Pengaruh Etika Bisnis Terhadap Kejahatan Korporasi Dalam Lingkup Kejahatan Bisnis
Pengaruh Etika Bisnis Terhadap Kejahatan Korporasi Dalam Lingkup Kejahatan Bisnis
Pengaruh Etika Bisnis Terhadap Kejahatan Korporasi Dalam Lingkup Kejahatan Bisnis
PROPOSAL
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bisnis Terapan
Disusun oleh :
Aulia Wulandhari
NIM. 2020071002
Dosen Pengampu :
Novrina Puspitasari, SE., MSA
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan proposal yang berjudul “PERANAN ETIKA
BISNIS DALAM PERUSAHAAN BISNIS”
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Novrina Puspitasari, SE., MSA
selaku dosen pengampu mata kuliah Bisnis Terapan. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penyusun. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan proposal ini.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal ini sebaik mungkin, penulis menyadari bahwa
proposal ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal
ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Etika Bisnis
Kesimpulan
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Etika Bisnis
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") menurut Wahyu dan Ostaria
(2006) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas. Etika mencakup analisis
dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.Etika adalah ilmu yang
berkenaan tentang yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Menurut Bekum (2004) etika
dapat didefinisikan sebagai seperangkat prinsip moral yang membedakan yang baik dari yang buruk.
Etika adalah bidang ilmu yang bersifat normative karena ia berperan menentukan apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan oleh seorang individu. Dari hasil analisis Bertens (2004: 6)
disimpulkan bahwa etika memiliki tiga posisi, yaitu sebagai :
1. Sistem nilai, yakni nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya
2. Kode etik, yakni kumpulan asas atau nilai moral
3. Filsafat moral, yakni ilmu tentang yang baik atau buruk. Dalam poin ini, akan ditemukan
keterkaitan antara etika sebagai sistem filsafat sekaligus artikulasi kebudayaan. Di samping itu,
filsafat menganalisa tentang mengapa dan bagaimana manusia itu hidup di dunia serta mengatur level
mikrokosmos (antar manusia/Jagad Cilik) dan makrokosmos (antar Alam dan Tuhan/Jagad Gede).
Sebagai sistem pemikiran tentunya konsep dasar filsafat digu nakan dalam mengkaji etika
dalam sebuah hubungan keseimbangan antara cipta, rasa, dan karsa. Hubungan tersebut didasari
landasan pemikiran bahwasanya ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Bisnis dengan segala macam bentuknya terjadi dalam kehidupan kita setiap hari.Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2009), bisnis diartikan sebagai usaha dagang, usaha
komersial di dunia perdagangan, dan bidang usaha. Skinner (1992) mendefinisikan bisnis sebagai
pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat. Menurut
Anoraga dan Soegiastuti (1996), bisnis memiliki makna dasar sebagai “the buying and selling of
goods and services”. Adapun dalam pandangan Atraub dan Attner (1994), bisnis adalah
suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa
yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit. Barang yang dimaksud adalah suatu
produk yang secara fisik memiliki wujud (dapat dilihat dengan indra), sedangkan jasa adalah
aktivitas-aktivitas yang memberi manfaat kepada konsumen atau pelaku bisnis (Yusanto dan
Widjayakusuma, 2002).
Bisnis adalah suatu aktivitas yang mengarahkan pada peningkatan nilai tambah melalui proses
penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Dalam terminologi bahasan
6
ini, pembiayaan merupakan pendanaan, baik aktif maupun pasif, yang dilakukan oleh lembaga
pembiayaan kepada nasabah.Sedangkan bisnis merupakan aktivitas berupa jasa, perdagangan den
industri guna memaksimalkan nilai keuntungan. Menurut Anoraga dan Soegiastuti (1996)
mendefinisikan bisnis sebagai aktivitas jual beli barang dan jasa. Straub dan Attner (1994)
mendefinisikan bisnis adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan
barang dan jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit (Muhammad, 2005).
2.1.2 Pengertian Bisnis
a) Menurut Griffin dan Ebert (2008: 4) bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa
untuk dijual dengan maksud agar mendapatkan laba.
b) Menurut Sukirno (2010: 20) bisnis adalah kegiatan untuk memperoleh keuntungan.semua orang
atau individu maupun kelompok melakukan kegiatan bisnis pastinya untuk mencari keuntungan
agar kebutuhan hidup nya terpenuhi. Tidak ada orang yang melakukan bisnis untuk mencari
kerugian.
c) Menurut Madura (2010 : 2) bisnis adalah suatu badan yang diciptakan untuk menghasilkan produk
barang dan jasa kepada pelangggan. Setiap bisnis mengadakan transaksi dengan orang- orang.
Orang-orang itu menanggung akibat karena bisnis tersebut, mereka. Kerja sama lintas fungsional
di dalam bisnis adalah dengan menekankan kebutuhan para manajer dari area fungsional yang
berbeda untuk memaksimalkan laba dalam mencapai tujuan bersama.
Dari pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bisnis adalah keseluruhan rangkaian
kegiatan menjalankan investasi terhadap sumber daya yang ada yang dapat dilakukan baik secara
individu maupun secara kelompok, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan meningkatkan taraf
hidup dengan menciptakan barang atau jasa guna mendapatkan laba / keuntungan yang sebesar-
besarnya.
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
perlu dilakukan demi kepentingan bisnis kita sendiri.
3) Sudut pandang Hukum
Bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat dengan “Hukum” Hukum Dagang atau
Hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Dan dalam praktek hukum
banyak masalah timbul dalam hubungan bisnis, pada taraf nasional maupun international. Seperti
etika, hukum juga merupakan sudut pandang normatif, karena menetapkan apa yang harus dilakukan
atau tidak boleh dilakukan. Dari segi norma, hukum lebih jelas dan pasti daripada etika, karena
peraturan hukum dituliskan hitam atas putih dan ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran.
3.2 Fungsi dan Etika Bisnis terhadap Perusahaan
Setelah mengetahui betapa pentingnya etika yang harus diterapkan pada perusahaan bisnis,
tentunya etika memiliki fungsi yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan itu sendiri.
Permasalahan etika bisnis yang terjadi di perusahaan bervariasi antara fungsi perusahaan yang satu
dan fungsi perusahaan lainnya. Hal ini terjadi karena operasi perusahaan sangat terspesialisasi dalam
berbagai bidang profesi, sehingga setiap fungsi perusahaan cenderung memiliki masalah etika
tersendiri. Berikut ini akan dibahas berbagai permasalahan etika bisnis yang terjadi di beberapa
bidang fungsi perusahaan, yaitu: etika bisnis di bidang akuntansi (accounting ethics), keuangan
(finance ethics), produksi dan pemasaran (production and marketing ethics), sumber daya manusia
(human resources ethics), dan teknologi informasi (information technology ethics) yang dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a) Etika bisnis di Bidang Akuntansi (Accounting Ethics)
Fungsi akuntansi merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan. Dengan
demikian kejujuran, integritas, dan akurasi dalam melakukan kegiatan akuntansi merupakan syarat
mutlak yang harus diterapkan oleh fungsi akuntansi. Salah satu praktik akuntansi yang dianggap
tidak etis misalnya penyusunan laporan keuangan yang berbeda untuk berbagai pihak yang berbeda
dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penyusunan laporan keuangan seperti itu. Dalam realita
kegiatan bisnis sering kali ditemukan perusahaan yang menyusun laporan keuangan yang berbeda
untuk pihak-pihak yang berbeda. Ada laporan keuangan internal perusahaan, laporan keuangan untuk
bank, dan laporan keuangan untuk kantor pajak. Dengan melakukan praktik ini, bagian akuntansi
perusahaan secara sengaja memanipulasi data dengan tujuan memperoleh keuntungan dari
penyusunan laporan palsu tersebut.
b) Etika bisnis di Bidang Keuangan (Financial Ethics)
Skandal keuangan yang berasal dari pelaksanaan fungsi keuangan yang dijalankan secara tidak
etis telah menimbulkan berbagai kerugian bagi para investor. Pelanggaran etika bisnis dalam bidang
keuangan dapat terjadi misalnya melalui praktik window dressing terhadap laporan keuangan
perusahaan yang akan mengajukan pinjaman ke bank. Melalui praktik ini seolah- olah perusahaan
memiliki rasio-rasio keuangan yang sehat sehingga layak untuk mendapatkan kredit. Padahal
9
sebenarnya kondisi keuangan keuangan perusahaan tidak sesehat seperti yang dilaporkan dalam
laporan keuangan yang telah dipercantik. Contoh lain pelanggaran etika keuangan misalnya melalui
penggelembungan nilai agunan perusahaan, sehingga perusahaan dapat memperoleh kredit melebihi
nilai agunan kredit yang sesungguhnya.
c) Etika bisnis di Bidang Produksi dan Pemasaran (Production and Marketing Ethics)
Hubungan yang dilakukan perusahaan dengan para pelanggannya dapat menimbulkan berbagai
permasalahan etika bisnis di bidang produksi dan pemasaran. Untuk melindungi konsumen dari
perlakuan yang tidak etis yang mungkin dilakukan oleh perusahaan, pemerintah Indonesia telah
memberlakukan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-
undang ini dijelaskan berbagai perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pelaku usaha. Antara lain,
pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memper- dagangkan barang dan/atau jasa yang:
1. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyarakatkan dan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
2. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana
yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.
3. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah hitungan menurut ukuran yang
sebenarnya.
4. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan
dalam label, etiket, atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut.
d) Etika Bisnis di Bidang Teknologi Informasi (Information Technology Ethics)
Salah satu area yang memiliki pertumbuhan masalah etika bisnis paling besar di era 1990-an
sampai awal tahun 2000 adalah bidang teknologi informasi. Hal-hal yang dapat memunculkan
permasalahan etika dalam bidang ini meliputi: serangan terhadap wilayah privasi seseorang,
pengumpulan, penyimpanan, dan akses terhadap informasi usaha terutama melalui transaksi e-
commerce, perlindungan hak cipta yang menyangkut pembuatan software, musik, dan hak kekayaan
intelektual.
3.3 Sanksi Pelanggaran Yang Akan Diterima Jika Perusahaan Tidak Menerapkan Etika Didalam
Bisnisnya
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk meraih
keuntungan, yang sebagaimana terdapat dalam Pasal 22 yang berbunyi “Pelaku usaha dilarang
bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat”. Pasal ini menjelaskan tentang Tender
adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-
barang, atau untuk menyediakan jasa. Dan unsur dari bersekongkol itu sendiri adalah kerjasama
antara dua pihak atau lebih, secara terang-terangan maupun diam-diam melakukan tindakan
penyesuaian dokumen dengan peserta lainnya, membandingkan dokumen tender sebelum
10
penyerahan, menciptakan persaingan semu, menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya
persekongkolan, tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui atau sepatutnya
mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta
tender tertentu, pemberian kesempatan eksklusif oleh penyelenggara tender atau pihak terkait secara
langsung maupun tidak langsung kepada pelaku usaha yang mengikuti tender, dengan cara melawan
hukum. Hal diatas adalah pelanggaran yang akan diterima kepada perusahaan yang tidak menerapkan
etika didalam bisnisnya karena memiliki unsur kecurangan. Hal lain yang menjadikan pelanggaran
terhadap perusahaan yang tidak menerapkan etika didalam bisnisnya adalah pegawai perusahaan
yang melakukan pelanggaran Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja (Code of Conduct) sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Pengenaan sanksi atas bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan
oleh Komisaris dan Direksi, berpedoman pada anggaran dasar perusahaan dan keputusan RUPS.
Sedangkan pengenaan sanksi terhadap pegawai perusahaan dilakukan sesuai dengan
kesepakatan dalam Peraturan Disiplin Pegawai (PDP) maupun aturan kepegawaian yang berlaku.
Pelaporan adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai tanpa disertai dengan bukti-
bukti pelanggaran dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dari contoh
pelanggaran diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang menjadikan perusahaan untuk
menerapkan etika di dalam bisnisnya bukanlah dari perusahaan itu sendiri melainkan adanya
kejujuran dari para pegawai yang bekerja di perusahaan tersebut sehingga dapat menciptakan suasana
kerja yang damai serta menjadikan perusahaan tersebut menjadi perusahaan yang menerapkan etika
didalam bisnisnya.
3.4 Etika Bisnis di Indonesia
Di Indonesia, etika bisnis merupakan sesuatu yang lama tetapi sekaligus baru. Sebagai sesuatu
yang bukan baru, etika bisnis eksis bersamaan dengan hadirnya bisnis dalam masyarakat Indonesia,
artinya usia etika bisnis sama dengan usia bisnis yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia.
Dalam memproduksi sesuatu kemudian memasarkannya, masyarakat Indonesia tempo dulu
juga telah berpatok pada pertimbangan-pertimbangan untung dan rugi. Namun dengan ciri khas
masyarakat Indonesia yang cinta damai, maka masyarakat Indonesia termotivasi untuk menghindari
konflik- konflik kepentingan termasuk dalam dunia bisnis.
Secara normatif, etika bisnis di Indonesia baru mulai diberi tempat khusus semenjak
diberlakukannya UUD 1945, khususnya pasal 33. Satu hal yang relevan dari pasal 33 UUD 45 ini
adalah pesan moral dan amanat etis bahwa pembangunan ekonomi negara RI semata-mata demi
kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yang merupakan subyek atau pemilik negeri ini. Jadi
pembangunan ekonomi Indonesia sama sekali tidak diperuntukkan bagi segelintir orang untuk
memperkaya diri atau untuk kelompok orang tertentu saja yang kebetulan tengah berposisi strategis
melainkan demi seluruh rakyat Indonesia. Dua hal penting yang menjadi hambatan bagi
perkembangan etika bisnis di Indonesia adalah budaya masyarakat Indonesia dan kondisi sosial-
11
politik di Indonesia.
KESIMPULAN
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah harga
mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan luasnya informasi saat ini, baik-
buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan luas. Memposisikan karyawan,
konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis dan jujur adalah satu-satunya cara
supaya dapat bertahan di dalam dunia bisnis saat ini. Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan beberapa
pelaku bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam bisnis.
Etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari masing-masing elemen dalam
lingkaran bisnis. Pemasok (supplier), perusahaan, dan konsumen, adalah elemen yang saling
mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus menjaga etika, sehingga kepercayaan yang
menjadi prinsip kerja dapat terjaga dengan baik.
Etika berbisnis ini bisa dilakukan dalam segala aspek. Saling menjaga kepercayaan dalam
kerjasama akan berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan tersebut, baik dalam lingkup mikro
maupun makro. Tentunya ini tidak akan memberikan keuntungan segera, namun ini adalah wujud
investasi jangka panjang bagi seluruh elemen dalam lingkaran bisnis. Oleh karena itu, etika dalam
berbisnis sangatlah penting.
SARAN
Perlu adanya sadar diri didalam hati para karyawan didalam perusahaan yang ingin menerapkan
etika di dalam bisnis agar tidak adanya kecurangan atau kebohongan yang terjadi pada perusahaan itu
nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau hukuman yang berat apabila ada salah satu pegawai yang
melanggarnya, sehingga etika di dalam bisnis pun dapat berjalan dengan baik dan lancer di perusahaan
tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji. Janti, Sugiastuti. 1996. Pengantar Bisnis Modern, Kajian Dasar Manajemen
Perusahaan. PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.
Bekum Rafik Issa, 2004. Etika Bisnis Islami (Terjemahan Muhammad). Pustaka Belajar, Yokyakarta.
Bertens, K. 2004. Etika. Gramedia. Jakarta.
Griffin, Ricky W dan Ebert, Ronald J. 2008. Bisnis ,ed 8 jilid 1.
Madura Jeff, 2001. Pengantar Bisnis. Edisi Pertama. Salemba Empat, Jakarta.
Sukirno Sadono. 2010. Makroekonomi : Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT. Raja Grasindo Perseda.
Jakarta.
Yusanto M.I dan M.K. Widjajakusuma. 2002. Menggagas Bisnis Islami Gema Insani, Jakarta.
13