Sari Rahmawati
Sari Rahmawati
Sari Rahmawati
DOSEN PENGAJAR
DISUSUN OLEH
Sari Rahmawati
NIM : P07125119073
TAHUN 2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
3.1 Kesimpulan..............................................................................................9
3.2 Saran.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................11
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan guru pembimbing, orang tua, serta
teman-teman seperjuangan sehingga kendala-kendala yang kami hadapi
teratasi.Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada guru pembimbing dan pembaca
kami meminta saran dan masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di
masa yang akan datang.
Sari Rahmawati
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pulpa gigi adalah suatu jaringan lunak yang terletak di daerah tengah pulpa.
Jaringan pulpa membentuk, mendukung, dan dikelilingi oleh dentin. Fungsi utama
pulpa adalah formatif, yaitu membentuk odontoblast yang akan membentuk dentin
pada tahap awal perkembangan gigi. Selain itu,odontoblast juga berinteraksi dengan
sel-sel dari epitel dentin dan membentuk email. Setelah gigi terbentuk, pulpa
menyelenggarakan sejumlah fungsi sekundernya yang berkaitan dengan sensivitas
gigi, hidrasi, dan pertahanan
Pulpa berasal dari jaringan mesodermal dan membangun dentin primer selama
perkembangan gigi, dentin sekunder setelah erupsi, dan dentin reparative sebagai
respon terhadap stimulasi selama odontoblas masih utuh. Pulpa bereaksi terhadap
stimuli panas dan dingin yang hanya dirasakan sebagai rasa sakit. Pulpa
mempunyai hubungan dengan jaringan periradikuler gigi dan dengan keseluruhan
jaringan tubuh. Oleh karena itu, jika ada penyakit pada pulpa, jaringan
periodontium juga akan terlibat. Demikian juga perawatan pulpa yang
dilakukan,akan dapat mempengaruhi jaringan disekitar gigi. Dalam kedokteran gigi
restorative, kedalaman kavitas yang harus dibuat ditentukan oleh ukuran dan bentuk
jaringan pulpanya. Ukuran dan bentuk ini, kelak akan dipengaruhi pula oleh usia
pasien dan tahap perkembangan gigi. Prosedur yang biasa dilakukan terhadap gigi
yang telah selesai perkembangannya tidak selalu dapat diterapkan pada gigi yang
apeksnya belum berkembang sempurna.
Pembuluh darah dan saraf masuk ke pulpa melalui foramen apikal dan kadang
melalui saluran akar lateral. Pulpa gigi sulung dan gigi permanen muda dengan
apeks yang belum menutup sempurna, sangat kaya akan persediaan darah. Oleh
karena itu, pulpa gigi permanen yang belum matang ini mempunyai potensi
penyembuhan yang besar dan umumnya memberikan respon baik sekali terhadap
1
perawatan yang bertujuan mempertahankan dan mengawetkan pulpa. Suplai darah
juga sangat penting untuk pertahanan, gizi, dan pembentukan yang terus-menerus
dari dentin, yang mengelilingi dan melindungi pulpa. Saraf akan memastikan
sensitivitas gigi. Seumur hidup gigi, terjadi kalsifikasi yang lambat dan progresif
dimana volume ruang pulpa juga akan berkurang. Jika pulpa hancur, gigi menjadi
lebih lemah dan rapuh, serta jaringan pulpa akan mati dan gigi cenderung lebih
gelap dan berwarna abu-abu.
Perawatan pulpa pada gigi sulung dapat dianggap sebagai upaya preventif
karena gigi yang telah dirawat dapat dipertahankan dalam keadaan nonpatologis
sampai saat tanggalnya yang normal. Dengan demikian, lengkung geligi dapat
dipertahankan dalam keadaan utuh, fungsi kunyah dipertahankan, infeksi dan
peradangan kronis dapat dipertahankan. Selain itu, mempertahankan gigi anterior
dapat memperbaiki fungsi estetik, mencegah timbulnya kebiasaan buruk pada lidah,
membantu fungsi bicara, dan mencegah timbulnya efek psikologis.Gigi sulung
dengan pulpa terbuka jangan dibiarkan tanpa perawatan. Terdapat dua golongan
perawatan pulpa pada gigi sulung yaitu perawatan pulpa konservatif yang berupa
perlindungan pulpa indirect, direct, dan pulpotomi. Yang kedua ialah perawatan
pulpa radikal yaitu pulpektomi diikuti dengan pengisian. saluran akar. Sedangkan
perawatan pulpa pada gigi permanen muda hampir sama dengan perawatan pada
gigi sulung. Namun hal lain yang perlu diperhatikan pada gigi permanen muda
dengan kalainan pulpa atau pulpa yang mengalami trauma adalah kebutuhan untuk
melanjutkan penutupan apeks secara normal atau merangsang penutupan apeks
yang atipikal.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa saja obat atau perawatan untuk pulpitis
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jaringan pulpa gigi merupakan suatu jaringan ikat yang berasal dari jaringan
mesenkim, berada di dalam ruang pulpa dan saluran akar gigi, mirip dengan jaringan
ikat lainnya di dalam tubuh tetapi memiliki karakteristik khusus. Hal ini dikarenakan
jaringan pulpa gigi merupakan jaringan yang dikelilingi oleh jaringan keras atau
berada dalam suatu lingkungan yang low compliance (Okiji, 2012; Hargreaves,
2012). Oleh sebab dibatasi oleh dinding dentin yang rigid dan kurangnya sirkulasi
kolateral maka perubahan volume di dalam ruang pulpa (seperti saat terjadi
inflamasi) sangat terbatas sehingga mengurangi kemampuan pulpa dalam
pertahanan dan perbaikan jaringan (Pashley dan Tay, 2012)
Jaringan pulpa gigi berasal dari neural crest (Okiji, 2012, Hargreaves, 2012;
Abbott, 2007). Proliferasi dan kondensasi sel ini menyebabkan pembentukan papila
dental yang akan menghasilkan pulpa yang matur (Bergenholtz, 2010). Pulpa yang
matur memiliki kesamaan dengan jaringan ikat embrionik, mempunyai kekhususan
dengan adanya sel-sel odontoblas di seluruh daerah perifer (Weine, 2004). Secara
fisik, pulpa memiliki banyak saraf sensoris dan kaya akan komponen mikrosirkulasi
yang membuat pulpa menjadi jaringan yang unik (Buck, 1999). Pengetahuan akan
fungsi pulpa normal, komponennya, dan interaksinya penting dalam memberikan
kerangka pengertian terhadap perubahan yang terjadi pada kelainan pulpa
(Hargreaves, 2012).
Jaringan pulpa selalu dipertimbangkan bersama-sama dentin sebagai suatu
kompleks dentin-pulpa karena anatomi, perkembangan dan fungsinya mempunyai
hubungan yang sangat erat. Elemen-elemen pulpa seperti prosesus odontoblas dan
terminal saraf memiliki kaitan erat (Pashley dan Tay, 2012). Fungsi yang erat antara
pulpa dan dentin dapat dipandang dari berbagai aspek, yaitu: (Pashley dan Tay,
2012; Abbott, 2007)
3
1. Pulpa mempunyai peranan besar dengan adanya sel-sel odontoblas dalam
membentuk dentin baru baik secara fisiologis maupun sebagai respons
terhadap stimuli dari luar.
2. Pada pulpa dijumpai persarafan yang memberikan sensitivitas dentin.
3. Pulpa sebagai jaringan ikat mampu memberi respons terhadap semua jejas
yang terjadi pada dentin, walau tidak secara langsung, dengan
menstimulasi sel odontoblas.
4. Terkungkungnya pulpa dalam dentin memberikan lingkungan yang rendah
adaptasi (low compliance) yang mempengaruhi kemampuan pertahanan
pulpa.
Pulpitis Reversible
Pada pulpitis reversible, pulpa masih vital walaupun terinflamasi dan memiliki
kemampuan self-repair jika iritan dihilangkan. Proses inflamasi yang terjadi yaitu
vasodilatasi, kongesti, stasis, thrombosis, dan aglomerasi leukosit di dalam
pembuluh darah, menyebabkan edema, pecahnya pembuluh darah, dan hemoragi
lokal.Hal ini terjadi karena ada faktor eksternal yang merangsang terbentuknya
kondisi inflamasi, namun dapat kembali jika faktor tersebut dihilangkan. Faktor
tersbut antara lain prosedur restorasi, tubulus dentin yang terbuka, trauma pulpa
karena faktor iatrogenic, dan microleakage material restorasi(Lopez-Marcos,
2004).
Pulpitis Irevesible
Pada pulpitis ireversibel, pulpa vital, terinflamasi, namun daya self-
repair rendah, bahkan saat stimuli yang menyebabkan inflamasi
dihilangkan.Bakteri mencapai pulpa dan tinggal di dalamnya. Pulpa bereaksi
dengan mensekresi mediator inflamasi sehingga menimbulkan edema interstisial
yang akan meningkatkan tekanan di dalam pulpa, menekan saraf, dan
menyebabkan nyeri yang terus menerus, baik spontan atau dengan rangsangan.
4
Pulpitis Irevesible Akut
Pulpitis ireversibel akut biasanya beronset cepat yang dapat membangunkan
pasien saat malam hari.Rasa sakitnya spontan dengan intensitas moderat hingga
sangat berat, dan merespon terhadap perubahan temperature (panas atau
dingin).Rasa sakit dapat menjadi lebih parah dengan perubahan postur seperti
berbaring atau membungkuk. Gigi yang dirasakan dapat terasa sakit terhadap
tekanan pengunyahan atau perkusi, dan mungkin mengindikasikan adanya
penyebaran proses inflamasi ke jaringan periapikal. Sedangkan pada pulpitis
ireversibel kronis, tanda dan gejala mirip dengan pulpitis ireversibel akut namun
biasanya tidak lebih parah daripada kasus akut. Pasien biasanya
mengeluhkan rasa sakit moderat dan intermiten, serta mungkin dikontrol dengan
analgesik.
Nekrosis Pulpa
Istilah gangren pulpa sering kali diterapkan pada kondisi nekrosis pulpa
dengan adanya keterlibatan infeksi bakteri.Gangren didefinisikan sebagai
nekrosis jaringan yang sumperimposisi dengan adanya infeksi bakteri.Nekrosis
pulpa gangren sering diikuti dengan adanya Nekrosis pulpa merupakan
dekomposisi jaringan ikat pulpa, termasuk destruksi sistem mikrovaskular,
limfatik, serta serabut saraf.Drainase cairan inflamasi yang tidak adekuat terjadi
karena kurangnya sirkulasi kolateral serta kekakuan dinding dentin. Hal ini akan
meningkatkan tekanan pada jaringan dan menyebabkan destruksi progresif
sampai seluruh bau busuk jika pulpa yang terinfeksi tersebut dibuka. Gangren
pulpa merupakan hasil akhir dari pulpitis, di mana terjadi nekrosis pulpa total.
Saat gangren pulpa terjadi terdapat gas produk antara yang menimbulkan bau
busuk yaitu indol, skatol, putresin, dan kadaverin, serta produk akhir berupa gas
H2S dan NH3, lemak, indikan, protamine, air, CO2 .
Degenerasi Pulpa
Degenerasi pulpa biasanya terdapat pada gigi orang dewasa. Penyebabnya
adalah iritasi ringan yang persisten pada saat muda. Degenerasi pulpa tidak
selalu berhubungan dengan infeksi atau karies walaupun kadang-kadang terjadi
5
pada gigi yang telah ditumpat. Jika degenerasi pulpa total, misalnya akibat
trauma dan infeksi, gigi dapat berubah warna.
6
2. Desinfeksi
Prinsip utama dan pembersihan saluran akar yaitu alat harus mencapai
seluruh dinding saluran akar dan melepaskan debris yang kemudian dikeluarkan
dari saluran akar oleh larutan irigasi. Larutan irigasi selain berfungsi sebagai
disinfektan, pelarut jaringan pulpa, pemutih, juga berfungsi sebagai pelumas
yang akan mengurangi kemungkinan patahnya alat endodontik. Larutan irigasi
yang sering digunakan dalam endodontik adalah Sodium hipoklorit (NaOCI),
EDTA, citric acid dan lain-lain. Sodium hipoklorit merupakan irigan paling
efektif untuk menghilangkan debris. Irigasi berganti-ganti antara hidrogen
peroksida 3% dan sodium hipoklorit 5,2% menghasilkan suatu sifat berbuih
sementara tetapi kuat, yang secara mekanis memaksa debris dan
mikroorganisme keluar dari saluran akar melalui orifis.Pengambilan lapisan
smear dapat dilakukan dengan mengirigasi saluran akar menggunakan EDTA
diikuti sodium hipoklorit (Ingle, 2004).
3. Obturasi
Untuk mendapatkan hasil perawatan endodontik yang optimal, saluran akar
harus seluruhnya terisi dengan bahan padat, terutama pada bagian sepertiga
apikal. Obturasi saluran akar menggunakan gutaperca yang dikombinasikan
dengan siler saluran akar dengan teknik kondensasi lateral akan memberikan
penutupan apikal yang baik. Penggunaan siler bertujuan menyempurnakan
obturasi karena siler berfungsi sebagai perekat dan pengisi celah antara bahan
pengisi dan dinding saluran akar, serta mengisi saluran saluran lateral dan
saluran-saluran tambahan (Grossman, 1995).
Antibiotik 3 MIX
Metronidazole telah digunakan sebagai salah satu campuran antibiotik pada
penelitian sebelumnya. Lebih dari 99% bakteri yang terdapat pada lesi karies gigi
permanen tidak dapat hidup kembali pada konsentrasi 10 µg/ml. Namun, pada
konsentrasi 100 µg/ml metronidazole tidak dapat membunuh semua bakteri
sehingga di butuhkan beberapa tambahan obat untuk mensterilkan lesi karies dan
7
siprofloksasin dan minosiklin telah dipilih pada penelitian sebelumnya (Sato etal.,
1993)
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa campuran
siprofloksasin, metronidazol dan minosiklin pada konsentrasi 100 µg/ml dapat
membunuh bakteri penyebab karies dan memicu kalsifikasi pada jaringan dentin
(Hoshino, 1990). Bersadarkan penelitian yang dilakukan oleh Takushikage et
al(2004) mengatakan bahwa campuran siprofloksasin, metronidazol dan
minosiklin dengan perbandingan 1:3:3 (3 MIX) dan ditambahkan dengan
makrogol-propilen glikol dapat diaplilasikan sebagai bahan sealer pada orifice
pada saluran akar yang telah dilebarkan yang berfungsi sebagai tepat
medikamentosa (dengan diameter 1 mm dan kedalaman 2 mm).
Kombinasi antibiotik dalam 3 MIX dapat mengeliminasi bakteri yang ada
pada lesi. Berbeda dengan metode konvensional, metode LSTR ini juga
mensyaratkan restorasi akhir yang bersifat tight sealing, untuk menghindari
kebocoran mikro di sekitar tumpatan yang dapat mengakibatkan karies sekunder.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pulpa gigi merupakan struktur jaringan lunak hidup yang berasal dari jaringan
mesenkim dan mempunyai banyak fungsi yaitu induktif, formatif, nutritif, defensif,
dan sensatif.
Pulpa gigi sulung berbeda dengan gigi permanen. Ruang pulpa gigi sulung
lebih besar dan tanduk pulpanya lebih dekat dengan permukaan luar gigi
dibandingkan gigi permanen.
Dalam perawatan endodontik dikenal beberapa macam kelainan pulpa, yaitu
hiperemia, pulpitis, degenerasi pulpa, dan nekrosis. Untuk menangani kelainan
pulpa pada gigi sulung dan permanen muda, maka harus dilakukan perawatan untuk
mempertahankan gigi sebelum waktunya tanggal. Perawatan pulpa yang dapat
dilakukan pada gigi sulung antara lain pulp caping, pulpotomi, dan pulpektomi.
Pada gigi permanen muda dapat dilakukan pulp caping, pulpotomi, dan
apeksifikasi.
Instrumen yang digunakan untuk preparasi saluran akar antara lain jarum miller,
jarum eksterpasi, reamer, dan file. Sedangkan instrumen untuk pengisian saluran
akar yaitu root canal spreader, root canal plugger, dan lentulo.
Bahan pengisi saluran akar pada gigi sulung dan permanen muda yang sering
digunakan adalah zinc oksida eugenol, iodoform, kalsium hidroksida, dan obat-obat
untuk fiksasi jaringan yaitu formokresol, glutaraldehid, dan formaldehid.
3.2 Saran
Kita harus selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut . Hal ini dapat dilakukan
dengan mengajarkan cara menyikat gigi dan mengunjungi dokter gigi setiap enam
bulan sekali, untuk mencegah terjadinya karies dini.
Bila sudah terjadi karies yang melibatkan pulpa, maka dapat dilakukan
perawatan pulpa seperti pulp caping, pulpotomi, pulpektomi, dan apeksifikasi.
9
Namun, jika kerusakan sudah sangat parah dan sulit untuk dipertahankan, maka
dapat dilakukan pencabutan dan jika perlu menggunakan space maintainer
10
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/56810/4/BAB%20I.pdf
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10978/Skripsi.pdf?
sequenc
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2510/e.%20BAB
%20I.pdf?sequence=5&isAllowed=y
http://eprints.undip.ac.id/50238/2/Ari_Wibowo_22010112130109_Lap.KTI_Bab1
.pdf
https://ibmm.fkg.ugm.ac.id/2018/03/10/kenali-penyakit-dan-nyeri-akibat-
kerusakan-gigi-karies-serta-bagaimana-perawatannya/
11