Ayeni Hafiraningsih (211015201083)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PELAYANAN PROFESIONAL BIDAN

“PENTINGNYA REFLEKSI KRITIS DALAM


PELAYANAN KEBIDANAN”

DISUSUN OLEH :
AYENI HAFIRANINGSIH
NIM : 211015201083

Dosen Pengampu :
RESY CITRA M, S.ST, M.KEB

UNIVERSITAS SUMATERA BARAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
S-I KEBIDANAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pentingnya Refleksi Kritis Dalam
Pelayanan Kebidanan”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah “Pelayanan
Profesi Kebidanan”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Kayutanam, 17 Januari 2022

Ayeni Hafiraningsih

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Berpikir Kritis/Critical Thinking Dalam Pelayanan Kebidanan..............................3
B. Unsur-Unsur Berpikir Kritis Dalam Pelayanan Kebidanan....................................3
C. Konsep Berpikir Kritis Dalam Pelayanan Kebidanan.............................................4
D. Argumentasi Kebidanan Dalam Asuhan Kebidanan...............................................5
E. Clinical Reasoning Dalam Argumentasi dan Berpikir Kritis Kebidanan................7
F. Hubungan Clinical Reasoning Dalam Logika Pelayanan Kebidanan.....................8
G. Pencatatan dan Pelaporan Clinical Reasoning Pelayanan Kebidanan.....................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................................12


A. Kesimpulan..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen asuhan kebidanan merupakan suatu proses pemecahan masalah
dalam kasus kebidanan yang dilakukan secara sistematis. Sebagai seorang profesi bidan
harus memanfaatkan kompetensinya, sumber daya pikirnya untuk berpikir kritis agar
menegakkan suatu diagnosa kebidanan yang tepat sehingga tercapai pengambilan
keputusan dan menghasilkan asuhan yang bermutu. Kajian ini bertujuan untuk
menganalisis salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang profesi bidan yaitu
berpikir kritis. Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah dengan melakukan
analisis dan kajian pustaka terhadap beberapa referensi yang mendukung. Beberapa
referensi dikutip dan dikaji kemudian dibuat analisisnya terkait dengan topic kajian ini.
Berpikir kritis merupakan seni, gambaran sikap sebagai bidan dalam menganalisis,
mengevaluasi sesuatu yang ia lihat, mengklarifikasi yang di dengar, metode pengetahuan
untuk berfikir logis dan berargumen serta aplikasi dari ilmu yang dipahami untuk
membuat suatu keputusan dan memutuskan sesuatu setelah hal tersebut ia yakini. Setelah
keputusan terbentuk maka bidan dapat bejalan ketahap tindakan dalam manajemen
asuhan kebidanan. Setiap melakukan tindakan manajemen asuhan kebidanan, seorang
profesi bidan selalu berpikir kritis dan menjelaskan tujuan dari setiap tindakan tersebut.
Proses manajemen kebidanan tersebut merupakan proses yang khas, terdiri dari tindakan
perencanaan, pengorganisasian pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran- sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan
sumberdaya manusia dan sumber- sumber lainnya.
Pilar seorang bidan yang terdapat pada kerangka kerja menurut ICM (2015)
adalah pengetahuan, keahlian dalam melaksanakan pelayanan asuhan kepada bayi baru
lahir, wanita, keluarga sepanjang kehidupannya. Pengetahuan yang ada bisa menjadi
pondasi untuk melakukan suatu keahlian jika dilakukan sesuai tujuan dan setiap
bertindak harus diiringi dengan berpikir kritis dengan menjawab setiap pertanyaan
“mengapa” dan “kenapa” saat bertindak. Oleh karena itu data pasien menjadi dasar
informasi untuk dmenegakkan dignosa yang akan mempengaruhi pola piker bidan untuk

1
berencana, melaksanakan dan evaluasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Berpikir Kritis/Critical Thinking Dalam Pelayanan Kebidanan ?
2. Bagaimana Unsur-Unsur Berpikir Kritis Dalam Pelayanan Kebidanan ?
3. Bagaimana Konsep Berpikir Kritis Dalam Pelayanan Kebidanan ?
4. Bagaimana Argumentasi Kebidanan Dalam Asuhan Kebidanan ?
5. Bagaimana Clinical Reasoning Dalam Argumentasi dan Berpikir Kritis Kebidanan ?
6. Bagaimana Hubungan Clinical Reasoning Dalam Logika Pelayanan Kebidanan ?
7. Bagaimana Pencatatan dan Pelaporan Clinical Reasoning Pelayanan Kebidanan ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Berpikir Kritis/Critical Thinking Dalam Pelayanan
Kebidanan.
2. Untuk Mengetahui Unsur-Unsur Berpikir Kritis Dalam Pelayanan Kebidanan.
3. Untuk Mengetahui Konsep Berpikir Kritis Dalam Pelayanan Kebidanan.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Argumentasi Kebidanan Dalam Asuhan Kebidanan.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Clinical Reasoning Dalam Argumentasi dan Berpikir
Kritis Kebidanan.
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Hubungan Clinical Reasoning Dalam Logika Pelayanan
Kebidanan.
7. Bagaimana Pencatatan dan Pelaporan Clinical Reasoning Pelayanan Kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Berpikir Kritis / Critical Thinking Dalam Pelayanan Kebidanan


Berpikir kritis merupakan seni gambaran sikap seseorang dalam menganalisis,
mengevaluasi sesuatu yang ia lihat, mengklarifikasi yang di dengar, metode pengetahuan
untuk berfikir logis dan berargumen serta aplikasi dari ilmu yang dipahami untuk membuat
suatu keputusan dan memutuskan sesuatu setelah hal tersebut ia yakini. Berpikir kritis dan
penalaran klinis adalah bentuk hipotetis-deduktif. Berpikir dan penalaran yang
berfokus pada fakta-fakta biofisik sehingga memastikan bahwa keputusan diagnostik dan
pengobatan nantinya didasarkan pada pemikiran logis (Jefford, et al., 2011). Berpikir kritis
memungkinkan bagi bidan untuk memanfaatkan potensi dirinya melihat, memecahkan
masalah dan menciptakan suatu hal baru dalam manajemen asuhan kebidanan.
Berpikir kritis meningkatkan kemampuan verbal dan analitik yang sistematis sehingga
mengeksplorasikan gagasan-gagasan, menganalisis masalah hingga memahami masalah
khususnya dalam manajemen asuhan kebidanan. Berpikir kritis meningkatkan kreatifitas.
Untuk menghasilkan solusi kreatif terhadap suatu masalah tidak hanya memerlukan
gagasan baru namun dengan berpikir kritis dapat mengevaluasi gagasan lama dan baru,
memilih yang terbaik dan memodifikasi bila perlu. Berpikir kritis merupakan upaya refleksi
diri, evaluasi diri terhadap nilai, keputusan yang diambil sehingga hasil refleksi dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (Lai Emily, 2011; Jefford et al, 2011)
Penelitian yang dilakukan oleh Fenech (2015) pada bidan dan perawat yang melakukan
refleksi praktik dengan Protection Motivation Theory (PMT) diyakini bahwa bidan akan
dapat bekerja dalam kemitraan dengan dokter kandungan untuk memberikan perawatan
yang aman dan efektif dalam lingkup praktek dan tidak adanya rasa takut.

B. Unsur-Unsur Berpikir Kritis Dalam Pelayanan Kebidanan


Bidan sebagai praktisi maupun dalam pendidikan harus menggunakan unsur-unsur dasar
dalam berpikir kritis dalam argumentasi kebidanan agar asuhan kebidanan yang akan
diberikan berkualitas.
1. Unsur pertama dalam berpikir kritis adalah konsep. Seorang bidan harus memahami
konsep dasar manajemen asuhan kebidanan, konsep- konsep dasar kebidanan baik
definisi, aturan yang mengikat atau etika profesi dan prinsip- prinsip dari konsep
kebidanan tersebut.
2. Unsur kedua adalah asumsi, yaitu dugaan sementara oleh bidan terhadap kasus
kebidanan yang ditangani. asumsi akan menjadi diagnosa nyata setelah bidan
melakukan pengumpulan da subjektif dan objektif secara akurat dan diolah dengan
berpikir kritis, analisis dan logis.
3. Unsur ketiga adalah implikasi dan konsekuensi. Bidan melakukan suatu tindakan dan
bertanggungjawab untuk setiap konsekuensi yang timbul dari masing-masing tindakan
yang telah dilakukan karena setiap tindakan memiliki alasan atau rasionalnya.
4. Unsur keempat adalah tujuan. Manajemen asuhan kebidanan harus jelas tujuan dan
rasional.
5. Unsur kelima adalah pertanyaan atas isu yang ada. Bidan dalam melakukan
manajemen asuhan kebidanan harus memecahkan semua pertanyaan atau isu yang ada.
6. Unsur keenam adalah informasi akurat, yaitu manajemen asuhan kebidanan harus
didapat dari data yang akurat, jelas sumber, fakta ataupun melakukan observasi
langsung.
7. Unsur ketujuh adalah interpretasi dan inferensi. Manajemen asuhan kebidanan akan
memberikan hasil akhir sehinggadapat mengambil keputusan terhadap asuhan
kebidanan yang diberikan.

C. Konsep Berpikir Kritis Dalam Pelayanan Kebidanan


Beberapa ahli penelitian menyatakan bahwa berpikir kritis dalam pelayanan kebidanan
memiliki keterkaitan dengan konsep lain, diantaranya metakognitif, motivasi dan kreatifitas.
Menurut Kuhn (1999), Van Gelder (2005) dan Willingham (2007) menyatakan bahwa
berpikir kritis termasuk didalamnya adalah :
1. Metakognitif (berfikir tentang dasar pengetahuan)
2. Mengetahui meta- strategi (berfikir bagaiman prosedur dalam suatu pengetahuan)
3. Epistemologi (berfikir bagaimana pengetahuan tersebut dihasilkan) sehingga harus
benar komponen waktu, strategi dan kondisi (Kuhn & Dean, 2004; Schraw et al, 2006).
4. Kreatifitas dalam berpikir kritis merupakan proses menemukan sesuatu yang baru dan
memerlukan suatu rangsangan dari lingkungan. Sebagai bidan, dinyatakan berpikir
kreatif jika seorang bidan mampu menemukan hal baru dengan mempertimbangkan
manfaat, tujuan dan melahirkan atau menata kembali ide yang lama membentuk suatu
ide yang baru.

D. Argumentasi Kebidanan Dalam Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan diberikan kepada wanita mulai prakonsepsi, kehamilan,
persalinan hingga nantinya tumbuh dan berkembang menjadi dewasa. Manajemen
asuhan kebidanan yang diberikan kepada sasaran tersebut akan terkait dengan semua
konsep diatas. Manajemen tersebut diberikan sesuai dengan masalah yang ada pada
sasaran dan cara nya pun akan berbeda sehingga menuntut bidan untuk selalu
memikirkan hal-hal baru agar tata cara yang diberikan akan berbeda-beda.
Kualitas suatu pelayanan dapat dinilai dengan cara bagaimana seorang profesi
bidan tersebut memberikan suatu asuhan yang sistematis dan komprehensif, suhan
kebidanan yang tepat guna, sesuai dengan masalah dan kebutuhan dari kondisi klien.
Untuk tercapainya ini semua, maka sebagai seorang profesi bidan harus mampu
menganalisis dan menggunakan pikiran untuk kritis disetiap langkah kegiatan asuhan.
Seorang bidan yang professional harus memiliki karakteristik dalam berpikir
kritis. Hal ini meliputi seorang bidan mampu mempertimbangkan sesuatu sesuai dengan
alasan yang rasional dan logis, bersifat reflektif, mampu menganalisis, mensintesis,
mengevaluasi bukti-bukti yang ada terkait masalah yang akan dipecahkan, memiliki
kemampuan pemecahan masalah (problem solvig). Karakteristik lainnya menurut
beberapa ahli adalah seorang bidan mampu membuat suatu kesimpulan dari berbagai
informasi yang diperoleh, dari berbagai hasil pemeriksaan yang telah dikumpulkan
dengan adanya bukti, membuat argument yang beralasan untuk mendukung kesimpulan
dan menjelaskan pola fikir yang telah terbentuk dari hasil kegiatan langkah-langkah
karakteristik sebelumnya.

1. Membaca dengan kritis

Cara untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis diantaranya pertama adalah


membaca dengan kritis. Untuk berpikir secara kritis, seorang profesi bidan harus
bisa membaca dengan kritis pula. Semua informasi yang didapat dari berbagai
sumber harus dipikirkan secara kritis, disesuaikan dengan kondisi klien disaat
memberikan suatu asuhan. Membaca kritis berarti menerapkan keterampilan-
keterampilan berpikir kritis seperti mengamati, menghubungkan teks dengan
konteksnya, mengevaluasi teks dari logika dan kredibilitasnya, merefleksika
kandungan teks dengan pendapat sendiri dan membandingkan tes yang satu dengan
yang lainnya yang memiliki keterkaitan.

2. Menulis dengan kritis

Cara kedua adalah menulis dengan kritis. Seorang profesi bidan yang telah
melakukan membaca dengan kritis harus menuliskan semua pemahaman yang ada
dalam bentuk tulisan. Salah satu contohnya adalah dokumentasi dalam manajemen
asuhan kebidanan. Dokumentasi tersebut merupakan suatu media bagi profesi bidan
untuk menuangkan semua asuhan yang telah diberikan dan menjadi acuan untuk
asuhan berikutnya.

3. Membaca dan menulis

Cara ketiga adalah meningkatkan analisis dari yang dibaca dan ditulis. Asuhan
kebidanan yang telah dituliskan dapat menjadi bahan diskusi untuk dievaluasi atau
mencari penyelesainan masalah atau mendiskusikan hal terburuk yang mungkin
terjadi.
4. Mengembangkan kemampuan observasi
Cara keempat adalah mengembangkan kemampuan observasi. Observasi atau
mengamati suatu kondisi klien akan memudahkan seorang profesi bidan untuk
menarik kesimpulan dari kondisi klien yang diamati. Pengamatan tersebut dikritisi
dan pengamatan yang ia dapatkan bisa menjadi acuan untuk menarik kesimpulan
yang berdampak pada pembuaan keputusan.
5. Meningkatkan rasa ingin tahu
Cara kelima yaitu meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan
refleksi.Pengajuan pertanyaan yang bermutu yaitu pertanyaan yang tidak memiliki
jawaban benar atau salah atau pertanyaan yang mengharuskan seorang profesi bidan
menjelaskan sehingga memperbanyak berpikir. Berpikir kritis dan argumentasi
memungkinkan perawat dan atau bidan untuk memenuhi kebutuhan klien sesuai
dengan data yang ia dapatkan, mampu mempertimbangkan alternatif, sehingga
asuhan kebidanan dan perawatan klien berkualitas tinggi dan berpikir reflektif berarti
bidan bukan hanya menerima laporan dan tugas melakukan asuhan kebidanan
lanjutan tanpa pemahaman yang signifikan dan evaluasi. Praktisi terampil dapat
berpikir kritis untuk melakukan argumentasi karena mereka memiliki keterampilan
kognitif dengan mencari informasi, diskriminasi, menganalisis, mengubah
pengetahuan, prediksi/asumsi, menerapkan Standar, dan alasan-alasan logis.
Kemampuan bidan untuk berpikir kritis dapat dipengaruhi oleh usia, lama
pendidikan dengan peningkatan jenjang pendidikan.
Berpikir kritis berdampingan dengan berpikir kreatif, artinya kemampuan
berpikir seorang bidan untuk membuat hubungan yang baru dan yang lebih berguna
dari informasi yang sebelumnya sudah diketahui oleh bidan. Bidan melakukannya
dengan cara membangkitkan sejumlah besar ide-ide, menerima hal yang baru dan
tidak cepat mengambil keputusan.

E. Clinical Reasoning Dalam Argumentasi dan Berpikir Kritis Kebidanan


Berpikir kritis yang dilakukan seorang bidan tidak terpisah dari clinical
reasoning, artinya seorang bidan memusatkan pikirannya kea rah diagnosa kebidanan
yang memungkinkan berdasarkan campuran pola pengenalan dan penalaran deduktif
hipotetik. Para ahli mengorganisasikan pengetahuan melalui tiga fase, yaitu akumulasi
pengetahuan dasar, proses penggabungan pengetahuan dasar dengan kasus nyata dan
proses menggunakan script yang sesua untuk menangani kasus yang baru.
1. Fase pertama merupakan proses akumulasi pengetahuan dasar tentang penyakit,
dapat dicontohkan bidan seperti patofisiologi dan patogenesis. Patofisiologi
persalinan, patofisiologi seorang perempuan hamil dengan penyakit asma,
potogenesis suatu penyakit.
2. Fase kedua adalah proses penggabungan pengetahuan dasar dengan kasus nyata
melalui pengalaman menangani klien atau dikenal dengan istilah illness script.
3. Fase ketiga merupakan proses menggunakan script yang sesuai untuk menangani
kasus yang baru.
F. Hubungan Clinical Reasoning Dalam Logika Pelayanan Kebidanan
Strategi clinical reasoning menggunakan logika induktif dan deduktif untuk
membuat kesimpulan atau dikenal metode analitik hipotetico-deductive. Strategi
reasoning data dan informasi yang diperoleh dari klien digeneralisasikan menjadi
hipotesis sebagai diagnosis banding. Diagnosis banding yang dihasilkan digunakan
sebagai dasar untuk menentukan data yang masih diperlukan, membedakan berbagai
penyakit dalam hipotesisnya. Data yang dikumpulkan akan diinterpretasikan untuk
menetapkan diagnosis kebidanan yang pasti.
Strategi clinical reasoning yang dijalankan oleh bidan terkait dengan
keterampilan bidan untuk menginterpretasi data untuk memahami argument dan
pendapat orang lain. Bidan dituntukt memiliki kompetensi utuk mengevaluasi secara
kritis argumentasu dan pendapat serta mengembangkan dan mempertahankan
argumentasi yang dibuat dengan landasan yang kuat.
Ada beberapa aspek penalaran klinis yang harus diaplikasikan oleh seorang
bidan dalam menjalankan manajemen asuhan kebidanan. diantaranya adalah :
1. Penalaran berdasarkan pengetahuan atau ilmiah
Penalaran ilmiah digunakan untuk mengerti suatu kondisi yang sedang terjadi
pada seseorang dan memutuskan untuk mengintervensinya. Ini merupakan proses
logis yang sejalan dengan permintaan ilmiah.
2. Penalaran naratif
Penalaran naratif artinya melibatkan cara berpikir dalam bentuk narasi.
Penalaran naratif memahami arti kondisi atau penderitaan tersebut bagi penderita
atau klien.
3. Ketiga adalah penalaran pragmatik
Penalaran klinis merupakan ‘kegiatan’ dalam praktek klinis sehari-hari, maka
isu-isu yang ditemukan tiap hari harus dapat teridentifikasi atau dibuktikan
kebenarannya dan hal ini akan mempengaruhi proses terapi. Ini meliputi
pembaharuan di dalam sumber daya, kultur organisasi, kekuatan hubungan antar
anggota tim, dan kegiatan ilmiah.
4. Penalaran etis
Proses penalaran klinis lebih sering berakhir dalam keputusan etis, daripada
berdasarkan ilmu pengetahuan, dan etika alami merupakan tujuan akhir dari
penalaran klinis secara keseluruhan.

Bidan dalam mengaplikasikan penalaran, berpikir kritis, dipengaruhi oleh


beberapa faktor, yaitu knowledge base, memory atau daya ingat, representation atau
mental representative dan kualitas perumusan masalah.
1. Knowledge Base atau landasan pengetahuan adalah awal mula dari interpretasi dari
suatu masalah, semakin bervariasi pengetahuan yang berkaitan dengan gejala- gejala
tersebut makin memungkinkan merumuskan masalah lebih akurat. Memory
ataudaya ingat menunjukan seberapa efektifnya pengetahuan yang dimiliki untuk
digunakan dalam mempelajari atau merumuskan suatu masalah.
2. Representation atau mental representative menunjukan representasi masalah
yang dihadapi di dalam pikiran yang biasanya selalu terkait dengan pengetahuannya.
Para pemula biasanya memiliki representasi masalah secara naïf atau terlalu
menyederhanakan.
3. Kualitas perumusan masalah, para ahli mengatakan bahwa lima puluh persen
masalah dapat diselesaikan apabila tercapai keberhasilan dalam melakukan
perumusan masalah

G. Pencatatan dan Pelaporan Clinical Reasoning Pelayanan Kebidanan


Hasil penalaran, berpikir kritis, clinical reasoning dari pelayanan asuhan
kebidanan akan dilakukan pencatatan dan pelaporan. Pencatatan atau dokumentasinya
memiliki beberapa metode, diantaranya pendokumentasian naratif dan
pendokumentasian ceklist.
1. Naratif
Bentuk naratif merupakan pencatatan tradisional dan bertahan paling lama
serta merupakan sistem pencatatan yang fleksibel. Karena suatu catatan naratif
dibentuk oleh sumber asal dari dokumentasi maka sering dirujuk sebagai
dokumentasi berorientasi pada sumber. Sumber atau asal dokumentasi dapat siapa
saja dari petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi.
Setiap narasumber memberikan, hasil observasinya, menggambarkan aktifitas dan
evaluasinya yang unik. Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan
kejadian/kronologis. Biasanya kebijakan institusi menggariskan siapa
mencatat/melaporkan apa, bagaimana sesuatu akan dicatat dan harus dicatat
dimana. Ada lembaga yang menetapkan bahwa setiap jenis petugas kesehatan harus
mencatat di formulir yang telah dirancang khusus, misalnya catatan dokter, catatan
perawat atau fisioterapi atau petugas gizi. Ada juga institusi yang membuat
rancangan format yang dapat dipakai untuk semua jenis petugas kesehatan dan
semua catatan terintegrasi dalam suatu catatan. Berhubung sifat terbukanya catatan
naratif (orientasi pada sumber data) sehingga dapat digunakan pada setiap kondisi
klinis. Tidak adanya struktur yang harus diakui memungkinkan bidan atau perawat
hasil observasinya yang relevan dan kejadian secara kronologis.
a. Keuntungan catatan naratif diantaranya adalah memudahkan penafsiran secara
berurutan dari kejadian dari asuhan/tindakan yang dilakukan, memberi
kebebasan kepada bidan untuk mencatat menurut gaya yang disukainya dan
format menyederhanakan proses dalam mencatat masalah, kejadian perubahan,
intervensi, reaksi klien dan outcomes.

b. Kelemahan catatan naratif diantaranya adalah cenderung untuk menjadi


kumpulan data yang terputus-putus, tumpang tindih dan sebenarnya catatannya
kurang berarti, sulit mencari informasi tanpa membaca seluruh catatan atau
sebagian besar catatan tersebut. Mengabdikan sistem menguburkan pesanan
dimana mencatat masalah pasien secara suferpisial/dangkal daripada
mengupasnya secara mendalam. Beberapa penulis juga menyatakan bahwa
dalam pencatatan secara naratif juga memiliki kekurangan diantaranya perlu
meninjau catatan dari seluruh sumber untuk mengetahui gambaran klinis
pasien secara menyeluruh, membuang banyak waktu karena format yang polos
menuntun pertimbangan hati- hati untuk menentukan informasi yang perlu
dicatat setiap klien, kronologis urutan peristiwa dapat mempersulit interpretasi
karena informasi yang bersangkutan mungkin tidak tercatat pada tempat yang
sama dan harus mengikuti perkembangan klien yang bisa menyita banyak
waktu.
2. Flow sheet
Flow Sheet atau lembaran ceklist memungkinkan bidan untuk mencatat
hasil observasi atau pengukuran yang dilakukan secara berulang yang tidak perlu
ditulis secara naratif, termasuk data klinik klien tentang tanda- tanda vital (tekanan
darah, nadi, pernafasan, suhu), berat badan, jumlah masukan dan keluaran cairan
dalam 24 jam dan pemberian obat. Flow sheet yang biasanya dipakai adalah catatan
klinik, catatan keseimbangan cairan dalam 24 jam, catatan pengobatan catatan
harian tentang asuhan keperawatan. Flow sheet merupakan cara tercepat dan paling
efisien untuk mencatat informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah
mengetahui keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada flow
sheet. Oleh karena itu flow sheet lebih sering digunakan di unit gawat darurat,
terutama data fisiologis. Lembar alur yang unik, berupa kesimpulan penemuan ,
termasuk flowsheet instruksi dokter/perawat, grafik, catatan pendidikan dan catatan
pemulangan klien. Rangkaian informasi dalam sistem pendekatan orientasi
masalah. Catatan ini dirancang dengan format khusus pendokumentasian informasi
mengenai setiap nomor dan judul masalah yang sudah terdaftar. Flow sheet sendiri
berisi hasil observasi dan tindakan tertentu. Beragam format mungkin digunakan
dalam pencatatan walau demikian daftar masalah, flowsheet dan catatan
perkembangan adalah syarat minimal untuk dokumentasi pasien yang
adekuat/memadai.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berpikir kritis dalam pelayanan kebidanan menggambarkan bahwa seorang
bidan tersebut memiliki basis pengetahuan dan kemampuan untuk menganalisis dan
mengevaluasi pengetahuan terbaru, mengaplikasikan logika dan rasionalnya untuk
mengambil sutu keputusan klinis. Berpikir kritis diiringi pengalaman bidan maka
akan meminimalkan atau tidak adanya kesalahan, bekerjasama dengan tenaga
kesehatan lain akan menjadikan bidan lebih memahami kebutuhan klien.
Bidan menerapkan setiap kegiatan manajemen asuhan kebidanan selalu
menggunakan penalaran, berpikir kritis. Hal ini dapat dilakukan evaluasi. Evaluasi
merupakan proses pengukuran pencapaian tujuan yang diinginkan dengan
menggunakan metode yang teruji validitas dan reliabilitasnya.
Beberapa penelitian mengevaluasi kemampuan berpikir kritis dari aspek
ketrampilan intelektual seperti ketrampilan menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang berbasis taxonomi
Bloom. Sedangkan tujuan pengajaran berpikir kritis meliputi ketrampilan dan
strategi kognitif, serta sikap.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aldina Ayunda Insani, Ayu Nurdiyan, Yulizawati, Dkk. Berpikir Kritis” Dasar Bidan
Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan. Jurnal Prodi S1 Kebidanan FK-UNAND. 2016.
http://www. jom.fk.unand.ac.id

Jefford, E., Kathleen Fahy & Deborah Sundin. 2011. Decision-Making Theories And
Their Usefulness To The Midwifery Profession Both In Terms Of Midwifery Practice
And The Education Of Midwifes. International Journal Of Nursing Practice, 17 (3),
Pp. 246-253.

Lai, Emily.R. 2011. Critical Thinking : A Literature Review Research Report. Pearson.
Available At http://images.pearsonassessments.com/image
s/tmrs/criticalthinkingreviewfinal.pdf

ICM. 2014. The International Confederation Of Midwives Dissemination Pack. Global


Standard, Competencies And Tools. Available At
http://www.internationalmidwives.org/assets/

13

Anda mungkin juga menyukai