Perang Dagang
Perang Dagang
Perang Dagang
Latar Belakang
Namun sebagai negara tujuan yang prospektif dalam kurun waktu 2017- 2019
Amerika Serikat merupakan negara terbesar setelah Republik Rakyat China. Mata
uang AS, yakni Dollar AS (US$) yang merupakan cadangan mata uang utama di
dunia, bahkan sekitar 60% cadangan mata uang dunia telah diinvestasikan ke dalam
bentuk US$, sementara 24% diinvestasikan ke dalam mata uang Euro.
Perang dagang juga terjadi karena ketika satu negara membalas dengan
negara lain dengan menaikkan tarif impor atau menempatkan pembatasan lain pada
impor negara lawan. Tarif adalah pajak atau bea yang dikenakan pada barang yang
diimpor ke suatu negara.
Di tingkat global, perang dagang dua negara berpengaruh ini dapat memicu
pelemahan ekonomi dunia dan berimplikasi pada Indonesia. Bagaimana implikasi
perang dagang AS-China terhadap ekonomi global dan Indonesia akan dijabarkan
dalam tulisan di bawah ini
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi ekonomi Indonesia yang dianggap buruk akibat terkena dampak
perang dagang Amerika dan China?
4. Apakah perang dagang Amerika dan China mengakibatkan masalah karena besaran
utang pemerintah yang mengakibatkan pelemahan ekonomi Indonesia
C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui apakah perang dagang antara
Amerika dan China berdampak buruk atau tidak terhadap pertumbuhan ekonomi
dunia, pertumbuhan perekonomian di Indonesia, struktural ekonomi indonesia serta
besaran utang pemerintah yang mengakibatkan pelemahan ekonomi Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Jika diihat dari Laju inflasi, laju inflasi dunia mengalami peningkatan sejak
2016 dan pada 2018 berada pada level 3,6 persen. Capaian inflasi dunia tahun 2018
sedikit lebih tinggi dibandingkan proyeksi awal tahun 2018 oleh IMF sebesar 3,5
persen. Peningkatan laju inflasi dunia diikuti kenaikan laju inflasi di negara maju dan
berkembang. Inflasi negara maju sempat menurun pada 2015, kemudian naik lagi
hingga 2018 di level 2,0 persen atau tepat sesuai prediksi IMF pada awal tahun. Laju
inflasi di negara maju tetap rendah seiring penurunan harga komoditas yang terjadi.
Hal ini menunjukkan bahwa stabilitas harga di negara maju lebih terjaga.
Negara berkembang menunjukkan tren laju inflasi yang lebih halus, dari 4,7
persen pada 2014 menjadi 4,8 persen pada 2018. Pada range ini, inflasi masih
dianggap aman yaitu di bawah 10 persen. Laju inflasi negara berkembang tahun 2018
lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 4,6 persen. Untuk negara-
negara ASEAN, terjadi penurunan laju inflasi yang cukup signifikan dari 4,1 persen
pada 2014 menjadi 2,7 persen pada 2018. Laju inflasi ini lebih rendah dibandingkan
proyeksi ADB pada awal 2018 sebesar 3,0 persen.
Jika ditinjau dari anggota negara maju, tampak bahwa Amerika Serikat, Jepang,
Kanada, dan rata-rata negara maju di kawasan Eropa mencatatkan laju inflasi yang
meningkat pada 2018. Sementara itu, Inggris dan Korea menunjukkan hal yang
sebaliknya dimana inflasi turun pada 2018. Inflasi di Amerika Serikat pada 2018
meningkat sejalan peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut.
Pertumbuhan yang melambat di kawasan Eropa membuat inflasi tetap terkendali dan
cenderung meningkat.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 sebesar 5,2 persen merupakan yang
tercepat sejak 2013. Hal ini ditopang oleh investasi domestik dan konsumsi domestik
yang lebih kuat. Investasi yang menguat didorong oleh kebutuhan pembangunan
proyek infrastruktur publik transportasi dan energi. Investasi swasta di sektor
pertanian dan perkebunan menunjukkan geliat pemulihan pada 2018 setelah sempat
melambat pada 2017. Hal ini merupakan dampak dari program Biodiesel 20 yang
dikeluarkan oleh pemerintah dimana seluruh kendaraan diesel dan alat berat
disyaratkan untuk menggunakan campuran biofuel setidaknya 20 persen (BI, 2019).
Dari sisi lapangan usaha, ekonomi Indonesia masih ditopang dari pertumbuhan
lapangan usaha Perdagangan seiring impor yang tumbuh kuat. Belanja pemerintah
untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat juga mendorong lapangan usaha
Administrasi Pemerintahan dan Jasa Pendidikan tumbuh signifikan. Lapangan usaha
konstruksi juga tumbuh kuat sejalan pembangunan infrastruktur yang masih
berlangsung. Sementara itu, lapangan usaha industri pengolahan sebagai kontributor
utama perekonomian nasional masih mencatatkan pertumbuhan yang cenderung stabil
(BI, 2019).
Adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China juga memiliki
dampak negatif yang kecil terhadap penurunan kinerja ekspor melalui penurunan
harga-harga komoditas. Yang mana berdasarkan data, harga minyak Kelapa sawit
(Crude Palm Oil/CPO) belakangan ini terus tertekan ke tingkat harga sekitar 500 dolar
AS (USD) per ton, padahal harga rata-rata tahun 2017 sebesar USD 648 per ton dan
tahun 2018 turun lagi menjadi USD 556 per ton. Hal yang sama juga terjadi pada
harga batubara, yang terus menurun akhir-akhir ini ketingkat harga USD 65 per ton,
padahal harga rata-rata tahun 2017 diatas USD 100 per ton dan tahun 2018 sebesar
USD 88,3 per ton. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Deputi Gubernur BI
bahwa pada kuartal II investasi turun siginifikan, terutama investasi swasta yang
hanya mampu tumbuh 3,07%, padahal biasanya bisa tumbuh di atas 7%. Ia menilai ini
bukan hanya menjadi tantangan bagi Indonesia tapi juga negara berkembang lainnya
Grafik 1
Tabel IMF
Grafik diatas merupakan grafik GDP indonesia selama 3 tahun terakhir yang
mana GDP pada tahun 2018 meningkat di setiap quartal dan hanya menurun sedikit
saja, ini dapat dikatakan bahwa GDP di Indonesia masih dalam kategori stabil
Tabel IMF
Dari tabel diatas menunjukkan CPI indonesia selama sembilan tahun terakhir
Jika dilihat dari Inflasi, Inflasi di Indonesia tahun 2018 lebih rendah
dibandingkan tahun 2017, namun defisit transaksi berjalan semakin lebar karena
impor meningkat untuk proyek infrastruktur besar. Meskipun melambat, laju inflasi
Indonesia cukup terkendali dan sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia pada awal
2018 yaitu sebesar 3,5±1 persen. Perlambatan laju inflasi disebabkan persediaan
makanan yang cukup, hasil dari pertanian berkelanjutan dan harga bahan bakar dan
listrik yang stabil hasil subsidi pemerintah.
Dengan dampak dan resiko yang cukup besar tersebut, maka kebijakan
pembiayaan utang dilakukan dengan prinsip (a) kehati-hatian, yaitu menjaga rasio
utang terhadap PDB dan diusahakan menurun; (b) produktivitas, yaitu utang untuk
mendukung pencapaian target pembangunan; (c) efisiensi, yaitu biaya utang pada
tingkat risiko yang terkendali dan mendukung kesinambungan fiskal; dan (d)
keseimbangan untuk menjaga komposisi utang dalam batas terkendali
Meskipun utang negara meningkat namun pembiayaan utang telihat cenderung
menurun. Pembiayaan utang mulai terlihat menurun sejak tahun 2017, dimana pada
tahun tersebut kondisi perekonomian global sedang tidak stabil yang ditandai dengan
adanya tren peningkatan suku bunga The Fed dan terjadinya depresiasi mata uang
nasional terhadap Dolar Amerika Serikat. Berdasarkan pertimbangan keseimbangan
fiskal dan peningkatan utang negara maka dalam APBN tahun 2019, pembiayaan
utang negara dianggarkan menurun 2,23 persen dari realisasi tahun 2018. Pemerintah
menganggarkan pembiayaan utang di tahun 2019 sebesar Rp 359,3 triliun.
Risiko pembayaran utang yang harus dilakukan dalam jangka waktu pendek (1-
3 tahun) atau dikenal dengan refinancing risk Pemerintah, sebenarnya cukup kecil dan
masih aman. Sebagaimana data dalam 5 tahun terakhir, rata-rata utang yang jatuh
tempo dalam waktu 1-3 tahun masih di bawah 36% dari jumlah utang yang jatuh
tempo, dimana pada tahun 2017 dan 2018 masing-masing sebesar 35,5%. Dengan
rendahnya refinancing risk tersebut, kemampuan Pemerintah untuk membayar utang
masih terjaga, termasuk juga untuk melakukan roll-over utangnya.
Rasio utang Pemerintah saat ini masih aman, jauh dari batas yang ditetapkan
dalam undang-undang keuangan Indonesia bahkan Uni Eropa juga menerapkan batas
yg sama dengan Indonesia. Dan Pemerintah selalu menjaga agar pertambahan utang
atau defisit tidak melebihi batas amannya setiap tahun.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut saya dampak perang dagang yang terjadi antara Amerika dan China
salah satu faktor yang menyebabkan ekonomi global menurun seperti yang terjadi
di negara maju dan berkembang. Namun ada negara yang ketika terjadinya
penurunan ekonomi global tetapi tidak berdampak ke negara tersebut seperti
Amerika Serikat dan Australia mampu menunjukkan tren positif dalam
pertumbuhan ekonomi saat negara maju lainnya mengalami perlambatan.
Ekonomi Amerika Serikat tetap bertahan ditopang dari pasar tenaga kerja dan
pertumbuhan konsumsi yang kuat (IMF, 2019).
Ekonomi negara-negara berkembang Asia pada 2018 tetap kuat meski melambat
dibandingkan tahun 2017. Pertumbuhan yang melambat tahun 2018 disebabkan
pertumbuhan yang melemah di Tiongkok, Ekonomi di Tiongkok melemah akibat
pengetatan peraturan di pasar keuangan, kinerja ekspor dan investasi yang
melemah. Disamping itu, intermediasi keuangan juga dibatasi sehingga
memperlambat investasi domestik (IMF, 2019). Sebaliknya, India berhasil
mencatatkan pertumbuhan positif di tahun 2018 dengan kenaikan laju
pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya, begitu pula dengan kawasan
SubSahara Afrika dan Negara-negara Persemakmuran.
Faktor melemahnya ekonomi di negara lain selain faktor perang dagang adalah
resesi yang terjadi di Turki, akumulasi kinerja ekonomi yang melemah pada akhir
2018, dan kontraksi yang semakin dalam di Iran. Tiongkok mencatatkan
pelemahan pertumbuhan dari 6,9 persen pada 2017 menjadi 6,6 persen pada
2018. Jadi, pernyataan yang mengatakan bahwa dampak perang dagang antara
China dan Amerika membuat ekonomi secara global melemah adalah benar,
terutama negara bagian Asia yang dikarenakan melemahnya ekonomi China
kalah dari perang dagang oleh Amerika berdampak pada negara yang Di Asia
B. Saran
Menurut saya masalah ekonomi Indonesia yang paling menonjol yang harus dicari
permasalahannya atau terus ditingkatkan cara mengatasi permasalahanya adalah
Poverty atau kemiskinan. Di Indonesia Poverty adalah salah satu hal yang harus
diperhatikan selalu oleh pemerintah. Kaerna untuk meningkatkan perekonomian
indonesia adalah dengan mengatasi poverty dengan cara meningkatkan sumber daya
manusia nya, adapaun cara meningkatkan sumber daya manusia adalah dengan
mencapai pendidikan yang lebih tinggi bukan hanya sekedar sampai 9 tahun yang
diterapkan pemerintah Indonesia. Jika sumber daya manusia di Indonesia sudah
bagus, maka kedepannya Indonesia akan menjadi salah satu negara maju.
DAFTAR PUSTAKA
Focus Economics, 2019, Economic Forecast from the world’s leading economic
https://www.focus-economics.com/countries/indonesia
Merdeka Com ,2019. Bank Mandiri Paparkan Dampak Buruk Perang Dagang ke
Ekonomi RI. https://www.merdeka.com/uang/bank-mandiri-paparkan-dampak-buruk-
perang-dagang-ke-ekonomi-ri.html
Kompas, 2019. Ketegangan Perang Dagang China -As kian Tekan Ekonomi Dunia
https://money.kompas.com/read/2019/08/06/175142926/bi-ketegangan-perang-
dagang-china-as-kian-tekan-ekonomi-dunia
Oke Finance, 2019. Perang Dagang AS-China berdampak Negatif pada Harga Sawit
dan Batu Bara RI https://economy.okezone.com/read/2019/09/09/20/2102564/perang-
dagang-as-china-berdampak-negatif-pada-harga-sawit-dan-batu-bara-ri
CNN Indonesia, 2019. Utang Indonesia Tembus Rp. 4570 triliun per Juni 2019
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190717103015-532-412842/utang-
pemerintah-tembus-rp4570-triliun-per-juni-2019