Proposal Penelitian Presepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Tambak Budidaya Ikan Bandeng Di Desa Bipolo

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENELITIAN

PRESEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGEMBANGAN


TAMBAK BUDIDAYA IKAN BANDENG DI DESA BIPOLO

OLEH

MARTINUS MURU
1613010031

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2020

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perikanan budi daya merupakan salah satu sektor yang paling pesat
perkembangananya dan telah diproyeksikan menghasilkan produksi yang berlipat
ganda dalam 15-20 tahun ke depan. Tiga tantangan besar dalam perikanan budi daya
yaitu tantangan bagi lingkungan hidup seputar lahan dan habitat, pakan yang
berkelanjutan, dan pengurangan penggunaan air tawar yang membutuhkan investasi
yang signifikan (Phillips et al., 2016). Pengembangan budi daya tambak ikan
bandeng di Bipolo Kecamatan Sulamu didukung dengan kondisi geografis yang
memadai sehingga memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Sumber daya
kelautan dan perikanan ini telah dimaenfaatkansebagai sumber pertumbuhan ekonomi
di NTT mulai kegiatan budidaya perikanan dengan pengolahan hasil
perikanan.Kecamatan Sulamua adalah 1 dari 24 yang ada di Wilaya Kabupaten
Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur, di bipolo kecamatan sulamu terdiri dari
enam desa satu kecamatan. Namun, potensi tersebut belum didukung dengan jumlah
SDM yang cukup. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Kabupaten kupang jumlah
pembudidaya di Kabupaten kupang sebanyak 18 orang . Lokasi pengembangan budi
daya terbanyak berada di Kecamatan sulamu yang pada Tahun 2016 produksi budi
daya bandeng mencapai 8.885 ekor. Sementara ini, potensi pengembangan budi daya
ikan bandeng di Kabupaten kupang kecamatan sulamu sebesar 3.118 km2.
Pengembangan budi daya laut di Kabupaten Kupang Kecamatan Sulamu menjadi
salah satu mata pencaharian masyarakat pesisir Di Kecamatan Sulamu.
Pengembangan tersebut banyak dilakukan oleh masyarakat pesisir dikarenakan
kondisi lingkungan di wilayah tersebut mendukung pertumbuhan ikan yang
dibudidayakanJenis ikan yang dibudidayakan oleh nelayan di Kecamatan Sulamu
yaitu Ikan bandeng . Menurut Hanafi et al. (2005) ikan bandeng patut dikembangakan
karena beberapa keunggulan ekonomisnya karena dapat mengurangi kerusakan
ekosistem terumbu karang.

1
Pengembangan ini semakin berkembang karena dalam proses produksinya lebih
banyak memanfaatkan sumberdaya laut yang ada dan menggunakan komponen lokal,
sementara produksnya bernilai ekspor. Lebih lanjut, Paruntu (2015) menyebutkan
bahwa Ikan bandeng mempunyai sifat yang menguntungkan bagi pengembangan
budi daya dikarenakan pertumbuhannya cepat dan dapat diproduksi secara massal
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan permintaan ikan hidup.
Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Budidaya Tambak Ikan
Bandeng sangat penting dalam pengembangan pengembangan budi daya. Hal ini
dikarenakan pengembangan budi daya perikanan membutuhkan partisipasi mayarakat
sebagai aktor utama keberhasilan budi daya perikanan. Namun, sebelum berbagai
strategi pengembangan dilakukan, diperlukan penelitian yang mengkaji mengenai
persepsi masyarakat terhadap pengembangan budi daya tambak ikan bandeng di
Kecamatan Sulamu Desa Bipolo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
persepsi pembudi daya terhadap pengembangan budi daya tambak ikan bandeng di
Kecamatan sulamu desa bipolo.

B. Rumusan Masalah
Persepsi masyarakat terhadap pengembangan budi daya tambak ikan
bandeng sangat penting dalam pengembangan budi daya. Hal ini dikarenakan
pengembangan budi daya perikanan membutuhkan partisipasi mayarakat sebagai
actor utama keberhasilan budi daya perikanan. Namun, sebelum berbagai strategi
pengembangan dilakukan, diperlukan penelitian yang mengkaji mengenai persepsi
masyarakat terhadap pengembangan budi daya tambak ikan bandeng di Kabupaten
kupang . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pembudi daya
terhadap pengembangan budi daya tambak ikan bandeng di Kabupaten Buleleng.
Dari masalah tersebut dapat dikemukakan beberapa pertanyaan
sebagaiberikut:

1. Bagaimana Persepsi masyarakat terhadap pengembangan tambak budi daya


ikan bandeng?

2
2. Bagaiman potensi mengenai Persepsi masyarakat terhadap pengembangan
tambak budi daya ikan bandeng?

3. Apakah lingkungan hidup dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap


pengembangan tambakbudidaya ikan bandeng?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengembangan tambak
budidaya ikan bandeng
2. Mengetahui potensi tentang persepsi masyarakat terhadap pengembangan
tambak budidaya ikan bandeng
D. Manfaat
1. Supaya dapat mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap
pengembangbangan tambak budidaya ikan bandemg
2. Supaya menambah wawasan bagi peneliti tentang persepsi masyrakat
terhadap pengembangan tambak budidaya ikan bandeng

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Bandeng (Chanos chanos)


Ikan bandeng yang dalam bahasa latin adalah Chanos chanos, bahasa Inggris
Milk fish, pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama Dane Forsskal pada
Tahun 1925 di laut merah. Ikan Bandeng (Chanos chanos) termasuk dalam famili
Chanidae (Milk Fish) yaitu jenis ikan yang mempunyai bentuk memanjang, padat,
pipih (compress) dan oval. Memiliki tubuh yang panjang, ramping, padat, pipih, dan
oval. menyerupai torpedo. Perbandingan tinggi dengan panjang total sekitar 1 : (4,0-
5,2). Sementara itu, perbandingan panjang kepala dengan panjang total adalah 1 :
(5,2-5,5) (Sudrajat, 2008). Ukuran kepala seimbang dengan ukuran tubuhnya,
berbentuk lonjong dan tidak bersisik. Bagian depan kepala (mendekati mulut)
semakin runcing (Purnowati et al, 2007). Morfologi ikan bandeng lebih jelasnya
disajikan pada gambar 1.

Gambar 1. Morfologi Ikan Bandeng (Chanos chanos) (sumber : Moler, 1986 dalam
Mas’ud, 2011)
Keterangan :
a. Mata, f. Sirip caudal
b. Tutup insang, g. Sirip dorsalis
c. Sirip pectoralis, h. Linea laterals,
d. Sirip abdominalls, i. Mulut
e. Sirip analis,

4
Menurut Sudrajat (2008) Klasifikasi ikan bandeng (Chanos chanos) adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Teleostei
Ordo : Malacopterygii
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
Sirip dada ikan bandeng terbentuk dari lapisan semacam lilin, berbentuk
segitiga, terletak dibelakang insang disamping perut. Sirip punggung pada ikan
bandeng terbentuk dari kulit yang berlapis dan licin, terletak jauh dibelakang tutup
insang dan berbentuk segiempat. Sirip punggung tersusun dari tulang sebanyak 14
batang. Sirip ini terletak persis pada puncak punggung dan berfungsi untuk
mengendalikan diri ketika berenang. Sirip perut terletak pada bagian bawah tubuh
dan sirip anus terletak di bagian depan anus. Di bagian paling belakang tubuh ikan
bandeng terdapat sirip ekor berukuran paling besar dibandingkan sirip - sirip lain.
Pada bagian ujungnya berbentuk runcing, semakin ke pangkal ekor semakin lebar dan
membentuk sebuah gunting terbuka. Sirip ekor ini berfungsi sebagai kemudi laju
tubuhnya ketika bergerak (Purnowati et al., 2007).

B. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Bandeng (Chanos chanos)


Pertumbuhan merupakan suatu perubahan bentuk akibat pertambahan
panjang, berat dan volume dalam periode tertentu secara individual. Pertumbuhan
juga dapat diartikan sebagai pertambahan jumlah sel-sel secara mitosis yang pada
akhirnya menyebabkan perubahan ukuran jaringan. Pertumbuhan bagi suatu populasi
adalah pertambahan jumlah individu, dimana faktor yang mempengaruhinya dapat

5
berupa faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi umur, keturunan dan
jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal meliputi suhu, makanan, penyakit, media
budidaya, dan sebagainya (Haryono et al, 2001).
Sintasan (survival rate) adalah persentase ikan yang hidup dari jumlah ikan
yang dipelihara selama masa pemeliharaan tertentu dalam suatu wadah pemeliharaan.
Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kualitas air,
ketersediaan pakan yang sesuai dengan kebutuhan ikan, kemampuan untuk
beradaptasi dan padat penebaran. Tingkat kelangsungan hidup dapat digunakan dalam
mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup (Effendi, 1997).
Kelangsungan hidup sebagai salah satu parameter uji kualitas benih. Peluang hidup
suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan mortalitas adalah kematian yang
terjadi pada suatu populasi organisme yang dapat menyebabkan turunnya populasi
(Wulandari 2006). Ikan yang berukuran kecil (benih) akan lebih rentan terhadap
parasit, penyakit dan penanganan yang kurang hati - hati. Kelangsungan hidup larva
ditentukan oleh kualitas induk, telur, kualitas air, serta rasio antara jumlah makanan
dan kepadatan larva (Effendi, 1997).
Survival rate ikan air tawar di dalam lingkungan berkadar garam bergantung
pada jaringan insang, laju 9 konsumsi oksigen, daya tahan (toleransi) jaringan
terhadap garam - garam dan kontrol permeabilitas (Wulandari, 2006). Peningkatan
padat tebar akan mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap ruang
gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatandan fisiologis
sehingga pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mengalami
penurunan (Darmawangsa, 2008). Respon stres terjadi dalam tiga tahap yaitu tanda
adanya stres, bertahan, dan kelelahan. Proses adaptasi ikan pada tahap awal akan
mulai mengeluarkan energinya untuk bertahan dari stress. Selama proses bertahan ini
pertumbuhan akan menurun. Dampak dari stress ini mengakibatkan daya tahan tubuh
ikan menurun dan selanjutnya terjadi kematian. Gejala ikan sebelum mati yaitu warna
tubuh menghitam, pergerakan tidak berorientasi, dan mengeluarkan lendir pada
permukaan kulitnya (Darmawangsa, 2008).

6
Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau
membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol (UU
No. 31N/ 2004). Kegiatan-kegiatan yang umum termasuk di dalamnya adalah
budidaya ikan bandeng. Di Indonesia, budidaya perairan dilakukan melalui berbagai
sarana. Kegiatan budidaya yang paling umum dilakukan di tambak. Definisi tambak
atau kolam menurut Biggs et al. (2005) adalah badan air yang berukuran 1 m2 hingga
2 ha yang bersifat permanen atau musiman yang terbentuk secara alami atau buatan
manusia. Rodriguez-Rodriguez (2007) menambahkan bahwa tambak cenderung
berada pada lahan dengan lapisan tanah yang kurang porus. Istilah kolam biasanya
digunakan untuk tambak yang terdapat di daratan dengan air tawar, sedangkan
tambak untuk air payau atau air asin. Biggs et al. (2005) menyebutkan salah satu
fungsi tambak bagi ekosistem perairan adalah terjadinya pengkayaan jenis biota air.
Bertambahnya jenis biota tersebut berasal dari pengenalan biota-biota yang
dibudidayakan. Jenis-jenis tambak yang ada di Indonesia meliputi: tambak intensif,
tambak semi intensif, tambak tradisional dan tambak organik. (Widigdo, 2000).
Hewan yang dibudidayakan dalam tambak adalah hewan air, terutama ikan, udang,
serta kerang. Perkembangan tambak di Indonesia secara intensif meningkat sejak
tahun 1990. (Gunarto, 2004). Peningkatan luas lahan tambak diiringi dengan
berkurangnya luas mangrove di wilayah pesisir tersebut memicu terjadinya kerusakan
lingkungan yang ditimbulkan dari polusi kegiatan pertambakan. Keberlanjutan
budidaya tambak sangat tergantung pada kondisi kualitas lingkungan perairan.
Kondisi lingkungan perairan yang berbeda mempengaruhi kondisi kualitas
lingkungan, baik secara fisika, kimia maupun biologi. Cottenie et al. (2001)
menunjukkan adanya perbedaan struktur komunitas zooplankton pada kondisi
lingkungan perairan yang berbeda. Shartau et al. (2010) menunjukkan adanya
pengaruh lingkungan terhadap perkembangan zooplankton dalam tambak. Sementara
Senarath dan Visvanathan (2001) menyebutkan bahwa pengembangan budidaya
tambak juga menghasilkan dampak negatif terhadap lingkungan disamping
keuntungan secara ekonomi. Biao et al. (2009) menunjukkan bahwa jenis tambak

7
yang berbeda akan menghasilkan kondisi kualitas lingkungan yang berbeda pula..
Dampak budidaya terhadap lingkungan tersebut dapat memberikan dampak yang vital
terhadap keberlanjutan budidaya yang dilakukan (Biao et al., 2009). Yuvanatemya
(2007) juga menunjukkan adanya interaksi antara bahan organik dengan efisiensi
produksi dari tanah tambak dimana kandungan bahan organik pada tambak yang
produktivitasnya rendah cenderung lebih rendah dibandingkan tambak dengan
produktivitas tinggi. Akumulasi bahan organik juga menunjukkan bahwa pada
tambak dengan substrat dominan pasir cenderung lebih rendah dibandingkan dengan
pada substrat dominan lanau. Sementara Rahimibashar et al. (2012) menyebutkan
adanya pengaruh lingkungan tambak terhadap aliran sungai di sekitarnya dimana
kondisi air buangan tambak yang buruk (tercemar) juga akan menurunkan kondisi
kualitas air sungai. Sebagai media pemeliharaan biota air, tambak membutuhkan
pengelolaan terkait dengan kesesuaian kondisi lingkungan budidaya untuk biota yang
dibudidayakan. Pengelolaan yang dilakukan dalam budidaya tambak diantaranya
adalah pengembangan budidaya tanbak, baik fisika, kimia, maupun biologis (Abowei
et al., 2011). Sementara Morris dan Mischke (1999) menyebutkan salah satu faktor
yang penting dalam pengelolaan tambak adalah plankton sebagai pakan alami serta
sebagai indicator bagi kualitas lingkungan tambak. Abowei et al. (2011) menyatakan
bahwa pengelolaan tambak tidak hanya sebatas pada upaya untuk menghasilkan ikan,
tetapi juga penting untuk menjaga kondisi lingkungan yang layak, mengawasi panen
dan pertumbuhan ikan, pemeriksaan keberhasilan reproduksi ikan dan menjauhkan
ikan-ikan yang tidak diinginkan (predator/parasit). Disamping itu juga masih terdapat
banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pengelolaan tambak seperti pengelolaan
populasi ikan, pengelolaan sistem, pemilihan spesies ikan, pemberiaan pakan,
pemasaran, dan sebagainya. Tambak yang dikelola dengan baik cenderung memiliki
kualitas air yang lebih baik (Silva et al.,2007).
Ikan bandeng (Chansn chanos) sangat potensial dan cepat berkembang di
pelihara dalam tambak. Salah satu sistem budidaya yang banyak dilakukan
masyarakat terhadap pengembangan tambak ikanbanden. Kelebihan sistem ini adalah

8
kelincahan ikan bandeng dalam tambak dapat berfungsi sebagai aerator alami dalam
tambak, ikan bandeng potensial dikembangkan ditambak. Hal ini mengingat ikan
bandeng dapat hidup di air dengan kadar keasinan rendah bahkan bisa dipelihara di
air tawar.
Kebutuhan ikan bagi masyarakat semakin penting, maka sangat wajar jika
Pengembangan perikanan harus di pacu untuk di kembangkan. Salah satu faktor yang
sangat penting dalam pengembangan tambak budidaya ikan adalah ketersediaan
benih yang berkualitas tinggi akan memacu perkembangan budidaya ikan dengan
cepat. Pengmbangan ikan akan berpengaruh terhadap kemungkinan kesempatan
kerja yang dapat meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan
masyarakat dan memungkinkan perkembangan bidang lain yang
saling berkaitan satu dan lainnya.

9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang diganakan yaitu penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif adalah peneliti yang bertujuan untukmengetahui gambaran
tentang persepsi masyarakat terhadap pengembangan tambak budidaya daya ikan
bandeng di Bipolo kecamatan Sulamu. Rencana penelitian ini digunakan adalah
survey yaitu untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengembangan tambak
budidaya iaknbandeng dengan cara mengumpul data melalui survey
kerumahpenduduk dengan menggunakan kuesioner dan checklist.
B. Lokasi Dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Sulamu Desa Bipolo , Kabupaten Kupang
Waktu penelitian dilakukan selama 1 (satu) bulan mulai dari turun penelitian
C. Jenis Dan Sumber Data
Pemilihan subjek penelitian merupakan factor penting dari sebuah pengambilan
data. Oleh karana itu, dalam tahap ini peneliti memiliki kretaria untuk dijadikan
sebagai subjek penelitian. Adapun subjek yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian
ini yakni masyarakat Desa Bipolo Kecamatan Sulamu yang berprofesi sebagai
petani, dan nelayan. Dalam penelitian kualitatif adanya teknik sampling yang
merupakan teknik pengambilan sampel.adapun sumber data dari penelitian ini
adalah data primer dan sekunder
1. Data primer
    Data primer adalah data yang diambil melalui pengamatan (observasi) dan
melalui wawancara langsung. Data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti
dari sumber data yang menggunakan teknik observasi (pengamatan) yaitu
melakanakan secara langsung di kawasan tambak ikan bandeng yang berada di
Desa Bipolo, Kabupaten kupang, melalui teori yang kemudian yang diterapkan
dalam bentuk kegiatan penelitian ini. Sedangkan interview (wawancara) yaitu
mengumpulkan data dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung, hal ini

10
dilakukan untuk memperoleh sesuatu informasi yang tepat dan jelas yang
dibutuhkan di dalam penelitian ini.
2. Data skunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti, tetapi dari hasil
yang dikumpulkan oleh pihak lain, seperti study literatur dalam hal ini penulis
mengumpulkan data dengan cara mencari serta membaca buku-buku di
perpustakaan yang ada kaitannya dengan pembahasan masalah atau dokumen-
dokumen dan laporan yang relevan.
D. Tahap Penelitian
Tahap pengumpulan data penelitian ini terdiri dari:

1. Persiapan ( administrasi, alat dan tenaga) kegiatan yang dilakukan pada tahap ini
diantaranyaterdiri dari :
a.Melaksanakan survey awal
b.Mengurus keperluan surat izin pengambilan data awal dan surat surat izin
penelitian.
c.Menyiapkan kuesioner dan cheklist.
d.Menyiapkan 5 orang tenaga yang membantu pengumpulan data
2. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan padatahapini diantaranya adalah :
a. Setelah mendapatkan izizn dari desa dan instansi terkait maka mulai
dilakukan penelitian denganberpedoman pada kuesioner dan checklist
b. Mengumpulkan data variable Persepsi Masyarakat Terhadap
Pengembangan Tambak Budi Daya Ikan Bandeng melalui wawancara
c. Mengumpulkan data variable Persepsi Masyarakat Terhadap
Pengembangan Tambak Budi Daya Ikan Bandeng melalui pengamatan.

11
E. Metode pengumpulan data
Data dikumpulkan dengan cara survey menggunakan teknik wawancara, yakni
dengan alat bantu berupa daftar pertanyaan berstruktur ( angket/ kuesionr).lokasi
penelitian ini ditentukan secara purposive, yakni desa bipolo sebagai salah satu desa
yang memiliki tambak budidaya ikan dikecamatan sulamu kabupaten kupang.sampel
diambil secara acak proposional sebanyak 50 orang dari tiga strasa populasi
penelitian, yakni rumah tangga domisili yang ada disekitar tambak, rumah tangga
petani lokal, dan rumah tangga pembudidaya ikan di tambak. Persepsi masyarakat
terhadap pengembangan tambak budidaya ikan bandeng, Pengumpulan data
mengenai persepsi responden dalam pengembangan tambak budidaya ikan bandeng
di Kecamatan Sulamu dilakukan dengan menggunakan instrumen kuisioner.
Persepsi responden terhadap pengembangan tambak budi daya ikan bandeng
Persepsi respondeng terhadap pengembangan tambak budidaya ikan bandeng
di desa bipolo didasarkan pada 10 pertanyaan, masing-masing pertanyaan diberikan
alternatif jawaban yaitu setuju, tidak setuju, dan netral
F. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan berupakuesioner dan checklist dari masing-
masingsampel yang diteliti dihitung dan dibandingkan dengan kriteria pencapain
setelah itu diambil kesimpulan kemudian dimasukan dalam master table berdasarkan
variable penelitian dan dibuatkesimpulan berupa perhitungan persentase dan
dianalisis secara deskriptif.
Rumus yangdigunakan menurut Arikunto (1997,h.246) adalah
jumla h jawaban yang benar
P= ×100 %
Jumla h item pertanyaan

P = Persentase
F= Jumlah jawaban benar
N= Jumlah item pertanyaan

12
1. Pengetahuan Penilaian
mengenai pengetahuan masyarakat menggunakan skala ordinal. Karena
mengukur tingkat pengetahuan yang terdiri atas tiga tingkatan yaitu setuju, tidak
setuju, dan netral.baik berdasarkan jawaban dalam kuesioner.
Cara penilaian pengetahuan adalah sebagai berikut:
a. Nilai 1 untuk jawaban benar
b. Nilai 0 untuk jawaban salah
jumla h jawaban yang benar
P= ×100 %
Jumla h item pertanyaan

Kriteria penilaian setuju = 76%-100%


netral = 56%-75%
tidak setuju= >56%

13
DAFTAR PUSTAKA

Abowei, J. F. N. Dan Ezekiel. 2013 The Potentials And Utilization Of Seaweeds.

                 Scintia Agiculturae
Biggs et al 2005 defenisi tambak atau kolam adalah badan air yang berukuran 1 m2
hingga 2ha yang bersifat permanen atau musiman yang terbentuk secara
alami atau buatan manusia.

Cottenie, K., N. Nuytten, E. Micheles And L. D. Meester. 2001 Zooplanton


Community Stucture And Environmental Condition In A Set
Ofinterconnected Pons

Darmawangsa, G. M. 2008 Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Kelansungan Hidup


Dan Pertumbuhan Ikan Benih Ikan

Effendi, M. I. 1997 Biologi Perikana. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama

Efendi dan Tukiran, 2012. Metode Penelitian Survei.Jakarta: Penerbit PustakaLP3ES.


              Faktor internal meliputi umur, keturunan dan jenis kelamin, sedangkan
factor        eksternal meliputi suhu, makanan, penyakit, media budidaya, dan
sebagainya       (Haryono et al, 2001).

Gunarto. 2004 Konservasi Manggrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan


Pantai.Sulawesi Selatan: Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau

Hanafi et al. (2005) ikan bandeng patut dikembangakan karena beberapa keunggulan
ekonomisnya karena dapat mengurangi kerusakan ekosistem terumbu
karang. Pengelolaan yang dilakukan dalam budidaya tambak diantaranya
adalah pengembangan budidaya tanbak, baik fisika, kimia, maupun            biologis
(Abowei et al., 2011).

14
Morris dan Mischke 1998 menyebutkan salah satu lokasi perikanan tambak yang baik
harus mempertimbangkan

Purnowati, I.,Hidyati.D.,dan Suparinto, C. 2007 Ragam Olahan Bandeng. Kanisius,


Yogyakarta

Sudradjat, A. 2008 Budidaya 23 Komoditas Laut Menguntungkan. Penebar Swadaya,


Jakarta
.

15

Anda mungkin juga menyukai