Laporan Pendahuluan Anemia Aplastik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN ANEMIA APLASTIK

Oleh :

Komang Ayu Trisna Oktaviani (2114901106)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022
BAB I
TINJAUAN TEORI ANEMIA APLASTIK

A. KONSEP ANEMIA APLASTIK


1. Pengertian

Anemia aplastik adalah penyakit yang disebabkan terhentinya pembuatan sel


darah oleh sum-sum tulang (kerusakan sumsum tulang) (Sylvia,2005). Anemia
aplastik adalah keadaan yang disebabkan berkurangnya sel hematopoetik dalam darah
tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit sebagai akibat terhentinya pembentukan
sel hematopoetik dalam sumsum tulang (Arif,2005).

2. Etiologi 
Penyebab hampir sebagian besar kasus anemia aplastik bersifat idiopatik
dimana penyebabnya masih belum dapat dipastikan. Namun ada faktor-faktor yang di
duga dapat memicu terjadinya penyakit anemia aplastik ini. Faktor-faktor penyebab
yang dimaksud antara lain :
a. Faktor kongenital (genetik)
Sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali,
strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.

b. Zat Kimia
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis obat berlebihan.
Zat-zat kimia yang sering menjadi penyebab anemia aplastik misalnya benzen,
arsen, insektisida, dan lain-lain. Zat-zat kimia tersebut biasanya terhirup ataupun
terkena (secara kontak kulit) pada seseorang.

c. Obat-obatan
Obat seperti kloramfenikol diduga dapat menyebabkan anemia aplastik. America
edical Association juga telah membuat daftar obat-obat yang dapat menimbulkan
anemia aplastik. Obat-obat yang dimaksud antara lain Azathioprine,
Karbamazepine, Kloramfenikol, Ethosuksimide, Indomethasin, Imunoglobulin
limfosit, Penisilamine, Probenesid, Quinacrine, Obat-obat sulfonamide,
Sulfonilurea, Obat-obat thiazide, Trimethadione.

d. Radiasi
Radiasi dianggap penyebab enemia aplastik karena dapat mengakibatkan kerusakan
pada sel induk atau lingkungan sel induk. Contoh radiasi yang dimaksud adalah
pajanan sinar X yang berlebihan, paparan oleh radiasi berenergi tinggi ataupun
sedang yang berlangsung lama dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang akut
dan kronis sehingga terjadi anemia aplastik.

e. Kelainan Imunologik
Zat anti terhadap sel-sel hemopoetik dan lingkungan mikro dapat menyebabkan
anemia aplastik.
(Mansjoer, 2005).

3. Klasifikasi
Tabel 3.1. Klasifikasi Anemia Aplastik
Anemia Aplastik  Seluraritas sumsum tulang <25% atau 25-50% dengan
Berat <30% sel hematopoietik residu, dan
 Dua dari tiga kriteria berikut :
- netrofil < 0,5x109/l
- trombosit <20x109 /l
- retikulosit < 20x109 /l

Anemia Aplastik Sama seperti anemia aplastik berat kecuali netrofil


Sangat Berat <0,2x109/l

Anemia Aplastik Pasien yang tidak memenuhi kriteria anemia aplastik berat
Bukan Berat atau sangat berat; dengan sumsum tulang yang hiposelular
dan memenuhi dua dari tiga kriteria berikut :

- netrofil < 1,5x109/l


- trombosit < 100x109/l
- hemoglobin <10 g/dl

4. Patofisiologi
Penyebab anemia aplastik adalah faktor kongenital, faktor didapat antara lain :
bahan kimia, obat, radiasi, imunologik. Apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda
hipoplasia muncul, maka depresi sumsum tulang akan berkembang sampai titik dimana
terjadi kegagalan sempurna dan ireversibel. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel
stem, prekusor granulosit, eritrosit dan trombosit, akibatnya terjadi pansitopenia.
Pansitopenia adalah menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Penurunan sel darah ( anemia ) ditandai dengan menurunnya tingkat
hemoglobin dan hematokrit. Penurunan sel darah merah ( Hemoglobin ) menyebabkan
penurunan jumlah oksigen yang dikirimkan ke jaringan, biasanyaditandai dengan
kelemahan, kelelahan, dispnea, takikardia, ekstremitas dingin dan pucat. Kelainan
kedua setelah anemia yaitu leukopenia atau menurunnya jumlah sel darah putih
(leukosit) kurang dari 4500-10000/mm, penurunan sel darah putih ini akan
menyebabkan agranulositosis dan akhirnya menekan respon inflamasi. Respon
inflamasi yang tertekan akan menyebabkan infeksi dan penurunan system imunitas
fisis mekanik dimana dapat menyerang pada selaput lendir, kulit, silia, saluran nafas
sehingga bila selaput lendirnya yang terkena maka akan mengakibatkan ulserasi dan
nyeri pada mulut serta faring, sehingga mengalami kesulitan dalam menelan dan
menyebabkan penurunan masukan diet dalam tubuh.
Kelainan ketiga setelah anemia dan leukopenia yaitu tromositopenia,
trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit dibawah 100.000/mm3. akibat
dari trombositopenia antara lain ekimosis, ptekie, epistaksis, perdarahan saluran kemih,
perdarahan susunan saraf dan perdarahan saluran cerna. Gejala dari perdarahan saluran
cerna adalah anoreksia, nausea, konstipasi, atau diare dan stomatitis ( sariawan pada
lidah dan mulut ) perdarahan saluran cerna dapat menyebabkan hematemesis melena.
Perdarahan akibat trombositopenia mengakibatkan aliran darah ke jaringan menurun.
5. Manifestasi Klinis
a. Pucat
b. Kelelahan
c. Dispnea
d. Jantung berdebar
e. pusing
f. Lemah
g. Demam
h. Purpura
i. Perdarahan
j. Nafsu makan berkurang
k. Sesak napas
l. Mudah memar
m. Penglihatan kabur
n. Epistaksis

6. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap disertai diferensial anemia makrositik, penurunan
granulosit, monosit, limfosit. Gambaran darah tepi : menunjukkan pansitopenia dan
limfositosis relative
b. Uji kerusakan kromosom positif untuk anemia fanconi
c. Biopsi sum-sum tulang : menentukan beratnya penurunan elemen sum-sum normal
dan penggantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, prekusor
granulosit, eritrosit dan trombosit. Akibatnya terjadi pansitopenia (defisiensi semua
elemen sel darah).

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Terapi Kausal : Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen
penyebab. Hindarkan pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang
tidak diketahui. Akan tetapi hal ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak
jelas atau penyebabnya tidak dapat dikoreksi.

2) Terapi Suportif : Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang


timbul akibat pansitopenia. Adapun bentuk terapinya sebagai berikut, :
a) Untuk mengatasi infeksi
Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotic yang tepat dan
adekuat. Tranfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat.
b) Usaha untuk mengatasi anemia
Berikan tranfusi Packed Red Cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/ atau
tanda payah jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb
sebesar 9-10 gr % tidak perlu sampai normal karena akan menekan
eritropoesis internal.
c) Usaha untuk mengatasi perdarahan. Berikan tranfusi konsertat trombosit
jika terdapat perdarahan mayor atau trombosit < 20.000 mm3.

3) Terapi untuk memperbaiki sum-sum tulang


Obat untuk merangsang fungsi sum-sum tulang :
a) Anabiotik sterod dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan dosis 2-3
mg/kgBB/hari. Efek fungsi terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek
samping yang dialami berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.
b) Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.
4) Terapi definitive
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka
panjang.
a) Terapi imonusupresif : Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau
anti-thymocyte globuline (ATG) dapat menekan proses imunologis. Terapi
imonusupresif lain, yaitu pemberian metilprednison dosis tinggi.
b) Transplantasi sum-sum tulang
Transplantasi sum-sum tulang merupakan terapi definitif yang
memberikan haraapan kesembuhan, tetapi biayanya mahal.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Pencegahan infeksi silang.
2) Instirahat untuk mencegah perdarahan, terutama perdarahan otak.
3) Pertahankan suhu tubuh dengan memberikan selimut dan mengatur suhu
ruangan.
4) Berikan dukungan emosional kepada klien.
5) Berikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan klien dan keluarga klien.
Berikan informasi adekuat mengenai keadaaan, pengobatan dan kemajuan
kesehatan klien serta bimbingan untuk perawatan dirumah.
8. Masalah Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Resiko Infeksi
d. Intoleransi aktivitas
BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
ANEMIA APLASTIK

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Adanya pembesaran hepar yang dirasakan semakin
mengganggu sehingga bisa menimbulkan keluhan sesak napas yang
dirasakan semakin berat disamping itu disertai nyeri abdomen.
1) Riwayat Penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang dapat diperoleh melalui orang lain atau dengan
klien itu sendiri.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu dikaji untuk mendapatkan data mengenai
penyakit yang pernah diderita oleh klien.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keluarga dikaji untuk mengetahui data mengenai
penyakit yang pernah dialami ol eh anggota keluarga.

b. Pengkajian dasar

1) Aktivitas/Istirahat
2) Sirkulasi
3) Integritas Ego
4) Makanan dan cairan
5) Neurosensori
6) Nyeri / Kenyamanan
7) Pernapasan
8) Keamanan
9) Penyuluhan/pembelajaran
10) Pemeriksaan Diagnostik
11) Rencana Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Ketidakefektifan perfusi NOC NIC


jaringan perifer
 Circulation status Peripheral sensation management
Definisi : Penurunan sirkulasi  Tissue perfusion: cerebral (manajemen sensasi perifer)
darah ke perifer yang dapat Kriteria hasil :
mengganggu kesehatan  Monitor adanya daerah tertentu yang
Mendemonstrasikan status sirkulasi hanya peka terhadap
Batasan Karakteristik : yang ditandai dengan : panas/dingin/tajam/tumpul
 Monitor adanya paretese
 Tidak ada nadi  Tekanan systole dan diastole  Evaluasi nadi perifer dan edema
 Perubahan fungsi dalam rentang yang diharapkan  Monitor nilai Hb dan Ht
motorik  Tidak ada tanda-tanda  Monitor TTV
 Perubahan karakteristik peningkatan tekanan intracranial  Instruksikan keluarga untuk
kulit (tidak lebih dari 15 mmHg) mengobservasi kulit jika ada isi atau
 Indek ankle-brankhial Menunjukkan fungsi sensori motori laserasi
<0,90 cranial yang utuh : tingkat  Batasi gerakan pada kepala, leher dan
 Perubahan tekanan darah kesadaran membaik, tidak ada punggung
di ekstremitas gerakan-gerakan involunter  Kolaborasi pemberian analgetik
 Waktu pengisian kapiler  Monitor adanya tromboplebitis
>3 detik  Diskusikan mengenai penyebab perubahan
 Klaudikasi sensasi
 Warna tidak kembali ke
tungkai saat tungkai
diturunkan
 Kelambatan
penyembuhan luka
perifer
 Penurunan nadi
 Edema
 Nyeri ekstremitas
 Bruit femoral
 Pemendekan jarak total
yang ditempuh dalam uji
berjalan 6 menit
 Perestesia
 Warna kulit pucat saat
elevasi
Faktor yang berhubungan :

 Kurang pengetahuan
tentang faktor pemberat
 Kurang pengetahuan
tentang proses penyakit
 Diabetes mellitus
 Hipertensi
 Gaya hidup monoton
 Merokok

2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC


kurang dari kebutuhan tubuh

Nutritional status Nutrision manajement
Definisi: asupan nutrisi tidak 
Nutrisional status: food and  Kaji adanya alergi makanan
cukup untuk memenuhi fluid intake  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan metabolik 
Nutrisional status: nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi
intake yang dibutuhkan pasien
Batasan karakteristik :  Weight control  Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Kriteria hasil: protein dan vitamin c
 Kram abdomen  Adanya peningkatan berat  Berikan substansi gula
 Nyeri abdomen badan sesuai dengan tujuan  Yakinkan diet yang dimakan
 Menghindari makanan  Berat badan ideal sesuai dengan mengandung tinggi serat untuk
 Berat badan 20% atau tinggi badan mencegah konstipasi
lebih dibawah berat  Mampu memgidentifikasi  Berikan makanan yang terpilih (sudah
badan ideal kebutuhan nutrisi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Kerapuhan kapiler  Tidak ada tanda-tanda  Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
 Diare malnutrisi kalori
 Kehilangan rambut  Menunjukan peningkatan fungsi  Berikan informasi tentang kebutuhan
berlebihan pengecapan dari menelan nutrisi
 Bising usus hiperaktif  Tidak terjadi penurunan berat  Kaji kemampuan pasien untuk
 Kurang makanan badan yang berarti mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
 Kurang informasi Nutrion monitoring:
 Kurang minat pada  BB pasien dalam batas normal
makanan  Monitor adanya penurunan berat badan
 Penurunan berat badan  Monitor tipe dan jumlah aktifitas yang
dengan asupan makanan biasa dilakukan
adekuat  Monitor interaksi anak atau orang tua
 Kesalahan konsepsi  Monitor lingkungan selama makan
 Kesalahan informasi  Jadwalkan pengobatan dan tindakan
 Membrane mukosa pucat tidak selama jam makan
 Ketidakmampuan  Monitor kulit kering dan perubahan
memakan makanan pigmentasi
 Tonus otot menurun  Monitor turgor kulit
 Mengeluh gangguan  Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
sensasi rasa mudah patah
 Mengeluh asupan  Monitor mual dan muntah
makanan kurang dari  Monitor kadar albumin, total protein,
RDA HB, dan kadar HT.
 Cepat kenyang setelah  Monitor pertumbuhan dan
makan perkembangan
 Sariawan rongga mulut  Monitor pucat, kemerahan, dan
 Steatorea kekeringan jaringan konjungtiva
 Kelemahan otot  Monitor kalori dan intake nutrisi
pengunyah  Catat adanya edema, hiperemik,
 Kelemahan otot untuk hipertonik papilla lidah dan cavitas oral
menelan  Catat jika lidah berwarna magenta,
Faktor - faktor yang scarlet
berhubungan:

 Faktor biologis
 Faktor ekonomi
 Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrient
 Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
 Ketidakmampuan
menelan makanan
 Faktor psikologis

3. Resiko Infeksi NOC NIC

Definisi: mengalami  Immune status Infection control (control infeksi)


peningkatan resiko terserang  Knowledge: infection control
organisme patogenik  Risk control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai
Kriteria hasil pasien lain
Faktor-faktor resiko :  Pertahankan teknik isolasi
 Klien bebas dari tanda dan  Batasi pengunjung bila perlu
 Penyakit kronis gejala infeksi  Instruksikan pada pengunjung untuk
- Diabetes mellitus  Mendeskripsikan proses mencuci tangan saat berkunjung dan
- Obesitas penularan penyakit, faktor yang setelah berkunjung meninggalkan pasien
 Pengetahuan yang tidak mempengaruhi penularan serta  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
cukup untuk menghindari penatalaksanaannya tangan
pemanjanan pathogen  Menunjukkan kemampuan  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
 Pertahanan tubuh primer untuk mencegah timbulnya tindakan keperawatan
yang tidak adekuat infeksi  Gunakan baju, sarung tangan sebagai
- Gangguan peristalsis  Jumlah leukosit dalam batas alat pelindung
- Kerusakan integritas normal  Pertahankan lingkungan aseptik selama
kulit  Menunjukkan perilaku hidup pemasangan alat
- Perubahan sekresi pH sehat  Ganti letak IV perifer dan line central
- Penurunan kerja siliaris dan dressing sesuai dengan petunjuk
- Pecah ketuban dini umum
- Pecah ketuban lama  Tingkatkan intake nutrisi
- Merokok  Berikan antibiotik bila perlu
- Stasis cairan tubuh Infection protection
- Trauma jaringan
 Ketidakadekuatan  Monitor tanda dan gejala infeksi
pertahanan sekunder sistemik dan lokal
 Penurunan hemoglobin  Monitor hitung granulosit, WBC
 Imunosupresi  Monitor kerentanan terhadap infeksi
 Supresi respon inflamasi  Pertahankan teknik aspesis pada pasien
 Vaksinasi tidak adekuat yang beresiko
 Pemajanan terhadap patogen  Inspeksi kulit dan membran mukosa
lingkungan meningkat terhadap kemerahan, panas, drainase
 Wabah  Dorong istirahat
 Prosedur invasif  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
 Malnutrisi gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif
4 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :

Definisi: Ketidakcukupan energi  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien
psikologis atau fisiologis untuk  Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
melanjutkan atau menyelesaikan  Konservasi eneergi  Kaji adanya faktor yang menyebabkan
aktifitas kehidupan sehari-hari Setelah dilakukan tindakan kelelahan
yang harus atau yang ingin keperawatan selama …. Pasien  Monitor nutrisi  dan sumber energi yang
bertoleransi terhadap aktivitas dengan adekuat
dilakukan
Kriteria Hasil :  Monitor respon kardivaskuler  terhadap
aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,
Batasan karakteristik:  Berpartisipasi dalam aktivitas diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
fisik tanpa disertai peningkatan  Monitor pola tidur dan lamanya
 Respon tekanan darah tekanan darah, nadi dan RR tidur/istirahat pasien
abnormal terhadap  Mampu melakukan aktivitas  Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri aktivitas yang mampu dilakukan
 Respon frekuensi  Keseimbangan aktivitas dan  Bantu untuk  mengidentifikasi aktivitas
jantung abnormal istirahat yang disukai
terhadap aktivitas  Bantu klien untuk membuat jadwal
 Perubahan EKG yang latihan diwaktu luang
mencerminkan aritmia  Bantu pasien/keluarga untuk
 Perubahan EKG yang mengidentifikasi kekurangan dalam
mencerminkan iskemia beraktivitas
 Ketidaknyamanan  Sediakan penguatan positif bagi yang
setelah beraktivitas aktif beraktivitas
 Dipsnea setelah  Bantu pasien untuk mengembangkan
beraktivitas motivasi diri dan penguatan
 Menyatakan merasa letih  Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
 Menyatakan merasa spiritual
lemah
Faktor yang berhubungan :

 Tirah baring atau


imobilisasi
 Kelemahan umum
 Ketidakseimbangan
antara suplei dan
kebutuhan oksigen
 Imobilitas
 Gaya hidup monoton
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M., et al. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) 6th Indonesian
Edition. St. Loui: Mosby

Moorhead, S. et al. (2013). Nursing Outcome Classification (NOC) 5th Indonesian Edition.
St. Loui: Mosby

Nurarif, AH. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi 2. Jogjakarta: Penerbit Mediaction

Tanto, C., dkk. (2014). Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Wong, D. L., et al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta:EGC

Price, Sylvia. (2005). Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
WEB OF CAUTION ANEMIA APLASTIK

Kongenital Bahan kimia dan obat Radiasi Imunologik

Hipoplasi sumsum Kerusakan sel Zat anti terhadap sel hemopolatik


Masuk melebihi dosis/hipersensitivitas
tulang induk

Aplasia sumsum tulang Kegagalan sumsum tulang

Penurunan jumlah sel


dalam sumsum tulang
Penatalaksanaan Medis : Pemeriksaan diagnostik :
- Transplantasi sumsum tulang - Pemeriksaan darah lengkap disertai
ANEMIA APLASTIK
- Transfusi darah PRC diferensial anemia makrositik,
- Antibiotik untuk mengatasi infeksi penurunan granulosit, monosit, limfosit
- Imunosupresif (siklosporon, globulin - Uji kerusakan kromosom positif untuk
Pansitopenia
antitimosit) anemia fanconi

Anemia Hb < 12-16 gr/dl Leucopenia (leukosit <4500-10.000/mm3 Trombositopenia (platelet <100.000/mm3

Sirkulasi oksigen yang dikirim ke Sel darah putih menurun Gangguan pembekuan darah
jaringan menurun
Kelemahan dan kelelahan Pucat, ekstremitas Agranulositosis Perdarahan :
dingin - Ekinosis/ ptekie
- Epistaksis
Intoleransi aktivitas Respon inflamasi tertekan - Perdarahan ssp
Ketidakefektifan - Perdarahan
perfusi jaringan saluran kemih
perifer Resiko
MK : Intoleransi aktivitas Berpengaruh pada pertahanan - Perdarahan
NOC : infeksi fisis mekanis saluran cerna
 Energy conservation
 Activity tolerance Ulserasi pada mukosa mulut dan faring
MK : Ketidakefektifan Aliran darah ke
Self care ADLs
perfusi jaringan perifer jaringan
NIC : menurun
NOC : Nyeri mulut dan faring
 Observasi adanya  Circulation status
pembatasan klien  Tissue perfusion cerebral Kesulitan menelan
dalam melakukan Ketidakefekti
NIC :
aktivitas fan perfusi
manajemen sensasi perifer Anoreksia
 Kaji adanya faktor jaringan
yang menyebabkan  Monitor adanya daerah perifer
kelelahan tertentu yang hanya Penurunan masukan diet dalam tubuh
 Monitor respon peka terhadap panas/
kardivaskuler dingin/tajam/tumpul Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
terhadap aktivitas  Instruksikan keluarga kebutuhan tubuh
 Bantu klien untuk untuk mengobservasi
membuat jadwal
kulit jika ada lesi atau
latihan diwaktu luang
laserasi
 Bantu pasien untuk
mengembangkan  Diskusikan mengenai
motivasi diri dan penyebab perubahan
penguatan sensasi
 Monitor respon
fisik, emosi, sosial dan
spiritual
MK : Resiko Infeksi MK : Ketidakseimbangan nutrisi
NOC : kurang dari kebutuhan tubuh
Immune status NOC :
Knowledge: Infection control Nutitional status : food and fluid intake,
Risk control nutrient intake
NIC : Weight control
Infection Control NIC :
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai Nutrition management
pasien lain - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Pertahankan teknik isolasi menentukan jumlah kalori dan nutrisi
- Batasi pengunjung bila perlu yang dibutuhkan pasien
- Cuci tangan sebelum dan sesudah - Berikan makanan yang terpilih
tindakan keperawatan (konsultasi dengan ahli gizi)
- Berikan terapi antibiotic bila perlu Nutrition monitoring
- Monitor tanda dan gejala infeksi - Monitor adanya penurunan BB
sistemik dan local - Monitor interaksi anak selama makan
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda - Monitor turgor kulit, rambut kusam,
dan gejala infeksi mudah patah,
- Monitor pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjngtiva
DAFTAR PUSTAKA

1. Hall and Guyton. (2007). Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.


2. Hoffbrand V.A, Pettit E.J. (2006). Kapita Selekta Hematologi. Jakarta : EGC.
3. Price A. S, Wilson M. L. (2005). Patofisiologi, vol. 2. Jakarta : EGC.
4. Smeltzer C. S., Bare G. B. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. vol. 3. Jakarta : EGC.
5. Mansjoer, A., dkk. (2001) Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. : Media Aesculapius Fakultas Universitas
Indonesia.
6. Dochterman, JM., Butcher, H.K., & Bullechek, GM. (Eds.). 2016. Nursing Interventions Classification
(NIC) Edisi Kelima. St. Louis: Mosby.
7. Morhead, S.,Jhonson, M., Maas. ML., Swanson, E (Eds.). 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC)
Edisi Kelima. St. Louis: Mosby

Anda mungkin juga menyukai