Akulturasi Budaya Arab, Persia Dan Yunani-Kelompok 12
Akulturasi Budaya Arab, Persia Dan Yunani-Kelompok 12
Akulturasi Budaya Arab, Persia Dan Yunani-Kelompok 12
MAKALAH
Diajukan guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebudayaan Arab yang Diampu oleh
Oleh
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan
syukur mari kita panjatkan kehadirat-Nya yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Akulturasi Kebudayaan Arab,
Persia dan Yunani. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi dan
dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kebudayaan Arab. Kami
berharap, semoga makalah ini menarik dan dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Kami memohon maaf, apabila terdapat kesalahan baik penulisan maupun isi. Kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II..............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
A. Pengertian Akulturasi Budaya...........................................................................................2
B. Akulturasi Budaya Arab dan Persia..................................................................................3
C. Akulturasi Budaya Arab dan Yunani................................................................................8
BAB III...........................................................................................................................................12
PENUTUP......................................................................................................................................12
SIMPULAN...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam datang kepada Bangsa Arab yang ketika itu merupakan bangsa yang
terbelakang jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya. Kelahiran Nabi
Muhammad SAW pada abad ke-6 masehi menjadi babak sejarah baru bangsa
Arab secara utuh dan signifikan. Peperangan yang dilakukan bangsa Arab
sebelum masuknya Islam hanya peperangan antar suku, mereka tidak
memperdulikan wilayah lain selama mereka merasa aman. Atas dasar dorongan
menyebarkan agama Islam, bangsa Arab kemudian mensistematisasikan diri
mereka dalam sebuah kesatuan dan tidak terpisah dalam klan-klan tertentu.
Terjadinya ekspansi besar-besaran yang dilakukan oleh bangsa Arab
terutama kaum muslimin menjadikan mereka mengenal budaya lain. Hal ini
yang menjadi awal adanya kulturasi atau percampuran antara budaya Arab
dengan budaya dari bangsa lain. Selain itu, kebutuhan dan keingainan terhadap
intelektual menjadikan umat Islam mengadakan penerjemahan besar-besaran.
Mereka menerjemahkan buku, tulisan dari berbagai cabang keilmuan dan
memolesnya dengan suasana Islami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akulturasi budaya?
2. Bagaimana latarbelakang dan proses akulturasi antara Arab dan Persia?
3. Bagaimana latarbelakang dan proses akulturasi Arab dan Yunani?
C. Tujuan
Makalah dan materi ini disusun agar pembaca mengetahui dan dapat memahami
mengenai akulturasi kebudayaan yang terjadi antara bangsa Arab dengan
bangsa lainnya terutama Persia dan Yunani.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Melalui proses sosialisasi
dan pendidikan pola-pola budaya ditanamkan ke dalam system syaraf manusia
dan menjadi kepribadian dan perilaku masing-masing indivdu. Proses belajar
ini menjadikan manusia harus berinteraksi dengan manusia yang lain dari
anggota budaya lainnya yang juga memiliki pola-pola komunikasi serupa.
Proses memperoleh pola-pola demikian oleh individu-individu itu disebut
enkulturasi. Proses enkulturasi sendiri mempunyai pengertian proses belajar
dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap adat istiadat, system,
norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam kebudayaan seseorang
(Koentjaraningrat, 2003 : 145).
3
membangun jaringan pos dan mata uang tunggal sebagai pemersatu Persia.
Raja-raja Persia umumnya memiliki istana di berbagai tempat dan gaya
banguannya tidak jauh berbeda dengan bangunan bangsa Asina.
2
Allopaciono Desselea dkk, Kebudayaan Persia, diakses dari:
https://senirupasmasa.wordpress.com//2013/10/08/kebudayaan-persia/ pada 20 April 2020 pukul 19.28
4
Irak dan Iran (Persia) yang merupakan pusat kebudayaan Persia, berhasil
dikuasai. Islam juga mampu menaklukan kebudayaan Yunani dan Romawi
yang berada do Syiria, Palestina, Mesir, dan Alexandria.
Keberhasilan islam melakukan ekspansi, membuat kebudayaan Arab islami
sebagai “kiblat” bagi kebudyaan Romawi, Yunani, Persia, India dan Cina.
Namun demikian, tetap saja terjadi persaingan antar kebudayaan, bahkan
sempat mempengaruhi kebudayaan islam. Pada masa khlafaurrassyidin,
kebudayaan Arab masih terjaga dengan baik dan tidak terpengaruh. Strategi
yang digunakan pada waktu itu adalah tidak mengadopsi sistem atau peraturan
yang berasal dari budaya lain. Kecuali dalm kasus-kasus tertentu dan dalam
keadaan darurat, atas dasar inilah Khalifah ‘Umar r.a. menerapkam sistem
kesekretariatan negara yang diadopsi dari budaya Persia.3
Ketika Bani ‘Abbas berhasil menduduki kursi kekhalifahan yang didukung
penuh oleh orang-orang Persia, makaesempatan budaya asing –terutma budaya
Persia—masuk ke dalam budaya islam semakin terbuka lebar. Kebudayaan
Persia masuk dengan bebas seperti air yang mengalir tanpa ada bendungan,
hingga akhirnya terjadi akulturasi budaya antara kebudayaan Arab dan Persia.
Percampuran budaya ini melahirkan budaya baru yang berbeda sama sekali
dengan budaya asalnya.
Belum genap 80 tahun sejak keruntuhan Dinasti Umayyah, gerakan
penerjemhan Arab telah berhasil melakukan transforasi budaya karena hampir
sebgian besar ilmu-imu Persia dan Yunani telah diserap oleh bangsa Arab. Hal
ini memicu para pemikir Arab menuis sejumlah karya ilmiah dalam berbagai
disiplin ilmu. Tujuannya adalah mengenalkan pemikiran rasional pada dunia
islam. Dengan demikian, terbentanglah jalan untuk mengembangkan pemikiran
isam oleh generasi berikutnya.
5
islam ke negeri Persia memberikan warna lainpada bdaya kaum muslimin.
Bangsa Iran terbiasa menulis apa-apa yng mereka ketahui dan mengembangkan
setiap cabang ilmu. Sebagai bagian dari kaum musimin, bangsa Iran
mempelajari bahasa Arab, dan setelah meguasainya mereka mengebngkan
bahasa tersebut. Maqoddasi, pakar Geografi abad ke-4 menuturkan bahwa
dalam perjalanannya ke berbagai negeri Islam dia menyaksikan penduduk
Khurasan, kawasan timur laut Iran, yang sangat fasih berbicara dengan bahasa
Arab.
Al-Kitab yang merupakan salah satu karya besar dalam bidang sharaf dan
nahwu yang bahkan hingga kini menjadi salah satu buku rujukan utama para
akar bahasa Arab, ditulis oleh Sibawaih, yang ternyaata berasal dari Iran. Sejak
abad-abad pertama hijriyah, banyak kata-kata Persia yang masuk ke dalam
bahasa arab, dan sebaliknya, banyak ungkapan bahasa Arab yang masuk ke
dalam bahasa Persia.4
a. Cara Langsung
Cara langsung yaitu melalui interaksi dn pergaulan, sebagaimana dua budaya
yang berbeda kumpul dalam satu lungkunga atau sebagaiana orang Arab
menikah dengan orang Persia. Cara yang oertamabiasanya berhsil dengan
sempurna melalui interaksi degan hal-hal yang bersifat indrawi, seperti bahasa,
musik, nyanyian, adat, tradisi, dan lain sebagainya. Hal-hal seperti ini biasanya
mudah diterima serta tidak memerluan penalaran yang logis atau enafsiran
agama.
4
Agus Hidayatullah dkk, Sekilas Tentang Bangsa Persia, diakses dari:
https://kajiantimurtengah.wordpress.com/200/12/06/sekla-tentang-bangsa-perisi/ pada 20 April 2020,
pukul 20.42
6
kajian ilmiyah yang intens. Karena itu, pencampuran budaya dari dua agama
yangerbeda membutuhkan penafsiran dan enjelasan dari syari’at islam.5
7
untu mempengaruhi penguasa, bahkan menduduki posisi-posisi penting, baik
sipil maupun militer di negara tersebut.
c. Bidang Sosial
Sebagian besar kehidupan sosial pada masa dinasti ‘Abbasiyah diwarnai
dengan budaya Persia yang sangat kentl. Mereka meniru aturan-aturan dalam
berrganisasi. Dalam setiap organisasi atau majlis pengajian, biasanya dilengkapi
dengan selingan nyanyian, senda gurau, dan sebagainya. Sebgai contoh, al-Hadi
senang mendengarkan musik dan sering mengundang para biduan. Hharun ar-
Rasyid terenl memiliki hobi mendengarkan nyanyian daninstrumen musik,
menghabiskan dana besar untuk memberikan hadiah epada para penyanyi dan
pemusik.
Hal lainnya adalah digandrunginya model-model pakaian budaya Persia di
ingkungan istana bani ‘Abbas. Hal ini ditegaskan oleh Fund Crimer bahwa
pengaruhbudaya Persia di istana para khalifah mencapai puncaknya pada masa
kekuasaan khalifah al-Hadi, ar-Rasyid, dan al-Ma’mun. Kenyataan demikian
dibuktikan dengan dijadikannya busana-busana Persia sebagai pkaian resmi
negara. Bahkan Abu Ja’far al-Manshur mengharuskan pemakaian qalnsuwah
(topi itam yangberbentuk kerucut panjang) pada acra-acara formal.
Diadakannya perayaan tahn baru Neiruz juga merupakan penyerapan budaya
Persia yang empt ditiadakan emudian diadakan kembali pada masa bani
‘Abbas.8
8
Ibid, hlm. 84
8
terelaborasi dalam proses helenisasi yang diepidemika oleh Alexander Agung.
Terjadi proes helenisme Yunani-Romawi yang artinya semua pemikiran filsafat
Yunani yang ada pada masa Romawi. Fase ini membaur degan pemikiran
Romawi di Barat dan pemikiran Timur yang ada di Mesir dan Syiria. 9Stanton
mencatat bahwa pertama kali terjadinya persentuhan antara budaya Arab
dengan Yunani terjadi pada saat penaklukan Damaskus dan awal
pembangunannya menjadi ibu kota propinsi Syiria hingga kemudian menjadi
ibu kota Dinasti Umayyah. Penaklukan kota Damaksus selain menjadi awal
mula terjadinya kontak intelektual Islam dengan Yunani juga menandai awal
dari kebangkitan sejarah umat Islam, sebagai akibat dari kontak intelektual
tersebut. Islam sebagai sebuah peradaban yang lahir dari rahim bangsa Arab
pada dasarnya tidak memiliki tradisi belajar yang dapat diwariskan kepada
negeri dan bangsa yang berhasil mereka taklukkan. Maka, yang terjadi
kemudian adalah si penakluk (Islam) justru belajar dan menjadi murid yang
baik dari bangsa-bangsa yang mereka taklukkan semacam bangsa Persia, Irak,
Yunani serta banyak lagi. Karena itu, ketika kita berbicara tentang ‘kedokteran
Arab’, ‘filsafat Arab’ atau ‘matematika Arab’, kita tidak sedang berbicara
tentang kedokteran, filsafat dan matematika yang pure merupakan hasil pikir
orang Arab, tetapi kita sedang berbicara tentang pengetahuan yang ditulis
dalam buku-buku berbahasa Arab yang ditulis oleh orang-orang yang terdiri
dari bangsa Persia, Mesir atau Arab baik itu ia beragama Islam, Kristen,
maupun Yahudi. Sedangkan sumber-sumber dari pengetahuan tersebut mereka
adopsi melalui aktivitas penerjemahan dari buku-buku berbahasa Yunani,
Suryani, IndoPersia dan sumber-sumber lain. Karya-karya yang diterjemahkan
dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, seperti buku kedokteran Yunani
karya Galen (wafat 200 M), matematika, dan ilmu pengetahuan gabungan karya
Euclides (wafat 300 SM), yakni Element dan Almagest, yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab menjadi al Majisthi, serta karya Claudius Ptolemeus (wafat
168 M). Salah satu penerjemah pertama dari bahasa Yunani ke dalam bahasa
Arab adalah Abu Yahya Ibn al- Bathriq (wafat 806 M) yang menerjemahkan
karya-karya Galen dan Hipokrates (wafat 436 SM) untuk Khalifah al-Manshur.
9
Stanton, Charles Michael. 1994. Pendidikan Tinggi dalam Islam, terj. H. Afandi dan Hasan Asari. Jakarta:
Logos Publishing House.
9
Dia juga menerjemahkan Quadripartitum karya Ptolemeus untuk
khalifah Dinasti Abbasiyah lainnya.
10
Ibn Sina sering dikelompokkan sebagai filosof Peripatetik, namun ia tak segan-
segan mengeritik pandangan Aristoteles, kalau dirasa tidak cocok dan
menggantikannya dengan yang lebih baik.
c. Adalah adanya perkembangan yang unik dalam filsafat Islam, akibat dari interaksi
antara Islam, sebagai agama, dan filsafat Yunani. Akibatnya para filosof Muslim
telah mengembangkan beberapa isu filsafat yang tidak pernah dikembangkan oleh
para filosof Yunani sebelumnya, seperti filsafat kenabian, mikraj dan sebagainya.
Kontak intelektual umat Islam dengan warisan Hellenistik pada taraf tertentu telah
menginspirasi perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh umat Islam pada
abad pertengahan. Dari sekian banyak warisan yang ditinggalkan oleh Yunani,
nyaris seluruh disiplin pengetahuan yang diwariskan oleh peradaban Yunani ke
tangan ilmuwan-ilmuwan Nestorian diadopsi oleh ilmuwan Muslim. Kecuali
beberapa seperti misalnya karya-karya retorika, puisi-puisi Yunani, romance dan
tragedi, komedi atau literatur sejarah, sebab dianggap tidak memiliki manfaat
praktis yang mendesak bagi mereka. Buku-buku dan tulisan yang ditulis oleh para
ulama pada masa Bani Abbas sangat berbeda dengan tulisan para ahli fiqh sebelum
masa itu.
11
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Peradaban Persia adalah bentuk keudayaan besar dunia yang nampak sejak 3000
tahun yang lalu. Peraaban ini tumbuh di sekitar Iran. Peradaban Persia bersentuhan dengan
Arab bermula ketika Salman Al-Farisi masuk islam, seorang yang mengusulkan
pembuatan parit kepada Rasulullah SAW. Pada perang Khandaq tahun ke-5 hijriyah.
Ketika Bani ‘Abbas berhasil menduduki kursi kekhalifahan yang didukung penuh oleh
orang-orang Persia, maka kesempatan budaya asing –terutma budaya Persia—masuk ke
dalam budaya islam semakin terbuka lebar. Kebudayaan Persia masuk dengan bebas
seperti air yang mengalir tanpa ada bendungan, hingga akhirnya terjadi akulturasi budaya
antara kebudayaan Arab dan Persia. Percampuran budaya ini melahirkan budaya baru yang
berbeda sama sekali dengan budaya asalnya. Akulturasi budaya antara Persia dan Arab
menyisakan beberapa pengaruh, diantaranya dibidang bahasa dan kesusastraan, politik dan
juga sosial. Menjadi toggak keilmuan dunia terutama di Barat, Yunani menjadi peradaban
maju di bidang intelektual dengan segala keilmuan yang dikembangkan. Hal ini yng
membuat bangsa Arab terutama umat muslim ingin mempelajari keilmuan-keilmuan
Yunani yang sekiranya dapat bermanfaat bagi umat. Penejemahan besar-besaran yang
dilakukan kaum muslimin pada masa Daulah Abbasiyah menjadi latar belakang
percampuran budaya Arab dan Yunani.
12
DAFTAR PUSTAKA
Stanton, Charles Michael. 1994. Pendidikan Tinggi dalam Islam, terj. H. Afandi
dan Hasan Asari. Jakarta: Logos Publishing House.
Abdus Salam, Ahmad Nahrawi. 2008. Ensiklopedia Imam Syafii: Biografi dan
Pemikiran Madzhab Fiqih Terbesar Sepanjang Masa. Jakarta: PT. Mizan Publika
13