T.B. Irigasi Dan Bangunan Air I
T.B. Irigasi Dan Bangunan Air I
T.B. Irigasi Dan Bangunan Air I
Oleh :
Rico Ramdhany E.S B1021511RB5152
Regi Azis Sayogi B1021511RB5101
Rivaldy Nurhanifan B1021511RB5104
Apep Saepulloh B1021511RB5102
Dosen Pembimbing :
Drs. Rosadi, MT.
Oleh :
Rico Ramdhany E.S B1021511RB5152
Tugas besar ini telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat
kelulusan Mata Kuliah Irigasi Dan Bangunan Air I di Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sangga Buana YPKP
Disahkan oleh :
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Besar Irigasi dan Bangunan Air I ini. Pembuatan laporan tugas besar ini bertujuan untuk
mengetahui mengenai perencanaan petak dan analisis perhitungan saluran irigasi .
Laporan ini juga penulis buat sebagai syarat kelulusan mata kuliah Irigasi dan Bangunan
Air I.
Proses penyelesaian Laporan Tugas Besar ini pun tidak terlepas dari berbagai
hambatan dan kendala. Kesulitan dalam pemahaman materi, kesulitan mencari data dan
peta serta kesibukan lainnya dalam berbagai kegiatan akademik dan non-akademik
merupakan salah satu kendala yang terjadi. Namun, dengan selalu memberikan usaha
yang terbaik dalam hambatan apapun, penulis dapat mengatasi berbagai hambatan dan
kendala tersebut.
Pembuatan laporan ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah membantu dengan bantuan, saran dan kritik yang membangun penulis. Sehingga,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis.
2. Dosen Mata Kuliah Rekayasa Irigasi dan Bangunan Air I Drs. Rosadi, MT.
Penulis juga menyadari bahwa laporan tugas besar ini masih belum sempurna dan masih
ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka dengan kritik dan saran yang
membangun demi hal yang lebih baik. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pembaca dan semoga laporan ini bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................................ 1
1.3. Ruang Lingkup .................................................................................................... 1
1.4. Metodologi Penyusunan Tugas ......................................................................... 2
1.5. Sistematika Penyusunan .................................................................................... 2
iii
3.5.2. Perencanaan Saluran .......................................................................... 27
3.5.3. Perencanaan Bangunan Air ................................................................ 29
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Sistem Tata Nama Petak Rotasi dan Petak Kuarter .......................... 21
Gambar 3.1. Bangunan Bendung Sungai Amandit ................................................ 24
Gambar 3.2. Bangunan Irigasi Sungai Amandit ..................................................... 25
Gambar 3.3. Bangunan Terjun .............................................................................. 30
Gambar 3.4. Bangunan Terjun Miring .................................................................. 31
Gambar 3.5. Bangunan Got Miring ....................................................................... 32
Gambar 3.6. Bangunan Talang ............................................................................. 33
Gambar 3.7. Potongan Memanjang Talang .......................................................... 34
Gambar 3.8. Lebar Standar Jembatan Di atas Talang ........................................... 35
Gambar 3.9. Standar Saluran Transisi ................................................................... 36
Gambar 3.10. Water Stop Pada Elevated Flum ....................................................... 36
Gambar 3.11. Sistem Siphon .................................................................................. 36
Gambar 3.12. Kisi – Kisi Penyaring .......................................................................... 39
Gambar 4.1 . Lokasi Rencana Bendung ................................................................. 40
Gambar 4.2 . Rencana Jaringan Irigasi ................................................................... 42
Gambar 4.3. Rencana Pemberian Warna Jaringan Irigasi ..................................... 42
Gambar 4.4. Rencana Skema Jaringan Irigasi ....................................................... 43
Gambar 4.5. Rencana Skema Bangunan Irigasi ..................................................... 43
Gambar 4.6. Penentuan Rencana Saluran Induk .................................................. 47
Gambar 4.7. Rencana Saluran Induk ..................................................................... 47
Gambar 4.8. Rencana Saluran Pembuang, Induk dan Sekunder ........................... 48
Gambar 4.9. Rencana Saluran Induk ..................................................................... 48
Gambar 4.10. Rencana Penampang Saluran Induk ................................................. 49
Gambar 4.11. Grafik Perencanaan Saluran Induk ................................................... 51
Gambar 4.12. Potongan Melintang Saluran Irigasi ................................................. 62
Gambar 4.13. Potongan Melintang Saluran (Trapesium) ....................................... 62
Gambar 4.14. Rencana Skema Muka Air ................................................................ 65
vi
1
Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I
Teknik Sipil Universitas Sangga Buana - YPKP
BAB I
PENDAHULUAN
Satu hal yang cukup krusial dalam merekayasa lahan adalah jaringan irigasi. Hal ini
karena baik tanaman maupun padi (khususnya untuk bidang agraris), membutuhkan air
yang mencukupi agar pertumbuhannya baik. Namun ketersediaan air yang ada untuk
tanaman tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan air bagi tanaman tersebut untuk
tumbuh dengan baik. Sehingga diperlukan jaringan yang menyediakan kebutuhan air
bagi lahan tersebut. Langkah awal yang dapat dilakukan yaitu dengan pembangunan
saluran irigasi untuk menunjang ketersediaan air, sehingga ketersediaan air di lahan
akan terpenuhi walaupun lahan tersebut jauh dari sumber air permukaan.
Adapun hasil akhir dari tugas besar ini adalah sebuah perencanaan jaringan irigasi
pada daerah Sungai Amandit yang meliputi data kebutuhan air, dimensi pada tiap
saluran serta tinggi muka air pada saluran.
BAB 1 Pendahuluan
Berisi Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup, Metodologi Penyusunan serta
Sistematika dari tugas besar ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Irigasi
Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian.
Sehingga irigasi dapat didefinisikan sebagai sistem pemberian air dari suatu sumber air
permukaan (sungai, danau, rawa, waduk) menuju ke tempat lahan budidaya tanaman
sesuai kebutuhan tanaman (tepat guna), secara teratur dan tepat waktu. Irigasi
bertujuan untuk memberi air pada tanaman untuk memenuhi kebuituhannya dan
membuang air yang berlebihan dari lahan. Dengan adanya irigasi pemberian dan
pembuangan air dapat dikendalikan dari segi jumlah dan waktu pemberiannya.
Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 3 jenis sistem irigasi yang biasa
digunakan. Keempat sistem irigasi itu adalah sebagai berikut :
b. Pemberian air irigasi melalui bawah permukaan tanah, tanah dialiri melalui bawah
permukaannya. Air dialirkan melalui saluran-saluran yang ada di sisi petak sawah.
Akibat adanya air ini, muka air tanah pada petak-petak sawah akan naik. Kemudian
air tanah akan mencapai daerah perakaran secara kapiler. Dengan demikian
tanaman akan memperoleh air. Persyaratan :
a. Lapisan tanah atas mempunyai permeabilitas yang cukup tinggi.Lapisan tanah
bawah cukup stabil dan kedap air berada pada kedalaman 1.5 sampai 3 meter.
b. Permukaan tanah sangat datar.
c. Air berkualitas baik dan berkadar garam rendah.
d. Organisasi pengatur berjalan dengan baik.
c. Pemberian air dengan cara irigasi siraman. Pada sistem ini air akan disalurkan
melalui jaringan pipa, kemudian disemprotkan ke permukaan tanah dengan
kekuatan mesin pompa air. Sistem ini lebih efisien dibandingkan dengan cara
gravitasi dan irigasi bawah tanah.
4. Pemberian air dengan cara tetesan, air irigasi disalurkan lewat jaringan pipa dan
diteteskan tepat di daerah perakaran tanaman. Irigasi ini juga menggunakan mesin
pompa air sebagai tenaga penggerak. Cara pemberian air irigasi semacam inipun
belum lazim di Indonesia. Perbedaan dengan sistem irigasi siraman :
a. Pipa tersier jalurnya melalui pohon.
b. Tekanan yang dibutuhkan kecil, karena hanya diteteskan dengan tekanan
lapangan 1 atm.
b. Petak sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya
dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air
dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-
batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang
c. Petak primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang mengambil air
langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani oleh satu saluran primer
yang mengambil airnya langsung dari sumber air, biasanya sungai. Proyek-
proyek irigasi tertentu mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua
petak primer.
b. Saluran Sekunder
Dari saluran primer air disadap oleh saluran-saluran sekunder
untuk mengairi daerah-daerah yang sedapat mungkin dikelilingi oleh
saluran-saluran alam yang dapat digunakan untuk membuang air hujan
dan air yang kelebihan. Untuk mengairi petak sekunder yang jauh dari
bangunan penyadap, kita gunakan saluran muka supaya tidak perlu
membuat bangunan penyadap, sehingga diperlukan saluran sekunder.
c. Saluran Tersier
Fungsi utamanya adalah membawa air dari saluran sekunder dan
membagikannya ke petak-petak sawah. dengan luas petak maksimal
adalah 150 Ha. Saluran irigasi tersier adalah saluran pembawa yang
mengambil airnya dari bangunan sadap melalui petak tersier sampai ke
boks bagi terakhir. Pada tanah terjal saluran mengikuti kemiringan
medan, sedangkan pada tanah bergelombang atau datar, saluran
mengikuti kaki bukit atau tempat-tempat tinggi.
d. Saluran Pembuang
Saluran pembuang intern harus sesuai dengan kerangka kerja
saluran pembuang primer. Jaringan pembuang tersier dipakai untuk:
mengeringkan sawah , membuang kelebihan air hujan, membuang
kelebihan air irigasi.
a. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang
dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud
untuk meninggikan elevasi muka air sungai. Apabila muka air di bendung
mencapai elevasi tertentu yang dibutuhkan, maka air sungai dapat disadap
dan dialirkan secara gravitasi ke tempat-ternpat yang mernerlukannya.
Terdapat beberapa jenis bendung, diantaranya adalah (1) bendung tetap
(weir), (2) bendung gerak (barrage) dan (3) bendung karet (inflamble weir).
Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan bangunan pengelak,
peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas , kantong
lumpur dan tanggul banjir.
1. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang
mengalirkan air sungai kedalam jaringan irigasi, tanpa mengatur
ketinggian muka air di sungai. Untuk dapat mengalirkan air secara,
gravitasi muka air di sungai harus lebih tinggi dari daerah irigasi yang
dilayani.
3. Stasiun Pompa
Bangunan pengambilan air dengan pompa menjadi pilihan apabila
upaya-upaya penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk
dilakukan, baik dari segi teknik maupun ekonomis. Salah satu
karakteristik pengambilan irigasi dengan pompa adalah investasi awal
yang tidak begitu besar namun biaya operasi dan eksploitasi yang sangat
besar.
b. Bangunan sadap
Bangunan yang terletak di saluran primer ataupun sekunder yang
memberi air kepada saluran tersier.
c. Bangunan bagi-sadap
Bangunan yang berupa bangunan bagi, dan bersama itu pula sebagai
bangunan sadap. Bangunan bagi-sadap merupakan kombinasi dari
bangunan bagi dan bangunan sadap (bangunan yang terletak di saluran
primer atau saluran sekunder yang memberi air ke saluran tersier).
d. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir saluran.Aliran
melalui bangunan ini bisa superkritis atau subkritis. Bangunan pembawa
dengan aliran superkritis. Diperlukan di tempat-tempat dimana lereng
medannya lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran. Yang
termasuk bangunan ini: bangunan terjun, got miring. Bangunan pembawa
dengan aliran Subkritis. Contoh : Gorong – gorong.
Dimana :
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 = 𝑊𝑊𝑊𝑊 − 𝐼𝐼𝐼𝐼
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓𝑓 = 𝐼𝐼𝐼𝐼 − 𝑉𝑉𝑉𝑉
Dimana :
𝐼𝐼𝐼𝐼 = % 𝐼𝐼𝐼𝐼 𝑥𝑥 𝑊𝑊𝑊𝑊
𝑉𝑉𝑉𝑉 = (0,5 𝑥𝑥 (1 + 𝑘𝑘)𝑥𝑥 𝐼𝐼𝐼𝐼) + (𝑘𝑘 (𝑉𝑉𝑉𝑉 − 1))
𝑉𝑉𝑉𝑉 = 𝑉𝑉𝑉𝑉 − (𝑉𝑉𝑉𝑉 − 1)
Keterangan :
3
Q = debit air yang tersedia (m /bulan)
Luas catchment area = luas DAS (ha)
Run off bulanan = (mm/bulan)
WS = Water surplus
In = infiltrasi
K = koefisien sebesar 0.6
Vn - 1 = Vn periode sebelumnya
a. Evapotranspirasi potensial
Evapotranspirasi adalah banyaknya air yang dilepaskan ke udara dalam bentuk uap
air yang dihasilkan dari proses evaporasi dan transpirasi. Evaporasi terjadi pada
permukaan badan-badan air, misalnya danau, sungai dan genangan air. Sedangkan
transpirasi terjadi pada tumbuhan akibat proses asimilasi. Ada beberapa metoda
ET = c . ( w . Rn + ( 1 - w ) . f (u) . ( ea - ed ) )
ET = Evapotranspirasi dalam mm/hari
C = Faktor koreksi akibat keadaan iklim siang dan malam
w = Faktor bobot tergamtung dari temperatur udara dan ketinggian tempat
Rn = Radiasi netto ekivalen dengan evaporasi mm/hari = Rns – Rnl
Rns = Gelombang pendek radiasi yang masuk
= ( 1 - ∞ ) . Rs = ( 1 - ∞ ) . ( 0.25 + n/N ) . Ra
Ra = Ekstra terestrial radiasi matahari
Rnl = f (t) . f (ed) . f (n / N)
= Gelombang panjang radiasi netto
N = Lama maksimum penyinaran matahari
1–w = Faktor bobot tergantung pada temperatur udara
f(u) = Fungsi kecepatan angin = 0.27 . ( 1 + u/100 )
f(ed) = Efek tekanan uap uap pada radiasi gelombang panjang
f(n/N) = Efek lama penyinaran matahari paada radiasi gelombang panjang
Jadi yang dimaksud Re = Rh adalah curah hujan efektif yang harganya adalah
0.7*R80. Sedangkan R80 adalah curah hujan dengan kemungkinan 80% terjadi. Cara
mencari R80 adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data curah hujan bulanan selama kurun waktu “n” tahun dari
beberapa stasiun curah hujan yang terdekat dengan daerah rencana
pengembangan irigasi. Minimal diperlukan 3 stasiun curah hujan.
2. Merata-ratakan data curah hujan dari beberapa stasiun yang diperoleh.
3. Mengurutkan (sorting) data curah hujan per bulan tersebut dari yang terkecil
hingga terbesar.
4. Mencari R80 dengan acuan R80 adalah data yang ke “M”.
5. Dimana M = (N/5) + 1
6. N : jumalah data curah hujan yang digunakan perbulan
7. Menghitung Re dimana Re = 0.7 * R80
d. Koefisien tanaman
Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan evapotranspirasi (ETo)
dengan evapotranspirasi tanaman acuan (Etanaman ) dan dipakai dalam rumus
penman. Koefisien yang dipakai harus didasarkan pada pengalaman yang terus-
menerus dari proyek irigasi di daerah tersebut. Harga-harga koefisien tanaman padi
dan kedelai diberikan pada tabel sebagai berikut :
Dalam penentuan kebutuhan air, dibedakan antara kebutuhan air pada masa
penyiapan lahan dan kebutuhan air pada masa tanam. Penjelasannya sebagai berikut :
a. Kebutuhan air pada masa penyiapan lahan
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan
maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-faktor penting yang
menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah :
1. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan
lahan. Yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah :
IR = M.ek / (ek - 1)
dimana :
LP : Kebutuhan air total dalam mm/hari
M : Kebutuhan air untuk mengganti/mengkompensari kehilangan air
akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan
M = Eo + P
Eo = 1.1 * Eto
dimana :
P : perkolasi
K : M.T / S
T : Jangka waktu penyiapan lahan, hari
dengan :
0.65 adalah perkalian harga efisiensi saluran tersier, sekunder dan primer
(0.8 x 0.9 x 0.9) 8.64 adalah konstanta untuk mengubah satuan dari
mm/hari ke liter/detik/hektar.
P = Ro + Eaa ± ΔStt
Keterangan :
PP = presipitasi jatuh di DAS= (mm/th))
Ea = evapotranspirasi aktualEa = (mm/th)
QQ = runoff keluar DAS di outlet = Ro= (mm/th))
ΔStt = perubahan simpanan air = (mm/th))
Gambar 2.1. Sistem Tata Nama Petak Rotasi dan Petak Kuarter
BAB III
TINJAUAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) AMANDIT
Daerah Irigasi (D.I) Amandit merupakan salah satu pengembangan areal irigasi
baru di Propinsi Kalimantan Selatan dalam upaya peningkatan produksi pertanian dan
jaminan ketahanan pangan khususnya di kabupaten Hulu Sungai Selatan, sekitar 135 km
sebelah utara dari kota Banjarmasin, ibu kota propinsi Kalimantan Selatan.
Sumber air D.I Amandit adalah sungai Amandit yang dibendung di Desa Malutu
kecamatan Padang Batung. Luas Areal yang dapat dialiri mencapai 5472 Ha, yang terbagi
dalam wilayah layanan sebelah kiri dan kanan sungai Amandit tersebar di kecamatan
Padang Batung, Kandangan, Sungai Raya, Simpur, dan Angkinang.
Kegiatan desain D.I Amandit telah dilaksanakan oleh PT. BPP. TRI TUNGGAL tahun
1985 dan Studi AMDAL dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian Universitas Lambung
Mangkurat tahun 2000. Kegiatan Review Design Sistem Irigasi Utama Amandit
dikerjakan oleh Konsultan PTSL-II. Pelaksanaan proyek diharapkan dimulai pada tahun
2005 dibawah pengawasan PTSL – II seperti dimaksud diatas. Kegiatan SID untuk system
pembuangan dan jaringan tersier dilaksanakan oleh konsultan SID dibawah PTSL-II
dengan memperbaruhi peta lama dengan peta baru skala 1:5000.
Tabel 3.3. Gambaran Peningkatan Produksi Pertanian Pada Pembangunan Irigasi Sungai
Amandit
2. Hasil Produksi
a. Padi Unggul - 5 - 6 ton / Ha
b. Padi Lokal 3 ton / Ha -
* HSS dalam angka, 2003
** SID Jaringan Tersier Amandit, 2004
2. Petak sekunder
Yaitu kumpulan dari beberapa petak tersier yang mendapat air
langsung dari saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air
dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder. Batas-
batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi
yang jelas, misalnya saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa
berbeda-beda tergantung dari situasi daerah. Saluran sekunder sering
terletak di punggung medan, mengairi kedua sisi saluran hingga saluran
pembuang yang membatasinya. Saluran sekunder boleh juga
direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng
medan yang lebih rendah saja.
3. Petak tersier
Yaitu petak-petak sawah yang mendapat air dari bangunan sadap.
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak
tersier. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada
bangunan sadap tersier yang menjadi tanggung jawab dinas pengairan,
Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
2. Saluran Sekunder
Saluran sekunder menyadap air dari saluran primer untuk
mengairi daerah di sekitarnya. Saluran sekunder dibuat tegak lurus
terhadap saluran primer dan mengikuti kontur yang ada
b. Saluran Pembuang
Saluran ini berfungsi untuk membuang air berlebihan dari petak-petak
sawah ke sungai. Jaringan pembuang tersier dipakai untuk: mengeringkan
sawah, membuang kelebihan air hujan, membuang kelebihan air irigasi.
Setiap saluran memiliki efisiensi irigasi, yaitu :
1. Jaringan tersier : 80%
2. Saluran sekunder : 90%
3. Saluran primer : 90%
4. Perhitungan dimensi saluran ini ada dua tahap yaitu tahap penentuan
dimensi untuk setiap ruas saluran dan tahap perhitungan ketinggian
muka air pada tiap-tiap ruas saluran. Hasil perhitungan tersebut lebih
efisien ditampilkan dalam bentuk tabel dimana urutan pengerjaan sudah
diurutkan per kolom.
a. Bangunan Bagi
Bangunan yang terletak pada saluran primer yang membagi air ke saluran-
saluran sekunder atau pada saluran sekunder yang membagi air ke saluran
sekunder lainnya. Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti
mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran.
b. Bangunan Sadap
Bangunan yang terletak di saluran primer ataupun sekunder yang memberi
air kepada saluran tersier.
Bangunan terjun miring jika tinggi energi jatuh melebihi 1,5m. Jika
peralihan ujung runcing dipakai di antara permukaan pengontrol dan
permukaan belakang (hilir), disarankan untuk memakai kemiringan yang
tidak lebih curam dari 1: 2. Gorong-gorong, dipasang di tempat-tempat
dimana saluran lewat di bawah bangunan (jalan, rel KA, dll) atau bila
pembuang lewat di bawah saluran.
Tabel 3.4. Tinggi Minimum Untuk Got Miring (dari USBR, 1973)
Kapasitas Tinggi Jagaan (m)
Q < 3,5 0,3
3,5 < Q < 17,0 0,4
Q > 17,0 0,5
Saluran talang minimum ditopang oleh 2 (dua ) pilar atau lebih dari
konstruksi pasangan batu untuk tinggi kurang 3 meter ( beton bertulang
pertimbangan biaya ) dan konstruksi pilar dengan beton bertulang untuk
tinggi lebih 3 meter. Kecepatan di dalam bangunan lebih tinggi daripada
kecepatan dipotongan saluran biasa. Kemiringan dan kecepatan dipilih
sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kecepatan superkritis atau
mendekati kritis, karena aliran cenderung sangat tidak stabil. Kemiringan
maksimum I = 0,002
Tinggi jagaan :
a. Pembuang intern Q5 + 0,50 m
b. Pembuang ekstern Q25 + 1,00 m
c. Sungai : Q25 + ruang bebas bergantung kepada keputusan
perencana, tapi tidak kurang dari 1,50 m. Perencana akan
mendasarkan pilihannya pada karakteristik sungai yang akan dilintasi,
seperti kemiringan, benda – benda hanyut, agradasi atau degradasi.
Bangunan talang dilengkapi jembatan terdiri dari dua bagian yaitu :
Panjang talang atau panjang box talang satu ruas untuk membuat
standarisasi penulangan beton maka dibuat konstruksi maksimum 10 m
dan minimum 3 m Panjang peralihan adalah panjang transisi antara
saluran dengan box talang. Panjang saluran transisi ditentukan oleh sudut
antara 12o30’ – 25o garis as.
dimana :
B = lebar permukaan air di saluran
B = lebar permukaan air di bagian talang L = panjang peralihan atau
transisi antara talang dengan saluran
⍺ = sudut antara garis as talang dengan garis pertemuan permukaan
air
b) Flume
Flume adalah saluran-saluran buatan yang dibuat dari pasangan,
beton baik yang bertulang maupun tidak bertulang, baja atau kayu
maupun beton ferrocement. Air mengalir dengan permukaan bebas.
Dibuat melintas lembah yang cukup panjang > 60 meter atau
disepanjang lereng bukit dan sebagainya. Dasar saluran flum tersebut
terletak diatas muka tanah bervarasi tinggi dari 0 meter dan
maksimum 3 meter. Untuk menopang perbedaan tinggi antara muka
tanah dan dasar saluran flume dapat dilaksanakan dengan tanah
timbunan atau pilar pasangan batu atau beton bertulang.
3. Siphon
Kecepatan aliran dalam sipon harus dua kali lebih tinggi dari
kecepatan normal aliran dalam saluran, dan tidak boleh kurang dari 1
m/dt, lebih disukai lagi kalau tidak kurang dari 1,5 m/dt. Kecepatan
maksimum sebaiknya tidak melebihi 3 m/dt. Water seal/air perapat:
Kedalaman tenggelamnya bagian atas lubang sipon disebut water
seal.
a. Kehilangan masuk
b. Kehilangan akibat gesekan
c. Kehilangan pada siku
d. Kehilangan keluar
dimana :
hf = kehilangan tinggi energi, m
v = kecepatan melalui kisi – kisi, m/dt
g = percepatan gravitasi, m/dt² (≈ 9,8)
c = koefisien berdasarkan :
β = Fakor bentuk (2,4 untuk segi empat, dan 1.8 untuk
jeruji bulat)
s = Tebal jeruji, m
b = Jarak bersih antar jeruji, m
δ = sudut kemiringan dari bidang horisontal
BAB IV
PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN
Sungai/saluran
KANAN
Gambar 4.6. Penentuan Rencana Saluran Induk
t. Begitu juga dengan penamaan petak tersier. Contoh pada bangunan Amandit 6
(B.A.6) di saluran induk ada tiga saluran tersier, bila letaknya disebelah kiri saluran
induk, maka dinamakan A6 kr1; A6 Kr2, dan A6 kr3. dan banguan bagi sadap 7
(BA7) ada saluran bagi, dan 2 tersier sebelah kanan (lihat contoh)
Contoh :
A6 kr1 A6 kr2
A6 kr3
BA6
Gambar 4.7. Rencana Saluran Induk
𝑄𝑄 = 𝑉𝑉 . 𝐴𝐴
𝐴𝐴 = ℎ2 (𝑛𝑛 + 𝑚𝑚)
𝐴𝐴 = ℎ(𝑏𝑏 + 𝑚𝑚𝑚𝑚)
𝑃𝑃 = ℎ (𝑛𝑛 + 2 �1 + 𝑚𝑚2 )
𝑃𝑃 = 𝑏𝑏 + (2ℎ �1 + 𝑚𝑚2 )
𝐴𝐴
𝑅𝑅 =
𝑃𝑃
ℎ(𝑛𝑛 + 𝑚𝑚)
𝑅𝑅 =
(𝑛𝑛 + 2�1 + 𝑚𝑚2 )
𝐴𝐴0
ℎ1 = �
(𝑛𝑛 + 𝑚𝑚)
i. Untuk menentukan / mendesain V dan I jika saluran belum ada (khusus saluran
induk), maka langkah – langkah perencanaannya adalah sebagai berikut :
1. Tentukan Qd dan , hal ini untuk menghasilkan titik – titik dengan harga khusus
Qd dan I
2. Plot titik – titik Qd – I untuk masing – masing saluran berikutnya sampai ruas
terakhir
3. Tentukan V dasar yang diizinkan untuk setiap ruas saluran (V < 1,70 m / det).
4. Jika arah garis Qd – I semakin ke hilir atau nilai Qd semakin kecil, maka nilai
I√R akan menjadi semakin besar.
b. Hitung : b, h, dan V
2 1
𝑉𝑉 = 𝑘𝑘 . 𝑅𝑅 3 . 𝐼𝐼 2
𝑄𝑄 = 𝑉𝑉 . 𝐴𝐴
𝐴𝐴 = ℎ2 (𝑛𝑛 + 𝑚𝑚)
𝐴𝐴 = ℎ(𝑏𝑏 + 𝑚𝑚𝑚𝑚)
𝑃𝑃 = ℎ (𝑛𝑛 + 2 �1 + 𝑚𝑚2 )
𝑃𝑃 = 𝑏𝑏 + (2ℎ �1 + 𝑚𝑚2 )
𝐴𝐴
𝑅𝑅 =
𝑃𝑃
ℎ(𝑛𝑛 + 𝑚𝑚)
𝑅𝑅 =
(𝑛𝑛 + 2�1 + 𝑚𝑚2 )
𝑄𝑄
𝐴𝐴0 =
𝑉𝑉0
4,630
𝐴𝐴0 =
0,585
𝐴𝐴0 = 7,91 m2
𝐴𝐴0
ℎ1 = �
(𝑛𝑛 + 𝑚𝑚)
7,91
ℎ1 = �
(2,5 + 1,5)
ℎ1 = 1,13 𝑚𝑚
𝐴𝐴0
ℎ1 = �
(𝑛𝑛 + 𝑚𝑚)
7,97,605
ℎ1 = �
(2,5 + 1,5)
ℎ1 = 1,379 𝑚𝑚
b = 2,5 . 1,380
= 3,45 m
h = 1,38 m
l = 0,000265
k = 40
m = 1,5
n = 2,5
v = 0,609
ℎ = 0,794 m 0,80
Hitung nilai b
𝑏𝑏 = 1,5 . 0,80
𝑏𝑏 = 1,20
o. Hitung nilai P
𝑃𝑃 = (b + 2 . h �1 + 𝑚𝑚2
𝑃𝑃 = (1,20 + 2 . 0,80 . 1,41)
𝑃𝑃 = 3,456
p. Hitung nilai I
2
1
𝑉𝑉 = 𝑘𝑘 . 𝑥𝑥. 𝑅𝑅 3 . 𝐼𝐼
2
2
𝑉𝑉
𝐼𝐼 = � 2 �
𝑘𝑘 . 𝑅𝑅 3
2
0,543
𝐼𝐼 = � 2 �
35 . 𝑅𝑅0,4633
b. Untuk menentukan elevasi tertinggi pada sawah, dilakukan dengan melihat ketinggi
sawah pada peta
f. Menentukan kemiringan, debit, dan lebar setiap saluran, kemiringan, debit dan
lebar setiap saluran didapatkan dari perhitungan dimensi saluran.
Untuk menentukan tipe pintu romijn yang digunakan, dilakukan dengan melihat
tabel berikut :
3
Tabel 4.5. Kapasitas Pintu Romijn (m / det)
i. Untuk menentukan tipe romijn yang digunakan, data yang dibutuhkan adalah nilai
debit dari setiap saluran. Dengan debit tersebut, tentukan dimana nilai debit itu
berada pada range debit yang sudah ada di tabel. Setelah itu dilihat jenis pintu
romijn apa yang memenuhi kriteria debit tersebut.
j. Menentukan Hmax, Z, kapasitas, lebar pintu, dan jumlah pintu yang digunakan
k. Nilai Hmax, kapasitas, lebar pintu di tentukan dari tabel x.y berdasarkan tipe pintu
romijn yang digunakan. Untuk kapasitas pintu romijn, diambil nilai Qmax pada
tabel. Untuk menentukan jumlah pintu, dilakukan perhitungan sebagai berikut :
𝑄𝑄
𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽ℎ 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 =
𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘
Dimana :
n. Nilai tinggi muka air dekat pintu ukur dibagi menjadi 2 yaitu pada hulu dan hilir.
Nilai tinggi muka air dekat pintu ukut pada hulu dapat dihitung menggunakan
rumus berikut :
o. Sedangkan nilai tinggi muka air dekat pintu ukur pada hilir dapat dihitung dengan
rumus berikut :
t. Untuk TMA di ujung saluran pada hilir dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 ℎ𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢 + 𝑍𝑍
46 BA2 0,0003 0,0003 35 1,5 2 0,593 2,55 1,28 0,2304 65,64 0,24 1,0496 65,88
47 Am6Kr 0,0004 35 1 1 0,27 0,43 0,43
48 Am6Kn 0,0005 35 1 1 0,289 0,44 0,44
49 BAm6 0,0005 35 1 1 0,35 0,58 0,58 0,1044 47,9 0,15 0,4756 48,05
50 Am5Kr 0,0005 35 1 1 0,263 0,4 0,4
51 AmKn 0,0004 35 1 1 0,26 0,43 0,43
52 BAm5 0,0006 35 1 1,2 0,445 0,8 0,67 0,1201 50,02 0,2 0,5469 50,22
53 Am4Kr 0,0004 35 1 1 0,255 0,42 0,42
54 BAm4 0,0007 35 1 1,2 0,485 0,85 0,71 0,1274 52,13 0,21 0,5806 52,33
55 Am3Kr 0,0005 35 1 1 0,275 0,4 0,4
56 BAm3 0,001 35 1 1,3 0,575 0,9 0,69 0,1246 54,13 0,29 0,5674 54,41
57 Am2Kr 0,0004 35 1 1 0,255 0,42 0,42
58 Am2Kn 0,0007 35 1 1 0,294 0,35 0,35
59 BAm2 0,0007 35 1 1,4 0,549 1,1 0,79 0,1415 57,04 0,2 0,6445 57,24
60 Am1Kr 0,0007 35 1 1 0,294 0,35 0,35
61 Am2Kn 0,0005 35 1 1 0,261 0,35 0,35
62 BAm1 0,0008 35 1 1,5 0,603 1,2 0,8 0,144 61,24 0,21 0,656 61,45
63 A1Kn1 0,0005 35 1 1 0,245 0,35 0,35
64 A1Kn2 0,0006 35 1 1 0,286 0,35 0,35
65 BA1 0,0003 0,0003 40 1,5 2,5 0,609 3,45 1,38 0,248 65,98 0,08 1,132 66,81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan untuk merencanakan daerah
irigasi Amandit , maka dapat ditarik kesimpulan :
1. Sistem irigasi yang direncanakan untuk daerah irigasi Amandit adalah sistem irigasi
gravitasi.
2. Jaringan irigasi yang digunakan adalah jaringan irigasi teknis.
3. Data Teknis Bendung Amandit
http://bwskalimantan2.com/pekerjaan/daerah-irigasi-amandit-hulu-sungai-selatan-
kalimantan-selatan/
http://bwskalimantan2.com/pekerjaan/lanjutan-pembangunan-d-i-amandit-kab-hulu-
sungai-selatan-5472-ha/
vii
LAMPIRAN
viii
Lampiran
LAMPIRAN
Saluran Sekunder
Saluran Tersier