a. Jika diperlukan batasilah daerah asal f agar memiliki fungsi balikan tepi tetap
mempertahankan daerah hasil seluas mungkin.
b. Tentukan daerah asal fungsi balikannya dan carilah rumus untuk fungsi tersebut.
dy
2. Tentukan
dx

3. Hitung

Fungsi Balikan Trigonometri

Indikator Pencapaian Hasil Belajar

39
Mahasiswa menunjukan kemampuan dalam :

1. Memahami definisi fungsi – fungsi balikan trigonometri


2. Menentukan turunan dan integral yang melibatkan fungsi balikan trigonometri

Materi Ajar

Fungsi Balikan Trigonometri

Fungsi Sinus bukan fungsi satu-satu pada daerah asalnya tetapi satu-satu pada selang-
π π
selang [- + kπ , +kπ], k = ± 0 ,± 1 , ±2 , … Dengan demikian daerah asal fungsi Sinus
2 2
harus dibatasi agar memiliki fungsi balikan. Definisi fungsi balikan dari fungsi Sinus
π π
dibuat dengan membatasi daerah asal fungsi Sinus pada selang [- , ]
2 2

Definisi :

π π
Balikan dari fungsi Sinus didefinisikan dengan x = sin -1 y ⟺ y=sin x untuk− ≤ x ≤
2 2

−π π
Fungsi y = sin-1 x = arcsin x arcsin memiliki daerah asal [-1,1] dan daerah hasil [ , ]
2 2

Fungsi Kosinus bukan fungsi satu-satu pada daerah asalnya tetapi satu-satu pada
selang-selang [kπ , ( k +1 ) , k =± 0 ,± 1 ,± 2 , … Dengan demikian daerah asal fungsi Kosinus
harus dibatasi agar memiliki fungsi balikan. Definisi fungsi balikan dari fungsi Kosinus
dibuat dengan membatasi daerah asal fungsi Kosinus pada selang [0,π]

Definisi:

Balikan dari fungsi Kosinus didefinisikan dengan x=cos-1 y⟺y=cos x untuk 0≤ x ≤ π

40
Fungsi y=cos-1 x= arccosx memiliki daerah asal [-1,1] dan daerah hasil [0,π]

Fungsi Tangen bukan fungsi satu-satu pada daerah asalnya tetapi satu-satu pada selang-
π π
selang [- + kπ , +kπ], k = ± 0 ,± 1 , ±2 , … Dengan demikian daerah asal fungsi Sinus
2 2
harus dibatasi agar memiliki fungsi balikan. Definisi fungsi balikan dari fungsi Tangen
π π
dibuat dengan membatasi daerah asal fungsi Tangen pada selang [- , ]
2 2

Definisi :

Balikan dari fungsi Tangen didefinisikan dengan x = tan -1 y


π π
⟺ y=tan x untuk − ≤ x ≤
2 2

−π π
Fungsi y = tan-1 x= arctan x memiliki daerah asal (−∞ , ∞ ¿ dan daerah hasil ( , ¿
2 2

Fungsi secan bukan fungsi satu-satu pada daerah asalnya tetapi satu-satu pada
π π
( ]
selang-selang [k π , + kπ ¿∪ +kπ , ( k + 1 ) π , k=±0 , ± 1, ± 2 ,… Dengan demikian
2 2
daerah asal fungsi Secan dibatasi agar memiliki fungsi balikan. Definisi fungsi balikan

41
dari fungsi Secan dibuat dengan membatasi daerah asal fungsi Secan pada selang [0,
π
¿∪¿
2

Definisi :

Balikan dari fungsi Secan didefinisikan dengan x=sec -1 y


π π
⟺ y sec x untuk 0 ≤ x atau < x ≤1
2 2

π
Fungsi y = sec-1x = arcsecx memiliki daerah asal (−∞ ,−1 ¿ ∪¿ dan daerah hasil [0, ¿ ∪ ¿
2

Latihan :

1. Hitung :
a. Sin-1(√ 2/2) b. cos-1(-1/2) c. sin-1(sin3π/2) d. tan-1(-√ 3) e. sec-1(-1)
f. tan-1(tan52,36)

1
2. Bukikan bahwa sec-1(y) = cos-1( )
y
Kesamaan-kesamaan berikut berguna untuk mencari turunan dan fungsi invers
trigonometri

Untuk membantu mengingat kesamaan-kesamaan di atas, gunakan segitiga-segitiga


berikut

42
Latihan :

Buktikan sin(cos-1x) = √ 1−x 2

Rumus Turunan Fungsi Invers Trigonometri sebagai berikut:

Latihan :

Rumus integral diberikan sebagai berikut :

43
Latihan :

Tentukan integral berikut :

Tutorial

dy
1. Tentukan
dx
1 2 x
a. y = x csc-1 b. y = cot-1( )+ tan -1( )
x x 2
2. Tentukan integral berikut

3. Buktikan

44
Fungsi Hiperbolis dan Balikan Hiporbolis

Indikator Pencapaian Hasil Belajar

Mahasiswa menunjukkan kemampuan dalam :

1. Memahami definisi fungsi hiperbolis

2. Menentukan turunan dan integral yang berkaitan dengan fungsi hiperbolis

3. Memahami definisi fungsi balikan hiperbolis

4. Menentukan turunan dan integral yang melibatkan balikan fungsi hiperbolis

Materi Ajar

Kombinasi tertentu dari fungsi ex dan e-x sering muncul dalam matematika dan
aplikasinya sehingga layak diberi nama khusus.

Fungsi Hiperbola

Definisi:

Fungsi Sinus Hiperbola, Kosinus Hiperbola dan empat fungsi lainnya didefinisikan
sebagai berikut

Daerah asal fungsi sinh adalah R dan daerah hasilnya R,sementara fungsi cosh
memiliki daerah asal R dan daerah hasil [1,∞ ¿, fungsi tanh memiliki daerah asal R dan
daerah hasil (-1,1), fungsi sech memiliki daerah asal R dan daerah hasil (0,1]

Dalam banyak hal fungsi hiperbolik mirip dengan fungsi trigonometrik dan
mereka mempunyai hubungan terhadap hiperbola mirip seperti fungsi trigonometri
terhadap lingkaran. Oleh karena itu mereka disebut fungsi hiperbolik dan masingmasing
disebut fungsi sinus hiperbolik dan cosinus hiperbolik. Hal tersebut dapat dilihat pada
pembahasan berikut ini

45
Fungsi-fungsi hiperbolik memiliki sejumlah kesamaan yang serupa dengan
kesamaan trigonometri yang telah kita kenal. Buktinya diserahkan sebagai latihan.

Persamaan parametric x = cost dan y = sin t mendeskripsikan lingkaran satuan x2+y2 = 1,


sementara persamaan parametric x = cosh t dan y sinh t mendeskripsikan hiperbola stuan
x2 – y2 = 1.

Selanjutnya turunan fungsi hiperbolik ternyata memiliki turunan yang mirip


dengan turunan fungsi trigonometri. Rumus turunan diperoleh langsung dari definisi
fungsi – fungsi hiperbolik. Buktinya diserahkan sebagai latihan.

Turunan Fungsi Hiperbolik

Dengan memanfaatkan turunan kita bisa memperoleh gambar grafik fungsi-fungsi


hiperbolik seperti berikut :

46
Dengan meningat rumus turunan fungsi-fungsi hiperbolik selanjutnya diperoleh
rumus integral sebagai berikut:

Latihan

Fungsi Hiperbola Invers

Fungsi sinhdan tanhadalah fungsi satu-satu pada daerah asalnya sehingga


memiliki fungsi balikan dilambangkan dengan sinh-1 dan tanh-1. Fungsi cosh dan fungsi
sech bukan fungsi satu-satu pada daerah asalnya tapi satu-satu pada (0,∞ ¿. Fungsi cosh-1
dan fungsi sech-1 didefinisikan sebagai fungsi invers dari fungsi yang dibatasi ini

47
Definisi :

Balikan dari fungsi sinh didefinisikan dengan x = sinh-1 y ⟺ y = sinh x untuk −∞< x <∞

Balikan dari fungsi tanh didefinisikan dengan x = tanh-1 y ⟺ y = tanh x untuk


−∞< x <∞

Balikan dari fungsi cosh didefinisikan dengan x = cosh-1 y ⟺ y = cosh x untuk 0 ≤ x< ∞

Balikan dari fungsi sech didefinisikan dengan x = sech-1 y ⟺ y = sech x untuk 0 ≤ x< ∞

Dari pendefinisian tersebut kita dapat menentukan daerah asal dan daerah hasil
fungsi-fungsi hiperbola invers. Fungsi sinh-1 memiliki daerah asal R dan daerah hasil R,
fungsi cosh-1 memiliki daerah asal [1,∞ ¿ dan daerah hasil [0,∞), fungsi tanh-1 memiliki
daerah asal (-1,1) dan daerah hasil R sementara fungsi sech-1 memiliki daerah asal (0,1]
dan daerah hasil [0,∞), selanjutnyagrafik fungsi invers hiperbolik adalah sebagai berikut:

Karena fungsi hiperbolik didefinisikan dalam kombinasi fungsi eskponensial


maka masuk akal jika balikan fungsi hiperbola dapat dinyatakan dalam bentuk logaritma,
seperti berikut ini .

48
Sebagai contoh berikut akan dibuktikan sinh-1 x = ln(x+√ x 2+1 ¿ ¿, x bilangan rill.
1
Misal y = sinh-1 x maka x = sinh y = (ey – e-y), sehingga
2

Jadi

Selanjutnya, mengingat daerah definisi fungsi ln adalah (0,∞) dan x = √ x 2< √ x 2 +1


untuk setiap x ∈ R, maka yang memenuhi adalah y = ln(x+√ x 2+1)

Rumus turunan untuk fungsi hiperbolis dapat diturunkan dari pengertian invers
dan kesamaan fungsi hiperbolik atau dari bentuk logaritma fungsi hiperbolis tersebut.

dy
Maka sinh y = x. Dengan menurunkan kedua ruas persamaan diperoleh cosh y =1.
dx

Karena cosh2 y – sinh2 y = 1 dan cosh y≥ 0, diperoleh y = √ 1+sinh 2 y sehingga

49
Kita juga dapat membuktikan turunan fungsi
hiperbolik balikan tersebut dengan memanfaatkan kesamaan sinh-1 x = ln(x+√ x 2+1),
yakni sebagai berikut

Latihan :

dy
Carilah :
dx

Tutorial

dy
1. Tentukan
dx

2. Tentukan integral berikut

3. Buktikan

50
Fungsi Transenden (6.4-6.6)

6.4. Fungsi Eksponen dan Logaritma Umum

Definisi: Fungsi eksponen umum didefinisikaan melalui fungsi eksponen dan logaritma
umum asli sebagai

ax=ex ln a, a>0

Akibatnya diperoleh: ln ax = ln(ex ln a)= x ln a

Sifat-Sifat fungsi eksponen umum:

Jika a > 0,b > 0 dan x,y ∈ R, maka

i) ax ay = ax+y
ax
ii) = ax-y
ay
iii) (ax)y = axy
iv) (ab)x = axbx
a ax
v) ( )x = x
b b

Turunan dan Integral Fungsi Eksponen Umum:

y = ax = ex ⇒ y’ = ln a ex ln a = ax ln a

Jadi

51
Jadi y monoton turun bila 0 < a < 1 dan monoton naik bila a > 1. Akibatnya fungsi
eksponen umum mempunyai fungsi invers, yang disebut fungsi logaritma terhadap basis
a.

Definisi: Jika a > 0 dan a ≠ 1 maka y = a log x ⟺ x = ay. Khusunya jika a = e maka elog
x = ln x.

Hubungan antara fungsi eksponen dan logaritma umum dengan fungsi eksponen dan
logaritma asli

dan

Karena a log x dan ax selalu dapat dinyatakan dalam ln x dan ex maka semua sifat yang
dimiliki oleh ln x dan ex juga berlaku pada a log x dan ax

Turunan fungsi logaritma umum

Contoh-contoh: Tentukanlah

52
6.5. Penggunaan Fungsi Eksponen dan Logaritma

Turunan fungsi berpangkat fungsi yang sudah dipelajari:

y = xa ⇒ y’ = axx-1

y = ax ⇒ y’ = ax ln a

Pertanyaan: y = xx ⇒ = y’ = ???

Jawab

Cara 1: y = xx = ex ln x

dy d 1
= ex ln x ( x ln x) = ex ln x (ln x + x )
dx dx x

y’ = xx (ln x + 1) = xx + xx ln x.

Cara 2: y = xx ⇒ ln y = ln xx = x ln x

d d
ln y = (x ln x)
dx dx

y'
= ln x + 1
y

⇒ y’ = y (ln x + 1) = xx (ln x + 1) = xx + xx ln x

Contoh soal:

1) Tentukan persamaan garis singgung kurva y = xsin x di titik (1,1)


2) Tentukan y’ bila y =(x2 + 1)ln x

Pertumbuhan dan peluruhan eksponensial

Contoh 1) Misalkan dari data sensus penduduk tahun 2000 diketahui bahwa jumlah
penduduk di suatu daerah adalah 10 juta jiwa, perkirakan jumlah penduduk
pada tahun 2015

53
Penyelesaian:

Misalkan y = f(t) menyatakan jumlah penduduk pada tahun ke – t maka kecepatan


pertumbuhan penduduk bergantung pada jumlah penduduk saat itu dengan konstanta
kecepatan pertumbuhan k. Situasi tersebut dapat dirumuskan sebagai

Pada tahun 2015 jumlah penduduk adalah

y = 107 ek(2015-2000) = 107 e15k

Biasanya k diberikan. Berdasarkan sejarah, k = 0,019, sehiingga pada tahun


2015 jumlah penduduk tahun 2000?

54
Jadi dakam waktu 36 tahun jumkah penduduk telah berlipat dua. Perhatikan
bahwa

Disebut waktu pengganda.

Contoh 2) Misalkan jumlah bakteri dalam suatu kultur yang tumbuh dengan cepat kira-
kira 10.000 pada tengah hari. Jika dalam waktu 2 jam jumlah bakteri menjadi
40.000, perkirakan banyaknya bakteri dalam kultur tersebut pada pukul 17.00.

Contoh 3) Karbon 14 meluruh dengan laju yang sebanding dengan banyaknya karbon 14
yang ada. Setengah umurnya adalah 5730. Apabila pada awalnya terdapat 10
gram karbon 14, berapakah zat yang tersisa setelah 2000 tahun?

Menghitung limit berbentuk 0∞ , ∞0, dan 1∞

Contoh: Tentukan nilai limit-limit berikut

55
6.6. Fungsi Invers Trigonometri

f(x) = sin x

Agar fungsi sin x memiliki invers, daerah asalnya dibatasi, yaitu

f (x) = cos x

Agar fungsi cos x memiliki invers, daerah asalnya dibatasi, yaitu


56
f(x) = cos x, 0 ≤ x ≤ π

y = arccos x

DAFTAR PUSTAKA
Tim Matematika ITERA 18 Agustus, 2019 “Matematika Dasar 1B Submodul 5: Aplikasi
Turunan”

DAFTAR PUSTAKA
57
Sudrajat, Asep, Prestasi Matematika 2 (Ganeca Axact: Bandung. 2000)
http://rumus-mtk.blogspot.com/2012/05/turunan-fungsi-aljabar.html (diakses
pada

tanggal 13 desember 2021 pukul 13.40)


http://pintardenganmatematika.wordpress.com/2011/11/25/turunan-fungsi-aljabar.html

(diakses pada tanggal 13 desember 2021 pukul 14.06)


http://kuskuskom.blogspot.com/2012/10/makalah-matematika-
turunan-dasar.html (diakses pada tanggal 13 desember 2021 pukul
14.16)
http://alfysta.files.wordpress.com/2012/12/bahan-ajar-turuna-fungsi-aljabar.pdf 
(diakses
 pada tanggal 13 desember 20211 pukul 14.31)

Kak Efira MT Saintek. Konsep Limit Fungsi Aljabar dan Sifat-sifatnya | Matematika Kelas 11.
Ruangguru.com. Published 2021. Accessed December 21, 2021.
https://www.ruangguru.com/blog/konsep-limit-fungsi-aljabar-dan-sifat-sifatnya

‌1.

Markosiagian826. Limit Fungsi Aljabar. dokumen.tips. Published October 8, 2015. Accessed


December 21, 2021. https://dokumen.tips/documents/limit-fungsi-aljabar-5616b0fa28f5b.html

‌ ini. Aplikasi Integral Tentu. Published Friday. 8:42 pm. 12 Febuari 2016.
D
http://diniiarr.blogspot.com/2016/02/aplikasi-integral-tentu-pada-fisika.html

123dok. Bab iv. Fungsi Transenden – Bab 6 Fungsi Transenden

https://123dok.com/document/yrkg03oz-bab-vi-fungsi-transenden-bab-fungsi-transenden.html

58

Anda mungkin juga menyukai